Anda di halaman 1dari 3

Cerita LPDP Part-3: Seleksi On the Spot Essay Writing dan LGD

Setelah kita lulus tahap seleksi administratif, tiba saatnya menghadapi tantanga
n selanjutnya di seleksi substansif yang terdiri dari On the Spot Essay Writing,
Leaderless Group Discussion (LGD), dan Wawancara. Kita akan diberitahu apa saja
yang harus dibawa ketika seleksi pada tahap ini, jadwal dan tempat pelaksanaan,
semuanya akan diberitahu via email oleh LPDP. Ada peserta yang mendapat jadwal
LGD, penulisan esai, dan wawancara dalam satu hari, ada juga yang dua hari. Saya
termasuk mendapat jadwal dua hari. Hari pertama adalah penulisan esai dan LGD,
lalu hari kedua barulah wawancara.
Sebelum wawancara setiap peserta wajib melakukan verifikasi dokumen. Dokumen yan
g diverifikasi adalah dokumen-dokumen yang kita upload ketika mengisi pendaftara
n online. Semua dokumen yang akan diverifikasi haruslah dokumen asli, bukan hasi
l scan/fotokopi, dan beberapa dokumen seperti surat pernyataan, surat rekomendas
i, dan surat izin atasan (bagi yang sudah bekerja) harus benar-benar sesuai deng
an format yang ditentukan LPDP seperti yang dicontohkan di Buku Panduan (booklet
). Jika kita mendapat jadwal verifikasi dokumen yang waktunya berdekatan atau be
ririsan dengan jadwal penulisan esai dan LGD, panitia memperbolehkan peserta unt
uk mengikuti penulisan esai dan LGD terlebih dahulu. Setelah LGD, baru lah kita
melakukan verifikasi dokumen.
Di hari pertama, saya mendapat jadwal Penulisan esai pukul 14.40-15.10 dan LGD 1
5.50-16.40. Kalau bisa kita datang minimal 2 jam lebih awal dari jadwal. Karena
jadwal yang tertulis untuk kita bisa jadi maju atau bahkan mundur. Bahkan pesert
a yang kelompok LGD nya sama dengan saya, banyak yang datang mulai dari pagi. Sa
ya datang sekitar pukul 11.00 karena memang tidak ada jadwal di pagi hari. Gunak
an jeda waktu yang panjang itu untuk berkenalan, mencari teman sebanyak-banyakny
a, dan siapa tau kita bisa belajar dari pengalaman mereka. Janganlah menganggap
peserta lain sebagai musuh, karena yang saya tau dari cerita para awardee, LPDP
tidak memberikan batas kuota tertentu. Selama kita adalah orang yang layak dan s
esuai dengan kriteria LPDP, kita akan lolos. Jadi, kita hanya bersaing dengan di
ri kita sendiri.
On the Spot Essay Writing
Tes penulisan esai on the spot merupakan tes yang baru ada di periode 3 kemarin.
Saya mendapat jadwal tes ini sebelum LGD dan wawancara. Jauh-jauh hari sebelum
tau jadwal seleksi substansif ini, saya sempat belajar mengenai wacana yang sedang
hangat atau yang pernah menjadi headline beberapa waktu lalu. Dalam On the Spot
Essay Writing ini, para peserta akan memasuki sebuah ruangan dengan beberapa ba
ngku yang ditata agak berjauhan.
Panitia akan membagikan selembar kertas untuk menulis esai dan selembar soal. Pe
rhatikan dan baca baik-baik petunjuk pengerjaan yang ada di soal tersebut. Setia
p soal mempunyai kode. Namun dalam satu ruangan seluruh peserta mendapat kode so
al yang sama. Ketika itu saya mendapat kode E. Ada juga peserta yang mendapat ko
de H. Artinya, LPDP sudah menyiapkan banyak tipe soal. Sepertinya, peserta yang
mendapat jadwal esai di hari yang sama tidak akan ada yang mendapat kode soal ya
ng sama, mungkin untuk menghindari kebocoran dari obrolan antarpeserta.
Setiap soal terdiri dari 2 nomor pertanyaan dan peserta tidak harus menjawab ke
duanya, tapi hanya memilih salah satu. Masing-masing pertanyaan mempunyai ulasan
singkat sebanyak satu paragraf pendek. Waktu yang diberikan kepada peserta untu
k menulis esai adalah 30 menit (sudah termasuk membaca soal).
Pertanyaan yang ada dalam soal-soal itu biasanya berhubungan dengan wacana terha
ngat saat ini ataupun yang pernah booming beberapa waktu sebelumnya. Ketika sele
ksi kemarin, tema yang saya dapat untuk penulisan esai ini adalah mengenai (1) r

evolusi mental yang digagas Presiden Jokowi dan (2) bonus demografi; sebuah tant
angan ataukah bencana? Saya memilih untuk mengerjakan tema yang kedua.
Selain itu, ada beberapa peserta juga yang mendapat soal tentang kekerasan anak
di Indonesia, hukuman mati bagi terpidana narkoba, dsb.
Kriteria yang dinilai dalam tes penulisan esai ini adalah penggunaan bahasa Indo
nesia yang baik dan benar, ide/gagasan/solusi yang kita tulis, dan keselarasan a
ntarparagraf. Dalam membuat esai, alangkah baiknya jika ada paragraf pembuka yan
g bersifat pengantar, paragraf-paragraf inti yang berisi pendapat kita mengenai
tema yang kita pilih itu, lalu terakhir simpulan. Panitia tidak memberi batasan
tertentu untuk menulis esai. Jadi, seberapa panjang atau pendek esai ini tersera
h peserta masing-masing, yang terpenting ide yang kita tulis tersampaikan semua
dan dapat selesai dalam waktu yang ditentukan (30 menit).
Sebelum mengikuti On the Spot Essay Writing, ada baiknya jika kita berlatih menu
lis dengan tema-tema isu terhangat yang sedang terjadi. Berlatih dengan mengguna
kan stopwatch juga bisa membantu. Sebelum tes, saya sering berkunjung ke portal
berita online untuk sekadar membaca berita-berita yang pernah nge-hits.
Leaderless Group Discussion (LGD)
Setelah melewati seleksi penulisan esai, 30 menit kemudian saya langsung mengiku
ti LGD. Penulisan esai dan LGD biasanya merupakan satu rangkaian. Peserta dengan
ruangan yang sama ketika penulisan esai, kemudian akan dibagi menjadi dua kelom
pok untuk mengikuti LGD. Kelompok saya terdiri dari 7 orang. Sebelum memasuki ru
angan LGD, kami sempat berkenalan dan berunding siapa yang akan menjadi moderato
r. Awalnya di antara anggota kelompok saya saling diam, akhirnya ya sudahlah, sa
ya merelakan diri menjadi moderator. Entah kenapa mungkin menurut sebagian orang
ada ketakutan ketika jadi moderator nantinya takut tidak bisa bebas bicara meng
utarakan ide. Tapi menurut saya, hal itu tergantung pada diri kita sendiri. Keti
ka itu saya jadi moderator, buktinya ya saya lolos lolos saja.
Karena dalam LGD ini, sebenarnya yang ingin coba dilihat oleh psikolognya adalah
cara kita berkomunikasi di depan oranglain, bagaimana cara kita mengutarakan pe
ndapat, menghargai pendapat oranglain, dan bagaimana kita mengendalikan emosi, j
uga ego masing-masing.
Di ruangan LGD, peserta duduk melingkar dan ada 2 orang psikolog yang menerangka
n bahwa kita mempunyai waktu 40 menit untuk berdiskusi dan membaca sebuah artike
l. Setelah itu, mekanisme jalannya LGD diserahkan sepenuhnya pada peserta. Sebag
ai moderator, saya berkewajiban membuka forum. Sebelumnya, kelompok saya sepakat
untuk bicara bergiliran sesuai urutan duduk dalam lingkaran itu, sehingga semua
orang mendapat jatah bicara yang rata.
Ketika jadi moderator, sebaiknya kita jangan hanya mempersilahkan anggota kelomp
ok untuk bicara, tetapi paling tidak kita pun ikut menanggapi sedikit tentang pe
ndapat dari masing-masing anggota atau pun merespon pendapat tersebut, sambil me
ngeluarkan kalimat-kalimat cantik seperti, Baik, terima kasih, menarik sekali ya
pendapat dari mbak C ini... dan menurut data yang saya tau, ada kasus ...bla-bl
abla juga ya . atau terima kasih B atas pendapatnya, apakah ada pendapat lain? Ya ki
ra-kira seperti itu. Tapi jangan terlalu mendominasi juga. Karena orang yang ing
in terlihat hebat/ terlalu mendominasi sehingga memberikan sedikit kesempatan bi
cara bagi yang lain akan sangat bernilai buruk di mata psikolog.
Tema LGD kelompok saya waktu itu termasuk tema yang cukup general untuk dipahami
orang-orang dari beragam profesi (karena anggota kelompok kita tentunya berasal
dari berbagai bidang), yaitu Gadget bagi Anak-anak, Perlukah? .
Selain itu, ada beberapa tema LGD yang saya tahu ketika bertanya dari peserta-pe

serta lain, yaitu:


Kasus perbudakan WNA di daerah perairan Indonesia
Perampasan aset bandar narkoba terkait efektivitas pemberantasan narkoba
Undang-Undang Penumbuhan Budi Pekerti non kurikuler di sekolah-sekolah
Krisis kepercayaan masyarakat terhadap meja hijau
Ekspor vs Impor bahan pangan
Penanggulangan kenaikan harga-harga
Gojek vs Ojek Pangkalan
Tema-tema LGD yang saya tahu di periode 3 kemarin sekitar itu. Jadi, pelajari sa
ja hal-hal yang menjadi isu nasional. Sebab jika kita tidak punya pengetahuan ap
a pun, tentunya akan jadi kikuk dan terlalu pasif ketika LGD. Berdasarkan pengal
aman, kesiapan kita menghadapi LGD bisa memengaruhi psikis. Tapi, apapun tema y
ang kita hadapi ketika itu, tetaplah percaya diri dan optimistis. Setelah melewa
ti penulisan esai dan LGD di hari pertama, tibalah seleksi wawancara di hari ber
ikutnya (Bersambung ke Cerita LPDP Part-4).

Anda mungkin juga menyukai