Anda di halaman 1dari 11

Antara Darwin dan Harun Yahya: Mengenai Asal-usul Manusia

Banyak orang memperbincangkan dan memperdebatkan teori mengenai asal-usul manusia.


Berbicara mengenai asal-usul manusia pastilah semua orang tahu. Dari sebuah garis sejarah,
sebagai bagian dari suatu bangsa, selayaknya manusia mengetahui apa yang membentuk dirinya
di masa lalu. Maka dari situlah manusia dapat memahami fitrahnya dalam hidup.
Dalam studi yang saya kerjakan, saya diperkenalkan dengan dua tokoh yang menjadi bahan
kajian saya dalam tulisan ini; Darwin dan Harun Yahya. Kedua tokoh tersebut mengajukan suatu
teori mengenai asal-usul manusia yang hingga kini masih diperdebatkan.Berikut penjelasan
mengenai konsep masing-masing tokoh dan perbandingan di antara kedua paham tersebut.
Konsep Darwin
Charles Robert Darwin (lahir di Shrewsbury, Shropshire, Inggris, 12 Desember 1809
meninggal di Downe, Kent, Inggris, 19 April1882 pada umur 72 tahun) adalah seorang naturalis
Inggris yang teori revolusionernya meletakkan landasan bagi teori evolusi modern dan prinsip
garis keturunan yang sama (common descent) dengan mengajukan seleksi alam sebagai
mekanismenya.
Bukunya On the Origin of Species by Means of Natural Selection, or The Preservation of
Favoured Races in the Struggle for Life(biasanya disingkat menjadi The Origin of Species)
(1859) menjelaskan evolusi melalui garis keturunan yang sama sebagai penjelasan ilmiah yang
dominan mengenai keanekaragaman hayati.
Evolusi melalui mutasi dan seleksi alam pada saat ini adalah teori sentral dalam biologi, yang
memberikan kerangka penjelasan bagi berbagai fakta dalam catatan fosil, keragaman hayati,
pewarisan sifat, adaptasi, penyebaran, dan anatomi makhluk hidup. Teori evolusi yang sekarang
diterima para ilmuwan biologi pertama kali dirumuskan oleh Charles Darwin. Pada 1940-an para
ilmuwan dari tiga cabang biologi yaitu genetika, paleontologi, dan taksonomi menyempurnakan
teori Darwin dengan melakukan sintesis antara konsep-konsep dan fakta-fakta yang ditemukan di
ketiga bidang tersebut, menghasilkan Neo-Darwinisme yang kini menjadi dasar penjelasan pada
hampir semua idang dalam biologi.

Teori Darwin yang menyatakan bahwa semua makhluk hidup bersaing di alam ini melalui
seleksi alam, membuat semua manusia terutama ras-ras tertentu merasa terancam. Sejak teori ini
dihembuskan, sejak itu pula secara signifikan manusia semakin berlomba untuk dapat bertahan
dengan berbagai cara, terutama melalui peperangan.
Pernyataan Darwin mendukung bahwa manusia modern berevolusi dari sejenis makhluk yang
mirip kera. Selama proses evolusi yang diduga telah dimulai dari 5 atau 6 juta tahun yang lalu,
dinyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk peralihan antara manusia modern dan nenek
moyangnya yang ditetapkan menjadi empat kelompok dasar sebagai berikut:

1. Australophithecines (berbagai bentuk yang termasuk dalam genus Australophitecus)


2. Homo habilis
3. Homo erectus
4. Homo sapiens
Para evolusionis menggolongkan tahapan selanjutnya dari evolusi manusia sebagai genus Homo,
yaitu manusia. Menurut pernyataan evolusionis, makhluk hidup dalam kelompok Homo lebih
berkembang daripada Australopithecus, dan tidak begitu berbeda dengan manusia modern.
Manusia modern saat ini, yaitu spesies Homo sapiens, dikatakan telah terbentuk pada tahapan
evolusi paling akhir dari genus Homo ini. Fosil seperti Manusia Jawa, Manusia Peking, dan
Lucy, yang muncul dalam media dari waktu ke waktu dan bisa ditemukan dalam media
publikasi dan buku acuan evolusionis, digolongkan ke dalam salah satu dari empat kelompok di
atas. Setiap pengelompokan ini juga dianggap bercabang menjadi spesies dan sub-spesies,
mungkin juga. Beberapa bentuk peralihan yang diusulkan dulunya, seperti Ramapithecus, harus
dikeluarkan dari rekaan pohon kekerabatan manusia setelah disadari bahwa mereka hanyalah
kera biasa.
Dengan menjabarkan hubungan dalam rantai tersebut , evolusionis secara tidak langsung
menyatakan bahwa setiap jenis ini adalah nenek moyang jenis selanjutnya. Akan tetapi,
penemuan terbaru ahli paleoanthropologi mengungkap bahwa australopithecines, Homo habilis
dan Homo erectus hidup di berbagai tempat di bumi pada saat yang sama. Lebih jauh lagi,

beberapa jenis manusia yang digolongkan sebagai Homo erectus kemungkinan hidup hingga
masa yang sangat moderen. Dalam sebuah artikel berjudul Latest Homo erectus of Java:
Potential Contemporaneity with Homo sapiens ini Southeast Asia, dilaporkan bahwa fosil
Homo erectus yang ditemukan di Jawa memiliki umur rata-rata 27 2 hingga 53.3 4 juta
tahun yang lalu dan ini memunculkan kemungkinan bahwa H. erectus hidup semasa dengan
manusia beranatomi moderen (H. sapiens) di Asia tenggara
Lebih jauh lagi, Homo sapiens neanderthalensis (manusia Neanderthal) dan Homo sapiens
sapiens (manusia moderen) juga dengan jelas hidup bersamaan. Hal ini sepertinya menunjukkan
ketidakabsahan pernyataan bahwa yang satu merupakan nenek moyang bagi yang lain.
Pada dasarnya, semua penemuan dan penelitian ilmiah telah mengungkap bahwa rekaman fosil
tidak menunjukkan suatu proses evolusi seperti yang diusulkan para evolusionis. Fosil-fosil,
yang dinyatakan sebagai nenek moyang manusia oleh evolusionis, sebenarnya bisa milik ras lain
manusia atau milik spesies kera.
Konsep Harun Yahya
Adnan Oktar (lahir pada tahun 1956 di Ankara, Turki), juga dikenal sebagai Harun Yahya
(diambil dari nama nabi Harun dan Yahya) atau Adnan Hoca, adalah seorang penulis dan
kreasionis Islam. Ia merupakan penentang teori evolusi, Darwinisme dianggapnya sebagai
sumber terorisme.
Harun Yahya mengajukan usul untuk menggantikan teori evolusi Darwin. Teori Harun Yahya
berhak menerima pertimbangan serius dari kalangan ilmuwan biologi. Teori ini menjelaskan
berbagai penemuan dalam biologi dengan lebih baik daripada kerangka penjelasan evolusi yang
sekarang berlaku.
Meski Harun Yahya belum memberikan deskripsi sistematis atas teori yang mereka ajukan.
Harun Yahya menjelaskan kajiannya melalui buku Keruntuhan Teori Evolusi yang berisi:

1. Jenis-jenis makhluk hidup tak bisa berubah. Tidak mungkin terjadi perubahan dari satu
bentuk makhluk hidup ke bentuk lainnya, misalnya dari ikan menjadi amfibi dan reptil,
reptil ke burung, atau mamalia darat ke paus.
2. Tiap jenis makhluk hidup tidak bekerabat satu sama lain dan diturunkan dari leluhur yang
sama. Masing-masing merupakan hasil dari suatu tindakan penciptaan tersendiri.
3. Seleksi alam sebagaimana ditemukan Darwin adalah kaidah yang berlaku di alam, namun
tidak pernah menghasilkan spesies baru.
4. Tidak ada mutasi yang memberikan keuntungan berupa peningkatan kelestarian makhluk
hidup. Selain itu, mutasi tak menambah kandungan informasi dalam materi genetis
makhluk hidup.
5. Catatan fosil tak menunjukkan adanya bentuk transisional, serta menunjukkan penciptaan
tiap kelompok makhluk hidup secara terpisah.
6. Abiogenesis (kemunculan makhluk hidup dari materi tak-hidup) tak mungkin terjadi.
7. Kerumitan dan kesempurnaan yang ditemukan pada tubuh dan DNA makhluk hidup tak
timbul karena kebetulan, namun merupakan bukti bahwa ada yang merancang kerumitan
tersebut.
8. Materi dan persepsi kita adalah ilusi; yang nyata adalah Allah, yang meliputi segalanya.

Teori Harun Yahya dan fakta Teori Harun Yahya menggunakan desain sebagai pengganti evolusi
untuk menjelaskan kerumitan struktur dan keragaman kehidupan. Bila teori mereka lebih baik
daripada evolusi, maka penjelasan desain seharusnya bisa diterapkan pada tiap peristiwa pada
sejarah kehidupan di Bumi. Tentunya tidak logis bila penjelasan desain hanya diterapkan pada
beberapa kasus (misalnya kejadian manusia) namun pada kasus lain penjelasannya diserahkan
pada evolusi. Asal-usul dari tiap jenis makhluk hidup harus bisa dijelaskan sebagai tindak
penciptaan terpisah.
Menurut Harun Yahya, kerumitan yang ditemukan pada tubuh makhluk hidup harus merupakan
hasil ciptaan Sang Pencipta. Jelas bahwa kerumitan tersebut bisa ditemukan di berbagai makhluk
hidup.

Dalam menyerang teori evolusi Darwin, Harun Yahya menyatakan bahwa mutasi dan seleksi
alam tidak mungkin menghasilkan spesies baru. Tidak ada mutasi menguntungkan, menurut
mereka; semua mutasi hanya menghasilkan cacat pada makhluk hidup yang mengalaminya.
Bagaimana menilai klaim ini? Mudah saja ditunjukkan bahwa ada mutasi yang bisa
meningkatkan kelestarian (mutasi menguntungkan), seperti timbulnya kekebalan pada bakteri,
kemampuan mencerna laktosa pada sebagian manusia, dan lain-lain. Namun penulis lebih
tertarik membahas konsekuensi dari klaim tersebut bila memang benar, seperti yang diyakini
para pendukung teori Harun Yahya. Mutasi adalah sesuatu yang selalu terjadi dalam proses
perkembangbiakan makhluk hidup. Setiap makhluk hidup adalah mutan, karena memiliki DNA
yang berbeda dengan induknya. Bila tidak ada mutasi menguntungkan, maka makhluk hidup
tidak bisa berbuat apa-apa apabila menghadapi perubahan lingkungan. Tidak akan ada adaptasi
yang timbul, karena tiap mutasi hanya menghasilkan cacat. Digabungkan dengan penjelasan teori
Harun Yahya bahwa tiap jenis makhluk hidup adalah hasil dari tindakan penciptaan terpisah,
maka konsekuensinya adalah bahwa setiap hasil ciptaan tersebut tidak bisa berbuat apa-apa
kecuali menunggu punah, entah karena kalah bersaing ataupun karena pengumpulan efek buruk
mutasi. Entah apa niat Sang Desainer yang dibayangkan Harun Yahya berbuat demikian.
Poin terakhir dari teori Harun Yahya yang bisa ditanggapi adalah pernyataan bahwa segala
sesuatu adalah ilusi. Penulis berpendapat bahwa apabila segala sesuatu adalah ilusi, maka tidak
ada gunanya kita berargumen menggunakan fakta-fakta yang ada di alam karena segalanya tidak
nyata. Semua pernyataan, baik oleh evolusionis maupun Harun Yahya, didasarkan pada faktafakta yang sebenarnya hanya ilusi. Manusia hidup dalam dunia tak nyata yang ada dalam
pikirannya sendiri. Dan menurut teori Harun Yahya, pencipta dari segala ilusi tersebut adalah
Tuhan, Sang Desainer. Tuhan menciptakan dunia ilusi di mana kita merasa hidup dan
beraktivitas sehari-hari di dalamnya, dan apabila kita mati, kita dipindahkan dari dunia ilusi
tersebut ke akhirat yang juga ilusi. Segalanya tidak nyata dan kita tak bisa lolos dari ilusi
tersebut. Dan sekali lagi penulis bertanya, mengapa Sang Desainer perlu menipu kita. Sang
Desainer menciptakan berbagai fakta yang seolah-olah menunjukkan bahwa telah terjadi evolusi,
padahal sebenarnya tidak. Sang Desainer menciptakan dunia yang seolaholah nyata, padahal
sebenarnya ilusi. Kesimpulan Teori Harun Yahya sebagai suatu teori ilmiah bisa saja diajukan
untuk menggantikan evolusi. Akan tetapi, sebagaimana telah ditunjukkan dalam tulisan ini, bila

fakta-fakta di alam dijelaskan dengan teori Harun Yahya (desain cerdas dan penciptaan terpisah),
maka ada beberapa kesimpulan mengenai Sang Desainer yang tak bisa dihindari, seperti bahwa
desain Sang Desainer tidak sempurna, Sang Desainer tidak bisa langsung menciptakan
makhluk hidup seperti yang ada sekarang tanpa menciptakan pendahulu yang mirip dengan
makhluk hidup jenis lain, Sang Desainer suka menyertakan hal-hal yang tak perlu dalam
desainnya, bahkan bahwa Sang Desainer bermaksud menipu kita agar percaya bahwa sebenarnya
terjadi evolusi dan sebenarnya ada dunia nyata yang bukan ilusi, padahal sebenarnya tidak! Yang
demikian bukanlah pernyataan yang dibuat-buat untuk menjelekkan teori Harun Yahya,
melainkan adalah konsekuensi logis dan teologis dari mempercayai teori Harun Yahya. Harun
Yahya berusaha mengidentifikasi Sang Desainer yang dibayangkannya denga Allah; tetapi
apakah Allah suka menipu makhluk-Nya? Mengapa mereka berusaha menjadikan Allah sebagai
Sang Desainer yang mereka bayangkan? 29:20 Katakanlah: Berjalanlah di bumi dan lihatlah
bagaimana Allah memulai penciptaan!
Pada akhir tulisannya, Harun Yahya menyimpulkan 4 hal yaitu:
1. Teori Evolusi Telah Runtuh
Sejak langkah pertamanya, teori evolusi telah gagal. Buktinya, evolusionis tidak mampu
menjelaskan proses pembentukan satu protein pun. Baik hukum probabilitas maupun hukum
fisika dan kimia tidak memberikan peluang sama sekali bagi pembentukan kehidupan secara
kebetulan.
Bila satu protein saja tidak dapat terbentuk secara kebetulan, apakah masuk akal jika jutaan
protein menyatukan diri membentuk sel, lalu milyaran sel secara kebetulan pula menyatukan diri
membentuk organ-organ hidup, lalu membentuk ikan, kemudian ikan beralih ke darat, menjadi
reptil, dan akhirnya menjadi burung? Begitukah cara jutaan spesies di bumi terbentuk?
Meskipun tidak masuk akal bagi Anda, evolusionis benar-benar meyakini dongeng ini.
Evolusi lebih merupakan sebuah kepercayaan atau tepatnya keyakinan karena mereka tidak
mempunyai bukti satu pun untuk cerita mereka. Mereka tidak pernah menemukan satu pun
bentuk peralihan seperti makhluk setengah ikan-setengah reptil, atau makhluk setengah reptil-

setengah burung. Mereka pun tidak mampu membuktikan bahwa satu protein, atau bahkan satu
molekul asam amino penyusun protein dapat terbentuk dalam kondisi yang mereka sebut sebagai
kondisi bumi purba. Bahkan dalam laboratorium yang canggih, mereka tidak berhasil
membentuk protein. Sebaliknya, melalui seluruh upaya mereka, evolusionis sendiri malah
menunjukkan bahwa proses evolusi tidak dapat dan tidak pernah terjadi di bumi ini.
2. Di Masa Mendatang pun Evolusi Tidak Dapat Dibuktikan
Menghadapi kenyataan ini, evolusionis hanya dapat menghibur diri dengan khayalan bahwa
suatu saat nanti, entah bagaimana caranya, ilmu pengetahuan akan menjawab semua dilema ini.
Mengharapkan ilmu pengetahuan akan membenarkan semua pernyataan tidak berdasar dan tidak
masuk akal ini adalah hal yang mustahil, sampai kapan pun. Sebaliknya, sejalan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan, kemustahilan pernyataan evolusionis akan semakin terbuka dan
semakin jelas.
Begitulah yang terjadi sejauh ini. Semakin terperinci struktur dan fungsi sel diketahui, semakin
jelas bahwa sel bukan susunan sederhana yang terbentuk secara acak, seperti pemahaman
biologis primitif masa Darwin.
Rasa percaya diri berlebihan dalam menolak fakta penciptaan dan menyatakan bahwa kehidupan
berasal dari kebetulan-kebetulan yang mustahil, lalu berkeras mempertahankannya, kelak akan
berbalik menjadi sumber penghinaan. Ketika wajah asli dari teori evolusi semakin tersingkap dan
opini publik mulai melihat kebenaran, para pendukung evolusi yang fanatik buta ini tidak akan
berani lagi memperlihatkan wajah mereka.
3. Rintangan Terbesar bagi Evolusi: Jiwa
Banyak spesies di bumi ini yang mirip satu sama lain. Misalnya, banyak makhluk hidup yang
mirip dengan kuda atau kucing, dan banyak serangga mirip satu dengan lainnya. Kemiripan
seperti ini tidak membuat orang heran.
Sedikit kemiripan antara manusia dan kera, entah bagaimana terlalu banyak menarik perhatian.
Ketertarikan ini kadang menjadi sangat ekstrem sehingga membuat beberapa orang mempercayai

tesis palsu evolusi. Sebenarnya, kemiripan tampilan antara manusia dan kera tidak memberikan
arti apa-apa. Kumbang tanduk dan badak juga memiliki kemiripan tampilan, namun menggelikan
sekali jika mencari mata rantai evolusi di antara keduanya hanya berdasarkan kemiripan tampilan
saja; yang satu adalah serangga dan yang lainnya mamalia.
Selain kemiripan tampilan, kera tidak bisa dikatakan berkerabat lebih dekat dengan manusia
dibandingkan dengan hewan lain. Jika tingkat kecerdasan dipertimbangkan, maka lebah madu
dan laba-laba dapat dikatakan berkerabat lebih dekat dengan manusia karena keduanya dapat
membuat struktur sarang yang menakjubkan. Dalam beberapa aspek, mereka bahkan lebih
unggul.
Terlepas dari kemiripan tampilan ini, ada perbedaan sangat besar an-tara manusia dan kera.
Berdasarkan tingkat kesadarannya, kera adalah hewan yang tidak berbeda dengan kuda atau
anjing. Sedangkan manusia adalah makhluk sadar, berkeinginan kuat dan dapat berpikir,
berbicara, mengerti, memutuskan, dan menilai. Semua sifat ini merupakan fungsi jiwa yang
dimiliki manusia. Jiwa merupakan perbedaan paling penting yang jauh memisahkan manusia dari
makhluk-makhluk lain. Tak ada satu pun kemiripan fisik yang dapat menutup jurang lebar di
antara manusia dan makhluk hidup lainnya. Di alam ini, satu-satunya makhluk hidup yang
mempunyai jiwa adalah manusia.
4. Allah Mencipta Menurut Kehendak-Nya
Apakah akan menjadi masalah jika skenario yang diajukan evolusionis benar-benar telah terjadi?
Sedikit pun tidak, karena setiap tahapan yang diajukan teori evolusioner dan berdasarkan konsep
kebetulan, hanya dapat terjadi karena suatu keajaiban. Bahkan jika kehidupan benar-benar
muncul secara berangsur-angsur melalui tahapan-tahapan demikian, masing-masing tahap hanya
dapat dimunculkan oleh suatu keinginan sadar. Kejadian kebetulan bukan hanya tidak masuk
akal, melainkan juga mustahil.
Jika dikatakan bahwa sebuah molekul protein telah terbentuk pada kondisi atmosfir primitif,
harus diingat bahwa hukum-hukum probabilitas, biologi dan kimia telah menunjukkan bahwa hal
itu tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Namun jika kita terpaksa menerima bahwa hal

tersebut memang terjadi, maka tidak ada pilihan lain kecuali mengakui bahwa keberadaannya
karena kehendak Sang Pencipta.
Logika serupa berlaku juga pada seluruh hipotesis yang diusulkan oleh evolusionis. Misalnya,
tidak ada bukti paleontologis maupun secara pembenaran fisika, kimia, biologi atau logika yang
membuktikan bahwa ikan beralih dari air ke darat dan menjadi hewan darat. Akan tetapi, jika
seseorang membuat pernyataan bahwa ikan merangkak ke darat dan berubah menjadi reptil,
maka dia pun harus menerima keberadaan Pencipta yang mampu membuat apa pun yang
dikehendaki-Nya dengan hanya mengatakan jadilah. Penjelasan lain untuk keajaiban semacam
itu berarti penyangkalan diri dan pelanggaran atas prinsip-prinsip akal sehat.
Kenyataannya telah jelas dan terbukti. Seluruh kehidupan merupakan karya agung yang
dirancang sempurna. Ini selanjutnya memberikan bukti lengkap bagi keberadaan Pencipta,
Pemilik kekuatan, pengetahuan, dan kecerdasan yang tak terhingga.
Pencipta itu adalah Allah, Tuhan langit dan bumi, dan segala sesuatu di antaranya.
Kesimpulan
Darwin menjelaskan bahwa evolusi makhluk hidup terjadi melalui mutasi dan seleksi alam.
Setiap makhluk hidup bersaing dalam lingkungannya untuk tetap hidup dan melestarikan
populasinya. Di sisi lain, teori tersebut menunjukan bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk
hidup sebelumnya, yang saya nilai menjadi sisi imajinatif yang ditawarkan oleh Darwin sendiri.
Darwin pula menyimpulkan bahwa manusia modern berevolusi dari sejenis makhluk hidup mirip
kera, yang dijelaskan berawal dari species Pilopithecus yang berevolusi hingga menjadi Homo
Sapiens.
Teori ini memberi perspektif imajinatif terhadap asal-usul manusia. Pula menyimpulkan bahwa
manusia dan kera berhubungan sebagai suatu keturunan yang sama dari satu spesies. Tetapi, teori
evolusi manusia Darwin menurut saya kurang sesuai dengan pemahaman agama yang jelas
menyebutkan bahwa manusia adalah satu spesies utuh dari awal penciptaannya. Tidak mungkin
ada hubungan kekerabatan yang terjalin antara dua spesies; manusia dan kera.

Meski begitu, keanekaragaman hayati bisa saja terbentuk karena hasil adaptasi terhadap
lingkungannya. Perbedaan antar ras manusia mungkin terjadi sebagai bentuk adaptasi manusia
terhadap lingkungannya. Seperti perbedaan warna kulit, postur tubuh, dan hal lainnya bisa
terbentuk dari adaptasi tersebut.
Selanjutnya, mengenai teori yang dipaparkan Harun Yahya. Harun Yahya menjelaskan bahwa
setiap makhluk hidup telah didesain sedemikian rupa oleh Sang Desainer, yaitu Sang Pencipta.
Setiap jenis makhluk yang telah diciptakan tidak bisa berubah, tidak berkerabat satu sama lain,
dan diturunkan dari leluhur yang sama. Jelas menyanggah teori Darwin mengenai seleksi alam
yang dapat menimbulkan suatu spesies baru.
Manusia hanya berasal dari satu keturunan yaitu Adam dan Hawa. Bukan berasal dari kera. Dan
makhluk-makhluk mirip kera lainnya. Hal ini ditunjukkan melalui perbedaan struktur tulang dan
otot dari berbagai temuan yang dijelaskan Harun Yahya. Meskipun teorinya bersifat kreasionis.
Harun Yahya memandang bahwa Darwinisme sebagai terorisme. Hal ini terlihat dari beberapa
tulisannya yang berusaha mematahkan teori-teori Darwin melalui fakta-fakta penciptaan yang
ditulis dalam bukunya. Teori Darwin menurutnya memberikan pemikiran materialistis terhadap
alam semesta. Juga berusaha memberikan suatu pandangan bahwa alam ini tidak hanya bersifat
materiil tetapi juga memiliki sisi spiritual yang harus diilhami oleh setiap umat beragama.
Persamaan yang saya dapatkan dari kedua konsep tersebut adalah seleksi alam bisa saja
menimbulkan suatu keanekaragaman hayati. Selain itu, perbedaan ras yang terjadi di antara
manusia adalah bentuk adaptasi manusia terhadap lingkungannya.
Perbedaan yang terlihat, jelas konsep Harun Yahya menentang konsep Darwin. Harun Yahya
memberikan suatu perspektif kreatif bahwa makhluk hidup diciptakan dengan desainnya masingmasing oleh Sang Pencipta. Setiap manusia diberikan kelebihan dan kekurangan adalah konsep
manusia yang disampaikan oleh Harun Yahya. Tetapi konsep Darwin menjelaskan bahwa antara
manusia dan kera memiliki hubungan kekerabatan. Secara tidak langsung konsep Darwin
menunjukkan bahwa tidak ada batas yang jelas antara manusia dan makhluk hidup lainnya. Hal
inilah yang ditentang oleh Harun Yahya. Manusia memiliki martabat yang lebih baik daripada
hewan. Memiliki suatu kelebihan yang jelas membedakan antara manusia dan hewan, yaitu akal.

Pada akhirnya, semua jawab dari pertanyaan manusia kembali kepada-Nya, Sang Desainer, Sang
Pencipta yang Maha Tahu. Asal-usul manusia yang disampaikan oleh kedua tokoh tersebut
kembali kepada pembacanya menjadi seperti apakah manusia selanjutnya. Apakah manusia
menjadi sama saja seperti hewan, ataukah harus menjalani hakikatnya sebagai manusia yang
utuh.
DAFTAR PUSTAKA
http://cucukurniaillahi.blogspot.com/2011/10/asal-usul-manusia-menurut-teori-darwin.html
http://taufiqandepi.blogspot.com/2013/09/teori-asal-mula-manusia-menurut-charles.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Charles_Darwin
http://www.darussalaf.or.id/aqidah/teori-darwin-tentang-evolusi-manusia-menurut-islam/
http://kmtmammesa.blogspot.com/2013/05/asal-mula-manusia-teori-evolusi-darwin.html
http://grelovejogja.wordpress.com/2007/12/03/teori-evolusi-charles-darwin/
http://hbis.wordpress.com/2011/07/07/asal-usul-bangsa-indonesia-versi-manusia-purba/
http://mashudimansda.blogspot.com/2008/02/mempertimbangkan-teori-harun-yahya.html
http://id.harunyahya.com/id/books/772/KERUNTUHAN-TEORIEVOLUSI/chapter/2282/Kesimpulan-Evolusi-adalah-sebuah-kebohongan

Anda mungkin juga menyukai