BAB I
PENDAHULUAN
menjadi otitis media supuratif kronik dengan gejala yang lebih berat dengan
pengobatan yang lebih sulit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
telinga
tengah oleh bakteri atau virus dengan gejala klinik nyeri telinga, demam, bahkan
hingga hilangnya pendengaran, tinnitus dan vertigo. Penyakit ini lebih sering terjadi
pada anak-anak dan umumnya berlangsung dalam waktu 3-6 minggu.
II.2 Etiologi
Penyebab utama otitis media akut (OMA) adalah invasi bakteri piogenik ke
dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Bakteri tersering penyebab OMA
diantaranya Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pnemokokus. Selain itu
kadang-kadang ditemukan juga Haemofilus influenza, Escherichia coli, Streptokokus
anhemolitikus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas aurogenosa. Haemofilus influenza
sering ditemukan pada anak berusia dibawah 5 tahun. Infeksi saluran napas atas yang
berulang dan disfungsi tuba eustachii juga menjadi penyebab terjadinya OAM pada
anak dan dewasa.
II.3 Insidensi
Otitis media akut paling sering diderita oleh anak usia 3 bulan- 3 tahun. Tetapi
tidak jarang juga mengenai orang dewasa. Anak-anak lebih sering terkena OMA
dikarenakan beberapa hal, diantaranya :
1. Sistem kekebalan tubuh anak yang belum sempurna
2. Tuba eusthacius anak lebih pendek, lebar dan terletak horizontal
3. Adenoid anak relative lebih besar dan terletak berdekatan dengan muara saluran
tuba eusthachii sehingga mengganggu pembukaan tuba eusthachii. Adenoid yang
mudah terinfeksi menjadi jalur penyebaran bakteri dan virus ke telinga tengah.
II.4 Patogenesis dan Manifestasi Klinik
2. Stadium Hiperemis
Pada stadium ini tampak seluruh membrane timpani hiperemis serta
edem. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa
sehingga sukar terlihat1. Hiperemis disebabkan oleh oklusi tuba yang
berpanjangan sehingga terjadinya invasi oleh mikroorganisme piogenik. Proses
inflamasi terjadi di telinga tengah dan membran timpani menjadi kongesti.
Stadium ini merupakan tanda infeksi bakteri yang menyebabkan pasien
mengeluhkan otalgia, telinga rasa penuh dan demam. Pendengaran mungkin
masih normal atau terjadi gangguan ringan, tergantung dari cepatnya proses
hiperemis. Hal ini terjadi karena terdapat tekanan udara yang meningkat di
kavum timpani. Gejala-gejala berkisar antara dua belas jam sampai dengan satu
hari.
3. Stadium Supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superficial, serta terbentuknya sekret eksudat yang purulen di cavum timpani
menyebabkan membrane timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat,
serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di cavum
timpani tidak berkurang maka terjadi iskemia akibat tekanan pada kapilerkapiler, kemudian timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil serta nekrosis pada
mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat sebagai
daerah yang lembek dan berwarna kekuningan atau yellow spot. Di tempat ini
akan terjadi rupture1.
4. Stadium Perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotic atau
virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi rupture membrane timpani dan
nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar, secret yang keluar
terlihat seperti berdenyut. Anak-anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi
tenang, suhu badan turun dan anak-anak dapat tidur nyenyak1.
5. Stadium Resolusi
Stadium terakhir dari OMA. Bila membrane timpani tetap utuh maka
keadaan membrane timpani perlahan-lahan akan normal kembali bila sudah
terjadi perforasi hingga perforasi membrane timpani menutup kembali dan sekret
purulen tidak ada lagi., kemudian secret akan berkurang dan akhirnya kering.
Pendengaran kembali normal. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman
rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. Otitis media
akut dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa bila
sembarang anak. Indikasi perlunya timpanosentesis anatara lain OMA pada bayi
berumur di bawah 6 minggu dengan riwayat perawatan intensif di rumah sakit, anak
dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak member respon pada beberapa
pemberian antibiotic atau dengan gejala sangat berat dan komplikasi.
OMA harus dibedakan dengan otitis media dengan efusi yang dapat
menyerupai OMA. Untuk membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut :
GEJALA DAN TANDA
Nyeri telinga, demam, rewel
Efusi telinga tengah
Gendang telinga suram
Gendang yang menggembung
Gerakan gendang berkurang
Berkurangnya pendengaran
OMA
+
+
+
+/+
+
OMA EFUSI
+
+/+
+
II.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
OMA
tergantung
pada
stadium
penyakitnya.
dengan
Stadium oklusi
Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba eustachius sehingga
tekanan negative di telinga tengah hilang dengan diberikan :
a. Obat tetes hidung HCL efedrin 0.5% dalam larutan fisiologis (anak<12
tahun) atau HCL efedrin 1 % dalam larutan fisiologis untuk anak di
atas 12 tahun atau dewasa.
b. Mengobati sumber infeksi lokal dengan antibiotika bila penyebabnya
kuman. Sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan
antibiotik selama 7 hari:
2.
3.
Stadium supurasi
Bila tidak dilakukan insisi membrane timpani (miringotomi) pada
stadium ini, maka kemungkinan besar membrane timpani akan rupture dan
nanah keluar ke liang telinga. Dengan dilakukan miringotomi luka
insisiakan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi rupture, maka
10
toilet) H2O2 3% (4-5 tetes sehari) selama 3 sampai dengan 5 hari serta
antibiotik yang adekuat, berupa ciprofloxacin 200 mg (2x1) selama 3-14
hari. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup kembali
dalam 7 sampai dengan 10 hari. 2 , 3
Diberikan obat cuci telinga perhidrol atau H2O3 3% selama 3-5 hari
a. Antibiotika yang adekuat sampai 3 minggu.
b. Biasanya secret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam
5.
7-10 hari.
Stadium resolusi
11
membaik dalam dua sampai tiga hari, atau ada perburukan gejala. Ternyata
pemberian antibiotik yang segera dan dosis sesuai dapat terhindar dari tejadinya
komplikasi supuratif seterusnya. Masalah yang
terbentuknya bakteri
muncul
adalah
risiko
Antibiotik
Antibiotik
Antibiotik
berat,
gejala Observasi
12
Diagnosis pasti OMA harus memiliki tiga kriteria, yaitu bersifat akut,
terdapat efusi telinga tengah, dan terdapat tanda serta gejala inflamasi telinga
tengah.
Gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam kurang dari
39C dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga
sedang-berat atau demam 39C. Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat
dilakukan pada anak usia enam bulan sampai dengan dua tahun, dengan gejala
ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua tahun.
Follow-up dilaksanakan dan pemberian analgesia seperti asetaminofen dan
ibuprofen tetap diberikan pada masa observasi.
Menurut American Academic of Pediatric (2004), amoksisilin merupakan
first-line terapi dengan pemberian 80mg/kgBB/hari sebagai terapi antibiotik awal
selama lima hari. Amoksisilin efektif terhadap Streptococcus penumoniae. Jika
pasien alergi ringan terhadap amoksisilin, dapat diberikan sefalosporin seperti
cefdinir.
Second-line
efektif terhadap
Pembedahan
Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA
rekuren,
seperti
miringotomi
dengan
insersi
tuba
timpanosintesis,
dan
adenoidektomi.
1.
Miringotomi
Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani,
supa ya terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar.
Syaratnya adalah harus dilakukan secara dapat dilihat langsung, anak harus
tenang sehingga membran timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi
miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior. Bila terapi yang diberikan
sudah adekuat, miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali jika terdapat pus
di telinga tengah. Indikasi miringostomi pada anak dengan OMA adalah
13
mengalami kegagalan
terhadap dua kali terapi antibiotik pada satu episode OMA. Salah satu
tindakan miringotomi atau timpanosintesis dijalankan terhadap anak OMA
yang respon kurang memuaskan terhadap terapi second-line, untuk
menidentifikasi mikroorganisme melalui kultur.
2.
Timpanosintesis
Timpanosintesis merupakan pungsi pada membran timpani, dengan
analgesia lokal supaya mendapatkan sekret untuk tujuan pemeriksaan.
Indikasi timpanosintesis adalah terapi antibiotik tidak memuaskan, terdapat
komplikasi supuratif, pada bayi baru lahir atau pasien yang sistem imun
tubuh rendah. Menurut Buchman (2003), pipa timpanostomi dapat menurun
morbiditas
OMA seperti
otalgia,
efusi
telinga
tengah,
gangguan
Adenoidektomi
Adenoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis media
dengan efusi dan OMA rekuren, pada anak yang pernah menjalankan
miringotomi dan insersi tuba timpanosintesis, tetapi hasil masih tidak
memuaskan. Pada anak kecil dengan OMA rekuren yang tidak pernah
didahului dengan insersi tuba, tidak dianjurkan adenoidektomi, kecuali jika
terjadi obstruksi jalan napas dan rinosinusitis rekuren.
Pada tahun 2004, American Academy of Pediatrics dan the American
14
jika penyakit berat. Jika diagnosis tidak pasti, atau penyakit tidak berat dengan
diagnosis pasti observasi dipertimbangkan sebagai pilihan terapi.
a. Observasi
Spiro dkk, membuktikan bahwa penanganan OMA dengan menunggu dan
melihat (observasi) secara bermakna menurunkan penggunaan antibiotik pada
populasi urban yang datang ke instalasi gawat darurat. Metoda menunggu dan melihat
menurunkan penggunaan antibiotik pada 56% anak usia 6 bulan sampai 12 tahun
dengan OMA.
Namun, dibanding dengan observasi saja, pemberian antibiotik segera
berhubungan dengan penurunan jumlah kegagalan terapi dan memperbaiki kontrol
gejala tetapi meningkatkan efek samping yang disebabkan antibiotik dan persentase
yang lebih tinggi terhadap strain multidrug resistant S.pneumoniae di nasofaring.
Indikasi untuk protokol observasi adalah: tidak ada demam, tidak ada muntah,
pasien atau orang tua pasien menyetujui penundaan pemberian antibiotik. Kontra
indikasi relatif protokol observasi adalah telah mendapat lebih dari 3 seri antibiotik
dalam 1 tahun ini, pernah mendapat antibiotik dalam 2 minggu terakhir, terdapat
otorea. Pilihan observasi ini mengacu pada penundaan pemberian antibiotik pada
anak terpilih tanpa komplikasi untuk 72 jam atau lebih, dan selama waktu itu,
penatalaksanaan terbatas pada analgetik dan simtomatis lain. Pemberian antibiotik
dimulai jika pada hari ketiga gejala menetap atau bertambah.
Faktor-faktor kunci dalam menerapkan strategi observasi adalah: metoda
untuk mengklasifikasi derajat OMA, pendidikan orang tua, penatalaksanaan gejala
OMA, akses ke sarana kesehatan, dan penggunaan regimen antibiotik yang efektif
jika diperlukan. Jika hal tersebut diperhatikan, observasi merupakan alternatif yang
dapat diterima untuk anak dengan OMA yang tidak berat.
Metoda observasi ini masih menjadi kontroversi pada kalangan dokter anak di
AS yang secara rutin masih meresepkan antibiotik untuk OMA dan percaya bahwa
banyak orang tua mengharapkan resep tersebut. Sebagian kecil dokter sudah
menerapkan metoda observasi. Sebagian orang tua dapat menerima penerapan terapi
observasi dengan pengontrolan nyeri sebagai terapi OMA, sehingga penggunaan
15
antibiotik dapat diturunkan. Penggunaan metoda observasi secara rutin untuk terapi
OMA dapat menurunkan biaya dan efek samping yang ditimbulkan oleh antibiotik
dan menurunkan resistensi kuman terhadap antibiotik yang umum digunakan.
b. Terapi simtomatis
Penatalaksanaan OMA harus memasukkan penilaian adanya nyeri. Jika
terdapat nyeri, harus memberikan terapi untuk mengurangi nyeri tersebut.
Penanganan nyeri harus dilakukan terutama dalam 24 jam pertama onset OMA tanpa
memperhatikan penggunaan antibiotik. Penanganan nyeri telinga pada OMA dapat
menggunakan analgetik seperti: asetaminofen, ibuprofen, preparat topikal seperti
benzokain, naturopathic agent, homeopathic agent, analgetik narkotik dengan kodein
atau analog, dan timpanostomi / miringotomi.
Antihistamin dapat membantu mengurangi gejala pada pasien dengan alergi
hidung. Dekongestan oral berguna untuk mengurangi sumbatan hidung. Tetapi baik
antihistamin
maupun
dekongestan
tidak
memperbaiki
penyembuhan
atau
16
(50
mg/kg/hari
eritromisin)
atau
sulfametoksazol-
17
samping lebih sedikit, komplian lebih baik dan pengaruh terhadap flora komensal
dapat diturunkan. Terapi antibiotik jangka panjang dapat mencegah rekurensi dari
OMA. Pertanyaan antibiotik apa yang akan digunakan, untuk berapa lama, dan
berapa episode OMA untuk menilai terapi belum dievaluasi secara adekuat.
Timbulnya resistensi bakteri telah memunculkan pemikiran risiko dibanding
keuntungan dalam meresepkan antibiotik untuk seluruh OMA. Risiko antibiotik
termasuk reaksi alergi, gangguan pencernaan, mempercepat resistensi bakteri dan
perubahan pola flora bakteri di nasofaring. Hal tersebut menyebabkan penggunaan
antibiotik dianjurkan berdasarkan hasil timpanosintesis.26 Di bagian THT-KL RSUP
Dr.M.Djamil Padang, antibiotik merupakan terapi rutin yang diberikan pada penderita
OMA pada semua stadium tanpa memandang umur atau berat-ringan penyakit.
d. Terapi bedah
Walaupun observasi yang hati-hati dan pemberian obat merupakan
pendekatan pertama dalam terapi OMA, terapi pembedahan perlu dipertimbangkan
pada anak dengan OMA rekuren, otitis media efusi (OME), atau komplikasi supuratif
seperti mastoiditis dengan osteitis. Beberapa terapi bedah yang digunakan untuk
penatalaksanaan OMA termasuk timpanosintesis, miringotomi, dan adenoidektomi.
Timpanosintesis adalah pengambilan cairan dari telinga tengah dengan
menggunakan jarum untuk pemeriksaan mikrobiologi. Risiko dari prosedur ini adalah
perforasi kronik membran timpani, dislokasi tulang-tulang pendengaran, dan tuli
sensorineural traumatik, laserasi nervus fasialis atau korda timpani. Oleh karena itu,
timpanosintesis harus dibatasi pada: anak yang menderita toksik atau demam tinggi,
neonatus risiko tinggi dengan kemungkinan OMA, anak di unit perawatan intensif,
membran timpani yang menggembung (bulging) dengan antisipasi ruptur spontan
(indikasi relatif), kemungkinan OMA dengan komplikasi supuratif akut, OMA
refrakter yang tidak respon terhadap paket kedua antibiotik.
Timpanosintesis dapat mengidentifikasi patogen pada 70-80% kasus.
Walaupun timpanosintesis dapat memperbaiki kepastian diagnostik untuk OMA, tapi
tidak memberikan keuntungan terapi dibanding antibiotik sendiri. Timpanosintesis
merupakan prosedur yang invasif, dapat menimbulkan nyeri, dan berpotensi
18
19
Jika perforasi menetap dan secret tetap keluar lebih dari 3 bulan maka keadaan ini
disebut OMSK.
II.8 Pencegahan
Terdapat beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya OMA. Mencegah
ISPA pada bayi dan anak-anak, menangani ISPA dengan pengobatan adekuat,
menganjurkan pemberian ASI minimal enam bulan, menghindarkan pajanan
terhadap lingkungan merokok, dan lain-lain.
Pencegahan dapat dilakukan dengan mengurangi faktor resiko terutama pada
anak-anak, bisa dengan beberapa seperti : pencegahan terjadinya ISPA pada bayi dan
anak, pemberian ASI minimal 6 bulan, hindari memberi makanan atau minuman
ketika anak berbaring, hindari dari pajanan asap rokok, hindari memaksa keluarkan
terlalu keras mucus, biasakan untuk tidak sering mengorek-ngorek liang telinga,
lindungi telinga selama penerbangan atau saat berenang.
Vaksin untuk mencegah OMA
Vaksin dapat digunakan untuk mencegah anak menderita OMA. Secara teori,
vaksin terbaik adalah yang menawarkan imunitas terhadap semua patogen berbeda
yang menyebabkan OMA. Walaupun vaksin polisakarida mengandung jumlah
serotipe yang relatif besar, preparat poliksakarida tidak menginduksi imunitas seluler
yang bertahan lama pada anak dibawah 2 tahun. Oleh karena itu, strategi vaksin
terkini untuk mengontrol OMA adalah konjungat polisakarida peneumokokal dengan
protein nonpneumokokal imunogenik, pendekatan yang dapat memicu respon imun
yang kuat dan lama pada bayi.
Vaksin pneumokokus konjugat yang disetujui oleh Food and Drug
Administration (FDA) yang dapat menginduksi respon imun lama terhadap
Pneumococcus serotipe 4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F, dan 23F (PCV-7). Serotipe ini dipilih
berdasarkan frekuensinya yang sering ditemukan pada penyakit pneumokokus invasif
dan hubungannya dengan organisme yang mutltidrug-resistant.8 Data dari penelitian
di AS dari 500 pasien dengan OMA menunjukkan bahwa 84% dari total
20
pneumokokus dan 95% serotipe yang resisten antibiotik diisolasi dari aspirasi telinga
tengah merupakan kandungan dari vaksin konyugat.
Dosis primer pemberian vaksin adalah empat dosis tunggal 0,5 ml intramuskular.
Selama pemberian pada 23 juta vaksin dosis di AS, reaksi lokal dan demam merupakan efek
samping umum. Rekomendasi imunisasi universal pada anak dibawah umur 2 tahun
adalah 4 dosis vaksin intramuskular yang diberikan pada usia 2, 4, 6, dan terakhir
pada usia 12-15 bulan. Vaksin dini dapat diberikan bersamaan dengan imunisasi rutin.
American Academy of Pediatrics (AAP) dan Advisory Committee on
Immunization Practices (ACIP) merekomendasikan penggunaan vaksin 23 valen
polisakarida pada anak risiko tinggi untuk memperluas cakupan serotipe. Vaksinasi
selektif pada anak usia 2-5 tahun yang tidak punya daya tahan dianjurkan pada pasien
dengan risiko tinggi menderita penyakit invasif pneumokokus, termasuk penyakit sel
sabit, HIV, dan penyakit kronik lainnya. Vaksin pneumokokus konjugat sebaiknya
dimasukkan dalam strategi penatalaksanaan anak usia 2-5 tahun yang menderita
OMA rekuren. Anak tersebut memperoleh manfaat dari imunisasi dengan vaksin 23valen polisakarida ini, 8 minggu setelah menyelesaikan paket vaksin konyugat
pneumokokal.
21
BAB III
KESIMPULAN
Otitis media akut adalah peradangan sebagian atau seluruh bagian mukosa
telinga tengah, tuba eusthacius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid yang berlangsung
mendadak yang disebabkan oleh invasi bakteri maupun virus ke dalam telinga tengah
baik secara langsung maupun secara tidak langsung sebagai akibat dari infeksi
saluran napas atas yang berulang. Manifestasi klinis dari penyakit yang lebih sering
terkena pada anak ini tergantung dari stadium penyakitnya, diantaranya stadium
oklusi, hiperemis atau presupurasi, supurasi, perforasi dan resolusi.
Prinsip penatalaksanaan dari otitis media akut juga tergantung pada stadium
penyakitnya. Setiap stadium mendapatkan pengobatan yang berbeda. Pengobatan
pada otitis media akut harus dilakukan dengan adekut. Pengobatan yang tidak adekuat
dapat menyebabkan infeksi yang lebih serius salah satunya otitis media supuratif
kronik (OMSK). Prognosis dari otitis media akut adalah baik jika pengobatan
dilakukan dengan adekuat dan tuntas.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Djaafar, Zainul A., Helmi, Ratna D. Restuti. Kelainan Telinga Tengah. Dalam:
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi
Keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. h. 65-68.
23
24