PENDAHULUAN
Komplain merupakan ekspresi ketidakpuasan yang mungkin informal
seperti pengaduan lisan, atau mungkin pengaduan tertulis yang lebih formal.
Konsumen mengeluh tentang berbagai aspek pelayanan kesehatan seperti kurang
ramahnya petugas dan kurang cepatnya pelayanan di unit pelayanan. Semua
keluhan harus ditanggapi dengan serius. Keluhan konsumen merupakan ungkapan
dari ketidakpuasan yang dirasakan oleh konsumen.1,2,3
Salah satu faktor yang paling mempengaruhi kepuasan dan persepsi
konsumen terhadap mutu pelayanan adalah bagaimana menangani keluhan
konsumen. Keluhan konsumen adalah hal yang tidak dapat diabaikan karena
dengan mengabaikan hal tersebut akan membuat konsumen merasa tidak
diperhatikan dan pada akhirnya perusahaan atau rumah sakit akan ditinggalkan
oleh konsumen.1,2
Komplain merupakan sebuah sarana yang dapat digunakan untuk
membangun komunikasi dengan pelanggan dan memperoleh umpan-balik tentang
tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan. Komplain yang diajukan oleh
pelanggan ini kemudian akan ditindak lanjuti dengan perbaikan atau klarifikasi
dengan sasarannya adalah mengurangi kekecewaan pelanggan dan meningkatkan
kepuasaan dari pelanggan.1,4
Perkembangan rumah sakit yang semakin maju membuat pihak
manajemen rumah sakit berlomba-lomba untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu agar tercipta kepuasan konsumen. Rumah sakit juga harus bisa
memanfaatkan setiap sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pelayanan
yang berkualitas serta dapat meminimalisir datangnya keluhan dari konsumen
terhadap pelayanan yang diberikan rumah sakit.2,4
Untuk menciptakan hubungan yang dinamis dan harmonis dengan
konsumennya, salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan membentuk
Handling Complaint untuk menanggapi dan menangani keluhan konsumen serta
memberikan informasi pelayanan rumah sakit kepada konsumen, yang diharapkan
dapat menciptakan hubungan baik antara pihak rumah sakit dengan konsumen. 1,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Komplain
Komplain
dalam hal ini rumah sakit. Komplain merupakan masukan penting untuk
membantu dalam meningkatkan kepuasan pelanggan. Komplain dapat bersifat
destruktif dan bisa juga konstruktif sehingga dapat mematikan tapi juga bisa
menjadi pemicu untuk menjadi lebih baik. Komplain terjadi karena berbagai
alasan, tapi terutama karena kebutuhan, gagasan, dan pengharapan konsumen
tidak terpenuhi.2,3,4
Pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak akan pernah terlepas dari adanya
komplain yang terjadi antara pasien dan rumah sakit. Komplain merupakan akibat
situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara
pasien dengan pihak rumah sakit, sehingga keduanya saling terganggu.2,4
Komplain ini terjadi karena ketidak cocokan antar nilai atau tujuan-tujuan
yang ingin diharapkan oleh pasien terhadap pihak rumah sakit. Hal ini dapat
mengganggu bahkan membuat emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas kerja.2,4
2.2. Jenis-Jenis Komplain
Komplain dapat dikelompokkan dalam 3 katagori, yaitu
2.2.1.
Komplain yang Dapat Ditangani Secara Langsung
Kebanyakan komplain yang diajukan oleh pasien dapat diatasi secara
langsung dan cepat. Seringkali komplain dapat diatasi dengan
pemberian penjelasan yang jelas terhadap masalah yang terjadi
disertai permintaan maaf atas masalah yang terjadi jika memang
diperlukan.1
2.2.2.
Komplain yang Memerlukan Investigasi
Komplain yang tidak bisa ditangani secara langsung dan
memerlukan perujukkan ke manajer komplain. 1
2.2.3.
Komplain Eksternal
Jika
mereka harapkan.
Mereka diacuhkan, misalnya dibiarkan menunggu tanpa penjelasan .
Seseorang berlaku tidak sopan atau tidak membantu terhadap mereka.
Tidak diberikan penjelasan terhadap tindakan yang dilakukan
Alur pelayanan yang tidak jelas.
karena takut
perlu melakukan
penilaian, pengumpulan
manajemen,
administrasi
atau
lingkungan
untuk
Ini
akan
membantu
dengan
memberi
mereka
Resolusi
Menyelesaikan komplain harus dilihat sebagai usaha pemecahan
secara
jelas
kepada
konsumen,
staf
dan
customer
melepas
kemarahannya.
Cari
fakta
inti
permasalahannya, jangan lupa bahwa pada tahap ini kita berurusan dengan
perasaan dan emosi, bukan sesuatu yang rasional. Emosi selalu menutupi
maksud customer yang sesungguhnya.
o Dengarkan dengan empati, bayangkan kita berada dalam posisi customer
yang lelah, gelisah, sakit, khawatir akan vonis dokter, dll.
o Tatap mata customer dan fokus, jauhkan semua hal yang merintangi
konsentrasi kita pada customer (telepon, tamu lain, dll).
o Ulangi setiap fakta yang dikemukakan customer, sebagai tanda kita benarbenar mendengarkan mereka.
2. Berusaha sependapat dengan customer. 6
o Bukan berarti selalu membenarkan customer, namun sebagai salah satu
taktik meredakan marahnya customer, cari point-point dalam pernyataan
customer yang bias disetujui.
o Misalnya, Ya Pak, saya sependapat bahwa tidak seharusnya pasien
menunggu lama untuk bisa mendapatkan kamar. Tapi saat ini kamar
perawatan kami memang sedang penuh, kami berjanji akan mencari jalan
keluarnya dan melaporkannya pada Bapak sesegera mungkin,.
3. Tetap tenang dan kuasai diri. 6
o Ingatlah karakteristik customer di rumah sakit adalah sedang cemas,
gelisah dan khawatir akan kondisi diri atau keluarganya, sehingga sangat
bisa dimengerti bahwa dalam kondisi seperti itu seseorang cenderung
bertindak emosional.
o Berhati-hati dengan nada suara, harus tetap rendah, positif dan
menenangkan. Jangan terbawa oleh nada suara customer yang cenderung
tinggi dan cepat.
o Sampaikan informasi dengan sopan dan pelan-pelan.
o Tetap gunakan kata-kata hormat seperti silakan, terimakasih atas
masukannya, dan sebut customer dengan namanya.
4. Mengakui kemarahan customer. 6
o Gunakan kata-kata seperti, Saya mengerti kalau Ibu menjadi marah. Ibu
benar. Kalau saya jadi Ibu, mungkin saya juga akan marah. Saya berjanji
hal seperti ini tidak akan terjadi lagi di kemudian hari
10
5. Permohonan maaf. 6
o Dalam rangka meredakan marah customer, provider harus meminta maaf
apapun yang terjadi.
o Permohonan maaf dapat disampaikan tanpa harus mengakui kesalahan,
karena seringkali terjadi kesalahan justru ada pada customer yang belum
memahami peraturan.
o Misalnya, Saya mohon maaf atas kesalahpahaman ini,, Saya mohon
maaf atas kesulitan yang telah Ibu alami,.
6. Perlihatkan empati. 6
o Simpati: Berhenti pada rasa kasihan. Saya simpati dengan korban
bencana alam.
o Empati: Memahami masalah customer dan berusaha melakukan sesuatu
untuk memperbaiki.
o Pahami persepsi customer dan tempatkan diri pada posisi customer.
Yang Tidak Boleh Dilakukan: 6
1. Jangan berdebat.
Ingat bahwa saat tersebut masih dalam proses meredakan kemarahan
costumer. Kesempatan untuk menjelaskan fakta dan kebenaran akan datang
setelah customer reda dan menjadi lebih logis dan rasional.
2. Jangan bertanya Kenapa?.
Kenapa Ibu tidak datang lebih pagi?
Kenapa kartu pasien Ibu bisa hilang?
Pertanyaan seperti itu cenderung meningkatkan kemarahan customer karena
mereka merasa disalahkan.
3. Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan atau mematuhi persepsi.
2.6. Kebutuhan komunikasi lainnya
Konsep Dua Belas Tabu 6
11
Menyalahkan Pasien. Jangan marah-marah dulu dong Bu, Ibu sendiri kan
yang datang terlambat,
Sarkastik (sinis). Bisa saja hal ini kita lakukan, tapi biayanya cukup besar
lho Pak,
Hindari humor. Humor bisa dilakukan nanti saat masalah sudah selesai dan
emosi customer sudah sepenuhnya reda.
Pukul rata masalah dan menganggap complain tersebut adalah hal biasa.
Customer akan merasa heran karena perusahaan mengambil langkah untuk
memperbaiki masalah yang sudah biasa ini.
2.7.
12
menyampaikan
keluhannya,
dan
kapan
hal
itu
akan
dilaksanakan.
Tentukan jangka waktu yang realistis, lebih baik kita mempunyai banyak
waktu dalam merealisasikan janji kita. Bila ternyata sampai pada
deadlinenya janji belum bisa terealisasi, segera hubungi customer dan
jelaskan permasalahannya.
2.8.
akan memudahkan
13
2.9.
akan memudahkan
14
15
BAB III
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Health Services Review Council. Guide to complaint handling in health care
services. Victoria: health services review council; 2005.
2. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Rumah Sakit Umum Daerah Kelet.
Panduan penanganan komplain. Kelet: pemerintah provinsi Jawa Tengah
rumah sakit umum daerah Kelet; 2015.
17
3. Pramesti
D.
Menangani
keluhan
customer
(rumah
sakit)[internet].
from:
http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/menangani
%20keluhan%20customer.pdf
4. Azzahra F. Manajemen complain [internet]. [Jakarta]: universitas respati
Indonesia;
2015
[cited
2016
Marc
25].
Available
from:
https://www.academia.edu/15638057/MANAJEMEN_KOMPLAIN
5. Badan Perencanaan Pembangaunan Nasional. Manajemen pengaduan
masyarakat
dalam
pelayanan
publik.
Jakarta:
badan
perencanaan
diakses
dari
http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/menangani
18