Data OPT
Data OPT
ISBN : 978-979-8940-29-3
Abstrak
Survei identifikasi masalah dan penerapan alat/mesin pemroses benih jagung pada petani
penangkar untuk memperbaiki mutu benih dan rekor status terkini organisme pengganggu tanaman
pada lokasi binaan penangkar benih hibrida SHS dan komposit Balitsereal telah dilakukan dari pada
bebrapa daerah penangkaran jagung. Survei dilakukan secara terstruktur dengan memilih secara
sengaja beberapa petani sample. Beberapa sampel petani penangkar yang ada di desa pada beberapa
kabupaten antara lain Takalar, Bulukumba, Bone dan Wajo dipilih untuk mewakili responden.
Persentase responden yang diambil adalah 10% pada semua lokasi penangkaran dan dilakukan
secara sengaja. Untuk mendapatkan responden yang representatif, dilakukan kordinasi dengan tokoh
-tokoh tani , ketua kelompoktani dan KTNA, petuga spembina (SHS) dan Dinas Pertanian setempat.
Informasi masalah OPT juga dilakukan dengan mendata informasi kualitatif yang disampaikan petani
mulai dari OPT pada awal pertumbuhan tanaman sampai panen. Hasil Survei menunjukkan bahwa
secara umum data kualitas serangan hama-hama utama tanaman jagung yang ada dilapangan seperti
semut, lalat bibit, kutu daun (aphis), penggerek batang, penggerek tongkol, belalang, wereng jagung,
tikus dan anjing-anjing nmpak sangat rendah pada semua lokasi pengambilan sample, dan secara
ekonomi tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Pengamatan pada prasarana pergudangan
nampak bahwa pengelolalaan gudang umumnya kurang tertata rapi karna masih bercampurnya
tempat penyimpanan benih dan alat-alat prosesing, demikian pula kondisi gudang yang lembab dan
kotor juga menjadi satu penyebab berkembangnya hama kumbang bubuk dan cendawan aspergillus.
Pada pengamatan kualitas serangan hama gudang nampak bahwa persentase serangan hama
kumbang bubuk yang diukur dari persentase biji rusak dari semua varietas yang diamati hailnya
sangat rendah yakni berkisar antara 0.02-6.40%, demikian pula dengan persentase biji yang rusak
bukan akibat infestasi serangga (rusak fisik) yakni berkisar antara 0,00-1.27%. Hal ini disebabkan
karena memang keberadaan imago serangga pada sample yang diamati sangat kecil yakni berkisar
antara 0.00-3.33 ekor/300 gr sample.
Kata kunci : Identifikasi, status terkini, OPT jagung
Pendahuluan
Program pengembangan dan pengadaan jagung nasional untuk memenuhi kebutuhan akan pangan nasional dan pakan. Untuk maksud tersebut di atas Badan Litbang
Pertanian telah melepas 9 varietas jagung
hibrida dan 6 verietas jagung bersari bebas
dengan potensi hasil antara 7.0-9.0t/ha.
Varietas-varietas tersebut antara lain Lamuru
dan Sukmaraga. Pada ekspose di beberapa
398
ISBN : 978-979-8940-29-3
berapa petani sample. Informasi digali dengan berpedoman kepada kata kunci yang
telah disiapkan sebelumnya.
Penelitian ini dilaksanakan dengan
mengambil beberapa sample petani penangkar yang ada di desa pada bebeerapa kabupaten antara lain Takalar, Bulukumba, Bone
dan Wajo. Penentuan lokasi tersebut didasarkan pada informasi awal yang diperoleh dari
Dinas Pertanian setempat tentang keberadaan petani penangkar yang dapat mewakili
renponden petani penangkar benih khususnya yang produksinya berbasis pada kebutuhan kelompoktani dan mampu mensuplai
kebutuhan petani setempat ataupun petani
yang diwilayah sekitarnya.
Penentuan Responden
Dalam penelitian ini metoda yang digunakan adalah RRA (Rapid Rural Appraisal)
dengan mengambil persentase responden
yang diambil adalah 10% pada semua lokasi
penangkaran dan dilakukan secara sengaja.
Untuk mendapatkan responden yang representatif, dilakukan kordinasi dengan tokohtokoh tani , ketua kelompoktani dan KTNA,
petuga pembina (SHS) dan Dinas Pertanian
setempat.
Pengumpulan
Sampel
Data
dan
Pengambilan
ISBN : 978-979-8940-29-3
Analisisa Data
Data yang diperoleh ditabulasi, dianalisis, kemudian dilanjutkan dengan menghitung prosentase kerusakan baik kualitas
maupun kuantitas serangan kemudian dilanjutkan dengan memberi penjelasan-penjelasan yang logis berdasarkan data yang ada
dan faktor-faktor yang dijadikan rujukan termasuk diantaranya adalah faktor penyuluhan
dan kondisi aktual lapangan.
ISBN : 978-979-8940-29-3
Penanaman
Penanaman jagung dilakukan dengan
pengolahan sempurna menggunakan bajak
dan traktor yang disewa. Jarak tanam yang
umum digunakan adalah 75 cm x 40 cm, 2
atau lebih biji perlubang atau 75 x 25 cm
dengan 1 biji per lubang. Penanaman benih
menggunakan tenaga kerja dalam keluarga
(TDKK) yang biasanya melibatkan istri dan
anak-anaknya.
Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan cara diolah sempurna menggunakan traktor
dan ada pula sebahagian petani yang tidak
mengolah yakni dengan cara TOT saja. Bagi
petani yang melakukan pengolahan sempurna maka beberapa hari setelah pemunculan
gulma dilapangan diatasi dengan penyemprotan herbisida, yakni dengan menggunakan
herbisida seperti Gramoxon, DM-6, Benson
Penyiangan
Penyiangan gulma umumnya menggunakan herbisida jenis Gramoxon dan DM-6,
401
ISBN : 978-979-8940-29-3
Pemupukan
Penggunaan saprodi khususnya pupuk ditingkat petani terlihat bervariasi. Hal
Tabel. 1. Cara petani menerapkan dosis pupuk pada beberapa lokasi pengambilan sample
Lokasi Pengamatan
Dosis Pemberian
(kg/ha)
Petani yang
menerapkan
Urea
Ponska
NPK1616
Pedacron
ZA
200
350
100
100
50
H.Dg. Nyao
Takalar(Komposit)
Urea
SP36
ZA
100
300
50
H.Dg.Nyao
Urea
KCL
SP36
ZA
250
100
200
50
Lasinrang
Urea
Ponska
150
100
Halim
Urea
ZA
400
100
H.Mansyur
Bone, KP.Cina
(Sukmaraga)
Soppeng (Lamuru)
402
ISBN : 978-979-8940-29-3
buhan tanaman sampai panen umumnya sangat rendah dan ada yang tidak ada sama
sekali, keculai pada periode penyimpanan
serangan dapat mencapai 100% pada benihbenih yang disimpan lama (lebih dari 6 bulan). Secara umum hama dan penyakit yang
mengganggu pertanaman petani adalah semut, penggerek batang, aphis, wereng jagung,
ulat grayak, tikus dan penggerek tongkol.
Tingkat serangan OPT pada wilayah Kelompotani Al-Qamar adalah semut menyerang
pada fase I dengan tingkat serangan rendah,
demikian pula dengan lalat bibit, belalang dan
anjing tanah(Tabel 2).
Tabel 2. Rekor kualitatif hama jagung selama fase pertumbuhan menurut penuturan petani
sample yang ada di lokasi binaan SHS (Kelompoktani Al-Qamar)
Jenis OPT
II
III
IV
Hama Tanaman
Semut merah
Lalat bibit
Kutu daun
Penggerek batang
Penggerek tongkol
Belalang
Wereng Jagung
Tikus
Anjing tanah
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
-
+
+
-
Penyakit Tanaman
Bulai
Bercak daun
+
-
+
-
Fase II
mulai tumbuh bunga hingga tanaman membentuk bunga jantan dan bunga betina.
Fase III
Fase V
403
ISBN : 978-979-8940-29-3
Tabel 3. Rekor kualitatif hama jagung selama fase pertumbuhan menurut penuturan petani sampel yang
ada di lokasi binaan SHS (Instalasi Kebun Benih Palawija (IKBP), Batukaropa Bulukumba)
Jenis OPT
II
III
IV
Hama Tanaman
Semut merah
Lalat bibit
Kutu daun
Penggerek batang
Penggerek tongkol
Belalang
Wereng Jagung
Tikus
Anjing tanah
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
-
+
+
+
++
-
+
-
Penyakit Tanaman
Bulai
Bercak daun
+
-
+
-
+
-
Fase II
mulai tumbuh bunga hingga tanaman membentuk bunga jantan dan bunga betina.
Fase III
Fase V
404
ISBN : 978-979-8940-29-3
Tabel 4. Rekor kualitatif hama jagung selama fase pertumbuhan menurut penuturan petani
sampel yang ada di lokasi binaan SHS (Instalasi Kebun Benih Palawija (IKBP), Canru Wajo)
Jenis OPT
Hama Tanaman
Semut merah
Lalat bibit
Kutu daun
Penggerek batang
Penggerek tongkol
Belalang
Wereng Jagung
Tikus
Anjing tanah
+
-
Penyakit Tanaman
Bulai
Bercak daun
II
III
IV
+
-
+
+
++
-
+
-
+
-
+
-
+
-
+
-
Fase II
mulai tumbuh bunga hingga tanaman membentuk bunga jantan dan bunga betina.
Fase III
Fase V
Tabel 5. Rekor kualitatif hama jagung selama fase pertumbuhan menurut penuturan petani
sampel yang ada di lokasi Kecamatan Cina Kabupaten Bone
Jenis OPT
II
III
IV
Hama Tanaman
Semut merah
Lalat bibit
Kutu daun
Penggerek batang
Penggerek tongkol
Belalang
Wereng Jagung
Tikus
Anjing tanah
+
-
+
-
+
-
Penyakit Tanaman
Bulai
Bercak daun
+
-
+
-
+
-
Fase II
mulai tumbuh bunga hingga tanaman membentuk bunga jantan dan bunga betina.
Fase III
Fase V
405
ISBN : 978-979-8940-29-3
Tabel 6. Rekor kualitatif hama jagung selama fase pertumbuhan menurut penuturan petani sampel
yang ada di lokasi di Kabupaten Soppeng
Jenis OPT
Hama Tanaman
Semut merah
Lalat bibit
Kutu daun
Penggerek batang
Penggerek tongkol
Belalang
Wereng Jagung
Tikus
Anjing tanah
Penyakit Tanaman
Bulai
Bercak daun
II
III
IV
Fase II
mulai tumbuh bunga hingga tanaman membentuk bunga jantan dan bunga betina.
Fase III
Fase V
Atribut Biologi
Sitophilus sp adalah serangga hama
yang berupa kumbang kecil berwarna coklat
kemerah-merahan, berukuran 3-4 mm dan
mempunyai 4 bercak terang berwarna
kemerah-merahan atau kekuning-kuningan di
bawah sayapnya (Borror et al., 1979). Baik
serangga dewasa maupun larvanya, makan
dan berkembang di dalam biji. Serangga induk menggerek/melubangi biji kemudian meletakkan sebutir telur, setelah itu menutupinya dangan cairan kenyal. Seekor serangga
betina mampu meletakkan telur 300-500 butir dalam 4-5 bulan. Periode inkubasi telur
memakan waktu 3 hari. Larvanya berupa lun-
ISBN : 978-979-8940-29-3
dang karena setelah panen semua calon langsung diambil oleh SHS sebagai mitra kerja
dan sekligus pembina teknologi dari kelompok tani Al-Qomar.
Pengelolaan Tempat Penyimpanan Benih
Secara umum terlihat bahwa hampir
semua lokasi gudang yang dikunjungi memperlihat performansi yang tidak ideal atau
tidak standar menurut protokol baku dari
sistem pergudangan benih. Misalnya, tempatnya yang kotor dan lembab, aerasi udara yang
kurang (Gambar 3) bercampurnya alat-alat
prosesing dengan bahan calon benih dan bahkan dengan benih yang sudah dikemas (Gambar 4). Kelembaban udara yang tinggi dapat
memicu berkembangnya hama kumbang bubuk dan bahkan dapat menjadi media yang
kondusif bagi tumbuhnya jamur Aspergillus
flavus yang menghasilkan aflatoxin yang
berbahaya bagi kesehatan (Tabel 7).
407
ISBN : 978-979-8940-29-3
Saran perbaikan
408
ISBN : 978-979-8940-29-3
Tabel 8. Data kerusakan akibat serangan hama kumbang bubuk pada beberapa varietas yang
diambil dari beberapa lokasi responden (Takalar, Bulukumba, Bone dan Wajo)
Varietas
Persentase biji
rusak (%)
Persentase biji
sehat (%)
Jumlah imago
Sitophilus
(ekor)
Persentase biji
rusak fisik (%)
Lamuru BP
6.40
92.89
3.33
0.69
Bisma
0.08
99.59
0.33
0.30
N35
0.02
99.97
0.66
0.00
Gumarang BD
3.00
96.61
2.33
0.37
Lamuru BD/FS
0.03
99.77
0.33
0.18
Gumarang BD
2.66
97.18
2.33
0.14
SHS11
0.41
98.31
0.00
1.27
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa prosentase serangan hama kumbang bubuk yang diukur dari persentase biji rusak
dari semua varietas yang diamati hasilnya
sangat rendah yakni berkisar antara 0.026.40%, demikian pula dengan persentase biji
yang rusak bukan akibat infestasi serangga
(rusak fisik) yakni berkisar antara 0,001.27%. Hal ini disebabkan karena memang
keberadaan imago serangga pada sample
yang diamati sangat kecil yakni berkisar
antara 0.00-3.33 ekor/300 gr sampel.
Kesimpulan
Hasil Survei menunjukkan bahwa secara umum data kualitas serangan hamahama utama tanaman jagung yang ada dilapangan seperti semut, lalat bibit, kutu daun
(aphis), penggerek batang, penggerek tongkol, belalang, wereng jagung, tikus dan anjing
-anjing intesitasnya sangat rendah pada
semua lokasi pengambilan sample, dan secara
409
ISBN : 978-979-8940-29-3
Daftar Pustaka
Borror, D.J., D.M.De Long and C.A. Triplehorn.
1981. An Introduction to the Study of
Insect.Saunders Collage
Publishing.p.356-549.
Faisal Wahab.2004. Pengujian dan sertifikasi
benih jagung. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan
Kemampuan Petugas Produksi
Benih Serealia. Maros 14-16 juli
2004.
Van der Laan, P.A. 1981. Pest of Crops in Indonesia.Revised from The plagen van
de Cultur gewessen in Indonesia by
L.G.G. Kalshoven. PT. Icthiar Bon Van
Hoeve, Jakarta. p.197-201;3870437.
Subandi. .2004. Program penelitian benih
serealia. Makalah disampaikan
pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih
Serealia. Maros 14-16 juli 2004.
410
ISBN : 978-979-8940-29-3
Lampiran 1 Pedoman Baku Penerapan Teknologi Budidaya Jagung Benih Departemen Pertanian
No.
Jenis Teknologi
Metoda/Pelaksanaan
Keterangan
1.
Penyiapan lahan
2.
Penanaman
Ditugal sedalam 10 cm
Sebelum ditugal lahan diberiJarak tanam 75 cm x 25 cm, 2-3 biji/lubang, benih kan air secukupnya
dicampur carbofuran dan di metalaksil
Diperjarang menjadi 1 tanaman pada 14 hari setelah
tanam
3.
Pemupukan
4.
Pemeliharaan
5.
Roughing
6.
Pemanenan
7.
Prosesing
8.
Pengemasan
9.
Penyimpanan
411