Bab II (Literatur Riview) )
Bab II (Literatur Riview) )
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi uraian atas teori-teori yang berkaitan dengan LSB, validitas
dan reliabilitas instrumen penelitian, dimensi kualitas produk serta metode yang
akan digunakan dalam pengembangan desain. Teori-teori tersebut diuraikan
dengan tujuan agar dapat dijadikan sebagai landasan dalam melakukan penelitian
ini. Selain itu bab ini juga berisi penjelasan tentang perbandingan antara
penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan penelitian ini.
2.1
Tali Pengikat
Penahan Kepala
Penahan Leher
Papan LSB
Gambar 2.1
Gambar 2.2
2.2
Validitas Konstruk
Validitas konstruk (construct validity) merujuk kepada kesesuaian antara
dalam
merefleksikan
konstruk
teoritis
yang
mendasari
cara yang digunakan untuk menguji validitas konstruk adalah contrasted groups,
pengujian hipotesis, analisis faktor dan MT-MM (Devon et al., 2007).
Salah satu uji validitas dengan pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan
mencari korelasi Pearson Product Moment menggunakan program SPSS. Analisis
ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total.
Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item pertanyaan yang
berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan item-item tersebut mampu
memberikan dukungan dalam mengungkap apa yang ingin diungkap. Pengujian
menggunakan uji dua pihak dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian
adalah sebagai berikut (Putra et al., 2014):
1. Jika r hitung r tabel (uji dua pihak dengan sig. 0,05) maka instrumen
atau item-item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total
2.
(dinyatakan valid).
Jika r hitung < r tabel (uji dua sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau
item-item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total
(dinyatakan tidak valid).
Rumus dari korelasi Pearson Product Moment yaitu:
n . ( XY ) - ( X ) .( Y )
r hitung =
( n . X2 - ( X )2 ) .( n . Y2 - ( Y )2 )
...(2.1)
Keterangan:
X = Skor customer requirement
Y = Skor total customer requirement
n = Jumlah responden
2.2.2
Internal Consistency
Internal consistency adalah salah satu metode yang digunakan dalam
Cara yang paling populer digunakan untuk uji reliabilitas dengan metode
internal
consistency
adalah
menghitung
koefisien
alfa.
Koefisien
alfa
untuk
memperkirakan
reliabilitas
pengukuran
yang
sifatnya
Cronbanchs alpha
n
Vi
1 n - 1
Vobs
...(2.2)
Keterangan:
Vi
customer
requirement
Vobs
2.3
harapan pengguna atas persyaratan yang ada pada produk. Kualitas produk
menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan bagi industri manufaktur sehingga
mendasari Garvin (1987) untuk mengembangkan kerangka pengukur kualitas
produk. Kerangka tersebut terdiri atas delapan dimensi kualitas yang telah
10
Pengembangan Produk
11
Indifferent
One-dimensional
Reverse
Must-be
Attractive
perusahaan harus fokus pada kekurangan yang terdapat pada produk kemudian
menemukan dan mengukur kebutuhan dan keinginan pengguna secara tepat (Zaim
dan Sevkli, 2002). Beberapa teknik yang digunakan dalam pengembangan produk
antara lain model Kano, QFD (Quality Function Deployment), TRIZ (Teoriya
Requirement Fulfilled
Resheniya Izobreatatelskikh Zadach) dan FMEA (Failure Mode Effect Analysis).
Gambar 2.3
12
13
dalam
2.
14
3.
Keterangan:
A = Attractive
O = One-dimensional
M = Must-be
I = Indifferent
R = Reverse
Q = Questionable result
Menentukan kategori Kano
Frekuensi setiap kategori pada setiap customer requirement direkapitulasi
kemudian kategori kano untuk setiap customer requirement ditentukan
dengan Blauths formula. Aturan Blauths formula adalah sebagai berikut:
a. Jika frekuensi kategori (O + A + M) > frekuensi kategori (I + R + Q),
maka kategori yang dipilih merupakan kategori yang memiliki nilai
paling maksimum diantara (O, A, M).
b. Jika frekuensi kategori (O + A + M) < frekuensi kategori (I + R + Q),
maka kategori yang dipilih merupakan kategori yang memiliki nilai
paling maksimum diantara (I, R, Q).
c. Jika frekuensi kategori (O + A + M) = frekuensi kategori (I + R + Q),
maka kategori yang dipilih harus mengikuti urutan prioritas M > O >
4.
A > I.
Menentukan koefisien kepuasan pengguna
Koefisien kepuasan pengguna menunjukkan sejauh mana kepuasan
meningkat jika persyaratan produk terpenuhi atau sejauh mana kepuasan
berkurang jika persyaratan produk tidak terpenuhi. Hal ini berguna untuk
mengetahui rata-rata dampak persyaratan produk terhadap kepuasan semua
pengguna. Rumus untuk menghitung koefisien kepuasan pengguna yaitu:
15
Satisfaction Coefficients
A + O
= A + O + M + I
...(2.3)
O+M
-1
Dissatisfaction Coefficients = A + O + M + I
...(2.4)
Satisfaction coefficients berada pada kisaran nilai 0 dan 1 dimana semakin
mendekati nilai 1 maka pengaruh customer requirement tersebut terhadap
kepuasan pengguna semakin tinggi. Hal ini juga berlaku pada
dissatisfaction coefficients yang nilainya berada pada kisaran 0 dan -1
sehingga semakin mendekati -1 maka pengaruh customer requirement
terhadap ketidakpuasan pengguna akan semakin tinggi.
2.4.2
16
manufaktur
dari
produk
dibuat
dan
parameter
proses
didokumentasikan.
4. Pengendalian Proses
Fase ini dipimpin oleh departemen penjaminan kualitas. Pada fase ini
indikator kinerja dibuat untuk memantau proses produksi, jadwal
perawatan dan pelatihan keterampilan bagi operator. Selain itu pada fase
ini ditentukan proses yang berisiko besar mengalami kegagalan sehingga
perlu memerlukan kontrol lebih untuk mencegah kegagalan tersebut.
Keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan QFD antara lain (Jaiswal,
2012):
1. Minimasi waktu dan biaya pengembangan serta memperpendek siklus
desain. Selain itu secara signifikan mengurangi biaya, pengulangan dan
masalah start up.
2. Mengacu kepada kepuasan pengguna secara utuh.
3. Meningkatkan komunikasi dalam organisasi dimana partisipasi dan
kerjasama tim yang sifatnya multifungsi didorong secara bersama-sama.
4. Kualitas dan produktivitas pelayanan menjadi lebih tepat dalam proses
perbaikan yang berkesinambungan sehingga perusahaan dapat mencapai
kelas dunia.
5. QFD memperjelas prioritas pengguna untuk keunggulan kompetitif.
6. Memungkinkan seseorang untuk fokus secara proaktif pada persyaratan
pengguna di awal tahapan desain produk. Customer requirement yang
penting
diidentifikasi
untuk
menjadi
parameter
desain
sehingga
17
2.
3.
4.
5.
pendekatan baru untuk penerapan metode QFD yaitu dengan cara menggabungkan
QFD dengan teknik lainnya (Bouchereau dan Rowlands, 2000). Penelitian
Hashim dan Dawal (2012) telah menunjukkan bahwa integrasi model Kano dan
QFD dapat diterapkan dalam pengembangan produk yang ergonomis. Langkahlangkah pembuatan HoQ pada integrasi model Kano dan QFD yaitu (Hashim dan
Dawal, 2012):
1. Penentuan customer requirement
Customer requirement yang dimasukkan ke dalam HoQ adalah customer
requirement yang berdasarkan hasil model Kano termasuk kategori
attractive, one-dimensional atau must-be.
2. Penentuan k value
K value untuk kategori indifferent adalah 0, untuk kategori must-be adalah
0,5; untuk kategori one-dimensional adalah 1 dan untuk kategori attractive
adalah 1,5.
3. Penentuan tingkat kepentingan pengguna (i)
Nilai (i) untuk setiap customer requirement diperoleh dengan membagi
total nilai tingkat kepentingan pada setiap customer requirement dengan
jumlah pengguna. Nilai (i) berada pada rentang antara 1 sampai 5.
4. Penentuan nilai tingkat kepuasan pengguna (u)
Cara menentukan nilai (u) ini sama dengan nilai tingkat kepentingan,
5. Penentuan nilai adjustment factor (f)
18
Keterangan:
f = Adjustment factor
k = k value
R0 = Improvement ratio
8. Penentuan nilai adjustment importance (j)
Rumus untuk menentukan nilai adjustment importance adalah:
Adjustment importance (j) = R i
1
...(2.8)
Keterangan:
R1 = Adjusted improvement ratio
i = Tingkat kepentingan pengguna
9. Penentuan karakteristik teknis
Langkah ini dilakukan untuk menentukan syarat-syarat teknis apa yang
diperlukan untuk dapat memenuhi customer requirement. Seluruh
karakteristik teknis harus dapat terukur secara global dan dapat memenuhi
seluruh persyaratan pengguna (Zaim dan Sevkli, 2002).
10. Penentuan hubungan antar karakteristik teknis
Tujuan penentuan ini adalah untuk melihat hubungan positif dan negatif
diantara karakteristik teknis sehingga kontradiksi yang terjadi pada proses
desain dapat diidentifikasi. Hubungan antar karakteristik teknis ini ditandai
dengan simbol sebagai berikut (Zaim dan Sevkli, 2002):
= Hubungan antar kedua karakteristik teknis kuat dan positif
19
= Hubungan antar kedua karakteristik teknis lemah dan negatif
11. Penentuan nilai relationship rating (r)
Nilai relationship rating diperoleh dengan menentukan hubungan antara
setiap karakteristik teknis dengan setiap customer requirement produk.
Hubungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2
Hubungan Karakteristik Teknis dengan Customer
Requirement (Sumber: Zaim dan Sevkli, 2002)
...(2.9)
Keterangan:
r = Relationship rating
i = Tingkat kepentingan pengguna
13. Penentuan nilai tingkat kepentingan absolut (AI)
Rumus untuk menghitung nilai tingkat kepentingan absolut adalah:
Tingkat kepentingan absolut (AI) = (r x j)
...
(2.10)
Keterangan:
r = Relationship rating
j = Adjustment importance
Seluruh langkah pembuatan HoQ dapat dilihat dalam matriks HoQ pada
Gambar 2.4.
Gambar 2.4
2.4.3
20
22
23
terpilih untuk kasus kontradiksi teknis atau pada jenis prinsip pemisahan
yang terpilih untuk kasus kontradiksi fisik.
4. Merumuskan solusi spesifik berdasarkan prinsip inventif yang paling sesuai.
2.4.4
24
Penelitian terdahulu yang berkaitan dan mendasari penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu
yang
dilakukan
oleh
Hsiao
(2002)
bertujuan
untuk
25
produk dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa integrasi antara FMEA dan QFD
juga sesuai untuk diterapkan dalam pengembangan desain LSB ini.
Zhang et al. (2014) melakukan penelitian untuk menciptakan desain
kompor dapur yang ergonomis melalui integrasi beberapa metode yaitu
identifikasi kebutuhan konsumen, house of quality pada QFD, TRIZ serta fuzzy.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa integrasi beberapa metode tersebut
mampu meningkatkan proses desain sehingga diperoleh alternatif desain kompor
dapur yang inovatif, ergonomis dan teruji kelayakannya. Hal ini menunjukkan
bahwa metode TRIZ bisa digunakan pada penelitian pengembangan desain LSB
ini, sebagai tindak lanjut bila terdapat kontradiksi antar karakteristik teknis dalam
pembuatan House of Quality dengan metode QFD. Selain itu Zhang et al. (2014)
juga menghasilkan model terintegrasi yang dapat digunakan dalam proses desain
produk yang ergonomis lainnya. Model tersebut menunjukkan langkah-langkah
penggunaan keempat metode yang ada dalam penelitiannya. Adanya beberapa
metode pada penelitian Zhang et al. (2014) yang juga digunakan pada penelitian
pengembangan desain LSB ini seperti metode house of quality pada QFD dan
TRIZ menunjukkan bahwa model hasil penelitian Zhang et al. (2014) ini dapat
dikembangkan melalui penyesuaian model tersebut dengan langkah-langkah
penggunaan metode yang ada dalam penelitian pengembangan desain LSB ini.
Model hasil penelitian Zhang et al. (2014) dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut.
26
Gambar 2.5
27