Sumber Daya Air
Sumber Daya Air
Foto: Direktorat Pengairan dan Irigasi, Bappenas dan PJT Jawa Barat
SUMBERDAYA AIR
No Water
No Civilization
Air adalah peradaban dan tanpa air kehidupan akan musnah. Dapatkah peradaban dan eksistensi suatu
bangsa musnah? Pelajarilah sejarah kemanusiaan dan memang benar suatu bangsa dapat musnah.
Perhatikanlah bahwa Tuhan lah yang mempunyai kerajaan. Dia berikan kerajaan kepada orang yang Dia
kehendaki dan Dia cabut kerajaan dari orang yang Dia kehendaki. Dia muliakan orang yang Dia kehendaki dan
Dia hinakan orang yang Dia kehendaki. Di tangan Dia lah segala kebajikan dan sesungguhnya Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Dia masukan malam ke dalam siang dan Dia masukan siang ke dalam malam. Dia
keluarkan yang hidup dari yang mati dan Dia keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Dia berikan rezeki siapa
yang Dia kehendaki tanpa batas. Perhatikan pula bahwa jika sumber air kamu menjadi kering, maka siapakah
yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu? (Al Qur'an 3:26-27 dan 67:50).
Sumberdaya Air
4.1. PENDAHULUAN
Namun, inilah yang saat ini menjadi pokok masalah kita, umat manusia.
Air secara sangat cepat menjadi sumberdaya yang makin langka dan tidak ada
sumber penggantinya. Walaupun sekitar 70 persen permukaan bumi ditempati
oleh air, namun 97 persen darinya adalah air asin dan tidak dapat langsung
dikonsumsi manusia. Dari jumlah yang sedikit yang mungkin dapat
dimanfaatkan tersebut, manusia masih menghadapi permasalahan yang amat
mendasar. Pertama, adanya variasi musim dan ketimpangan spasial
ketersediaan air. Pada musim hujan, beberapa bagian dunia mengalami
kelimpahan air yang luar biasa besar dibandingkan dengan bagian lain
sehingga berakibat terjadinya banjir dan kerusakan lain yang ditimbulkannya.
Pada musim kering, kekurangan air dan kekeringan menjadi bencana yang
mengerikan di beberapa bagian dunia lainnya yang mengakibatkan terjadinya
bencana kelaparan dan kematian. Sungai Gangga di India, misalnya,
mengakumulasi debit sampai dua juta kaki kubik per detik pada musim hujan
dan menyusut sampai kurang dari 10.000 kaki kubik per detik di musim
kemarau. Beberapa bagian dunia seperti Afrika Utara dan Timur Tengah yang
mempunyai jumlah penduduk lebih dari lima persen penduduk dunia hanya
memiliki potensi sekitar kurang dari satu persen dari persediaan air segar dunia
1
dalam setahun .
Permasalahan mendasar yang kedua adalah terbatasnya jumlah air segar
di planet bumi yang dapat dieksplorasi dan dikonsumsi, sedangkan jumlah
penduduk dunia yang terus bertambah menyebabkan konsumsi air segar
meningkat secara drastis, dan kerusakan lingkungan termasuk kerusakan
sumber daya air terjadi secara konsisten. Pemakaian air global meningkat lima
kali lipat pada abad yang lalu ketika penduduk dunia meningkat dari satu
1
65
66
Infrastruktur Indonesia
setengah sampai enam miliar orang, dan ketersediaan air per kapita
diperkirakan akan menurun dengan sepertiganya pada beberapa dekade
mendatang ketika penduduk dunia mencapai hampir sembilan miliar orang di
tahun 2025. Peningkatan jumlah penduduk dunia ini tidak hanya akan
meningkatkan secara drastis konsumsi air segar dunia, akan tetapi juga
kebutuhan akan bahan pangan yang pada gilirannya juga membutuhkan lebih
banyak air untuk pertanian, industri, dan air bersih yang kesemuanya berujung
pada kebutuhan air yang lebih banyak lagi.
Planet bumi kita ini diperkirakan menyimpan sekitar 1.400 juta
kilometer kubik air, namun hanya 35 juta kilometer kubik di antaranya yang
tersedia dalam bentuk air segar (freshwater) yang dapat langsung dikonsumsi
manusia. Itupun, sebagian besar dari air segar tersebut tidak dapat diakses
langsung oleh manusia karena terperangkap dalam bentuk bongkahan dan
gunung-gunung es di kutub, glasier, dan air tanah sangat dalam. Air segar yang
langsung dapat dikonsumsi manusia adalah berupa air hujan yang tercipta dari
siklus hidrologi global yang jumlah rata-rata per tahunnya hanya sekitar
119.000 kilometer kubik, namun 74.000 kilometer kubik di antaranya
menguap kembali ke atmosfir. Sisa air hujan sebesar 45.000 kilometer kubik
mengalir ke danau-danau, waduk dan sungai-sungai, atau meresap kembali ke
tanah untuk menggantikan air tanah yang
hilang. Dengan demikian, tidak semua
sumber air sebanyak 45.000 kilometer
kubik dapat dikonsumsi oleh manusia oleh
karena sebagian air tersebut mengalir
selama musim hujan atau berupa banjir ke
sungai-sungai yang terpencil jauh di
pedalaman dan di pelosok hutan belantara.
Diperkirakan dalam setahun hanya sekitar
9.000 sampai 14.000 kilometer kubik saja
air segar yang akhirnya tersedia dan dapat
Sumber: Luke Saffigna, Adventure Associates
dikonsumsi oleh manusia, suatu jumlah
yang
sangat
kecil
(0,26-0,40
persen)
apabila dibandingkan dengan potensi air
Gambar 4.1
segar di bumi. Sementara itu penarikan (withdrawals) air segar dari alam
Glasier Perito Moreno,
diperkirakan mencapai 5.950 kilometer kubik setahun terdiri dari penggunaan
Argentina
air segar oleh manusia sebanyak 3.600 kilometer kubik dan jumlah air segar
yang masih harus dipertahankan untuk kesinambungan ekologi sungai dan
konservasi ekosistem air yang mencapai sekitar 2.350 kilometer kubik per
tahun2.
2
FAO, 2002, Crops and Drops: making the best use of water for agriculture.
Sumberdaya Air
J. Winpenny : Financing Water For All, World Water Council, March 2003
67
68
Infrastruktur Indonesia
Gambar 4.3
Isnugroho (2000) mengutip orasi Dyah R. Pangesti (2000) pada pengukuhan ahli peneliti utama bidang sungai
Sumberdaya Air
Budi Santoso, 2000, Kondisi Sumberdaya Air serta Tantangan dalam Menunjang Pengembangan Agribisnis.
FAO, op cit, halaman 2.
7
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Direktorat Jendral Sumber Daya Air, 2003, halaman 3.
6
69
70
Infrastruktur Indonesia
Sumberdaya Air
Kotak 4.3
Three Gorges Dam
71
72
Infrastruktur Indonesia
kotor tidak memiliki akses terhadap air bersih dan rentan terhadap
penyakit yang disebabkan oleh konsumsi air yang kotor dan terkontaminasi
bakteri. Bahkan kelangkaan air bersih dan sanitasi yang baik, merupakan
penyebab utama timbulnya penyakit dan kematian anak10. Oleh karena itu, air
di perkotaan akan menjadi sumber konflik dan kerawanan sosial yang amat
mengkhawatirkan dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama lagi.
Bagaimanakah jalan keluar dari krisis air global dan regional yang akan
segera kita hadapi ini? Sebagian dari permasalahan, menurut berbagai
penelitian dapat diatasi dengan memberi harga kepada pemakaian air. Ini tidak
selalu dikonotasikan sebagai privatisasi pengelolaan sumber daya air. Harga
yang cukup tinggi yang dikenakan kepada pemakai air tidak hanya akan
memicu pemakaian air yang lebih efisien, namun juga akan menghimpun dana
bagi pemeliharaan infrastruktur sumberdaya air dan pembangunan fasilitas
yang baru. Akan tetapi karena alasan-alasan politis dan sosial, tarif pemakaian
air harus ditetapkan begitu rupa sehingga tidak membebani petani dan
konsumen air lainnya yang berpendapatan rendah. Penerapan tarif air juga
akan dapat memacu penggunaan teknologi yang lebih efektif dalam
penggunaan air seperti drip irrigation dan sprinkler irrigation yang dikontrol
oleh komputer atau teknik irigasi lain yang lebih efisien.
Gambar 4.5
Waduk Ir. Juanda,
Jawa Barat
International Food Policy Research Institute, Press Release on New Report Projects Im pending Water Crisis, Solution to Avert It, October
16, 2002.
Sumberdaya Air
4.2.1 Pertanian
Pembangunan pertanian pada umumnya memerlukan dukungan yang
pasti dari infrastruktur sumberdaya air, khususnya irigasi untuk menyediakan
air bagi pemenuhan kebutuhan usaha tani. Dalam sejarah perkembangan
irigasi, usaha tani yang banyak mendapatkan dukungan infrastruktur irigasi
adalah usaha tani padi dan tebu.
Pentingnya air irigasi bagi tanaman khususnya padi, telah banyak
dipahami terutama dengan terjadinya fenomena kekeringan beberapa tahun
terakhir. Bencana kekeringan tersebut berpotensi menghilangkan produksi
padi rata-rata sebesar 396 ribu ton gabah kering giling per tahun atau setara
11
dengan 700 miliar per tahun . Fenomena tersebut dapat difahami karena air
11
Ato Suprapto, 2003. Pemanfaatan Air dan Sumber Air untuk Pertanian dalam Kondisi Keterbatasan Air dan Lingkungan,
makalah disampaikan pada Seminar Hari Air Sedunia tanggal 21 Maret 2003 di Jakarta.
73