Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Laporan
Laporan
Shinta Ellisya Fauzia
10513052
Abstrak
Tiohidantoin adalah sulfur analog dari hidantoin dengan satu atau dua karbonil grup
digantikan dengan tiokarbonil grup. Turunan tiohidantoin telah dikenal luas sebagai
prekursor beberapa senyawa biologis aktif yang banyak diaplikasikan untuk berbagai obatobatan. Berbagai macam motode telah banyak digunakan untuk mensintesis senyawa turunan
tiohidantoin, salah satu metode yang banyak digunakan yaitu sintesis dari asam--amino
dengan berbagai rute sintesis. (S)-fenilalanin (L-fenilalanin) merupakan suatu asam--amino
esensial yang dapat digunakan untuk sintesis senyawa benzil tiohidantoin, dengan senyawa
antara turunan tiourea.
Abstract
Thiohydantoins are sulfur analogs of hydantoins with one or both carbonyl groups replaced
by thiocarbonyl groups. Thiohydantoin derivatives have been known as precursor several
biological active compounds which can be applicated to be many medicines. Various
methods have been used to synthesize thiohydantoin derivatives, one of the most commonly
used method is the treatment of -amino acids with various synthesis route. (S)phenylalanine (L-phenylalanine) is one of -amino acids essential that can be used to
synthesize benzyl thiohydatoin, thiourea derivative as intermediate compound.
Penulis
Daftar Isi
Abstrak..........................................................................................................................iii
Abstract.........................................................................................................................iv
Ucapan Terima Kasih.....................................................................................................v
Daftar Isi.......................................................................................................................vi
Daftar Tabel................................................................................................................viii
Daftar Gambar..............................................................................................................ix
Daftar Lampiran.............................................................................................................x
1
Pendahuluan.........................................................................................................1
1.1
1.2
Rumusan Masalah................................................................................................1
1.3
Tujuan Percobaan.................................................................................................2
Tinjauan Pustaka..................................................................................................3
2.1
Tiohidantoin.........................................................................................................3
2.2
Fenilalanin............................................................................................................3
2.3
Sintesis Tiohidantoin............................................................................................4
2.4
Metodologi Penelitian..........................................................................................5
3.1
Bahan...................................................................................................................5
3.2
Peralatan...............................................................................................................5
3.3
Cara Kerja............................................................................................................6
4.1
4.2
4.3
Kesimpulan........................................................................................................16
5.1
Kesimpulan........................................................................................................16
5.2
Saran..................................................................................................................16
Daftar Pustaka..............................................................................................................17
LAMPIRAN.................................................................................................................18
Daftar Tabel
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Daftar Gambar
Gambar 2.1
Tiohidantoin...................................................................................................3
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Pelat hasil uji KLT (A) L-fenilalanin; (B) produk B (senyawa turunan
tiourea); (C) produk C (benzil tiohidantoin).................................................11
Gambar 4.4
Daftar Lampiran
Lampiran A
Lampiran B
1 Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
1.2
Rumusan Masalah
1.3
Tujuan Percobaan
2.1
Tinjauan Pustaka
Tiohidantoin
2.2
Fenilalanin
2.3
Sintesis Tiohidantoin
2.4
Identifikasi gugus fungsi dan struktur suatu senyawa hasil sintesis dapat dilakukan
dengan melakukan uji spektroskopi. Spektroskopi adalah studi dari interaksi
energi dengan suatu zat. Ketika energi digunakan oleh suatu zat, maka energi
tersebut akan diserap atau dipancarkan karena perubahan kimia (Solomon, 2011:
385). Jenis spektroskopi yang sering digunakan untuk mengidentifikasi gugus
fungsi dan struktur suatu senyawa adalah spektroskopi IR dan NMR.
3
3.1
Metodologi Penelitian
Bahan
Tabel 3.1 Nama dan jumlah bahan yang digunakan
Nama Bahan
(S)-fenilalanin
Natrium tiosianat (NaSCN)
Air
Larutan NaOH 1 M
Larutan HCl 4 M
Air Es
Aseton
Larutan KOH-etanol
Etanol
Eluen 2% asam format dalam etil asetat
Eluen 5% asam format dalam etil asetat
Eluen 10% asam format dalam etil asetat
3.2
Jumlah
0,5 g
0,373 g
3 mL
2 tetes
5 mL
5 mL
5 mL
5 tetes
5 tetes
3 mL
3 mL
3 mL
Peralatan
Tabel 3.1 Nama dan jumlah alat yang digunakan
Nama Alat
Labu bundar 25 mL
Penangas pasir
Pemanas listrik
Termometer
Batang pengaduk magnet
Pipet tetes
Kondensor refluks
Statif
Klem
Labu Erlenmeyer 25 mL
Kertas pH
Penyaring vakum
Corong Buchner
Penangas es
Pelat KLT
Chamber KLT
Lampu UV
Jumlah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 lembar
1 buah
1 buah
1 buah
9 lembar
3 buah
1 buah
3.3
3.3.1
Cara Kerja
Sintesis Tahap I
3.3.2
Sintesis Tahap II
Kondensor refluks dipasang kembali dan direfluks dalam penangas pasir pada
suhu 80oC selama 45 menit hingga campuran reaksi membentuk larutan bening
yang pada akhirnya akan terbentuk sedikit endapan. Setelah reaksi selesai, labu
didinginkan hingga suhu kamar dan pendinginan dilanjutkan dalam penangas es
hingga terbentuk endapan sempurna. Padatan disaring dengan penyaringan vakum
menggunakan corong Buchner dan dibilas dengan air dingin dan akhirnya dibilas
dengan sedikit aseton. Produk dibiarkan berasa dalam penyaringan vakum selama
10 menit lagi untuk menyempurnakan pengeringan. Produk C kering ditimbang,
dan ditentukan rendemennya. Produk C disisihkan untuk analisis KLT, uji titik
leleh, dan untuk pengukuran FTIR dan NMR.
3.3.3
Uji KLT
Analisis KLT dilakukan terhadap senyawa A, B, dan C pada pelat KLT yang sama,
sedikit senyawa A dilarutkan dalam beberapa tetes larutan KOH dalam etanol;
sedikit senyawa B dilarutkan dalam aseton atau metanol atau etanol; serta sedikit
senyawa C dilarutkan dalam aseton atau metanol atau etanol. Pelat KLT dielusi
dengan menggunakan eluen 2% asam format dalam etil asetat. Proses KLT
diulangi lagi menggunakan pelat baru dan eluen 5% asam format dalam etil asetat.
Proses KLT diulangi lagi menggunakan pelat baru dan eluen 10% asam format
dalam etil asetat. Penampakkan noda diamati di bawah lampu UV dan nilai Rf
setiap noda ditentukan untuk setiap proses KLT.
4.1
Benzil tiohidantoin
Pada percobaan ini, didapatkan produk C yang diduga merupakan senyawa benzil
tiohidantoin dengan rendemen sebesar 7,81%.
4.1
Gambar 4.3 Pelat hasil uji KLT (A) L-fenilalanin; (B) produk B (senyawa turunan
tiourea); (C) produk C (benzil tiohidantoin)
Selain uji titik leleh, identifikasi lain yang dilakukan yaitu dengan melakukan uji
KLT terhadap produk masing-masing tahap sintesis dan membandingkan faktor
retensi yang diperoleh dengan faktor retensi reagen, L-fenilalanin. Hasil uji KLT
yang dilakukan dengan menggunakan eluen 2% asam format dalam etil asetat. Uji
KLT pada prinsipnya bertujuan untuk melakukan pemisahan pada senyawa.
Dengan menggunakan eluen dengan konsentrasi asam format yang berbeda-beda
bertujuan untuk melihat eluen dengan kadar yang mana yang dapat memisahkan
senyawa dengan baik. Dari ketiga eluen yang disebutkan pada metode percobaan,
eluen 2% asam format dalam etil asetat merupakan eluen yang paling baik untuk
melakukan pemisahan dibandingkan dengan kadar asam fosfat yang lebih besar.
Dari hasil uji KLT, masing-masing senyawa menghasilkan dua penampakkan noda
seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.3 dengan nilai faktor retensi (R f) untuk
kedua noda adalah 0,57 dan 0,8. Penampakkan noda muncul dengan jarak yang
sama dan faktor retensi yang sama untuk ketiga senyawa tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa, dari hasil sintesis tidak didapatkan produk senyawa turunan
tiourea maupun benzil tiohidantoin yang diharapkan.
Produk yang diperoleh merupakan senyawa L-fenilalanin yang tidak bereaksi
dengan tiosianat dan reagen lain. Hal ini terjadi karena fenilalanin merupakan
senyawa nonpolar yang kurang larut dalam air. Pada saat proses refluks, campuran
reaksi tidak terbentuk larutan yang bening dan masih berbentuk suspensi. Hal ini
4.2
Uji identifikasi gugus fungsi dan struktur senyawa benzil tiohidantoin tidak
didapatkan data dari asisten praktikum. Oleh karena itu, saya melampirkan data
spektroskopi IR dan NMR yang didapatkan dari referensi yang terlampir.
Spektroskopi Infrared (IR) adalah teknik instrumental yang dapat memberikan
petunjuk untuk keberadaan berbagai macam gugus fungsi dari suatu senyawa.
Uji spektroskopi lain yaitu NMR (Nuclear Magnetic Resonance). Struktur suatu
senyawa diidenstifikasi melalui spektrum NMR untuk proton ( 1H) dan karbon-13
(13C). Sinyal NMR yang muncul lebih dulu atau berada di sebelah kanan
menandakan bahwa sinyal tersebut upfield sedangkan sinyal yang berada di
sebelah kiri menandakan bahwa sinyal tersebut downfield. Upfield dan downfield
suatu sinyal ditentukan oleh posisi karbon atau proton tersebut. Jika dekat dengan
gugus penarik elektron, maka akan downfield dan sebaliknya jika posisinya
berada jauh dari gugus penarik elektron maka akan upfield.
Untuk menentukan angka chemical shifts karbon yang muncul, dapat dilihat dari
data chemical shifts carbon-13 pada tabel 4.2. Dan berikut perkiraan chemical
shifts untuk masing-masing atom C gugus tertentu pada senyawa benzil
tiohidantoin :
10-50 ppm
10-65 ppm
150-180 ppm
100-170 ppm
Gambar 4.4 Chemical shift atom karbon pada senyawa benzil tiohidantoin
Untuk atom hidrogen, selain dari chemical shift, penentuan struktur dari sinyal
yang muncul dapat dianalisis dari tinggi sinyal dan banyaknya puncak (siglet,
doublet, triplet, quarter, dll). Tinggi sinyal menandakan banyaknya hidrogen yang
sejenis, sedangkan banyaknya puncak menandakan jumlah hidrogen atom
tetangga, jika singlet maka atom tetangganya tidak memiliki hidrogen, sedangkan
jika doublet maka atom tetangganya memiliki satu hidrogen, dll.
5.1
Kesimpulan
Kesimpulan
Dari hasil percobaan didapatkan rendemen produk benzil tiohidantoin sebesar 7,81%,
dengan faktor retensi (Rf) sebesar 0,57 dan 0,8. Dari hasil sintesis tahap I dan tahap II,
tidak didapatkan produk tiourea dan benzil tiohidantoin yang diinginkan. Produk yang
diperoleh masih berbentuk senyawa L-fenilalanin, yang merupakan reagen pada reaksi ini
yang tidak bereaksi dengan reagen lain.
5.2
Saran
Daftar Pustaka
Elinor, Ware (1950) : The Chemistry of the Hydantoins, Chem. Rev., 46, 403
470.
Johnson, T. B., Chernoff, L. H. (1913), J. Am. Chem. Soc., 35, 1208.
Solomon, T.W.G., C.B., Fryhle (2011) : Organic Chemistry 10th edition, John
Wiley and Sons, 385-458
LAMPIRAN
Lampiran A
7.27
3.19
3.959
7.40 7.29
3.44
7.43
8.0
36.8
64.2
125.9
136.6
182.6
176.2
128.6
127.7
Lampiran B
Spektrum 13C dan 1H NMR benzil tiohidantoin