Anda di halaman 1dari 14

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010

ISBN : 978-979-8940-29-3

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada


Lokasi Binaan Penangkar Benih Hibrida SHS dan
Komposit Balitsereal di Sulawesi Selatan
(Kasus Kabupaten Takalar, Bulukumba, Bone dan Wajo)
M.Sudjak Saenong dan Imam Uddin Firmansyah
Balai Penelitian Tanaman Serealia
Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan

Abstrak
Survei identifikasi masalah dan penerapan alat/mesin pemroses benih jagung pada petani
penangkar untuk memperbaiki mutu benih dan rekor status terkini organisme pengganggu tanaman
pada lokasi binaan penangkar benih hibrida SHS dan komposit Balitsereal telah dilakukan dari pada
bebrapa daerah penangkaran jagung. Survei dilakukan secara terstruktur dengan memilih secara
sengaja beberapa petani sample. Beberapa sampel petani penangkar yang ada di desa pada beberapa
kabupaten antara lain Takalar, Bulukumba, Bone dan Wajo dipilih untuk mewakili responden.
Persentase responden yang diambil adalah 10% pada semua lokasi penangkaran dan dilakukan
secara sengaja. Untuk mendapatkan responden yang representatif, dilakukan kordinasi dengan tokoh
-tokoh tani , ketua kelompoktani dan KTNA, petuga spembina (SHS) dan Dinas Pertanian setempat.
Informasi masalah OPT juga dilakukan dengan mendata informasi kualitatif yang disampaikan petani
mulai dari OPT pada awal pertumbuhan tanaman sampai panen. Hasil Survei menunjukkan bahwa
secara umum data kualitas serangan hama-hama utama tanaman jagung yang ada dilapangan seperti
semut, lalat bibit, kutu daun (aphis), penggerek batang, penggerek tongkol, belalang, wereng jagung,
tikus dan anjing-anjing nmpak sangat rendah pada semua lokasi pengambilan sample, dan secara
ekonomi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Pengamatan pada prasarana pergudangan
nampak bahwa pengelolalaan gudang umumnya kurang tertata rapi karna masih bercampurnya
tempat penyimpanan benih dan alat-alat prosesing, demikian pula kondisi gudang yang lembab dan
kotor juga menjadi satu penyebab berkembangnya hama kumbang bubuk dan cendawan aspergillus.
Pada pengamatan kualitas serangan hama gudang nampak bahwa persentase serangan hama
kumbang bubuk yang diukur dari persentase biji rusak dari semua varietas yang diamati hailnya
sangat rendah yakni berkisar antara 0.02-6.40%, demikian pula dengan persentase biji yang rusak
bukan akibat infestasi serangga (rusak fisik) yakni berkisar antara 0,00-1.27%. Hal ini disebabkan
karena memang keberadaan imago serangga pada sample yang diamati sangat kecil yakni berkisar
antara 0.00-3.33 ekor/300 gr sample.
Kata kunci : Identifikasi, status terkini, OPT jagung

lokasi seperti di Blora (Jawa Tengah), Takalar


(Sul-Sel) dan Gorontalo, penampilan varietasvarietas tersebut ternyata sangat diminati
petani sebagai pengguna (Subandi, 2004).
Agar pengembangan varietas-varietas
tersebut dapat dicapai sesuai target dan realisasi program, maka sejak tahun 2004 telah
dilaksanakan penelitian pengembangan teknologi produksi benih dalam rangka pembinaan penangkar benih jagung dan pembinaan

Pendahuluan
Program pengembangan dan pengadaan jagung nasional untuk memenuhi kebutuhan akan pangan nasional dan pakan. Untuk maksud tersebut di atas Badan Litbang
Pertanian telah melepas 9 varietas jagung
hibrida dan 6 verietas jagung bersari bebas
dengan potensi hasil antara 7.0-9.0t/ha.
Varietas-varietas tersebut antara lain Lamuru
dan Sukmaraga. Pada ekspose di beberapa
398

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010

ISBN : 978-979-8940-29-3

jaringan kerja di beberapa daerah seperti di


Kabupaten Lombok Timur dan di Kabupaten
Takalar, Gowa, Bulukumba, Bone dan Wajo
dengan fokus kegiatan pada usaha pemberdayaan kelompoktani setempat dengan
pembekalan teknologi yang dibina oleh peneliti, Sang Hyang Sri maupun dari pengusaha.
Kinerja hasil penelitian menunjukan
bahwa total produksi benih yang dicatat dari
penimbangan tongkol yang dicapai petani
masih relative agak rendah (sekitar 2 t/ha
saja). Ini berarti penerapan teknologi budidaya jagung benih yang diterapkan oleh petani masih belum optimal. Agar penerapan
teknologi tersebut diatas dapat berjalan baik
dan wajar maka dilakukan survey lapangan
ke basis-basis penangkar ditingkat kelompoktani yang ada pada beberapa kabupaten tersebut di atas untuk menggali informasi dari
aspek teknologi budidaya, penenagnan hasil
dan pascapanen, pemasaran dan pengembangan program. Survei juga dimaksudkan untuk
melihat permasalahan penangkaran benih
jagung ditingkat petani, penanganan pascapnen dan prosesing. Untuk melihat secara
khusus pengaruh gangguan organisnme
pengganggu tanaman mulai dari awal penanaman sampai pada penanganan hasil dan
pascapanen maka dilakukan pencatatan dan
penggalian informasi kerusakan dan serangan OPT, dan dilakukan pencatatan tentang
informasi lapang mulai dari fase awal pertumbuhan hingga pasca penyimpanan hasil.

berapa petani sample. Informasi digali dengan berpedoman kepada kata kunci yang
telah disiapkan sebelumnya.
Penelitian ini dilaksanakan dengan
mengambil beberapa sample petani penangkar yang ada di desa pada bebeerapa kabupaten antara lain Takalar, Bulukumba, Bone
dan Wajo. Penentuan lokasi tersebut didasarkan pada informasi awal yang diperoleh dari
Dinas Pertanian setempat tentang keberadaan petani penangkar yang dapat mewakili
renponden petani penangkar benih khususnya yang produksinya berbasis pada kebutuhan kelompoktani dan mampu mensuplai
kebutuhan petani setempat ataupun petani
yang diwilayah sekitarnya.
Penentuan Responden
Dalam penelitian ini metoda yang digunakan adalah RRA (Rapid Rural Appraisal)
dengan mengambil persentase responden
yang diambil adalah 10% pada semua lokasi
penangkaran dan dilakukan secara sengaja.
Untuk mendapatkan responden yang representatif, dilakukan kordinasi dengan tokohtokoh tani , ketua kelompoktani dan KTNA,
petuga pembina (SHS) dan Dinas Pertanian
setempat.
Pengumpulan
Sampel

Data

dan

Pengambilan

Untuk petani penanam jagung, metode yang digunakan adalah wawancara


perorangan. Cara ini dimaksudkan untuk
menggali informasi teknologi budidaya jagung benih yang diketahui dan diterapkan
petani mulai dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan penanganan
hasil pascapanen sampai pada periode penyimpanan.

Bahan dan Metode


Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan survei. Survei pada tingkat petani dilakukan secara terstruktur dengan memilih secara sengaja be399

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010

ISBN : 978-979-8940-29-3

Secara khusus penggalian informasi


masalah OPT juga dilakukan dengan mendata
informasi kualitatif yang disampaikan petani
mulai dari OPT yang ada pada awal pertumbuhan tanaman sampai panen. Dilakukan
pengambilan sample benih yang dihasilkan
petani sebanyak 300 gr tiap untuk pengamatan kuantitas kerusakan akibat serangan
hama gudang Stiphilus zeamays Motsch
(Gambar 1).
Gambar 2. pembelajaran petani mengenal penanganan OPT Jagung dilapangan

Analisisa Data

Gambar 1. Wawancara dengan petani responden

Data yang diperoleh ditabulasi, dianalisis, kemudian dilanjutkan dengan menghitung prosentase kerusakan baik kualitas
maupun kuantitas serangan kemudian dilanjutkan dengan memberi penjelasan-penjelasan yang logis berdasarkan data yang ada
dan faktor-faktor yang dijadikan rujukan termasuk diantaranya adalah faktor penyuluhan
dan kondisi aktual lapangan.

Hasil dan Pembahasan

Kemudian untuk responden tokoh


masyarakat, pengumpulan data dilakukan
dengan diskusi perorangan. Cara ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi
umum seperti, varietas jagung yang beredar,
ketersediaan saprodi terutama pupuk, benih,
insektisida dan herbisida, harga perjualan
hasil, dan pemahaman petani terhadap keberadaan OPT dan cara pencegahan dan pengendaliannya.
Selain wawancara dan diskusi kelompok juga dilakukan kunjungan lapangan
untuk melihat gejala dan kondisi lapangan
dan sekaligus menunjukkan petani gejala dan
tindakan yang perlu dilakukan (Gambar 2).

Profil Umum Petani Jagung Pada Lokasi


Penangkaran
Pada umumnya petani penangkar dan
petani yang berada disekitar wilayah penangkaran menanam varietas hibrida terutama
BISI-2 dan sangat jarang dan bahkan hampir
tidak ada yang menanam jenis komposit. Hal
ini disebabkan karena produksi BISI-2 yang
tinggi, tahan terhadap serangan hama dan
penyakit, tongkolnya kecil padat dan berisi,
timbangannya berat dan relatif tahan penyakit bulai dan yang menarik minat petani
adalah karena prospek pasar BISI-2 yang
400

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010

ISBN : 978-979-8940-29-3

sangat bagus dan mudah dijual. Disamping itu


BISI-2 juga pernah jadi bantuan untuk proyek
ketahanan pangan Proyek BLBU). Beberapa
tahun sebelumnya (antara 2003-2005) sebahagian petani menanam komposit jenis Lamuru dan Sukmaraga yang benihnya berasal
dari Balitsereal Maros.
Untuk penangkaran hibrida, PT.Sang
Hyang Sri (SHS) juga melakukan pembinaan
pada lokasi sasaran yang tersebar pada
beberapa petani andalan ataupun kelompok
tani andalan seperti kelompoktani Al-Qamar
yang berada di Kabupaten Takalar. Bimbingan teknologi budidayanya dilakukan oleh
pihak SHS demikian juga dengan penanganan
pasca panennya.

dengan dosis antara 2-4 ltr/ha, sedang bagi


petani yang tidak mengolah, pemberian herbisida dilakukan sebelum penanaman dan
kemudian dilanjutkan pada penyiangan I dan
II. Pengaplikasian herbisida umumnya masih
dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga
(TDKK) seperti anak-anak dan ibu rumah
tangga dikalangan petani sendiri dengan cara
disemprot sebelum dilakukan penananam
benih. Menurut pengalaman petani penyemprotan lebih efektif jika dilakukan pada jam 9
ke atas pada kondisi dimana embun yang
melekat pada daun rumput sudah tidak ada.
Penggunaan benih
Benih jagung yang digunakan untuk
penangkaran hybrida SHS disuplai oleh PT.
Sang Hyang Sri selaku pembina petani baik
benih pejantan ataupun benih betina, sedangkan untuk penangkaran komposit benih
Sukmaraga kualitas BS diperoleh dari Balitsereal Maros (saat ini Sukmaraga tidak lagi
ditangkarkan oleh petani). Secara umum dosis yang digunakan antara 20-25 kg/ha.

Penerapan Teknologi Budidaya Jagung


Benih Ditingkat Petani
Secara umum terlihat bahwa variasi
petani dalam menerapkan teknologi bididaya
jagung dilapangan tidak terlalu besar demikian pula dengan cara mereka menerapkan
teknologi penangan hasil bila kita merujuk
pada pedoman teknologi baku budidaya jagung konsumsi dan jagung benih (Lampiran
1). Gambaran umumnya petani pada lokasilokasi yang terambil sebagai sample pengamatan adalah sebagai berikut :

Penanaman
Penanaman jagung dilakukan dengan
pengolahan sempurna menggunakan bajak
dan traktor yang disewa. Jarak tanam yang
umum digunakan adalah 75 cm x 40 cm, 2
atau lebih biji perlubang atau 75 x 25 cm
dengan 1 biji per lubang. Penanaman benih
menggunakan tenaga kerja dalam keluarga
(TDKK) yang biasanya melibatkan istri dan
anak-anaknya.

Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan cara diolah sempurna menggunakan traktor
dan ada pula sebahagian petani yang tidak
mengolah yakni dengan cara TOT saja. Bagi
petani yang melakukan pengolahan sempurna maka beberapa hari setelah pemunculan
gulma dilapangan diatasi dengan penyemprotan herbisida, yakni dengan menggunakan
herbisida seperti Gramoxon, DM-6, Benson

Penyiangan
Penyiangan gulma umumnya menggunakan herbisida jenis Gramoxon dan DM-6,
401

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010

ISBN : 978-979-8940-29-3

akan tetapi beberapa responden ada yang


menggunakan Benson. Penyiangan dilakukan
dengan cara penyemprotan yang frekuensinya tergantung dari tiga hal; yaitu: kesiapan lahan, curah hujan, dan pertumbuhan
tanaman. Jika lahan bebas gulma pada saat
tanam maka penyiangan hanya satu kali.
Tetapi jika biji-biji gulma sudah berkecambah
saat tanam maka penyiangan dapat mencapai
dua kali, bahkan sampai tiga kali jika curah
hujan dan pertumbuhan tanaman jagung saat
awal kurang baik.

ini nampaknya petani menyesuaikan dengan


kebiasaan petani dalam menerapkan teknologi budidaya local maupun anjuran dari
Pembina seperti SHS atau penyuluh ataupun
informasi yang diperoleh petani dari sumber
teknologi. Namun secara umum penerapannya dilapangan lebih mendekati anjuran
yang diberikan oleh Pembina mereka seperti
SHS.
Pemberian pupuk dilakukan secara
tugal pada jarak 10 cm dari lubang tugal
benih (tanaman), dan umumnya diberikan
dengan dua kali pemberian yakni pertama
bersamaan atau 10 hari setelah tanam dan
satu bulan setelah tanam.

Pemupukan
Penggunaan saprodi khususnya pupuk ditingkat petani terlihat bervariasi. Hal

Tabel. 1. Cara petani menerapkan dosis pupuk pada beberapa lokasi pengambilan sample
Lokasi Pengamatan

Jenis Pupuk Yang


Digunakan

Dosis Pemberian
(kg/ha)

Petani yang
menerapkan

Urea
Ponska
NPK1616
Pedacron
ZA

200
350
100
100
50

H.Dg. Nyao

Takalar(Komposit)

Urea
SP36
ZA

100
300
50

H.Dg.Nyao

Wajo, Canru (Gumarang,


BISI-2)

Urea
KCL
SP36
ZA

250
100
200
50

Lasinrang

Urea
Ponska

150
100

Halim

Urea
ZA

400
100

H.Mansyur

Takalar (SHS 11)

Bone, KP.Cina
(Sukmaraga)
Soppeng (Lamuru)

Sumber : Data Primer

402

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010

ISBN : 978-979-8940-29-3

Pada Table 1 nampak bahwa kisaran


penggunaan pupuk pada setiap lokasi pengamatan cukup beragam dan bervariasi.
Umunya mereka menerapkan berdasarkan
pengalaman bahwa dosis tersebut sudah cukup untuk mencapai tingkat produktivitas
yang optimal walaupun variasinya dibanding
teknologi anjuran cukup besar.

buhan tanaman sampai panen umumnya sangat rendah dan ada yang tidak ada sama
sekali, keculai pada periode penyimpanan
serangan dapat mencapai 100% pada benihbenih yang disimpan lama (lebih dari 6 bulan). Secara umum hama dan penyakit yang
mengganggu pertanaman petani adalah semut, penggerek batang, aphis, wereng jagung,
ulat grayak, tikus dan penggerek tongkol.
Tingkat serangan OPT pada wilayah Kelompotani Al-Qamar adalah semut menyerang
pada fase I dengan tingkat serangan rendah,
demikian pula dengan lalat bibit, belalang dan
anjing tanah(Tabel 2).

Rekor Kualitas dan Kuantitas Serangan


OPT
Kualitas Serangan Pada Waktu Tanaman
Dilapang
Serangan hama dan penyakit tanaman
pada daerah binaan mulai dari awal pertum-

Tabel 2. Rekor kualitatif hama jagung selama fase pertumbuhan menurut penuturan petani
sample yang ada di lokasi binaan SHS (Kelompoktani Al-Qamar)
Jenis OPT

Fase pertumbuhan tanaman


I

II

III

IV

Hama Tanaman
Semut merah
Lalat bibit
Kutu daun
Penggerek batang
Penggerek tongkol
Belalang
Wereng Jagung
Tikus
Anjing tanah

+
+
+
+

+
+
+
+
-

+
+
+
-

+
+
-

Penyakit Tanaman
Bulai
Bercak daun

+
-

+
-

Sumber : Data Primer


Keterangan : + = ringan, ++ = sedang, +++ = berat, - = tidak ada serangan
Fase I

mulai tanam sampai tanaman tumbuh

Fase II

mulai tumbuh bunga hingga tanaman membentuk bunga jantan dan bunga betina.

Fase III

penyerbukan dan pertumbuhan.

Fase V

pemasakan dan pengeringan biji dan batang.

403

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010

ISBN : 978-979-8940-29-3

Pada pengamatan dilokasi Instalasi


Kebun Benih Palawija (IKBP) Bulukumba
nampak bahwa serangan OPT sedikit berbeda
yakni semut merah menyerang sampai pada
fase II, penggerek batang mulai dari fase II
sampai ke IV, penggerek tongkol pada fase IV
sedang tikus tercatat mulai dari awal pertanaman sampai fase IV dengan kualitas serangan dari ringan sampai sedang (Tabel 3).
Di Canru (Wajo), serangan OPT
umumnya sangat rendah dan tidak menimbulkan kerusakan ekonomi dilapang, kecuali
bulai yang mencapai 15% di pertanaman
petani dan 10% pada kebun UPPH Canru.
Juga sedikit ada serangan tikus pada tongkol
dan penggerek batang, akan tetapi kualitas
serangannya sangat rendah (Tabel 4).

Pada pengamatan di Kecamatan Cina


Kabupaten Bone, nampak bahwa tidak ada
serangan OPT yang berarti kecuali penggerek
batang dengan kualitas serangan rendah. Serangan bulai tidak ditemukan walupun petani
tidak menggunakan Saromil, akan tetapi hanya menggunakan Sevin untuk mencegah kerusakan benih akibat infestasi semut merah
(table 5).
Pada kunjungan di lokasi H.Mansyur,
nampak bahwa tidak ada serangan sama sekali pada semua OPT-OPT utama tanaman jagung seperti semut, lalat bibit, kutu daun (aphis), penggerek batang, penggerek tongkol,
belalang, wereng jagung, tikus dan anjinganjing (Tabel 6).

Tabel 3. Rekor kualitatif hama jagung selama fase pertumbuhan menurut penuturan petani sampel yang
ada di lokasi binaan SHS (Instalasi Kebun Benih Palawija (IKBP), Batukaropa Bulukumba)
Jenis OPT

Fase pertumbuhan tanaman


I

II

III

IV

Hama Tanaman
Semut merah
Lalat bibit
Kutu daun
Penggerek batang
Penggerek tongkol
Belalang
Wereng Jagung
Tikus
Anjing tanah

+
+
+
+

+
+
+
+
-

+
+
+
-

+
+
+
++
-

+
-

Penyakit Tanaman
Bulai
Bercak daun

+
-

+
-

+
-

Sumber : Data Primer


Keterangan : + = ringan, ++ = sedang, +++ = berat, - = tidak ada serangan
Fase I

mulai tanam sampai tanaman tumbuh

Fase II

mulai tumbuh bunga hingga tanaman membentuk bunga jantan dan bunga betina.

Fase III

penyerbukan dan pertumbuhan.

Fase V

pemasakan dan pengeringan biji dan batang.

404

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010

ISBN : 978-979-8940-29-3

Tabel 4. Rekor kualitatif hama jagung selama fase pertumbuhan menurut penuturan petani
sampel yang ada di lokasi binaan SHS (Instalasi Kebun Benih Palawija (IKBP), Canru Wajo)
Jenis OPT

Fase pertumbuhan tanaman


I

Hama Tanaman
Semut merah
Lalat bibit
Kutu daun
Penggerek batang
Penggerek tongkol
Belalang
Wereng Jagung
Tikus
Anjing tanah

+
-

Penyakit Tanaman
Bulai
Bercak daun

II

III

IV

+
-

+
+
++
-

+
-

+
-

+
-

+
-

+
-

Sumber : Data Primer


Keterangan : + = ringan, ++ = sedang, +++ = berat, - = tidak ada serangan
Fase I

mulai tanam sampai tanaman tumbuh

Fase II

mulai tumbuh bunga hingga tanaman membentuk bunga jantan dan bunga betina.

Fase III

penyerbukan dan pertumbuhan.

Fase V

pemasakan dan pengeringan biji dan batang.

Tabel 5. Rekor kualitatif hama jagung selama fase pertumbuhan menurut penuturan petani
sampel yang ada di lokasi Kecamatan Cina Kabupaten Bone
Jenis OPT

Fase pertumbuhan tanaman


I

II

III

IV

Hama Tanaman
Semut merah
Lalat bibit
Kutu daun
Penggerek batang
Penggerek tongkol
Belalang
Wereng Jagung
Tikus
Anjing tanah

+
-

+
-

+
-

Penyakit Tanaman
Bulai
Bercak daun

+
-

+
-

+
-

Sumber : Data Primer


Keterangan : + = ringan, ++ = sedang, +++ = berat, - = tidak ada serangan
Fase I

mulai tanam sampai tanaman tumbuh

Fase II

mulai tumbuh bunga hingga tanaman membentuk bunga jantan dan bunga betina.

Fase III

penyerbukan dan pertumbuhan.

Fase V

pemasakan dan pengeringan biji dan batang.

405

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010

ISBN : 978-979-8940-29-3

Tabel 6. Rekor kualitatif hama jagung selama fase pertumbuhan menurut penuturan petani sampel
yang ada di lokasi di Kabupaten Soppeng
Jenis OPT
Hama Tanaman
Semut merah
Lalat bibit
Kutu daun
Penggerek batang
Penggerek tongkol
Belalang
Wereng Jagung
Tikus
Anjing tanah
Penyakit Tanaman
Bulai
Bercak daun

Fase pertumbuhan tanaman


I

II

III

IV

Sumber : Data Primer


Keterangan : + = ringan, ++ = sedang, +++ = berat, - = tidak ada serangan
Fase I

mulai tanam sampai tanaman tumbuh

Fase II

mulai tumbuh bunga hingga tanaman membentuk bunga jantan dan bunga betina.

Fase III

penyerbukan dan pertumbuhan.

Fase V

pemasakan dan pengeringan biji dan batang.

Serangan OPT Pada Periode Penyimpanan


Benih

di tanpa kaki berwarna putih dan kepalanya


berwarna coklat. Larva menjadi dewasa dalam 3-6 hari. Panjang umur (longevity) serangga dewasa sekitar 4-5 bulan. Biasanya terdapat 5-7 generasi dalam setahun (Teetes et
al., 1983).

Atribut Biologi
Sitophilus sp adalah serangga hama
yang berupa kumbang kecil berwarna coklat
kemerah-merahan, berukuran 3-4 mm dan
mempunyai 4 bercak terang berwarna
kemerah-merahan atau kekuning-kuningan di
bawah sayapnya (Borror et al., 1979). Baik
serangga dewasa maupun larvanya, makan
dan berkembang di dalam biji. Serangga induk menggerek/melubangi biji kemudian meletakkan sebutir telur, setelah itu menutupinya dangan cairan kenyal. Seekor serangga
betina mampu meletakkan telur 300-500 butir dalam 4-5 bulan. Periode inkubasi telur
memakan waktu 3 hari. Larvanya berupa lun-

Data Kualitas Serangan


Serangga hama ini termasuk famili
Curculionidae dan paling banyak merusak
produk pertanian yang berupa biji-bijian di
penyimpanan (gudang) dan di lapangan.
Diketahui ada 2 genus yaitu Sitophilus oryzae
Lin dan Sitophilus zeamais Motsch (Teetes
et.al., 1983), sebelumnya serangga ini dikenal
sebagai Calandra oryzae kemudian terbagi
menjadi Sitophilus oryzae Lin yaitu kumbang
406

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010

ISBN : 978-979-8940-29-3

yang berukuran kecil, sedang yang berukuran


lebih besar adalah Sitophilus zeamais Motsch
(Wafiah et al., 1997), namun yang paling
dominan ditentukan pada produk pertanian
adalah Sitophilus zeamais Motsch (Van der
Laan, 1981).
Hasil pencatatan kualitas serangan
pada lokasi yang diambil samplenya nampak
bahwa di Batukaropa(Bulukumba) kerusakan
dapat mencapai 100% pada benih-benih yang
disimpan lebih dari 6 bulan, akan tetapi karena kebutuhan petani akan benih lebih besar
dari pada stock yang ada di gudang penyimpanan UPPH Batukaropa maka hanya dalam 1
-2 bulan benih yang ada dalam gudang sudah
habis. Sedang pada pengamatan di H.Dg. Nyao
(kelompoktani Al-Qomar) nampak bahwa tidak ada pencatatan skor serangan hama gu-

dang karena setelah panen semua calon langsung diambil oleh SHS sebagai mitra kerja
dan sekligus pembina teknologi dari kelompok tani Al-Qomar.
Pengelolaan Tempat Penyimpanan Benih
Secara umum terlihat bahwa hampir
semua lokasi gudang yang dikunjungi memperlihat performansi yang tidak ideal atau
tidak standar menurut protokol baku dari
sistem pergudangan benih. Misalnya, tempatnya yang kotor dan lembab, aerasi udara yang
kurang (Gambar 3) bercampurnya alat-alat
prosesing dengan bahan calon benih dan bahkan dengan benih yang sudah dikemas (Gambar 4). Kelembaban udara yang tinggi dapat
memicu berkembangnya hama kumbang bubuk dan bahkan dapat menjadi media yang
kondusif bagi tumbuhnya jamur Aspergillus
flavus yang menghasilkan aflatoxin yang
berbahaya bagi kesehatan (Tabel 7).

Gambar 3. Kondisi gudang yang kotor dan lembab

407

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010

ISBN : 978-979-8940-29-3

Gambar 4. Calon benih yang disim pan bersama alat prosesing


Tabel 7. Matrik problematika sistem penyimpanan benih ditingkat petani
Kondisi aktual

Dampak yang ditimbulkan

Saran perbaikan

Gudang sangat kotor, banyak sarang


laba-laba yang melekat dilangit-langit
gudang

Dapat memicu bersarangnya hama tikus,


kecoa dan hama lain yang senang dengan
kondisi gudang yang kotor

Dilakukan pembersihan secara


rutin sebulan sekali dengan cara
disapu, baik lantai gudang
maupun langit-langitnya

Kondisi ruangan sangat lembab


dengan langit-langit gudang banyak
yang bocor

Dapat memicu berkembangnya hama


kumbang bubuk dan juga kondisif untuk
berkembangnya jamur Aspergillus

Aerasi udara diperbaiki, yakni


dengan memberi akses udara yang
cukup, bila perlu menggunakan
exhouse fan (kipas angin penyedot
udara dalam ruangan)

Kemasan benih masih menggunkan


karung yang tidak kedap udara

Udara sekitar yang lembab akan mudah


masuk dan dapat mempengaruhi kondisi
udara yang ada dalam kemasan

Dibuat kemasan yang kedap udara


misalnya dari plastik standar yang
mudah diperoleh di pasar

Menyulitkan pengelolaan dan


pengorganisasian dari prosedur
tatalaksana penyimpanan benih

Dibuat tempat yang terpisah


untuk lebih menjamin calon benih
atau benih disimpan dengan baik

Bercampurnya penyimpanan alat-alat


prosesing dengan benih maupun calon
benih

Pengamatan Kuantitas Serangan


Sebanyak 300 gr benih sampel yang
diambil dari beberapa lokasi antara lain
adalah Lamuru BP, Bisma, N35, Gumarang
BD, lamuru BD/FS, Gumarang BD dan SHS 11.

Sampel-sampel tersebut dipisahkan dari biji


sehat, biji rusak akibat infestasi hama kumbang bubuk dan biji yang rusak akibat kerusakan fisik (tabel 8).

408

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010

ISBN : 978-979-8940-29-3

Tabel 8. Data kerusakan akibat serangan hama kumbang bubuk pada beberapa varietas yang
diambil dari beberapa lokasi responden (Takalar, Bulukumba, Bone dan Wajo)
Varietas

Persentase biji
rusak (%)

Persentase biji
sehat (%)

Jumlah imago
Sitophilus
(ekor)

Persentase biji
rusak fisik (%)

Lamuru BP

6.40

92.89

3.33

0.69

Bisma

0.08

99.59

0.33

0.30

N35

0.02

99.97

0.66

0.00

Gumarang BD

3.00

96.61

2.33

0.37

Lamuru BD/FS

0.03

99.77

0.33

0.18

Gumarang BD

2.66

97.18

2.33

0.14

SHS11

0.41

98.31

0.00

1.27

Sumber : Data Primer

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa prosentase serangan hama kumbang bubuk yang diukur dari persentase biji rusak
dari semua varietas yang diamati hasilnya
sangat rendah yakni berkisar antara 0.026.40%, demikian pula dengan persentase biji
yang rusak bukan akibat infestasi serangga
(rusak fisik) yakni berkisar antara 0,001.27%. Hal ini disebabkan karena memang
keberadaan imago serangga pada sample
yang diamati sangat kecil yakni berkisar
antara 0.00-3.33 ekor/300 gr sampel.

ekonomi tidak menimbulkan kerusakan yang


berarti. Pengamatan pada prasarana pergudangan nampak bahwa pengelolalaan gudang
umumnya kurang tertata rapi karna masih
bercampurnya tempat penyimpanan benih
dan alat-alat prosesing, demikian pula kondisi
gudang yang lembab dan kotor juga menjadi
satu penyebab berkembangnya hama kumbang bubuk dan cendawan aspergillus. Pada
pengamatan kualitas serangan hama gudang
nampak bahwa persentase serangan hama
kumbang bubuk yang diukur dari persentase
biji rusak dari semua varietas yang diamati
hailnya sangat rendah yakni berkisar antara
0.02-6.40%, demikian pula dengan persentase biji yang rusak bukan akibat infestasi
serangga (rusak fisik) yakni berkisar antara
0,00-1.27%. Hal ini disebabkan karena memang keberadaan imago serangga pada sampel yang diamati sangat kecil yakni berkisar
antara 0.00-3.33 ekor/300 gr sample.

Kesimpulan
Hasil Survei menunjukkan bahwa secara umum data kualitas serangan hamahama utama tanaman jagung yang ada dilapangan seperti semut, lalat bibit, kutu daun
(aphis), penggerek batang, penggerek tongkol, belalang, wereng jagung, tikus dan anjing
-anjing intesitasnya sangat rendah pada
semua lokasi pengambilan sample, dan secara
409

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010

ISBN : 978-979-8940-29-3

Syafruddin, Af.Fadhly., dan M.Akil. 2004.


Budidaya jagung untuk produksi
benih. Makalah disampaikan pada
Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih Serealia. Maros 14-16 juli 2004.

Daftar Pustaka
Borror, D.J., D.M.De Long and C.A. Triplehorn.
1981. An Introduction to the Study of
Insect.Saunders Collage
Publishing.p.356-549.
Faisal Wahab.2004. Pengujian dan sertifikasi
benih jagung. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan
Kemampuan Petugas Produksi
Benih Serealia. Maros 14-16 juli
2004.

Van der Laan, P.A. 1981. Pest of Crops in Indonesia.Revised from The plagen van
de Cultur gewessen in Indonesia by
L.G.G. Kalshoven. PT. Icthiar Bon Van
Hoeve, Jakarta. p.197-201;3870437.
Subandi. .2004. Program penelitian benih
serealia. Makalah disampaikan
pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih
Serealia. Maros 14-16 juli 2004.

Firdaus K, Arifuddin, dan M.Yasin HG. 2002.


Metoda pendugaan hasil jagung.
Berita Puslitbangtan no.24 Novembem 2002.
Firmansyah, I.U., Sinuseng, Y, R.Arief,
S.Singgih dan Suwardi. 2004.
Teknologi prosesing jagung dan
sorgum. Makalah disampaikan
pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih
Serealia. Maros 14-16 juli 2004.

Teetes, G.L., K.V.S. Reddy, K. Leuschener and


L.R. House. 1983. Sorgum Insect Identification Hand Book.Information Bulletin no.12. ICRISAT
Wafiah,A., M.Yasin Said, dan D.Baco. 1997.
Inventarisasi serangga hama gudang
sorgum di Sulawesi Selatan. Hasil
Penelitian Hama dan Penyakit
1996/1997.hal.57-68

Made J.Mejaya, Marsum M.Dahlan, dan Oman


Suherman. 2004.Teknologi produksi benih jagung unggul hibrida.
Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan
Petugas Produksi Benih Serealia.
Maros 14-16 juli 2004.

Wakman,W. 2004. Teknologi pengendalian


hama penyakit jagung di lapangan
dan di gudang. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan
Kemampuan Petugas Produksi
Benih Serealia. Maros 14-16 juli
2004.

Oman Suherman dan Made Mejaya. 2004.


Teknologi produksi benih sumber
jagung bersari bebas. Makalah
disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih Serealia. Maros 14-16
juli 2004.

410

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010

ISBN : 978-979-8940-29-3

Lampiran 1 Pedoman Baku Penerapan Teknologi Budidaya Jagung Benih Departemen Pertanian
No.

Jenis Teknologi

Metoda/Pelaksanaan

Keterangan

1.

Penyiapan lahan

Disemprot dengan herbisida Basmilang atau


Round Up dan Gramoxon

Basmilang/Round Up diberikan 6 hari sebelum tanam,


Gramoxon 2 hari sebelum
tanam

2.

Penanaman

Ditugal sedalam 10 cm
Sebelum ditugal lahan diberiJarak tanam 75 cm x 25 cm, 2-3 biji/lubang, benih kan air secukupnya
dicampur carbofuran dan di metalaksil
Diperjarang menjadi 1 tanaman pada 14 hari setelah
tanam

3.

Pemupukan

Urea 300 kg, SP36 150 kg, KCL 100 kg dan ZA 50


kg. Sepertiga Urea + seluruh P dan K diberikan
pada saat tanaman berumur 0-7 hst.
Sisa pupuk Urea + ZA diberikan pada umur 30-35
hst

Diaplikasi pada jarak 7 cm


dari tanaman dengan kedalaman 10 cm
Diaplikasi pada jarak 15 cm
dari tanaman dengan kedalaman 10 cm

4.

Pemeliharaan

Disemprot dengan herbisida dan dibumbun pada


saat pemupukan II.
Dijaga dari gangguan hama dan penyakit

Diaplikasi pada saat tanaman


berumur 30-35 hst. Dilakukan
monitoring rutin pada pertanaman terutama dari infeksi
bulai dan penggerek batang/
tongkol

5.

Roughing

Warna batang, daun, tinggi tongkol, tinggi batang,


umur berbunga, warna rambut, warna malai yang
menyimpang dibuang, tanaman yang terinfeksi
penyakit juga dubuang.

Roughing tanaman dilakukan


sebelum tanaman berbunga

6.

Pemanenan

Pada umur 100 hari tanaman dipangkas bagian


atasnya dan dibiarkan dilapangan sekitar 5-10
hari.

Untuk menurunkan kadar air


tongkol saat panen
Untuk memenuhi standar
tongkol layak pipil

7.

Prosesing

Tongkol kering panen dijemur beberapa hari


hingga kadar airnya berkisar antara 16-17%,
kemudian tongkol dipipil dengan mesin pemipil.

Dipisahkan dari butiran kotor


dan mencegah adanya kontaminasi jamur Aspergillus
flavus

8.

Pengemasan

Benih pipilan di sortasi dan digrading sesuai


Dikemas pada kadar air miniukuran yang diinginkan dan dijemur hingga kadar mal 12%, dan disarankan
air 12 % untuk selanjutnya digudangkan
pada k.a.10%

9.

Penyimpanan

Pengemasan/pengepakan dilakukan setelah benih Untuk menghindari serangga


lolos uji mutu dan kualitas dari BPSB setempat
hama gudang dapat ditreatment dengan bahan nabati
Disimpan pada tempat yang kering dan tidak
seperti abu, atau arang
lembab, tidak langsung menyentuh lantai.

411

Anda mungkin juga menyukai