Sudah sejak 7 hari hari yang lalu, Rhema gadis cantik umur 17 tahun terbaring sakit di
Rumah Sakit Pendidikan Unila. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter mendiagnosa Rhema
mengalami penyakit jantung rheumatik yang merupakan suatu penyakit autoimun.
Sebelumnya Rhema mengalami panas seluruh badannya dan tanda peradangan lain pada
sendi-sendinya. Selain itu juga Rhema sering mengeluh sesak nafas yang sering hilang
timbul. Sejak kecil Rhema memang sering menderita batuk pilek dan miliki riwayat alergi
terhadap obat.
Unfamiliar terms :
Rheumatik : semua jenis kelainan yang ditandai oleh peradangan, degenerasi,
kekacauan metabolik struktur jaringan ikat, terutama sendi dan struktur yang terkait,
dan ditandai oleh rasa nyeri, kekakuan, pembatasan gerak
Autoimun : keadaan yang ditandai respons imun humoral atau berperantara sel
spesifik yang ditujukan kepada konstituen jaringan tubuh sendiri (autoantigen)
Radang (inflamasi) : respons jaringan yang bersifat protektif terhadap cedera jaringan
dengan menghancurkan, mengencerkan, mengurung agen yang menyebabkan
cedera, atau jaringan cedera itu sendiri
Tanda inflamasi : nyeri (dolor), panas (kalor), kemerahan (rubor), bengkak
(tumor), hilangnya fungsi (functio laesa)
Alergi : keadaan hipersensitif karena pajanan terhadap alergen tertentu, pajanan
berulang menimbulkan manifestasi akibat kemampuan bereaksi yang berlebihan
1. Dasar-dasar imunologi
Imunitas : daya faal suatu organisme mengenali sesuatu yang berasal dari dirinya (self) dan
membedakannya dari selainnya yang asing (nonself)
Sistem imun terdiri atas organ limfatik primer (sumsum tulang merah, timus) dan organ
limfatik sekunder (limpa, nodus limfa, tonsil)
Sel sistem imun tersebar di :
Seluruh tubuh dalam darah, limfe, jaringan epitel dan ikat
Nodul limfoid dalam jaringan ikat dan sejumlah organ. Ditemukan pada mukosa sistem
pencernaan (tonsil, plak peyer, apendiks), sistem pernapasan, sistem reproduksi,
sistem perkemihan. Bersama-sama disebut MALT (mucosa-associated lymphoid
tissue)
Organ limfoid besar (timus, sumsum tulang, limpa)
2 mekanisme pertahanan tubuh
Respons nonspesifik
Pertahanan fisik dan kimia terhadap antigen
Tidak dipengaruhi infeksi sebelumnya, tidak memiliki memori terhadap infeksi
sebelumnya
Tingkat reaksi sama, terhadap jenis apapun antigen
Tingkat reaksi antibodi akan lebih besar terhadap antigen yang sebelumnya
menyerang
Melibatkan leukosit limfosit (berpotensi menyerang antigen khusus dan memiliki
memori terhadapnya). Jika suatu saat antigen yang sama menyerang kembali, limfosit
dapat memberikan perlawanan dengan tingkat yang lebih tinggi lagi
Cara sel B dan sel T mengenali materi asing
MHC (major histocompatibility complex) sebagai kompleks lokus kromosom
pengkode protein marka (penanda) sebagai protein integral di permukaan sel
Disintesis oleh RE kasar sel
MHC selalu berpasangan dengan peptida kecil terdiri atas 10-30 asam
amino tergantung antigen bekerja pada kelas I atau kelas II
MHC kelas I
Ditemukan di seluruh sel berinti, kecuali sel darah merah
Berikatan dengan peptida yang berasal dari protein sitosol yang
disintesis dalam sel terinfeksi (virus)
Jalannya :
Protein dicerna oleh proteasom dan ditransfer ke RE kasar sebagai
antigen
Terbentuk kompleks antigen-MHC I dan dibawa ke badan golgi
Vesikel golgi membawa kompleks berisi antigen ke luar permukaan sel
MHC kelas 2
Ditemukan pada sel T, sel B dan beberapa makrofag (APC : antigen
presenting cells : sel penyaji antigen)
Berikatan dengan peptida yang berasal dari endositosis
mikroorganisme (mikrob, parasit) dan pencernaan lisosom
Jalannya :
Sintesis molekul MHC II di RE kasar
MHC II dibawa oleh vesikel golgi ketika berada di regio badan golgi
Dari luar sel, antigen masuk secara endositosis kemudian dicerna oleh
lisozim lisosom
Hasil pencernaan lisosom bergabung dengan vesikel golgi berisi MHC II
Terbentuk kompleks MHC II - antigen yang terpapar keluar lewat vesikel
golgi
Sel penyaji antigen (APC)
Populasi sel heterogen meliputi sel dendritik, makrofag, dan limfosit B
Sel T CD4+ (helper) berinteraksi dengan kompleks peptida (antigen) yang
diinfeksi mikroorganisme (mikrob) dan MHC II pada permukaan APC
Sel T CD8+ (sitotoksik) berinteraksi dengan kompleks peptida (antigen) yang
diinfeksi virus dan MHC I pada permukaan tipe sel berinti
APC penting untuk memicu respons imun kompleks
Tipe reaksi imun
Respons bawaan (innate)
Kerja sistem komplemen, neutrofil, makrofag, sel mast, natural killer cells
Imunoglobulin M (IgM)
Pentamer
Permukaan limfosit B (sebagai monomer)
Antibodi utama respons imun awal, mengaktifkan komplemen
Imunoglobulin D (IgD)
Monomer
Permukaan limfosit B
Reseptor antigen yang memicu aktivasi awal sel B
Imunoglobulin E (IgE)
Monomer
Berikatan pada permukaan sel mast dan basofil
Menghancurkan cacing parasit dan berperan pada alergi
Mekanisme kerja antibodi
Mengendapkan antigen terlarut dan menetralkan efeknya
Opsoniasi : antigen (materi asing) yang diselubungi oleh sistem komplemen dan atau
antibodi
Sistem komplemen : kelompok 20 protein plasma yang diproduksi di hati dan aktif
karena kaskade (rentetan) reaksi
Proses kerja :
Antigen (materi asing) masuk
Aglutinasi, pengikatan antibodi pada antigen (mengurangi jumlah antigen bebas)
Opsonisasi, antigen diselubungi oleh sistem komplemen dan antibodi merangsang
fagositosis
Netralisasi, antibodi berikatan dengan sel tubuh dan menginaktifkan toksin
Sitotoksisitas, reseptor Fc IgG (antibodi) berikatan dengan sel imun lain (makrofag,
neutrofil dan eosinofil) memicu fagositosis
Aktivasi komplemen, pengikatan antibodi dengan komplemen menimbulkan lisis sel
(pembuangan sisa fagositosis)
2. Respon imun seluler
Membantu penyajian antigen ke permukaan sel (terkait kerja MHC I dan MHC II)
Menghasilkan limfosit T helper memori dan fungsinya memberi aktivasi kerja pada
limfosit B membentuk klon
Menterminasi langsung antigen yang disajikan APC dan sel berinti lain, lewat
fagositosis (MHC II) dan atau induksi apoptosis (MHC I)
Diperantarai oleh limfosit T helper :
Mensekresi sitokin yang bekerja pada limfosit sel B, sel T lain, makrofag, neutrofil
Menyerang sel asing (memperlihatkan epitop asing) seperti sel infeksi virus, parasit,
tumor
3. Respon imun humoral
Diperantarai oleh produksi antibodi sel plasma B dari klon limfosit B aktif
Limfosit B mengenali antigen yang lewat pengaktifan sel T
Sistem imun gagal berespons secara adekuat (kualitas dan kuantitas kurang) terhadap
invasi asing (antigen)
Dapat bersifat :
Kongenital (terdapat sejak lahir)
SCIDS (severe combined immune deficiency syndrome) : pasien sejak lahir
tidak memiliki baik sel B ataupun sel T
Pertahanan tubuh sangat terbatas, penderita harus ditempatkan dalam
lingkungan super terisolasi (bubble contohnya)
Didapat (nonherediter)
Pemberian obat anti-inflamasi atau terapi kanker (untuk membunuh sel yang
cepat membelah) menyebabkan kerusakan jaringan limfoid tak disengaja (ikut
terbunuh)
AIDS yang disebabkan oleh HIV yang melumpuhkan sel T helper
Penyakit autoimun
Penyakit yang disebabkan oleh reaksi imun terhadap antigennya sendiri
Hilangnya toleransi sendiri terhadap autoantigen yang diserang oleh autoantibodi
Tubuh mengenal sel tubuh sebagai antigen yang harus diserang oleh antibodi
Toleransi imunologi
Suatu keadaan dimana responsivitas imun terhadap antigen jaringan sendiri
berkurang, sehingga mudah diserang oleh antibodi tubuh
2 kelompok besar toleransi imunologi :
Toleransi sentral
Pemusnahan sel T dan sel B yang self-reactive selama proses
pematangannya dalam organ limfatik primer (timus untuk sel T dan sumsum
tulang untuk sel B)
Proses pemusnahan diseleksi secara negatif (melalui pemusnahan
apoptosis) ketika infeksi auto-antigen terjadi
Toleransi perifer
Ketika toleransi sentral (pemusnahan sentral) tidak berhasil mengurangi selfreactive sel T dan B maka terjadi :
Anergi
Inaktivasi memanjang (ireversible) sel B dan atau sel T, lebih rendah
satu tingkat di bawah apoptosis dalam keadaan tertentu
Anergi sel T : diperlukan 2 sinyal aktivasi sel T yakni molekul MHCsendiri pada APC (antigen presenting cells) dan sinyal kostimulator
(sitokin) kedua yang dihasilkan APC. Sinyal kostimulator kedua tidak
dikirimkan, sel T anergik
Anergi sel B : bertemu dengan antigen tanpa adanya helper T cells
spesifik (tidak aktif)
Kematian sel yang diinduksi oleh aktivasi
Ligas fas menekan respons imun dengan menginduksi apoptosis sel T
Penekanan perifer oleh sel T
Mekanisme fail-safe tambahan
Sel T regulator sebagai pengatur fungsi sel T lain dengan penghasilan
sitokin yang melemahkan respons sel T
Selular : diinduksi oleh MHC I pada permukaan sel infeksius berinti, mitosis sel T
sitotoksik menjadi sitotoksik efektor yang menghancurkan sel infeksius virus dan
menjadi sitotoksik memori yang berumur lama
8. Respon imun terhadap infeksi parasit
9. Hemopoiesis
Hemopoesis adalah proses pembentukan komponen darah berupa sel-sel darah
seperti eritrosit, leukosit dan trombosit
Sel punca dari sel-sel darah berasal dari HSC (hematopoetik stem cells) di dalam
sumsum tulang. HSC memiliki kemampuan pluripotent hematopoetik stem cells
(berferensiasi menjadi tipe sel darah yang berbeda)
HSC sebagai sel pluripotent berdeferensiasi, membelah menjadi 2 tipe sel tunas yaitu :
Myeloid progenitor
Berkembang menjadi :
Eritrosit
Komponen terbanyak pembentuk darah, mengangkut oksigen ke sel
tubuh dan mengangkut CO2 ke paru-paru untuk dibuang
Leukosit
Granulosit (mengandung granul lisosom : enzim pencernaan secara
fagositosis)
Neutrofil : fungsi fagosit utama, leukosit terbanyak dalam plasma,
mencerna antigen
Eosinofil : melawan antigen berupa parasit dan penyebab alergi
Basofil : mencegah pembekuan plasma darah (mengandung
heparin)
Agranulosit (tidak termasuk limfosit)
Monosit : leukosit terbesar dalam ukuran, fungsi fagosit,
selanjutnya berkembang menjadi makrofag
Megakariosit
Produksi platelet/trombosit
Berfungsi untuk faktor pembekuan darah (hemostasis)
Limfoid progenitor
Berkembang menjadi :
Limfosit T
Berdeferensiasi di timus
Berikatan dengan antigen limfosit T berkembang menjadi sel T efektor
Limfosit B
Tetap berdeferensiasi di sumsum tulang yang berperan dalam sistem
imunitas adaptif
Berikatan dengan antigen limfosit B berkembang menjadi sel plasma
yang mensekresikan antibodi
10. Hemostasis dan fibrinolisis
Hemostasis (hemo: darah; stasis: berdiri) adalah penghentian perdarahan dari suatu
pembuluh darah yang rusak (hemoragia)
Kapiler kecil, arteriol, venula sering kali pecah akibat adanya trauma internal maupun
eksternal
3 langkah utama hemostasis
Trombosit berperan kunci dalam hemostasis
Spasme vaskular
Konstriksi pembuluh darah yang pecah
Memperlambat aliran darah, memperkecil kehilangan darah
Permukaan endotel tunica intima pembuluh darah semakin mendekat dan
saling menambal (bocornya) satu sama lain
Pembentukan sumbat trombosit
Permukaan tempat ditemukannya cedera (luka) terdapat kolagen yaitu protein
fibrosa tapat di bawah endotel
Kolagen ini mengaktifkan trombosit membentuk sumbat trombosit pada
permukaan tersebut
Trombosit akan terus menggumpal pada permukaan melalui mekanisme
umpan balik positif pelepasan ADP (adenosin difosfat) dari trombosit
Sementara permukaan endotel di sekitarnya yang tidak mengalami luka, terus
melepaskan prostasiklin dan nitrogen oksida untuk menghambat agregasi
trombosit
Koagulasi darah (pembentukan bekuan darah)
Protrombin, bentuk inaktif dari trombin berupa protein plasma darah diaktifkan
menjadi trombin oleh tromboplastin yang aktif ketika adanya agregasi
trombosit
Trombin mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin
Trombin juga mengaktifkan faktor yang mengaktifkan lebih banyak protrombin
menjadi trombin, menstabilkan jala fibrin, dan meningkatkan agregasi trombosit
Fibrinolisis
Proses penghancuran bekuan darah oleh suatu enzim fibrinolitik (pengurai fibrin)
yang disebut plasmin ketika proses penyembuhan telah selesai dan mencegah
tersumbatnya aliran darah oleh bekuan
Proses :
Prekursor inaktif plasminogen diproduksi di hati, diaktifkan oleh faktor hageman
(faktor XII) membentuk plasmin aktif
Pengaktifan faktor hageman berjenjang secara cepat menimbulkan terbentuknya
bekuan darah sekaligus plasmin yang aktif di antara bekuan darah
Secara perlahan, plasmin melarutkan bekuan darah ketika bekuan darah tidak lagi
diperlukan
Penyakit jantung rematik
Demam rematik : penyakit peradangan diperantarai secara imunologis oleh
hipersensitivitas infeksi steptokokus grup A setelah beberapa minggu
Demam rematik dalam fase akutnya (karditis reumatik akut), dapat menyebabkan
cacat katup kronis
Antibodi bereaksi silang dengan protein M streptokokus grup A dan juga protein
normal jantung
Ketika reaksi silang terjadi, antibodi yang disekresikan menjadi self-reactive terhadap
sel normal tubuh yang dianggapnya sebagai antigen (autoimun)
Sel yang dianggap antibodi ini sebagai antigen sendiri adalah sel penyusun katup
mitral jantung, akibatnya mengalami stenosis (penyempitan karena pembengkakan
katup dan bocor)