Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu
lingkungan, perilaku manusia, pelayanan kesehatan dan keturunan (teori
Blum, 1974). Keempat faktor tersebut saling terkait dengan beberapa faktor
lain, yaitu sumber daya alam, keseimbangan ekologi, kesehatan mental, dan
populasi sebagai satu kesatuan. Lingkungan memiliki pengaruh paling besar
terhadap derajat kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan meliputi
lingkungan fisik, biologik, dan sosio-kultural.
John Gordon menggambarkan adanya interaksi antara 3 faktor yaitu
faktor lingkungan (environment), pejamu (host) dan penyebab penyakit
(agent). Timbulnya penyakit bila terjadi ketidakseimbangan di antara ketiga
faktor tersebut, misalnya penyakit terjadi karena faktor lingkungan yang
jelek, atau berkembangnya kuman penyakit atau daya tahan tubuh yang
rendah untuk melawan infeksi kuman penyakit.
Menurut pasal 22 Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan menyebutkan antara lain :
(1) Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat.
(2) Kesehatan lingkungan

dilaksanakan

terhadap

tempat

umum,

lingkungan permukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan


lingkungan lainnya.
(3) Kesehatan lingkungan meliputi :
a. Penyehatan air, tanah, dan udara.
b. Pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan
kebisingan.
c. Pengendalian vektor penyakit.
d. Penyehatan atau pengamanan lainnya.
(4) Setiap tempat atau sarana pelayanan umum wajib memelihara dan
meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan
persyaratan.

Sampai saat ini penyakit-penyakit berbasis lingkungan

masih

merupakan masalah kesehatan masyarakat. Insiden penyakit demam


berdarah dengue 0.019/1000 penduduk, angka kematian pada kejadian luar
biasa (KLB) 3/1.000 penduduk. Penyakit TBC Paru, tahun 1999, WHO
memperkirakan setiap tahun di Indonesia terjadi 583.000 kasus baru TB,
dengan kematian sekitar 140.000 orang. Diperkirakan setiap 100.000
penduduk terdapat 130 TBC BTA positif.
Proporsi penderita pneumonia balita yang berobat ke Puskesmas
tahun 2002 sebesar 3/10.000 balita. Diare masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat dari hasil survey Sub Direktorat Diare dan Penyakit
Pencernaan tahun 2003 insiden diare 374/1.000 penduduk. Insiden malaria
yang diukur dengan Annual Malaria Incidence (AMI) yaitu kesakitan
malaria tanpa konfirmasi laboratorium dan Annual Parasite Incidence
(API) yaitu angka kesakitan malaria dengan konfirmasi laboratorium,
tahun 2002 AMI 22,27/1.000 penduduk dan API 0,47/1.000 penduduk.
Permasalahan sampai saat ini diketahui bahwa penyakit terbanyak
yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas didominasi oleh penyakitpenyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan lingkungan.
Disamping itu dirasakan bahwa upaya pengobatan penyakit dan
upaya peningkatan/perbaikan kualitas lingkungan dikerjakan secara
terpisah dan tidak terintegrasi dengan upaya terkait lainnya. Petugas
paramedic/medis melaksanakan upaya penyembuhan/pengobatan tanpa
memperdulikan dan atau tanpa mengetahui bagaimana sebenarnya kondisi
lingkungan perumahan/permukiman si pasien. Di sisi lain petugas
kesehatan

lingkungan

melakukan

upaya

kesehatan

lingkungan

(pengawasan kualitas lingkungan, penyuluhan dan perbaikan mutu


lingkungan) tanpa memperhatikan permasalahan penyakit/kesehatan
masyarakat di lokasi / kawasan tersebut.
Integrasi upaya kesehatan lingkungan dan upaya pemberantasan
penyakit berbasis lingkungan semakin relevan dengan diterapkannya
Paradigma Sehat untuk upaya-upaya kesehatan di masa mendatang (rapat
kerja Menteri Kesehatan RI dengan Komisi VI DPR-RI, tanggal 15
September 1998). Dengan paradigma ini maka pembangunan kesehatan

lebih ditekankan pada upaya promotif-preventif dibanding upaya kuratifrehabilitatif. Melalui Klinik Sanitasi ketiga unsur pelayanan kesehatan
yaitu promotif, preventif dan kuratif dilaksanakan secara integratif melalui
pelayanan

kesehatan

program

pemberantasan

penyakit

berbasis

lingkungan di luar maupun di dalam gedung.


Puskesmas mempunyai misi untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan esensial yang bermutu, merata, dan terjangkau sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat
di wilayah kerjanya. Untuk itu dilakukan dengan cara membina peran
serta, upaya kesehatan inovatif, dan pemanfaatan teknologi tepat guna.
Bertitiktolak dari hal-hal di atas, maka lahirnya konsep Klinik Sanitasi
merupakan salah satu upaya terobosan untuk memadukan ketiga jenis
upaya kesehatan tersebut dalam rangka peningkatan derajat kesehatan
masyarakat secara terpadu, terarah dan berkesinambungan.
Konsep ini pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan oleh
Puskesmas Wanasaba Kabupaten/Kota Lombok Timur Propinsi Nusa
Tenggara Barat sejak November 1995 dan selanjutnya kegiatan ini diikuti
oleh beberapa Puskesmas yang ada di Provinsi Jawa Timur, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan.
Saat ini Klinik Sanitasi sudah dikembangkan lebih dari 1.000 Puskesmas
di seluruh Provinsi di Indonesia.
Sampai saat ini diketahui bahwa permasalahan penyakit terbanyak
yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas didominasi oleh penyakitpenyakit yang berhubungan dengan masalah lingkungan seperti diare yang
masih merupakan masalah yang belum tertanggulangi, TB, serta DBD juga
masih menjadi angka kejadian yang tinggi.
Salah satu upaya untuk menurunkan kejadian penyakit ini adalah
dengan merubah perilaku dan memperbaiki lingkungan. Hal ini bisa
dilakukan dengan memberikan edukasi ke masyarakat mengnai penyakit
berbasis lingkungan, penyebab dan upaya mencegah penularan penyakit
tersebut kepada orang lain. Upaya ini diwujudkan dengan tersedianya
klinik sanitasi di Puskesmas. Setiap pasien yang menderita penyakit

berbasis lingkungan di setiap poli akan dirujuk ke klinik sanitasi sebelum


mengambil obat yang telah di resep di apotik.
Walau klinik sanitasi telah tersedia, penyakit berbasis lingkungan
masih tetap tinggi dan terdapat kesenjangan antara jumlah penderita
penyakit berbasis lingkungan dengan pasien yang dirujuk ke klinik
sanitasi. Pasien yang berkunjung ke klinik sanitasi lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah pasien yang menderita penyakit berbasis
lingkungan. Maka ini menunjukan ketidakefektifan klinik sanitasi di
Puskesmas Tanah Garam. Oleh karena itu, penulis membuat sebuah PoA
(plan of action) yang berjudul Upaya Peningkatan Kunjungan Klinik
Sanitasi di Puskesmas Tanah Garam.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1

Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami tentang manajemen Puskesmas Tanah Garam
serta gambaran umum pelaksanaan program-program kesehatan di

1.2.2

Puskesmas Tanah Garam.


Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami tentang Klinik Sanitasi sebagai bagian
program Kesehatan Lingkungan
2. Mengetahui dan memahami tentang manajemen Klinik Sanitasi secara
umum.
3. Mengetahui dan memahami tentang manajemen Klinik Sanitasi di
Puskesmas Tanah Garam.
4. Mengetahui dan memahami tentang permasalahan pada manajemen
Klinik Sanitasi di Puskesmas Tanah Garam.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1

Manfaat Bagi Peneliti


Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk mengaplikasikan ilmu
pengetahuan kesehatan masyarakat terhadap pelaksanaan programprogram kesehatan masyarakat di Puskesmas Tanah Garam, serta

1.3.2

mengembangkan pengetahuan tentang manajemen Klinik Sanitasi.


Manfaat Bagi Puskesmas
Menjadi sumber informasi terkait pelaksanaan program-program
kesehatan mayarakat, khususnya program Klinik Sanitasi di wilayah kerja
4

Puskesmas Tanah Garam, sehingga dapat menjadi pertimbangan terhadap


1.3.3

rencana kerja selanjutnya bagi program-program tersebut.


Manfaat Bagi Dinas Kesehatan Kota Solok
Menjadi sumber informasi terkait pelaksanan program-program kesehatan
masyarakat di Puskesmas Tanah Garam khususnya program Klinik
Sanitasi.

1.4 Ruang Lingkup


Seluruh masyarakat yang ada di wilayah Puskesmas Tanah Garam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
Pusat Kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.Pola struktur organisasi Puskesmas
yang dapat dijadikan acuan di Puskesmas kawasan perkotaan adalah sebagai
berikut. 4
1. Kepala Puskesmas
2. Kasubag Tata Usaha, membawahi beberapa kegiatan diantaranya
Sistem Informasi Puskesmas, kepegawaian, rumah tangga, dan
keuangan.

3. Penanggungjawab UKM esensial dan keperawatan kesehatan


masyarakat yang membawahi :
a. Pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS
b. Pelayanan kesehatan lingkungan
c. Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM
d. Pelayanan gizi yang bersifat UKM
e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
f. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
4. Penanggungjawab UKM pengembangan.
Membawahi upaya pengembangan yang dilakukan Puskesmas,
antara lain :
a. Pelayanan kesehatan jiwa
b. Pelayanan kesehatan gigi masyarakat
c. Pelayanan kesehatan tradisional komplementer
d. Pelayanan kesehatan olahraga
e. Pelayanan kesehatan indera
f. Pelayanan kesehatan lansia
g. Pelayanan kesehatan kerja
h. Pelayanan kesehatan lainnya
5. Penanggungjawab UKP, kefarmasian, dan laboratorium.
6. Penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan.
2.2 Klinik Sanitasi
2.2.1 Definisi Klinik Sanitasi
Merupakan suatu wahana untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat
melalui upaya terintegrasi antara kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit
dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas puskesmas.
Klinik sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai
bagian integral dari kegiatan puskesmas, bekerjasama dengan program yang lain
dari sektor terkait di wilayah puskesmas.
Klinik sanitasi juga merupakan

suatu

upaya/kegiatan

yang

mengintegrasikan pelayanan kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif


yang difokuskan pada penduduk yang beresiko tinggi untuk mengatasi masalah
penyakit berbasis lingkungan dan masalah kesehatan lingkungan permukiman
yang dilaksanakan oleh petugas Puskesmas bersama masyarakat yang dapat
dilaksanakan secara pasif dan aktif di dalam maupun di luar Puskesmas.

Klinik sanitasi bukan sebagai kegiatan pokok yang berdiri sendiri, tetapi
sebagai bagian integral dari kegiatan Puskesmas yang dilaksanakan secara lintas
program dan lintas sektor di wilayah kerja Puskesmas.
Dalam melaksanakan kegiatan Klinik Sanitasi masyarakat difasilitasi oleh
petugas Puskesmas.
Klinik sanitasi diharapkan dapat memperkuat tugas dan fungsi Puskesmas
dalam melaksanakan pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit berbasis
lingkungan dan semua persoalan yang ada kaitannya dengan kesehatan
lingkungan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
a. Petugas Klinik Sanitasi
Adalah tenaga kesehatan lingkungan/tenaga kesehatan lain/tenaga
pelaksana

yang

ditunjuk

oleh

pimpinan

melaksanakan kegiatan Klinik Sanitasi.


b. Pasien
Penderita penyakit yang diduga berkaitan

Puskesmas

dengan

untuk

kesehatan

lingkungan yang dirujuk oleh Petugas Medis ke ruang Klinik Sanitasi


atau yang ditemukan di lapangan baik oleh petugas medis/paramedis
maupun petugas survey.
c. Klien
Masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas atau yang menemui
petugas klinik sanitasi bukan sebagai penderita penyakit tetapi untuk
berkonsultasi tentang masalah yang berkaitan dengan kesehatan
lingkungan.
d. Ruang Klinik Sanitasi
Adalah suatu ruangan atau tempat dalam gedung Puskesmas yang
dipergunakan untuk penyuluhan dan konsultasi oleh petugas Klinik
Sanitasi terhadap pasien dan klien.
e. Bengkel Sanitasi
Adalah suatu ruangan atau tempat yang dipergunakan untuk membuat,
merawat, memperbaiki sarana air bersih dan sanitasi dan menyimpan
peralatan yang berkaitan dengan kegiatan kesehatan lingkungan, serta
melatih keterampilan bagi masyarakat.
f. Konseling
Adapun hubungan komunikasi antara dua orang atau lebih antara
petugas

konseling

dan

pasien/klien

yang

memutuskan

untuk

bekerjasama sehingga pasien/klien dapat mengenali dan memecahkan


7

masalah kesehatan lingkungan secara mandiri maupun dengan bantuan


pihak lain.
g. Kunjungan Rumah
Adalah kegiatan yang dilakukan petugas Klinik Sanitasi ke rumah
pasien/klien untuk melihat keadaan rumah dan lingkungannya sebagai
tindak lanjut dari kunjungan pasien/klien ke Puskesmas (ruang Klinik
Sanitasi) atau tindak lanjut dari penemuan pasien/klien di lapangan.
h. Kegiatan dalam gedung
Adalah upaya pelayanan Klinik Sanitasi yang dilakukan di dalam atau
di lingkungan gedung Puskesmas
i. Kegiatan luar gedung
Adalah upaya Klinik Sanitasi

yang

dilakukan

di

luar

gedung/lingkungan Puskesmas.
j. Keluarga Binaan
Adalah keluarga pasien, tetangga pasien atau keluarga klien yang perlu
difasilitasi untuk mengatasi masalah perilaku hidup bersih dan sehat,
penyakit berbasis lingkungan, dan masalah kesehatan lingkungan.
k. Keluarga resiko tinggi
Adalah keluarga yang mempunyai peluang untuk tertular dan
menderita penyakit berbasis lingkungan.
2.2.2 Sasaran Klinik Sanitasi
1. Penderita penyakit, pasien atau keluarga yang berhubungan dengan
masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan yang
datang ke puskesmas.
2. Masyarakat umum atau klien yang mempunyai masalah kesehatan
lingkungan dan penyakit yang berbasis lingkungan yang datang ke
puskesmas.
3. Penderita penyakit, pasien, atau keluarga yang berhubungan dengan
masalah kesehatan lingkungan dan penyakit yang berbasis lingkungan
yang dikunjungi rumahnya.
4. Masyarakat umum atau klien yang mempunyai masalah kesehatan
lingkungan dan penyakit yang berbasis lingkungan yang daerahnya
dikunjungi.

2.2.3 Pedoman Merujuk Pasien Penyakit Berbasis Lingkungan ke Klinik


Sanitasi
1. Pengunjung mendaftar ke loket
2. Petugas loket mengisi kartu status
3. Pasien menuju ke poliklinik dengan membawa kartu status
4. Petugas poliklinik (perawat, dokter, bidan) memeriksa paseien sesuai
prosedur yang berlaku di Puskesmas
5. Apabila dari hasil pemeriksaan diduga menderita penyakit yang berbasis
lingkungan diakibatkan oleh pengaruh lingkungan, yaitu :
-

Diare

Kecacingan

ISPA

Malaria

DBD

TB Paru

Kulit/ Gatal-gatal
Maka pemeriksa memberikan kartu rujukan/kartu status kepada

pasien untuk menuju ke petugas klinik sanitasi.


6. Penderita menuju dan memberikan kartu rujukan/kartu status pasien
untuk menuju ke petugas klinik sanitasi.

2.2.4 Standar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi


Standar prosedur operasional klinik sanitasi secara umum meliputi standar
prosedur operasional di dalam gedung (puskesmas) dan diluar gedung (lapangan).

A. Dalam gedung
Di dalam gedung puskesmas, petugas klinik sanitasi melakukan langkahlangkah kegiatan terhadap penderita/pasien klien
1) Penderita
-

Menerima kartu rujukan status dari petugas poliklinik

Mempelajari kartu status/rujukan tentang diagnosis oleh petugas


poliklinik

Menyalin dan mencatat nama penderita atau keluarganya,


karakteristik penderita yang meliputi umur, jenis kelamin,
pekerjaan dan alamat, serta diagnosis penyakitnya ke dalam buku
register.

Lakukan wawancara atau konseling dengan penderita/keluarga


penderita tentang kejadian penyakit, keadaan lingkungan, dan
perilaku yang diduga berkaitan dengan kejadian penyakit.

Membantu

menyimpulkan

permasalahan

lingkungan

atau

perilaku yang berkaitan dengan kejadian penyakit yang diderita


-

Memberikan saran tinjak lanjut sesuai permasalahan

Bila diperlukan, membuat kesepakatan dengan penderita atau


keluarganya tentang jadwal kunjungan lapangan.

2) Klien
-

Menanyakan permasalahan yang dihadapi klien dan mencatat


nama, karakteristik klien seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan
dan alamat serta mencatatnya ke dalam buku register

Melakukan wawancara atau konseling dengan klien sesuai


permasalahan yang dihadapi

Membantu menyimpulkan permasalahan di lingkungan atau


perilaku yang diduga berkaitan dengan permasalahan yang ada

Memberikan saran pemecahan masalah yang sederhana, murah


dan mudah untuk dilaksanakan klien.

Bila diperlukan dapat dibuat kesepakatan jadwal pertemuan


berikutnya atau jadwal kunjungan lapangan/rumah klien.

10

B. Luar Gedung
-

Mempelajari hasil wawancara atau konseling di dalam gedung


(puskesmas)

Menyiapkan atau membawa berbagai peralatan dan kelengkapan


lapangan yang diperlukan seperti formulir kunjungan lapangan,
media penyuluhan, dan alat sesuai dengan jenis penyakitnya.

Memberitahu atau menginformasikan kedatangan kepada perangkat


desa/kelurahan (kepala desa/lurah, sekretaris, kepala dusun atau
ketua RW/RT) dan petugas kesehatan/bidan di desa

Melakukan pemeriksaan dan pengamatan lingkungan dan perilaku


sesuai dengan penyakit/masalah yang ada

Membantu menyimpulkan hasil kunjungan lapangan

Memberikan saran tidak lanjut kepada sasaran (keluarga penderita


dan keluarga sekitar)

Apabila permasalahan yang ditemukan menyangkut kelompok


keluarga atau kampung, informasikan hasilnya kepada petugas
kesehatan di desa/ kelurahan, perangkat desa/kelurahan (kepala
desa/lurah, sekretaris, kepala dusun atau ketua RW/RT) kader
kesehatan lingkungan serta lintas sektor terkait di tingkat kecamatan
untuk dapat ditindak lanjuti secara bersama.

2.2.5

Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan Klinik Sanitasi mencakup berbagai upaya
meliputi antara lain:
1. Penyediaan/penyehatan air bersih dan sanitasi dalam rangka
pencegahan/ penanggulangan penyakit diare/cacingan/penyakit
kulit/penyakit kusta/penyakit frambusia.
2. Penyehatan perumahan dalam rangka pencegahan penyakit
ISPA/TB Paru.
3. Penyehatan lingkungan permukiman dalam rangka pencegahan
penyakit demam berdarah dengue (DHF)/malaria/filariasis.

11

4. Penyehatan lingkungan tempat kerja dalam rangka pencegahan dan


penanggulangan

penyakit

yang

berhubungan

dengan

lingkungan/akibat kerja.
5. Penyehatan makanan/minuman dalam rangka pencegahan dan
penanggulangan penyakit saluran pencernaan/keracunan makanan.
6. Pengamanan pestisida dalam rangka pencegahan dan
penanggulangan keracunan pestisida
7. Penyakit atau gangguan kesehatan lainnya yang berhubungan
dengan lingkungan.
3

2.2.6 Strategi Operasional


Inventarisasi masalah kesehatan

lingkungan

dan

penyakit

berbasis

lingkungan yang dihadapi masyarakat dengan cara pengumpulan data dan


pemetaan yang berkaitan dengan penyakit, perilaku, sarana sanitasi dan
4

keadaan lingkungan.
Mengintegrasikan intervensi kesehatan lingkungan dengan program terkait di

Puskesmas dalam rangka pemberantasan penyakit berbasis lingkungan.


Menentukan skala prioritas penyusunan perencanaan dan pelaksanaan
penanganan masalah kesehatan lingkungan dengan mempertimbangkan
segala sumber daya yang ada dengan melibatkan lintas program dan lintas

sektor terkait baik dalam lingkup kabupaten/kota maupun Puskesmas.


Menumbuhkembangkan peran serta masyarakat melalui kemitraan dengan
kelembagaan yang sudah ada, misalnya Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
(PKK), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat (LPM), maupun kelompok swadaya masyarakat setempat

(kelompok pengajian, kelompok arisan, dll)


Membentuk jaringan kerjasama antar kabupaten/kota/kecamatan yang

merupakan satuan ekologis atau satuan epidemiologi penyakit.


Menciptakan perubahan dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
serta menumbuhkan kemandirian masyarakat melalui upaya promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
Mengupayakan dukungan dana dari berbagai sumber antara lain masyarakat,

swasta, pengusaha, dan pemerintah.


2.2.7

Kegiatan klinik Sanitasi

12

Kegiatan Klinik Sanitasi dilaksanakan di dalam gedung dan di luar gedung


Puskesmas :
1. Dalam Gedung Puskesmas
a. Pasien (penderita penyakit berbasis lingkungan)
Semua pasien yang mendaftar di loket, setelah mendapat kartu status,
diperiksa oleh petugas medis/paramedis Puskesmas (Dokter, Bidan,
Perawat).
Apabila pasien menderita penyakit berbasis lingkungan maka yang
bersangkutan dirujuk ke ruang Klinik Sanitasi.
Di ruang Klinik Sanitasi petugas Klinik Sanitasi mewawancarai pasien
tentang penyakit yang diderita dikaitkan dengan lingkungan. Hasil
wawancara dicatat dalam Kartu Status Kesehatan Lingkungan.
Kemudian petugas Klinik Sanitasi melakukan konseling tentang
penyakit yang diderita pasien dalam hubungannya dengan lingkungan.
Selanjutnya petugas Klinik Sanitasi membuat janji kunjungan rumah
dengan pasien dan keluarganya apabila diperlukan. Setelah konseling
di ruang Klinik Sanitasi, pasien dapat mengambil obat di apotik
Puskesmas (loket obat) kemudian pasien diperbolehkan pulang.
Dengan kegiatan Klinik Sanitasi, Dokter/Bidan/Perawat dan Sanitarian
dapat mengidentifikasi faktor resiko kesehatan yang dialami
pasien/keluarga/masyarakat sekitarnya.
b. Klien (Pengunjung bukan penderita penyakit)
Klien mendaftar di loket, selanjutnya menuju ruang Klinik Sanitasi
untuk melakukan konsultasi masalah kesehatan lingkungan yang
dihadapi.
Petugas Klinik Sanitasi mencatat hasil wawancara dalam Kartu Status
Kesehatan Lingkungan, kemudian petugas membuat janji dengan klien
untuk kunjungan rumah apabila diperlukan.
Secara rutin petugas Klinik Sanitasi menyampaikan segala permasalahan, cara
penyelesaian masalah, hasil monitoring/evaluasi dan perencanaan Klinik Sanitasi
dalam Mini Lokakarya Puskesmas yang melibatkan seluruh petugas Puskesmas.
Dengan demikian diharapkan seluruh petugas Puskesmas mengetahui pelaksanaan
kegiatan Klinik Sanitasi sehingga Klinik Sanitasi dapat dilakukan secara integratif
dalam lintas program.
2. Luar Gedung Puskesmas

13

a. Kunjungan rumah (sebagai tindak lanjut kunjungan pasien/klien ke


Puskesmas)
Kunjungan rumah/lokasi merupakan tindak lanjut kesepakatan antara
petugas Klinik Sanitasi dengan pasien/klien yang datang ke Puskesmas.
Sebenarnya kunjungan ini merupakan

kegiatan rutin dari petugas

Puskesmas yang lebih dipertajam sasarannya, karena saat kunjungan petugas telah
mempunyai data yang diperlukan dari hasil wawancara antara petugas dengan
pasien/klien di ruang Klinik Sanitasi.
Dalam

kunjungannya

Petugas

Klinik

Sanitasi

sedapat

mungkin

mengikutsertakan Perawat dari Puskesmas Pembantu atau Bidan di Desa, untuk


melakukan pengecekan fisik/klinis atas penyakit yang telah diobati tersebut
(semacam kegiatan Perawatan Kesehatan Keluarga). Petugas Klinik Sanitasi
membawa kartu status kesehatan lingkungan/register yang telah diisi saat
kunjungan pasien ke ruang Klinik Sanitasi di Puskesmas sebelumnya.
Untuk keperluan monitoring/surveilans, dalam kunjungan ini petugas
klinik sanitasi mengisi kartu indeks lingkungan perilaku sehat, selanjutnya kartu
ini secara berkala (1-3 bulan) diisi oleh kader atau bidan desa.
Dalam kunjungan ke lapangan petugas Klinik Sanitasi mengajak Kader
Kesehatan/Kesehatan Lingkungan, Pokmair (kelompok pemakai air), PKK, dan
berkonsultasi/melibatkan LSM, Perangkat Desa, tokoh masyarakat dan pihak
terkait lainnya, maksudnya agar masyarakat turut berperan aktif memecahkan
masalah kesehatan yang timbul di lingkungan mereka sendiri.
Diharapkan jika nanti timbul masalah yang serupa atau sejenis, mereka
mampu menyelesaikan sendiri. Petugas klinik sanitasi maupun petugas kesehatan
lain yang mendampinginya dapat memberikan penyuluhan kepada pasien/klien
dan keluarganya serta tetangga-tetangga pasien tersebut.
Kunjungan tersebut perlu pula dikoordinasikan dengan Camat apabila
perlu diintegrasikan bersama instansi/sektor lain yang mempunyai kegiatan di
desa lokasi kegiatan Klinik Sanitasi dilaksanakan. Bila diperlukan koordinasi di

14

Kabupaten/kota, maka Puskesmas dapat meminta bantuan Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota.
Jika dibutuhkan pembangunan sarana sanitasi dengan biaya besar, (seperti
pembangunan sistem perpipaan) yang tidak terjangkau oleh masyarakat setempat,
petugas Klinik Sanitasi melalui Puskesmas dapat mengusulkan kegiatan tersebut
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk ditindaklanjuti.

b. Penemuan penderita melalui pencairan penderita secara aktif.


Penemuan dan pengobatan secara intensif terhadap penderita, selain untuk
menyembuhkan juga merupakan upaya pokok untuk menghilangkan sumber
penularan yang berarti pemutusan mata rantai penularan. Di tiap kabupaten/kota
diperlukan petugas lapangan, yang memiliki keterampilan penemuan, pengobatan,
dan pelaporan penderita penyakit yang berbasis lingkungan.
Petugas Klinik Sanitasi harus mengetahui penyakit menular apa yang
menjadi prioritas di daerahnya, untuk kemudian mencari upaya pengendalian
penyakit yang bersangkutan dengan cara-cara perbaikan lingkungan dimana
penderita bertempat tinggal.
Pada program-program pemberantasan penyakit yang ada komponen
pencairan dan penemuan penderita di lapangan (misalnya malaria, TB Paru,
Kusta, Frambusia), maka hasil penemuan penderita ini dilaporkan pada pertemuan
evaluasi/perencanaan bulanan Puskesmas untuk diputuskan sebagai sasaran Klinik
Sanitasi.
Lokasi keluarga yang menderita penyakit berbasis lingkungan perlu dipetakan.

c. Penemuan population at risk melalui pengumpulan data di lapangan


Beberapa cara yang dapat digunakan menentukan population at risk
(penderita atau orang-orang yang secara epidemiologis mendapat
resiko tertular penyakit berbasis lingkungan) antara lain sebagai
berikut :
- Prosedur Penilaian Cepat (Rapid Assessment Procedures=RAP)
- Rapid Survey
15

Focus Group Discussion


Kartu Kesehatan Keluarga (K3), khusus untuk daerah proyek

KKG/replikasi proyek KKG.


Indeks Potensi Keluarga Sehat (IPKS), khusus untuk daerah proyek
KKG/replikasi proyek KKG.

d. Pemetaan population at risk


Petugas Klinik Sanitasi harus bekerjasama secara erat dengan tenaga
epidemiologi-surveilans

Puskesmas

(Tepus)

dalam

pengumpulan

data,

pengolahan, analisis dan pemetaan Population at risk dan faktor-faktor yang


mempengaruhi penularan penyakit.
Hasil pengumpulan data dari pencatatan yang ada di Puskesmas dan hasil
kunjungan lapangan (klien/pasien) kemudian dilakukan pengolahan data
dianalisis, kemudian dilakukan pemetaan terhadap jenis penyakit berbasis
lingkungan menurut desa. Dari hasil analisis ditentukan:
-

Apa jenis penyakit berbasis lingkungan yang tertinggi di wilayah

kerja Puskesmas tersebut.


Kelompok mana yang mungkin mendapat resiko tertinggi untuk

terjangkit penyakit yang sama (kelompok resiko tinggi)


Di desa mana kasus penyakit tertinggi di wilayah kerja Puskesmas
tersebut.

Pemetaan ini dilakukan menurut sebaran penyakit (dapat dinilai dari satu
sampai beberapa desa) dan pemetaan per desa. Pemetaan per desa dapat
mencantumkan faktor lingkungan yang mempengaruhi penularan penyakit
berbasis lingkungan.
e. Intervensi rencana tindak lanjut
Selanjutnya dari hasil pengolahan data dan pemetaan disampaikan dalam
rapat Mikro Planning Puskesmas, sehingga pimpinan Puskesmas mendapat data
informasi untuk menentukan intervensi sebagai tindak lanjut dari hasil temuan.
Intervensi pada klinik sanitasi ada dua alternatif, yaitu:
-

Intervensi dilakukan pada satu jenis penyakit di beberapa desa


tertentu yang kasusnya sangat menonjol, atau

16

Intervensi dilakukan pada beberapa penyakit di satu desa.

Penentuan

prioritas

penyakit

yang

akan

diintervensi

dengan

mempertimbangkan berbagai aspek di bawah ini:


a. Kegawatan penyakit
b. Apakah menjadi program prioritas daerah/nasional
c. Tingkat kesulitan dalam pemberantasan penyakit (segi teknis dan
non teknis)

Gambar2. Skema Alur kegiatan Klinik Sanitasi

2.2.8 Sumber Daya


1. Tenaga Pelaksana
Untuk melaksanakan kegiatan Klinik Sanitasi diperlukan tenaga sebagai
berikut :
a. Tenaga kesehatan lingkungan di Puskesmas, dari Diploma 1 atau
Diploma 3 kesehatan lingkungan atau Strata 1 kesehatan masyarakat.

17

b. Tenaga kesehatan lain di Puskesmas seperti bidan, perawat kesehatan


masyarakat, petugas gizi dan petugas lain yang ditunjuk oleh pimpinan
Puskesmas.
c. Tenaga pelaksana yang ditunjuk oleh pimpinan Puskesmas untuk
melaksanakan kegiatan Klinik Sanitasi (pekarya, sosial, ekonomi dll).
Tenaga-tenaga tersebut di atas, bila perlu mendapat orientasi/pelatihan
tentang Klinik Sanitasi.
2. Prasarana dan Sarana
a. Ruangan
Ruangan diperlukan untuk :
- Ruang Klinik Sanitasi sebagai tempat dalam gedung Puskesmas
yang dipergunakan penyuluhan dan konsultasi oleh petugas Klinik
-

Sanitasi terhadap pasien dan klien.


Bengkel Klinik Sanitasi sebagai tempat yang dipergunakan untuk
membuat, merawat, memperbaiki sarana air bersih dan sanitasi,
menyimpan peralatan yang berkaitan dengan kegiatan kesehatan

lingkungan, serta melatih keterampilan bagi masyarakat.


b. Peralatan
Peralatan Klinik Sanitasi berupa alat-alat perbaikan/pembangunan
sarana air bersih dan sanitasi, cetakan sarana air bersih dan jamban
keluarga, peralatan pengukuran kualitas lingkungan (air, tanah dan
udara), alat-alat pengambilan sampel lingkungan dan sound system.
c. Transportasi
Untuk mendukung kegiatan Klinik Sanitasi di luar Puskesmas
diperlukan alat transportasi.
d. Alat Peraga dan Media Penyuluhan
Untuk kegiatan penyuluhan dan konseling diperlukan alat peraga
maupun media penyuluhan antara lain : maket, media cetak (poster,
leaflet, lembar balik, buku, majalah), media elektronik, dan lain-lain.
e. Formulir Pencatatan dan Pelaporan
Untuk pencatatan dan pelaporan diperlukan formulir sesuai dengan
lampiran 3, 4, 5 dan 6.
f. Buku Pedoman
Untuk penyelenggaraan klinik sanitasi diperlukan buku pedoman
terutama pedoman klinik sanitasi (Pedoman Pelaksanaan Klinik
Sanitasi untuk Puskesmas, Pedoman Teknik Klinik Sanitasi untuk
Puskesmas, Panduan Konseling bagi petugas Klinik Sanitasi, dan
Standar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi untuk Puskesmas), dan

18

buku-buku pedoman lain misalnya Pedoman Manajemen Puskesmas,


Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis, Pedoman Penyakit
Malaria, Pedoman pemberantasan Penyakit Diare, Demam Berdarah
Dengue, dll.
3. Sumber Dana
Sumber dana untuk penyelenggaraan Klinik Sanitasi dapat diperoleh dari
dana operasional Puskesmas APBN, APBD Provinsi dan APBD
Kabupaten/kota, BLN, kemitraan dan swadaya masyarakat.
2.2.9 Peran Dinas kesehatan provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
pengembangan Klinik Sanitasi
1. Peran Unit Kesehatan Provinsi
Seperti diketahui yang menangani masalah kesehatan di provinsi adalah Dinas
Kesehatan Provinsi yang secara administrative dan taktis operasional di bawah
Pemerintah Daerah Provinsi.
Adapun tugas dinas Kesehatan Provinsi dalam pelaksanaan Klinik Sanitasi
adalah :
a. Memberi dukungan politis agar klinik sanitasi diakui sebagai bagian
penting dalam pembangunan kesehatan dan proses pembangunan pada
umumnya.
b. Menyiapkan dukungan teknologi untuk memungkinkan pengelolaan
Klinik Sanitasi menjadi suatu kegiatan operasional dalam proses
pembangunan lingkungan dan perilaku sehat, termasuk pengembangan
Teknologi Tepat Guna (TTG), dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
c. Merintis kemitraan (partnership) antara pemerintah dengan sektor
swasta (private sector) dalam mengembangkan dan memperluas
gagasan klinik sanitasi di berbagai unit pelayanan kesehatan
lingkungan.
d. Melibatkan organisasi profesi kesehatan (HAKLI, IAKMI, dsb) dalam
pengembangan program klinik sanitasi terutama dalam supervise dan
monitoring/evaluasi.
e. Mengembangkan sistem informasi manajemen yang berkaitan dengan
Klinik Sanitasi.

19

2. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


Seperti halnya di provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bertugas
melaksanakan

program

kesehatan

di

wilayah

kabupaten/kota.

Dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya secara administratif dan taktis operasional


dibawah Pemerintah Kabupaten/Kota.
Tugas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan Klinik Sanitasi
adalah :
a. Melaksanakan perencanaan, penggerakan, pengawasan, pengendalian,
dan penilaian.
b. Melakukan koordinasi dengan Bappeda Kabupaten/Kota dalam
merencanakan kebutuhan dan mengusulkan dana.
c. Menetapkan strategi dan kebijaksanaan operasional.
d. Mengembangkan indikator keberhasilan, penetapan

standar

keberhasilan, sistem informasi manajemen, dan teknologi tepat guna


sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh kabupaten/kota.
e. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyusun buku pedoman teknis
pelaksanaan di tingkat Puskesmas tentang tugas-tugas spesifik.
f. Dinas kesehatan Kabupaten/Kota mendorong Puskesmas untuk
melaksanakan dan mengembangkan kegiatan klinik sanitasi.
g. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam melaksanakan
kegiatan Klinik Sanitasi (pelatihan, seminar, studi banding)
3. Peran Puskesmas dan Masyarakat
a. Peran Puskesmas
Puskesmas adalah unit terdepan dalam pelaksanaan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya.
Pembangunan kesehatan meliputi pembangunan yang berwawasan
kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga, serta pelayanan kesehatan.
Dalam melaksanakan kegiatan klinik sanitasi Puskesmas mempunyai tugas
dan fungsi sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan pelaksanaan dan penilaian kegiatan Klinik
Sanitasi di dalam maupun di luar gedung Puskesmas.
2) Melakukan pengumpulan pengolahan dan analisis data tentang
kualitas lingkungan (data sarana air bersih dan sanitasi), penyakit
berbasis lingkungan dll.
20

3) Pengawasan, penilaian dan perbaikan kualitas lingkungan.


4) Mencari menggali dan mengelola sumber pembiayaan yang
berasal dari pemerintah, masyarakat, swasta, dan sumber lain
untuk kegiatan Klinik Sanitasi.
5) Melakukan pencegahan dan penanggulangan pada kasus-kasus
penyakit berbasis lingkungan.
6) Memberikan pelatihan dan

bantuan

teknis

(pemanfaatan,

pemeliharaan dan perbaikan) bagi tokoh-tokoh masyarakat, kader,


swasta, dsb.
7) Menyiapkan tenaga, ruang klinik sanitasi/bengkel sanitasi dan
peralatannya termasuk pengadaan media penyuluhan.
8) Melakukan pembinaan masyarakat melalui penyuluhan dan
konseling, dll.
9) Mendayagunakan tenaga lapangan PPM & PL dan bidan di desa
untuk mendukung kegiatan klinik sanitasi.
10) Koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor dalam
kegiatan Klinik Sanitasi termasuk membina kemitraan dengan
unsur terkait (LSM, Pengusaha, swasta, PKK, Pramuka) di
wilayahnya.
11) Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang pelaksanaan Klinik
Sanitasi.
b. Peran Masyarakat
Masyarakat melalui kelompok-kelompok masyarakat seperti Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat, Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), tokoh
masyarakat, dan tokoh agama, juga mempunyai tugas dan fungsi dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui Klinik Sanitasi sebagai
berikut:
1) Membina keluarga binaan
2) Ikut serta melakukan inventarisasi data sarana kesehatan
lingkungan: jamban, air bersih, limbah, perumahan, dan lain
sebagainya.
3) Menggali dan memanfaatkan sumber daya setempat untuk
kepentingan intervensi kesehatan lingkungan.
4) Melakukan pengorganisasian dan pendanaan masyarakat untuk
upaya meningkatkan kualitas lingkungan.

21

5) Mengembangkan cara penilaian dan pemantauan oleh masyarakat


sendiri.

2.2.10 Hambatan, Tantangan dan Peluang


1. Hambatan
Beberapa hambatan yang mungkin dijumpai dalam pelaksanaan Klinik
Sanitasi :
a. Masih terbatasnya tenaga Puskesmas untuk melaksanakan klinik
sanitasi, termasuk terbatasnya tenaga dengan latar belakang pendidikan
kesehatan lingkungan di Puskesmas sebagai tenaga Klinik Sanitasi.
Kegiatan Klinik Sanitasi belum menjadi prioritas bagi Puskesmas.
b. Terbatasnya jangkauan petugas klinik sanitasi untuk membina desa
yang berada dalam wilayah Puskesmas (ratio Puskesmas desa : 9,6)
hal ini disebabkan oleh berbagai hal antara lain jumlah desa, luas
wilayah, kondisi geografis dan terbatasnya sarana transportasi.
c. Terbatasnya dana yang berasal dari APBN, APBD Provinsi, APBD
Kabupaten/Kota dan masyarakat untuk kegiatan klinik sanitasi.
2. Peluang
Beberapa peluang yang mungkin ditemui antara lain :
a. Adanya dana operasional di Puskesmas yang dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan klinik sanitasi.
b. Penyakit berbasis lingkungan masih mendominasi kasus yang terjadi.
c. Adanya mekanisme mini lokakarya di Puskesmas yang dapat
digunakan untuk pengembangan dan koordinasi kegiatan klinik
sanitasi
d. Pendayagunaan tenaga kesehatan lingkungan yang saat ini bekerja di
luar bidang tugasnya untuk pelaksanaan Klinik Sanitasi.
e. Adanya program sektor lain yang terkait dialokasikan di desa yang
dapat menunjang kegiatan Klinik Sanitasi.
f. Semakin meningkatnya partisipasi masyarakat di bidang pembangunan
di desa akibat dari pemberdayaan masyarakat sebagai subyek
pembangunan yang diterapkan selama ini.
g. Telah tersedianya alat (water test kit, media penyuluhan)
h. Penerapan paradigma sehat yang selaras dengan pelaksanaan Klinik
Sanitasi.
2.2.11 Kriteria Keberhasilan

22

Keberhasilan pelaksanaan Klinik Sanitasi ini dapat ditunjukkan dengan beberapa


indikator:
1. Langsung
a. Meningkatnya kunjungan klien dan menurunnya kunjungan pasien
Klinik Sanitasi
b. Meningkatnya cakupan dan jumlah sarana air bersih dan sanitasi yang
memenuhi syarat dari swadaya masyarakat.
c. Meningkatnya kunjungan petugas Klinik

Sanitasi

ke

rumah

pasien/klien.
2. Tak Langsung
a. Menurunnya angka kejadian penyakit yang berbasis lingkungan seperti
Diare / Cacingan / Penyakit Kulit, ISPA / TB-Paru, Demam Berdarah,
Malaria, Penyakit akibat kerja, penyakit saluran pencernaan dan
keracunan.
b. Terciptanya hubungan dan kerjasama yang baik antara lintas program
dan lintas sektor di wilayah kerja Puskesmas.

2.2.12 Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi


1. Pencatatan
a. Petugas Klinik Sanitasi mencatat kegiatan-kegiatan yang dikerjakan
baik dalam gedung maupun luar gedung, dalam format pencatatan
Klinik Sanitasi (register, kartu status kesehatan). Kartu Status
Kesehatan Lingkungan, Kartu Rumah dan formulir lain yang
diperlukan.
b. Petugas Klinik Sanitasi mengolah data kegiatan di dalam dan luar
gedung.
c. Petugas Klinik Sanitasi membuat penyajian/visualisasi data dalam
bentuk peta, grafik atau tabel yang diperbaharui secara periodik
(bulanan, kuartalan, dan tahunan).
2. Pelaporan
a. Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai format yang telah ada.
b. Laporan diberikan secara periodik (bulanan, kuartalan, dan tahunan).

23

3. Pemantauan dan Penilaian


a. Pemantauan untuk mengetahui hambatan serta peluang dilaksanakan
tiap bulan saat mini lokakarya Puskesmas, yang akan dipakai untuk
perbaikan

pelaksanaan

Klinik

Sanitasi

sebagai

bahan

untuk

peningkatan kinerja petugas Klinik Sanitasi.


b. Evaluasi dilaksanakan secara lintas program/lintas sektor pada akhir
tahun yang hasilnya dapat digunakan untuk penyusunan program kerja
tahun berikutnya.

2.2.13 Peranan berbagai Pihak dalam Tindakan lanjut Perbaikan Kualitas


Lingkungan
Berbeda dengan masalah penyakit yang timbul akibat lingkungan yang
tidak sehat yang dapat diatasi/ditangani sektor kesehatan sendiri mulai dari
penemuan kasus sampai pada pengobatan sehingga penderita memperoleh
kesembuhan, namun untuk faktor lingkungan tidak dapat ditangani sendiri oleh
sektor kesehatan. Dalam hal ini diperlukan peran dari berbagai pihak untuk
memperbaiki kualitas, sebab bilamana kualitas lingkungan tidak diperbaiki, akan
berpengaruh terhadap kesembuhan penyakit yang dialami penderita. Perwujudan
dalam pelaksanaan perbaikan kualitas lingkungan dapat dilakukan melalui
pertemuan/rapat koordinasi pembangunan baik di kabupaten/kota atau kecamatan.

24

BAB III
HASIL KEGIATAN
3.1 Gambaran Umum Puskesmas Tanah Garam
3.1.1 Profil Puskesmas Tanah Garam
Puskesmas Tanah Garam berdiri tahun 1975, terletak di kelurahan VI
Suku, kecamatan Lubuk Sikarah. Rencana pembangunan awal Puskesmas
Tanah Garam adalah di Kelurahan Tanah Garam, namun adanya tanah hibah
dari masyarakat kelurahan VI Suku, maka dibangunlah Puskesmas di
Kelurahan VI Suku, tetapi nama tetap Puskesmas Tanah Garam. Puskesmas
Tanah Garam dibangun dengan luas tanah 1010 m2.
Topografi kota Solok, yaitu sungai Batang Lembang, sungai Batang
Gawan dan sungai Batang Air Binguang. Suhu udara berkisar 26,1C sampai
28,9C. Dilihat dari jenis tanah 21,76 tanah di kota Solok merupakan tanah
sawah dan sisanya 78,24% berupa tanah kering.
Hasil registrasi penduduk Kota Solok tahun 2008 tercetat sebanyak
59.172 jiwa, terdiri atas 28.989 laki-laki dan 30.173 perempuan, dengan sex
ratio sebesar 0,96. Ini berarti setiap 1.000 perempuan berbanding 960 lakilaki. Dengan luas wilayah 5.764 km2, kepadatan penduduk Kota Solok adalah
sebanyak 1.026 jiwa/km2. Kecamatan Tanjung Harapan adalah kecamatan
dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu sebesar 1.223 jiwa/km2.
Batas wilayah Puskesmas Tanah Garam adalah Utara Kecamatan
Nagari Tanjuang Bingkuang, Aripan dan Kuncir Kabupaten Solok.

25

Tingkat pendidikan yang paling besar adalah universitas 9,68%, SLTA


33,64%, SLTP 18,94% dan tamat SD/MI 15,78%. Masih ada 16,68%
penduduk tidak/belum tamat SD.
Sementara iyu, penduduk kota Solok dihuni oleh suku Minang, Jawa
Batak, tetapi yang lebih dominan adalah suku Minang. Upacara-upacara
keagamaan di kota Solok masih ada, seperti acara tolak bala, adat dalam
kematian, dan upacara adat perkawinan Solok.
3.1.2 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam

Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tanah Garam


3.1.3 Visi dan Misi Puskesmas
a. Visi
Terwujudnya Puskesmas Tanah Garam yang informatif dengan
pelayanan pada masyarakat secara profesional dan bermutu dibidang
pelayanan kesehatan dasar dalam rangka menuju Puskesmas terbaik di
Indonesia tahun 2020.
b. Misi

26

1. Memperlancar kegiatan proses pelayanan kesehatan dasar yang


bermutu bagi perorangan (Private Goods) serta pelayanan
kesehatan masyarakat (Public Goods).
2. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses layanan kesehatan
dasar di Puskesmas melalui perbaikan yang berkesinambungan.
3. Memastikan akurasi data pasien dan pelanggan melalui sistem
pendokumentasian yang divalidasi dan abdating data.
4. Menghasilkan produk-produk layanan kesehatan dasar yang
berinovasi.
5. Menyosialisasikan tentang kegiatan layanan kesehatan prima dan
kepuasan pelanggan.
6. Meningkatkan pemberdayaan potensi sumber daya organisasi.
7. Merencanakan dan melaksanakan setiap program dengan
bersumber pada evidence base (data berdasarkan fakta).
3.1.4 Sarana dan Prasarana serta Keadaan Tenaga
1. Fasilitas Puskesmas
a. Gedung Puskesmas
Satu buah gedung Puskesmas Tanah Garam yang terletak di
Kelurahan VI Suku, Kecamatan Lubuk Sikarah Kota Solok.
Data sarana dan prasarana kesehatan di Puskesmas Tanah Garam
tahun 2015 :
- Rekam Medik
- Poli Umum
- Poli Gigi
- UGD 24 jam
- Laboratorium Klinik
- Farmasi
- Klinik Gizi
- Klinik Sanitasi
- Klinik TB, VCT, dan IMS
- Poli Ibu
- Poli Anak
- Poli KB
- Poli Imunisasi
- Klinik PKPR
- Klinik Tumbuh Kembang
- Rawatan Ibu dan Anak
- Rawatan Dewasa
b. Puskesmas Pembantu dan Poskeskel

27

Puskesmas Tanah Garam mempunyai lima Puskesmas Pembantu


dan tiga Poskeskel, yaitu :
1) Pustu Payo
2) Pustu Bandar Pandung
3) Pustu Gurun Bagan
4) Pustu Sawah Piai
5) Pustu Bancah
6) Poskeskel Tanah Garam
7) Poskeskel Gurun Bagan
8) Poskeskel Sinapa Piliang
c. Transportasi Puskesmas Tanah Garam
Transportasi Puskesmas Tanah Garam berupa :
1) Kendaraan roda 4 : 2 unit
2) Kendaraan roda 2 : 21 unit
d. Keadaan Tenaga Puskesmas
Tabel 3.1 : SDM Puskesmas Tanah Garam
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

JENIS TENAGA
S2 Kesehatan Masyarakat
Dokter Umum
Dokter Gigi
Sarjana Kesehatan Masyarakat
S1 Keperawatan
Dokter Spesialis Anak
D3 Bidan
D3 Kesling
D3 Gizi
D3 Labor
D3 Gigi
D3 Apikes
D3 Refraksi
D3 Fisiotherapi
D3 Atem
D1 Kebidanan
Perawat SPK
Perawat Gigi
Asisten Apoteker
Analis Labor
SMF
D3 Perawat
Sopir
Petugas Jaga Malam
Kebersihan
Radiologi
JUMLAH

28

JUMLAH
1
5
1
5
2
1
32
2
5
2
1
1
1
2
1
5
2
1
3
1
2
33
5
5
5
1
126

KETERANGAN

2. Sarana Pendukung di Luar Puskesmas


a. Sarana Pendidikan
Sarjana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tanah
Garam adalah PAUD, 4 taman kanak-kanak, 2 SLB Autis, 13 Sekolah
Dasar, 3 SLTP/MTsN, 4 SMU/SMK, dan 1 Akper.
b. Sarana Kesehatan
Tabel 3.2 : Data Sarana dan Prasarana Kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Tanah Garam
No
1
2
3
4

JENIS SARANA
Poliklinik Swasta
Bidan Praktek Swasta
Dokter Prakter Swasta
Apotik

3. Sasaran
a. Data Kependudukan
Jumlah penduduk
Jumlah Bulin
Jumlah Buteki
Jumlah Bayi
Jumlah Anak Balita
Jumlah PUS
Jumlah Bumil
Jumlah WUS
Jumlah Anak Remaja Sekolah
b. Peran serta Masyarakat
Jumlah Posyandu
Jumlah Kader Posyandu
Jumlah TOGA
Jumlah Posyandu Lansia
Jumlah Kelompok Dana Sehat
Jumlah UKK
Jumlah KK Miskin
3.2

JUMLAH
1
10
3
1

: 21.942 orang
: 415 orang
: 396 orang
: 4.383 orang
: 1.206 orang
: 3.628 orang
: 458 orang
: 5.114 orang
: 3.444 orang
: 25 buah
: 92 orang
: 3 kelurahan
: 10 buah
: - buah
: - buah
: 644 KK

Gambaran Umum Program-program Kesehatan Masyarakat di


Puskesmas Tanah Garam
Dalam pelaksanaan program pelayanan kesehatan masyarakat di
Puskesmas Tanah Garam terdapat 2 program Puskesmas yaitu program wajib

29

dan program pengembangan, dimana pencapaian target pada masing-masing


program wajib di tahun 2015 adalah :
1. Promosi Kesehatan
Kegiatan :
1. Promosi kesehatan di dalam gedung Puskesmas Tanah Garam.
2. Promosi kesehatan di luar gedung, berupa :
a. Usaha Kesehatan Sekolah
- Skrining murid kelas 1 SD/SLTP/SLTA
- Pembinaan sekolah sehat
- Pelatihan dokter kecil/kader kesehatan/PKPR
b. Pembinaan kelurahan model PHBS dan KTR (kawasan tanpa
rokok)
c. Penyuluhan Posyandu
d. Pelaksanaan kegiatan kelurahan siaga
e. Saka Bakti Husada
Tabel 3.3 : Hasil Kegiatan Penyuluhan Promosi Kesehatan
Januari-Desember 2015
No.
1
2

3
4
5

Kegiatan
Penyuluhan di dalam gedung
Pembinaan UKS :
- Penyuluhan kesehatan
- Pelatihan dokter kecil/kader

Pencapaian
9 kali
32 kali
9 kali

UKS
(100%) 1 kali dalam
- Skrining siswa baru masuk
setahun
tahun ajaran 2015/2016
Penyuluhan di Posyandu
36 kali
Penyuluhan Keliling
10 kali
Penyuluhan di Kantor Camat Lubuk 2 kali
Sikarah

2. KIA dan KB
Kegiatan Program Kesehatan Ibu :
a. Kelas Ibu Hamil
b. Pelayanan ANC
c. Kunjungan Bumil Resti
d. Kunjungan Nifas
e. Pemantauan Stiker P4K/ANC Berkualitas
f. Otopsi verbal
g. Pembinaan BPJS
h. Pembinaan GSI
Kegiatan Program Kesehatan Anak
a. DDTK
b. Kelas Ibu Balita

30

c. Kunjungan rumah balita bermasalah


d. LBI
Kegiatan Keluarga Berencana (KB)
a. Pelayanan dan konseling
b. Penanganan komplikasi ringan
Tabel 3.4 : Hasil Kegiatan Program KIA Januari-Desember 2015
No Program
1

Ibu

Pencapaian

Kegiatan

(%)

K1
K4
Persalinan oleh tenaga

110%
98%

kesehatan
Kunjungan Nifas
Deteksi resiko tinggi ibu
hamil oleh tenaga

hamil oleh masyarakat


Kematian ibu hamil atau
Anak

91%

Target

Des

2015

(%)
75%
71%
67,5%

(%)
100%
95%

67,5%
60%

90%

83%

kesehatan
Deteksi resiko tinggi ibu

71%

Target

bersalin atau nifas


Jumlah KN 1
Jumlah KN Lengkap
DDTK 4 kali/tahun
Pelayanan bayi
DDTK 2 kali/tahun
Yankes anak balita
Jumlah kematian neonatus
Jumlah kematian bayi
Jumlah kematian balita

90%

80%
60%

82%

80%

92%
91%
60%
61,1%
60%
70,7%
1

67,5%
67,5%
67,5%
65%
63%
62%
-

90%
90%
90%
87%
85%
83%
-

Tabel 3.5 : Hasil Kegiatan PUS KB Januari-Desember 2015


No

Kegiatan

Pencapaian

1
2
3
4
5
6

Jumlah PUS
Peserta KB Baru
Peserta KB Aktif
DO
KB paska salin
PUS Gakin

6,3%
70,7%
7,4%
0,3%
31

Target Des

Target 2015

(%)
52,5%
-

(%)
3670
70%
-

KB aktif gakin

22,1%

52,5%

70%

3. Perbaikan Gizi Masyarakat


Kegiatan :
a. Penimbangan masal dan pemberian vitamin A (bulan Februari
b.
c.
d.
e.

dan Agustus)
Pengukuran status gizi murid TK/PAUD
Pengukuran status gizi siswa SLTP dan SLTA
Pemantauan status gizi sekolah yang mendapat PMT-AS
Kunjungan rumah balita gizi kurang dan gizi buruk serta

f.
g.
h.
i.
j.

Bumil KEK
Pemantauan Posyandu
Pemberian PMT pemulihan
TFC
Pengambilan sampel garam RT untuk survey GAKI
Kelas gizi

Kegiatan rutin seperti :


-

Pemberian vitamin A
Pemberian tablet Fe
Pemantauan pertumbuhan balita

Tabel 3.6 : Hasil Kegiatan Tahunan Perbaikan Gizi Masyarakat


No.

Indikator Kerja

Pencapaian
(%)

Target
JanDesembe
r 2015

Target per
Tahun

Persentase balita dengan

2015
1,8%

gizi buruk
Persentase balita dengan

15%

gizi kurang
Persentase balita gizi

75%

75%

100%

buruk yang mendapatkan


4

perawatan
Persentasi bayi usia 0-6

85%

bulan mendapatkan ASI


5

ekslusif
Cakupan rumah tangga

96,6%

71,25%

95%

81,8%

65,25%

87%

yang mengonsumsi garam


6

beryodium
Persentase anak umur 6-59

32

bulan yang mendapatkan


7

kapsul vitamin A
Persentase ibu hamil

8
9

mendapatkan Fe 90 Tablet
Persentase survailance gizi
Persentase balita

74%

66,75%

89%

75%
54,72%

75%
67,5%

100%
90%

ditimbang berat badannya


(D/S)

4. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


Kegiatan :
Tabel 3.7 : Program P2M
No
1

Program
Imunisasi

P2M

TB

4
5

Rabies
DBD

6
7
8

Pneumonia
Kusta
HIV/AIDS dan

a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.

Kegiatan
Pelayanan imunisasi
BIAS
TT WUS
Sweeping
Pelacakan KIPI
Sosialisasi P2PM dan Surveilans
Survey dan pemetaan wilayah TB
Penyegaran kader TB
Penyuluhan HIV/AIDS, IMS dan

e.
f.
a.
b.
c.

TB untuk pemuda
PTM
Posbindu
Pelacakan kasus kontak
Pemeriksaan sputum
Pengobatan kasus BTA(+) dan

PMO
Pelacakan kasus
a. Sosialisasi DBD
b. Pemantauan jentik
c. PE
Penemuan dan penanganan kasus
Penemuan dan penanganan kasus
Penjaringan

IMS

33

Hasil kegiatan :
Tabel 3.8 : Hasil Kegiatan P2M januari-Desember 2015
No

Program

Pencapaia

Kegiatan
Penemuan kasus BTA (+)

P2M

triwulan IV
Angka bebas jentik (ABJ)
Penemuan kasus pneumonia
Pengobatan diare
Penanganan kasus DBD
Penemuan kasus kusta
Penemuan kasus ISPA
Rabies : kasus gigitan
Pemberian VAR/SAR
IVA : diperiksa hasil (+)
HIV/AIDS : kunjungan

Target

3 orang

9 orang

24 orang
548 orang
12 orang
2373 orang
35 orang
15 orang
262

95%
212 orang
682 orang
213 orang
-

AFP

HIV (+)

2/100.000 x jmlh
pddk <15 th

5. Kesehatan Lingkungan
Kegiatan :
1. Dalam gedung
a. Klinik sanitasi
b. Pengawasan limbah medis
2. Luar gedung
a. Kunjungan rumah
b. Pengawasan kualitas air minum
c. Inspeksi sanitasi
d. Pengawasan kualitas air
e. Pengawasan dan pembinaan TTU (tempat-tempat umum) :
SD, SMP, SMA, PT, PAUD/TK, Masjid/musholla, dan
Salon/pangkas rambut.
f. Pengawasan hygiene sanitasi tempat pengolahan makanan
(TPM) :
- Rumah makan/ampera
- Makanan jajanan
g. Penyuluhan kesehatan di sekolah
h. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan

34

Hasil kegiatan :
Tabel 3.9 : Hasil Kegiatan Kesling Triwulan IV Tahun 2015
No

Program

TG

Akses

Air

100

Bersih
Jamban

67,91

Keluarga
Pengel.

VI

SNP

SUKU
100

Pencapaian

Target (%)

100

100

100

85,75

100

84,6

100

57,16

56,92

57,69

57,12

100

Limbah
Pengel.

57,86

55,19

52,56

56,53

100

5
6
7
8

Sampah
Rumah Sehat
TTU
TPM
Klinik

69,55
-

80,98
-

83.65
-

74,55
100
86,67
1,1

95
80
85
10

Sanitasi
6. Program Pengembangan
Upaya pengembangan yang dilakukan di Puskesmas Tanah
Garam adalah sebagai berikut.
Tabel 3.10 : Program Pengembangan di Puskesmas Tanah Garam
1
2
3

Kesehatan Jiwa
a. Penemuan dini dan penanganan kasus jiwa
b. Rujukan kasus jiwa
Kesehatan Indra Mata dan Telinga
a. Penemuan dan penanganan kasus
b. Rujukan
PKPR
a. Pelatihan kader PKPR
b. Penyuluhan dan konsultasi remaja
c. Penyuluhan dan konsultasi ke sekolah
Kesehatan Lansia
a. Pelayanan di dalam dan luar gedung
b. Pembinaan kelompok lansia
c. Senam lansia
d. Penyuluhan kesehatan lansia
e. Deteksi dini kesehatan lansia
Perkesmas

35

a. Asuhan keperawatan pada keluarga


b. Kunjungan rumah KK resti tinggi
6

Kesehatan Gigi dan Mulut


a. Dalam gedung
- Pelayanan kedaruratan gigi
- Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dasar
- Pelayanan medik gigi dasar
b. Luar gedung
- UKGS
- UKGM

3.3 Fokus Kajian Program


3.3.1 Identifikasi Masalah
Proses identifikasi masalah dilakukan melalui observasi, laporan, dan
wawancara dengan penanggung jawab program di Puskesmas. Beberapa
masalah di Puskesmas Tanah Garam yang ditemui antara lain :
1. Belum jelasnya manajemen program klinik sanitasi di wilayah kerja
Puskesmas Tanah Garam tahun 2015.
Berikut merupakan data pelaksanaan kegiatan program Klinik
Sanitasi di wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam Januari-Desember
2015.
Tabel 3.11.Survelens terpadu penyakit berbasis Piskesmas Tanah
Garam
PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN YANG BERKUNJUNG
N
O

1
2
3
4
5
6
7
8

KE KLINIK SANITASI TAHUN 2015

BULAN

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus

DIARE

ISPA

MALARIA

DBD

22
34
12
46
31
-

1
2
3
-

1
3
-

36

TB
PARU
1
2-

KULIT
6
1
2
4

KERACUNAN
MAKANAN

9
10
11
12

September
Oktober
November
Desember

73
81
52
-

14
4
3
1

2
7
3

1
2

Gambar 3. Grafik Pencapaian Pasien Yang Berkunjung ke Klinik Sanitasi

Persentase penderita yang dikonseling:


x100% = x 100% = 1,1 %
Data diatas lalu dibandingkan dengan jumlah keseluruhan pasien
penyakit berbasis lingkungan yang berobat ke poli, ternyata tidak
seluruh pasien ini berkunjungan atau dirujuk ke klinik sanitasi.
Setelah melakukan observasi langsung, diskusi, dan wawancara
dengan petugas puskesmas, maka didapatkan penyebab beberapa
masalah rendahnya kunjungan pasien penyakit berbasis lingkungan
ke klinik sanitasi Puskesmas Tanah Garam

37

2. Rendahnya pencapaian pemeriksaaan IVA di wilayah kerja Puskesmas


Tanah Garam tahun 2015.
Tabel. 3.12Rendahnya pencapaian pemeriksan IVA di wilayah kerja
puskesmas tanah garam 2015
no

Bulan

Kelompok umur

Total

Jumlah

Target

wanita

tahun 2015

usia
subur

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Total

< 30

30-39

40-50

>50 th

th
3
2
4
11
9
7
3
2
2
2
45

th
2
3
2
18
7
7
1
2
9
2
5
3
61

th
2
1
2
6
2
1
0
4
4
2
24

0
0
0
0
1
1

38

7
6
8
35
18
15
1
5
15
8
8
5
131

5114

16 %
16 %
16%
16%
16%
16%
16%
16%
16%
16%
16%
16%

3. Rendahnya bayi yang ditimbang di wilayah kerja Puskesmas Tanah


Garam tahun 2015.

Diagram Cakupan D/S wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam JanuariSeptember 2015
4. Rendahnya pencapaian imunisasi lanjutan pentavalen dan boostrer
campak di wilayah kerja Puskesmas Tanah Garam tahun 2015.
Imunisasi lengkap
HB 0
BCG
Polio 1
DPT + HB + HiB 1
Polio 2
Imunisasi DPT + Hb + HiB 2
Polio 3
DPT + HB + HiB 3
Polio 4
Campak
Campak (booster)
DPT + HB + HiB (booster)

39

63,1%
77,7%
77,7%
77,2%
75,55%
67,9%
63,1%
71,6%
64,8%
58,3%
64,4%
23,9%
49,5%

60%
66,6%
66,6%
66,6%
66,6%
60%
60%
60%
60%
60%
60%
60%
60%

5. Rendahnya pencapaian target kasus BTA positif di wilayah kerja


Puskesmas Tanah Garam tahun 2015.
Tabel 3.13 : Data sasaran kegiatan TB Triwulan 1
Kelurahan

jumlah
Penduduk

Perkiraan
Suspek
BTA+

Perkiraan
Suspek BTA+

Triwulan 1
Pencapaian
BTA+ RO+ Anak

Kambuh

Tanah

13249

212

21

53

Garam
VI Suku
Sinapan
Puskesmas

6543
1463
21255

105
23
340

10
3
34

26
6
85

3
1
9

1
0
3

1
0
4

0
0
0

0
0
0

Tabel 3.14 : Data sasaran kegiatan TB Triwulan 2


Jumlah
Kelurahan

Tanah
Garam
VI Suku
Sinapan
Puskesmas

Perkiraan
Perkiraan
Suspek
BTA+

Triwulan 2
Pencapaian
BTA+ RO+ Anak

Penduduk

Suspek

BTA+

13249

212

21

53

6543
1463
21255

105
23
340

10
3
34

26
6
85

3
1
9

1
1
2

1
1
2

0
0
0

0
0
0

Kambuh

Tabel 3.15. : Data sasaran kegiatan TB Triwulan 3


Jumlah
Kelurahan

Tanah
Garam
VI Suku
Sinapan
Puskesmas

Perkiraan
Perkiraan
Suspek
BTA+

Triwulan 3
Pencapaian
BTA+ RO+ Anak

Penduduk

Suspek

BTA+

13249

212

21

53

6543
1463
21255

105
23
340

10
3
34

26
6
85

3
1
9

1
1
3

1
1
3

0
0
0

0
0
0

Tabel 3.16 : Data sasaran kegiatan TB Triwulan 4

40

Kambuh

Jumlah
Kelurahan

Tanah
Garam
VI Suku
Sinapan
Puskesmas

3.3.2

Perkiraan
Perkiraan
Suspek
BTA+

Triwulan 4
Pencapaian
BTA+ RO+ Anak

Penduduk

Suspek

BTA+

13249

212

21

53

6543
1463
21255

105
23
340

10
3
34

26
6
85

3
1
9

1
1
3

1
1
3

0
0
0

0
0
0

Penetapan Prioritas Masalah


Tabel 3.17 : Penetapan Prioritas Masalah
MASALAH

KRITERIA
MASALAH (1)

Tingkat
Urgensi
(U)

Tingkat
Keseriusan
(S)

Tingkat
Perkembangan
(G)

UXSXG

80

36

Belum jelasnya manajemen


program klinik sanitasi di
wilayah kerja Puskesmas
Tanah Garam tahun 2015.
MASALAH (2)
Rendahnuya pencapaian
pemeriksaan IVA diwilayah
kerja puskesmas tanah

41

Kambuh

garam
MASALAH (3)
Rendahnya
bayi
yang
ditimbang di wilayah kerja
Puskesmas Tanah Garam
tahun 2015.
MASALAH (4)
Rendahnya pencapaian

48

60

27

imunisasi pentavalen dan


booster campak di wilayah
kerja Tanah Garam
MASALAH (5)
Rendahnya pencapaian
target kasus BTA positif di
wilayah kerja Puskesmas
Tanah Garam tahun 2015

3.3.3

Penetapan Penyebab Masalah


Berdasarkan penilaian prioritas di atas, kami menganggap perlunya

modifikasi, analisis, dan upaya pemecahan mengenai belum jelasnya


manajemen program Klinik Sanitasi di wilayah kerja Puskesmas Tanah
Garam 2015.
Berdasarkan data hasil kegiatan program Klinik sanitasi di atas
ditambah hasil wawancara dan diskusi dengan pemegang program Promkes
dan penanggung jawab Klinik Sanitasi didapatkan beberapa penyebab
masalah belum jelasnya manajemen program Klinik Sanitasi di wilayah kerja
Puskesmas Tanah Garam tahun 2015.

42

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan Pelaksanaan Manajemen Klinik Sanitasi di Wilayah Kerja
Puskesmas Tanah Garam 2015
1. Pelaksanaan
1) Sasaran
2) Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Secara Umum
3) Gambaran Frekuensi Pelaksanaan Pembinaan UKS
2. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan
1) Monitoring
Belum ada pelaksanaan kegiatan monitoring mengenai bagaimana
hasil yang diperoleh dari kegiatan pembinaan Klinik Sanitaso, baik
monitoring tengah tahun atau tahunan.
2) Evaluasi
Belum ada dilaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan
pembinaan Klinik Sanitasi yang telah dilakukan, baik evaluasi
tengah tahun atau tahunan.
3) Pelaporan .

43

4.2 Penetapan Alternatif Pemecahan Masalah


Tabel 4.1 : Penetapan Alternatif Masalah
No
.

Variabel Penyebab
Faktor
Penyebab

Alternatif Pemecahan

Penyebab Masalah
1. Petugas

Klinik

Masalah
Mengadakan rapat lintas

program untuk mengingatkan


Sanitasi :
Tidak adanya jadwal kembali putagas puskesmas akan
piket yang tetap di pentingnya merujuk pasien
ruangan.
Kurangnya
1

Manusia
(Man)

dengan penyakit berbasis


jumlah

lingkungan ke klinik sanitasi.


SDM.
Membuat atau menetapkan
Kurangnya koordinasi
jadwal piket untuk petugas
dengan petugas poli
standbay diruangan klinik
umum.
Kurangnya kesadaran sanitasi.
masyakrakat tenteang
pentingnya

Metode
(Methode)

klinik

sanitasi
1. Kurangnya kerjasama 1.Meningkatkan kerjasama lintas
lintas sektor.

sektor melalui pembahasan


program Klinik Sanitasi di
rapat lokakarya mini.

2. Kurangnya
kerjasama lintas
program.

2. Meningkatkan kerjasama
antar pemegang program
Promkes, KIA, Gizi, Kesling

3. Kurangnya

dan Surveylans.

koordinasi antara
poli umum dengan
klinik sanitasi
4. Tidak ada

3. Meningkatkan koordinasi
melalui pemberiaan arahan
koordinasi antara poli umum

target/indikator

44

dan petugas Klinik Sanitasi.

4. Membuat target pelaksanaan


pelaksanaan
kegiatan pembinaan
UKS.

kegiatan.
5. Meningkatkan ketegasan
pimpinan agar pencatatan
dan pelaporan dilakukan

5. Pencatatan dan

secara lengkap, seperti

pelaporan kegiatan

pemberian punishment jika

yang telah

pencatatan dan pelaporan

dilaksanakan tidak

tidak lengkap.

lengkap.
6. Pembuatan format tetap sistem
6. Belum terlaksana

Bahan
(Material)

monitoring dan

Dinas Kesehatan kota Solok

evaluasi dari hasil

dan melaksanakan kegiatan

kegiatan

monitoring dan evaluasi

1. Kurangnya

sesuai dengan poin


1. Membuat media penyuluhan

ketersediaan media

untuk menarik minat para

penyuluhan, seperti

siswa terhadap hal-hal yang

poster, brosur,

disampaikan.

pamflet, dll.
2. Belum ada petunjuk
teknis pelaksanaan

2. Membuat petunjuk teknis


pelaksanaan kegiatan
pembinaan berdasarkan

kegiatan.
4

monitoring dan evaluasi dari

Dana (Money) Tidak ada pendanaan

pembinaan dari Dinkes.


Menyediakan anggaran/dana

untuk kegiatan

untuk pelaksanaan kegiatan

penyuluhan kesehatan

pembinaan UKS di wilayah

sekolah, sehingga media

kerja Puskesmas Tanah Garam.

penyuluhan terbatas.
Hanya tersedia dana
BOK untuk screening

45

anak masuk sekolah.


Kurangnya kepedulian
warga atau masyarakat
Lingkungan

5.

tentang penyakit yang

(Environment) berbasis lingkungan


serta peran dari Klinik

Meningkatkan kegiatan
pembinaan terutama
penyuluhan untuk
menciptakan kepedulian dan
kesadaran tentang kesehatan.

Sanitasi.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari data yang di dapat, dapat disimpulkan bahwa rendahnya kunjungan
pasien dengan penyakit berbasis lingkungan ke klinik sanitasi Puskesmas
Tanah Garam, disebabkan oleh:
-

Kedisiplinan pelaksanaan piket harian klinik sanitasi belum optimal.


Kurangnya pemahaman dan kesadaran petugas untuk merujuk pasien

dengan penyakit berbasis lingkungan ke klinik sanitasi


Ketidaktahuan dan ketidakpahaman masyarakat tentang adanya adanya

klinik sanitasi dan fungsinya.


Ketidaksadaran masyarakat tentang pentingnya klinik sanitasi.
Kurangnya kerjasama lintas program dalam merujuk pasien dengan

penyakit berbasis lingkungan ke klinik sanitasi


Belum adanya target pencapaian kunjungan ke klinik sanitasi
Kurangnya sosialisasi dari petugas kesehatan tentang fungsi, peran dan

kegiatan klinik sanitasi kepada masyarakat.


Kurangnya media informasi tentang pentingnya klinik sanitasi.
Tempat pelaksanaan klinik sanitasi yang kurang representatif.

5.2 Saran
-

Dari analisis masalah, alternatif solusi masalah, dan rencana pelaksanaan


program yang disusun di atas, diharapkan dapat meningkatkan angka
kunjungan pasien dengan penyakit berbasis lingkungan ke klinik sanitasi.

46

Program ini harus dievaluasi secara berkesinambungan dan terus


-

ditingkatkan kualitasnya.
Pimpinan Puskesmas Tanah Garambersama-sama petugas di Puskesmas
Tanah Garam terutama petugas klinik sanitasi supaya memperbaiki

manajemen
Melakukan sosialisasi yang baik mengenai klinik sanitasi kepada

masyarakat
Meningkatkan kerjasama klinik sanitasi secara lintas sektor dan lintas
program di Puskesmas Tanah Garam, sehingga kunjungan ke klinik

sanitasi menjadi optimal


Menetapkan beberapa penyakit yang harus dirujuk ke klinik sanitasi
Pembuatan media informasi berupa poster dan brosur tentang klinik

sanitasi yang dipasang dan diletakkan di ruang tunggu pasien


Mengaktifkan kembali penyuluhan dalam gedung.

5.2.1 Untuk Pimpinan Puskesmas Tanah Garam


Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan penelitian ini dapat
dijadikan sumber informasi bagi pimpinan Puskesmas Tanah Garam untuk
meningkatkan

kinerja

pelaksanaan

program

Klinik

Sanitasi

dan

meningkatkan ketegasan terhadap manajemen program Klinik Sanitasi


tersebut.
5.2.4 Untuk Dinas Kesehatan Kota Solok
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan Dinas Kesehatan kota
Solok menjadikan hasil penelitian ini sebagai sumber informasi terutama
mengenai penyebab masalah, alternatif pemecahan masalah, dan plan of
action, untuk meningkatkan manajemen program Klinik Sanitasi agar
lingkungan yang sehat.

47

DAFTAR PUSTAKA
1

Abdullah Muntallib, Klinik Sanitasi Sebagai Wahana Mewujudkan


Kecamatan Sehat, makalah disajikan pada seminar Klinik Sanitasi, Jakarta

2001.
ASKES, Buku Sehat Mandiri Pedoman Pemeliharaan Kesehatan untuk Diri

3
4

Sendiri dan Keluarga, Jakarta 1993.


Benonson, Abram S, Control of Communicable Diseases in Man, 1980.
Departemen Kesehatan RI. Menggerakkan Masyarakat dalam Pemberantasan
Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) Petunjuk Bagi Kader
dan Tokoh Masyarakat pada Pencegahan Penyakit DBD Puskesmas,

Direktorat P2B2, Ditjen PPM dan PLP, 1995.


Departemen Kesehatan RI. Buku Saku Pemberantasan Penyakit DBD untuk

Koordinasi DBD Puskesmas, Direktorat P2B2, Ditjen PPM dan PLP.


Departemen Kesehatan RI, Modul Pelatihan Pelatih KIE Safe Motherhood
(Partnership Family Approach), bagi Bidan Desa, Pusat Penyuluhan

Kesehatan Masyarakat.
Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi

Saluran Nafas Akut (ISPA) untuk Kader, Ditjen PPM dan PLP, 2000.
Departemen Kesehatan RI. Lembar Balik Penyakit TBC, Ditjen PPM dan

PLP, 2000.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan

Klinik Sanitasi untuk

Puskesmas, Ditjen PPM dan PLP, 2000.


10 Departemen Kesehatan RI. Pedoman Teknis, Klinik Sanitasi untuk
Puskesmas, Ditjen PPM dan PLP, 2000.
11 Departemen Kesehatan RI. Gebrak Malaria, Jakarta. 2000.
12 Departemen Kesehatan RI, Promosi Kesehatan dalam Pemberdayaan
Keluarga, Modul Konseling bagi Petugas Kabupaten/Kota. 2000.
13 Departemen Kesehatan RI. Buku Ajar Diare, Pedoman Bagi Mahasiswa.
Ditjen PPM dan PLP. 1999.
14 Departemen Kesehatan RI. Buku Ajar Diare, Pemdoman Pendidikan Medik
Pemberantasan Diare. Ditjen PPM dan PLP. 1990.
15 Departemen Kesehatan RI. 13 Keadaan yang Perlu Dikendalikan di Atas
dalam Keluarga, Panduan Praktis bagi Petugas. Ditjen Kesehatan Masyarakat,
Direktorat Promosi Kesehatan. 2000.
16 I.B. Mantra, Strategi Penyuluhan Kesehatan, Dep.Kes RI, Pusat Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat. 1997.

48

17 Sri Suwasti Soesanto, dkk. Hubungan Kondisi Perumahan dengan Penularan

Penyakit ISPA, dan TB Paru. Makalah yang disajikan dalam lokakarya sehari
Perumahan Sehat. Jakarta. 2000

49

Anda mungkin juga menyukai