Anda di halaman 1dari 9

Dalam masyarakat pra-modern dan modern telah terjadi hirarki

kepemimpinan yang semua orang harus mematuhi. Agar sistem ini beroperasi
harus ada seseorang/organisasi yang bertanggung jawab atau dikenal sebagai
otoritas. Menurut Weber, otoritas adalah kekuasaan diterima sebagai sah oleh
mereka yang mengalami hal itu. Weber menguraikan tiga bentuk otoritas dalam
masyarakat modern tradisional karismatik dan rasional-legal. Bentuk-bentuk
otoritas adalah jenis murni ideal yang jarang murni dalam kehidupan nyata.
Di Indonesia, isu pembentukan badan otoritas kawasan tengah gencar
diberitakan. Awal tahun 2016, pemerintah telah menetapkan sepuluh Badan
Otoritas Pariwisata pada Kawasan Strategis Indonesia yakni Tanjung Kelayang,
Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo, Mandalika, Pulau Komodo,
Wakatobi dan Morotai dan Danau Toba (BOP Danau Toba) di Sumatra Utara yang
telah dibentuk BOP pada Januari 2016.
Badan otoritas merupakan lembaga
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksanaan dan penyidikan.
Adanya otoritas mampu memudahkan proses pembangunan maupun perizinan
karena di proses dalam satu pintu sehingga investor atau pihak swasta tidak
disulitkan dalam investasi maupun bermitra. Di Indonesia sendiri, terdapat lembaga
otoritas pariwisata, lembaga otoritas untuk kawasan industri dan pelabuhan, dan
belum sepenuhnya diberlakukan di segala sektor.
Melalui kerjasama antar kementerian, pembentukan Badan Otoritas
Pariwisata ini didukung dengan program one destination one management untuk
mempercepat proses perencanaan dan pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan kawasan otoritas. Adanya satu otoritas di suatu kawasan pariwisata akan
membuat pengelolaan dan pengembangan lokasi tersebut lebih efektif dan cepat
dibandingkan dikelola secara terpisah oleh berbagai instansi.
BOP terdiri dari Dewan Pengarah dan Badan Pelaksana. Di mana Dewan Pengarah
beranggotakan beberapa Menteri dari Kementerian terkait sedangkan untuk badan
eksekutifnya akan dipilih dari profesional. Tugas dari BOP ini selain mengatur,
melaksanakan dan mengawasi juga bertugas dalam memutuskan hal-hal strategis
di kawasan otoritasnya.
Dibentuk oleh beberapa kementerian yakni Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman, Menko Polhukam, Menteri Pariwisata, Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan, dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui rapat koordinasi
antar kementerian. Pembentukan BOP dimuat dalam Keputusan Presiden yang saat
ini masih dalam bentuk draft Keputusan Presiden.
Sementara terkait pendanaan, dana operasional Badan Otoritas Pengembangan
Pariwisata dikucurkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
sumbangan yang tidak mengikat, dan hasil dari kegiatan bisnis yang dilakukan.
BOP Danau Toba merupakan lembaga pertama yang akan dibentuk
pemerintah untuk menjadi lembaga independen yang mengelola seluruh proses
pengembangan wisata khususnya di Danau Toba yang bertujuan untuk
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Saat ini, ada tujuh pengelola wisata
Danau Toba dan dengan adanya lembaga independen tersebut, hanya akan ada
satu pengelola Danau Toba. Danau Toba yang letaknya berada di 7 BOP Danau Toba
yang berada dibawah pemerintah daerah, akan menjadi mitra lembaga otoritas.
BOP Danau Toba direncanakan menjadi pilot project untuk pembentukan BOP di
sembilan wilayah lainnya yang berlokasi di kawasan strategis Indonesia.
Indonesia memiliki beberapa badan/lembaga yang bersifat otoritas yakni OJK
(Otoritas Jasa Keuangan), BP Batam, BP Bintan, BP Karimun dan otoritas pelaksana
dalam bentuk UPT (Unit Pelaksanaan Teknis).
Perbedaan mendasar lembaga
otoritas dan unit pelaksana adalah, otoritas tidak dibawahi oleh lembaga
pemerintah dan badan maupun dinas, UPT berada langsung dibawah dinas dan

lingkup pekerjaan UPT lebih sempit yakni hanya melakukan pelaksanaan teknis,
berbeda dengan lembaga otoritas yang lingkup kerjanya lebih luas.
UPT
mempunyai tugas untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional atau kegiatan
penunjang serta urusan pemerintah yang bersifat pelaksanaan dari organisasi
induknya yang pada prinsipnya tidak bersifat pembinaan serta tidak berkaitan
langsung dengan perumusan dan penetapan kebijakan publik.

Dampak Positif
Kemudahan
proses
perijinan
dan
pembangunan melalui satu pintu
Terintegrasi
langsung
dengan
Kementrian maupun Badan Otoritas
lainnya
Pengambilan keputusan yang cepat dan
strategis
Anggaran Negara dikeluarkan dengan
jelas
Peningkatan
dan
pengembangan
infrastruktur kawasan otoritas
Pengendalian pengembangan kawasan
otoritas
Peningkatan pendapatan kawasan

Dampak Negatif
Seolah monopoli lembaga
Tumpang tindih regulasi bila kedudukan
tidak jelas
Kesenjangan antara badan otoritas dan
pemerintah daerah

Seperti yang telah disebutkan di atas, contoh lembaga otoritas Indonesia di bidang
jasa keuangan yakni OJK dimana bertugas mengawasi perbankan dan pasar modal
Indonesia.
Untuk sektor wisata, PT BTDC (PT. Bali Tourism Development
Corporation) menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi kewenangan
untuk mengatur dan mengelola kawasan di daerah Bali (Nusa Dua) dan Lombok
(Mandalika) yang juga turut menjadi percontohan dalam pembentukan Badan
Otoritas Pariwisata (BOP) Danau Toba. Sementara, untuk otoritas di luar Indonesia,
telah banyak pembentukan lembaga dalam otoritas kawasan seperti HTA (Hawaii
Tourism Authority) yang mengatur terkait otoritas pariwisata di Kepulauan Hawaii di
negara bagian Amerika Serikat.
BTDC (Bali Tourism Development Corporation)
Dalam rangka pelaksanaan rencana Nusa Dua, sebagai Kawasan Pariwisata telah
dibentuk suatu Badan Usaha yaitu PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) atau
lebih dikenal dengan Bali Tourism Development Corporation (BTDC), yang bertujuan
utama menyelenggarakan tersedianya prasarana dan sarana, mengundang investor
untuk membangun hotel serta mengelola dan memelihara Kawasan Pariwisata Nusa
Dua. Disamping itu dibentuk Badan Pengembangan Rencana Induk Pariwisata Bali
(BPRIP) dengan tugas konsultasi dan koordinasi dengan PP. No.27 tahun 1972 dan
PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) atau Bali Tourism Development
Corporation (BTDC).
BTDC dibentuk untuk pembangunan Nusa Dua yang mencerminkan karakteristik
standard internasional berskala tinggi bagi semua fasilitas yang direncanakan
terutama, prasarana peningkatan kualitas estetik kawasan terutama lansekap, serta
budaya dan daya tarik pemandangan Bali yang unik. Serta dibangun sebagai

kawasan pariwisata skala internasional dengan cara, mengundang partisipasi hotel


yang memiliki jaringan pemasaran internasional, menyajikan daya tarik yang unik
dari Bali, melalui pengadaan festival Budaya dan sarana hiburan lainnya serta menciptakan panduan yang serasi dalam pengembangan kawasan yang tercermin
dalam aneka ragam sarana-sarana yang disajikan maupun dengan menumbuhkan
suasana yang aman dan nyaman.
BTDC memiliki visi yakni Menjadi Perusahaan Pengembang dan Pengelola Kawasan
Pariwisata yang Unggul dalam Bidang Pelayanan. Misi BTDC yakni :
1. Melakukan kegiatan pengelolaan kawasan pariwisata ramah lingkungan
secara profesional dan berkualitas
2. Membangun kawasan pariwisata terpadu di wilayah-wilayah Indonesia yang
memiliki potensi pariwisata berdasarkan analisa kelayakan bisnis yang
prospektif
3. Memberikan manfaat yang optimal kepada stakeholders sesuai prinsip bisnis
yang sehat
Tujuan dibentuknya PT BTDC adalah :
1. Meningkatnya nilai perusahaan.
2. Meningkatnya kepuasan pelanggan melalui jasa yang unggul.
3. Terlaksananya proses produksi yang efektif dan efisien melalui teknologi
tepat guna dan ramah lingkungan.
4. Terwujudnya SDM yang profesional dan mempunyai komitmen yang tinggi.
Pendapatan utama PT BTDC yang saat ini disebut ITDC (Indonesia Tourism
Development Corporation) berasal dari Penyewaan lahan. Saat ini yang dikelola
Perseroan adalah Kawasan Pariwisata Nusa Dua yang diperoleh berdasarkan PP No.
27 tahun 1972. Selain itu Perseroan berdasarakan PP No. 55 tahun 2008 dan PP No.
33 Tahun 2009 memperoleh hak untuk mengelola Kawasan Pariwisata Mandalika
Lombok dengan luas 1175 ha. Dikarenakan telah menangani dua kawasan yakni
Nusa Dua Bali dan Mandalika di Lombok, BTDC berganti nama menjadi Indonesia
Tourism Development Corporation.
Peranan ITDC adalah memperoleh lahan, membuat Master Plan, membangun
prasarana dan Sarana Kawasan bertaraf Internasional, serta menyusun sistem
investasi yang menarik bagi Investor untuk menanamkan modalnya di Nusa Dua.
Produk atau jasa yang ditawarkan adalah, penyiapan lahan, yang dikerjasamakan
dengan sistem BOT dengan investor baik dalam maupun luar negeri, untuk
dikembangkan sebagai usaha akomodasi perhotelan, condotel serta fasilitas
pariwisata lainnya yang menarik.
Sampai tahun 2013 ITDC telah berhasil
mengembangkan Kawasan Nusa Dua dari daerah terpencil dan terkebelakang
menjadi kawasan yang bergengsi, promotif, dan menguntungkan serta mampu
memberikan dampak berganda bagi masyarakat Bali, dan Indonesia pada
umumnya.

Berbagai Even berskala International telah dilakukan di Nusa Dua secara tidak
langsung telah meningkatkan promosi Indonesia di dunia Internasional. ITDC telah
melaksanakan pembagunan yang berwawasan lingkungan secara berkelanjutan
sesuai dengan konsep Tri Hita Karana yang dimiliki masyarakat Bali, sehingga
memperoleh Penghargaan Kalpataru dari pemerintah RI, sertifikasi Tri Hita Karana
dari Yayasan Tri Hita Karana Bali dan sertifikasi Green Globe pertama di Dunia
dibidang Kawasan Pariwisata oleh Green Globe Foundation, sebuah lembaga Dunia
PBB.

Strategi pengembangan bisnis perusahaan dalam upaya melaksanakan visi dan


misi perusahaan serta menghadapi persaingan yang semakin kompetitif, PT. BTDC
berfokus pada keunggulan daya saing, serta bekerjasama dengan partner-partner
strategis yang mempunyai modal, tanah atau pasar dalam mengembangkan dan
pengelolaan kawasan pariwisata yang mengutamakan variasi produk dan pelayanan
yang lebih menarik sesuai dengan kebutuhan pasar, termasuk melakukan
ekstensifikasi dan diversifikasi usaha.
Hawaii Tourism Authorities
Dibentuk ppada tahun 1998, Hawaii Tourism Authorities (HTA) merupakan badan
milik negara yang didirikan melalui tindakan legislatif sebagai lembaga negara yang
khusus mengelola industri pengujung pariwisata di Hawaii dan mengelola dana
khusus pariwisata. HTA bertanggung jawab dalam :
1. Menetapkan kebijakan pariwisata dan arah pariwisata dari perspektif seluruh
negara bagian dengan tujuan memberikan kontribusi bagi pertumbuhan
kawasan dalam keberlanjutan ekonomi kawasan maupun negara.
2. mengembangkan dan menerapkan rencana dan upaya pemasaran pariwisata
negara
3. mengelola program dan kegiatan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kunjungan wisata
4. mengembangkan dan memantau Pelaksanaan Rencana Strategis Pariwisata
Hawaii

5. koordinasi terkait penelitian kepariwisataan, perencanaan, promosi dan


sosialisasi dengan sektor publik dan swasta.
6. mengabadikan budaya Hawaii
7. mendistribusikan
pengunjung
di
semua kepulauan
Hawaii
untuk
penyeimbangan kapasitas
8. Membuat kolaborasi atau kemitraan dengan badan-badan pemerintah
lainnya.
HTA merupakan lembaga yang berada langsung dibawah departemen negara yakni
Departemen Bisnis, Pengembangan Ekonomi dan wisata yang juga disebut dengan
DBEDT (Department Bussiness, Economic Development and Tourism. Di pimpin
oleh Presiden dan CEO HTA yang diwajibkan memberikan pelaporan dan
bertanggung jawab langsung kepada Direksi HTA serta membantu dewan dalam
tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan berdasarkan anggaran dasar Hawaii.
Berikut adalah struktur organisasi HTA :

Pekerjaan HTA terbagi menjadi beberapa dua yakni melakukan dan mengumpulkan
berbagai penelitian dan identifikasi pemasaran.
informasi mengenai pasar dan
penelitian tersebut digunakan untuk membantu merumuskan arah pengembangan
otoritas HTA dalam setiap bidang pemasaran dengan tetap menjaga keseimbangan
kebutuhan untuk optimalisasi kontribusi masyarakat dalam industri pariwisata baik
secara kultural maupun ekonomi di seluruh negara bagian. Alur kerja HTA :
1)

Penelitian
merupakan dasar dalam membantu HTA merumuskan rencana untuk keberlanjutan
industri pariwisata Hawaii dengan memanfaatkan pasar wisata, sejarah dan data
pengunjung kondisi saat ini serta perubahan tren musiman pengunjung, demografi
dan kondisi ekonomi.
2)
Tourism Strategic Plan (TSP)

rencana Strategis Pariwisata berisi visi pariwisata jangka panjang yang membantu
HTA dalam mengembangkan visi dan tujuan untuk dua tahun Rencana Strategis.
3)
HTA Strategic Plan
Rencana Strategis HTA ini berfungsi sebagai peta jalan untuk mencapai tujuan jangka
pendek sehingga tercapai Key Performance Indicator (KPI), berdasarkan data
penelitian , pertemuan stakeholder, kemitraan dan strategi pasar.
4)
Sasaran
KPI (yaitu , kedatangan , pengeluaran harian/orang, dll ) yang digunakan untuk
mengukur keberhasilan inisiatif oleh HTA dan kontraktor pemasaran .
5)
Rencana Anggaran dan Pemasaran
merumuskan tindakan atau inisiatif HTA dalam mencapai sasaran KPI. Rencana
Anggaan diformulasikan untuk mendukung rencana pemasaran (The Brand
Sustainability Plan).
6)
Pelaksanaan
kontraktor HTA akan mengembangkan rencana pemasaran wisata tahunan dalam
melengkapi The Brand Sustainability lan berdasarkan tren pasar dengan kondisi yang
ada saat ini.
7)
Evaluasi
melaksanakan evaluasi terhadap sasaran tujuan (KPI) untuk pengotimalan kinerja
berdasarkan data penelitian, strategi pemasaran dan tindakan inisiatif kontraktor
dalam memasarkan pariwisata.
8)
Pengaturan
Evaluasi pertama memberikan kesempatan untuk HTA dan yang kontraktor
pemasaran untuk berkumpul kembali dan meninjau tren pasar saat ini dan kondisi
ekonomi dan membuat penyesuaian yang diperlukan untuk rencana pemasaran untuk
mendapatkan tujuannya .
9)
Monitoring Hasil
Selama kuartal ketiga kami terus memantau hasil tahun - to-date , menganalisis
kondisi ekonomi dan tren dan membandingkan mereka terhadap KPI kami untuk
merencanakan untuk tahun depan .
10) Evaluasi
Menjelang akhir tahun , kami akan mengevaluasi efektivitas kami inisiatif sepanjang
tahun dan menimbang riset pasar dan intelijen untuk mempertimbangkan mana
inisiatif untuk kembali mendefinisikan , memperlengkapi dan menerapkan pada tahun
depan .

BP Batam

Batam merupakan salah satu kabupaten yang masuk ke dalam FTZ (Free
Trade Zone) yang mana merupakan area atau kawasan perdagangan bebas.
Selain Batam, di Indonesia yang termasuk kawasan FTZ adalah Bintan dan
Karimun. FTZ ini juga mempengaruhi pembentukan lembaga otoritas di
Bintan dan Karimun.
Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Batam (disingkat BP Batam) adalah lembaga/instansi pemerintah pusat yang
dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46
Tahun 2007 dengan tugas dan wewenang melaksanakan pengelolaan,
pengembangan dan pembangunan kawasan sesuai dengan fungsi-fungsi
kawasan. Sebelumnya BP Batam adalah Otorita Pengembangan Daerah
Industri Pulau Batam atau lebih dikenal dengan nama Otorita Batam.
Otorita Batam (OB) merupakan cikal bakal dari Badan Pengusahaan Batam (BP Batam). Pada
Peraturan Pemerintah nomor 46 tahun 2007, disebutkan bahwa Otorita Pengembangan Daerah
Industri Pulau Batam berubah menjadi Badan Pengusahaan Kawasan Batam dengan
keberadaannya selama 70 tahun sejak peraturan tersebut ditandatangani.
Hal ini memberikan kepastian hukum kepada para investor baik lokal maupun asing selama itu
untuk berinvestasi di Batam. BP Batam mempunyai Visi dan Misi yang jelas untuk
mengembangkan Batam kedepan. Adapun BP Batam memiliki visi yakni Menjadikan Batam
sebagai Kawasan Investasi yang Berdaya Saing di Asia Tenggara, dengan misinya yaitu :
1. Memantapkan pengelolaan kawasan investasi yang professional

2. Mewujudkan kawasan investasi yang memiliki infrastruktur yang berbasis Teknologi


Informasi dan Komunikasi (TIK)
3. Mewujudkan kawasan investasi yang berwawasan lingkungan
Saat ini BP Batam mendapatkan kewenangan dari pemerintah pusat khususnya yang menjadi
kewenangan Departemen Perdagangan untuk mengeluarkan perijinan lalu lintas keluar masuk
barang. Perijinan tersebut diantaranya Perijinan IP Plastik dan Scrap Plastik, Perijinan IT-PT,
Perijinan IT Cakram, Perijinan IT Alat Pertanian, Perijinan IT Garam Perijinan, Mesin Fotocopy
dan printer berwarna, Perijinan Pemasukan Barang Modal Bukan Baru, Perijinan Bongkar Muat,
Pelabuhan Khusus, Perijinan Pelepasan Kapal Laut.

Adapun perijinan yang sebelumnya berada di Otorita Batam diantaranya Perijinan Fatwa
Planologi, Perijinan Alokasi Lahan, Perijinan titik-titik lokasi iklan, SK BKPM tentang registrasi
perusahaan di Indonesia, Angka Pengenal Import Terbatas (APIT), serta Izin Usaha Tetap (IUT).

BP Batam bertanggung jawab langsung pada pemerintah pusat. Keberadaan BP


Batam di Kota Batan memberikan keuntungan tersendiri bagi Kota Batam. Adanya

dualisme kewenangan di Batam yakni BP Batam sebagai lembaga otoritas dan Pemerintah Kota
Batam sebagai lembaga eksekutif. Dua bentuk kelembagaan ini memberikan keuntungan bagi
Batam, karena melimpahnya kucuran dana yang dikeluarkan untuk pembangunan Batam. BP
Batam memperoleh pendanaan yang berasal dari anggaran negara / APBN sementara yang
lainnya bersumber dari anggaran daerah (APBD). Selain pembangunan terbilang lebih cepat,
fasilitas untuk masyarakat juga lebih terjamin. Fasilitas kebutuhan air bersih misalkan. Meski
Batam tidak memiliki sumber daya air alami seperti sungai dan danau, Batam memiliki dam
buatan yang dibangun oleh Otorita Batam/BP Batam melalui dana dari pemerintah pusat. Batam
memiliki enam dam. Saat ini BP Batam bahkan sedang membangun dam baru Dam Tembesi
yang kemungkiunan dalam beberapa tahun ke depan dapat segera digunakan sebagai sumber air
baku yang nantinya diolah untuk air bersih.

Anda mungkin juga menyukai