Buku Nyeri Kronik
Buku Nyeri Kronik
Pengantar
Halaman:
Gbr. 1. Prevalensi keluhan utama berupa nyeri dan nyeri kronik di unit pelayanan
kesehatan primer. (Berdasarkan kepustakaan No. 13.)
Halaman:
Gbr. 2. Lokasi terlaporkan nyeri oleh pasien pada survei internasional pasien di unit
pelayanan kesehatan primer. (Berdasarkan kepustakaan No. 3.)
kan kondisi kesakitan paling mahal nomor empat; bersama dengan kesakitan
daerah punggung lainnya menduduki kondisi kesakitan termahal nomor tujuh
(8). Pasien yang melaporkan nyeri kronik sering mengalami distress psikologi
dan ketidak berdayaan disamping nyeri (Gambar 4). Dampak bermakna nyeri
kronik hanya baru saja ditekankan dalam sebuah penelitian oleh Blyth dan
koleganya (9). Survei yang dilakukannya pada penduduk Australia dewasa
Nyeri Kronik dan Nyeri Kepala
Halaman:
Gambar 4. Distres dan ketidak berdayaan terkait nyeri kronik. Berdasarkan pada data
dari survei pelayanan kesehatan primer yang dilakukan WHO di 14 negara.
Berdasarkan kepustakaan No. 3.)
kerja dari keseluruhan hari kerja; rata-rata 16 hari kerja hilang selama masa 6
bulan. Walau pasien sering datang dengan keluhan nyeri kronik, sebuah survei
yang baru saja dilakukan pada para dokter yang bekerja di unit pelayanan
kesehatan primer mencatat hanya 15% yang merasa nyaman mengobati
pasien dengan keluhan nyeri kronik (10). Para dokter di unit pelayanan
kesehatan dasar juga merasa tidak nyaman dengan meluasnya kebutuhan,
berkaitan dengan perlunya meresepkan opioid untuk pasien dengan nyeri
kronik; 41% dokter menunggu pasiennya yang mengambil inisiatif meminta
obat penghilang nyeri.
Halaman:
secara verbal daerah yang dikeluhkan paling dirasakan nyeri pada hari
dilakukan pemeriksaan atau keluhan yang mungkin pasien yakini tersedia
obatnya. Sebagai contoh, pasien dengan fibromyalgia datang dengan keluhan
utama sakit kepala atau sakit pinggang kepada dokternya, walau ia menderita
nyeri yang tersebar luas. Kegagalan mengenali adanya keluhan nyeri
tambahan akan berakibat pada diagnose yang tidak lengkap dan kegagalan
mengenali secara adekuat semua keluhan pasien yang mengganggu. Contoh
gambar peta lokasi nyeri yang telah terisi lengkap diperlihatkan pada Gambar
6.
Gambar 5. Gambar peta lokasi nyeri. Instruksi untuk gambar peta lokasi nyeri: arsirlah
daerah dalam gambar dengan tanda-tanda berikut (sesuai keluhan): ///// =nyeri; :::::
=kesemutan; *** = perih terbakar atau hypersensititas terhadap sentuhan.
keluhan
nyeri
kepala
pada
226
anak-anak
memperlihatkan
sensitifitas diagnostik dari gambar peta lokasi nyeri untuk mengevaluasi nyeri
pada pasien dengan migraine sebesar 93%, dengan nilai spesifisitas 83%, dan
nilai prediksi positif 87% (11). Temuan-temuan dalam penelitian kedua
mungkin lebih bermakna, karena hampir setengah anak dengan gejala
migraine gagal mendukung gambaran migraine yang telah dilaporkan dalam
anamnesa awal (12). Sebagai contoh, aura tidak teridentifikasi pada sejumlah
Nyeri Kronik dan Nyeri Kepala
Halaman:
Halaman:
Gambar-6. Keluhan utama dan contoh gambar nyeri. (A) nyeri kepala episodik, sisi kiri,
dan meng-akibatkan tidak mampu beraktifitas; (B) Nyeri kepala episodik, sisi kiri dan
membuat tidak mampu beraktifitas (bersambung)
3. Ringkasan
Para klinisi dapat dengan percaya diri dan nyaman dalam mengelola nyeri
kronik dengan menjadi lebih berpengetahuan dalam hal penyebab, diagnose,
pilihan terapi untuk pasien nyeri kronik. Hal ini dapat dicapai dengan
menerapkan strategi dan sarana pengkajian yang mudah digunakan. Buku ini
dirancang
untuk
memberikan
imformasi
praktis
seputar
pathogenesis,
diagnosis, dan terapi nyeri kronik yang paling lazim dijumpai pada pasien yang
khas, seperti pada contoh kasus. Disamping itu juga disediakan materi
pengkajian dan edukasi pasien yang disajikan dalam format yang mudah untuk
digunakan dalam praktek klinik pelayanan primer yang sibuk. Imformasi
praktis yang disajikan dalam buku ini diharapkan mampu memperbaiki
pemahaman jenis kesakitan ini dan kemanjuran dari
berbagai pilihan
Halaman:
Gambar-6. (sambungan) (C) nyeri pinggang menetap; (D) nyeri pinggang menetap.
Diagnoses:
(A) migraine, (B) migraine dengan fibromyalgia, (C) nyeri pinggang myofascial, dan
(D) nyeri pingang dengan radikulopati.
KEPUSTAKAAN
1. Mantyselka P, Kumpusalo E, Ahonen R, et al. Pain as a reason to visit the doctor: a
study in a Finnish primary health care. Pain 2001; 89:175180.
2. Hasselstrm J, Liu-Palmgren J, Rasj-WrK G. Prevalence of pain in general practice.
Eur J Pain 2002; 6:375385.
3. Guereje O, von Korff M, Simon GE, Gater R. Persistent pain and well-being: a World
Health organization study in primary care. JAMA 1998; 280:147151.
4. Smith BH, Elliott AM, Chambers WA, et al. The impact of chronic pain in the
community. Family Practice 2001; 18:292299.
5. Ihlebaek C, Eriksen HR, Ursin H. Prevalence of subjective health complaints (SHC) in
Norway. Scand J Public Health 2002; 30:2029.
6. Urwin M, Symmons D, Allison T, et al. Estimating the burden of musculoskeletal
disorders in the community: the comparative prevalence of symptoms at different
anatomical sites, and the relation to social deprivation. Ann Rheum Dis 1998; 57: 649
655.
7. Van Tulder MW, Koes BW, Bouter LM. A cost-of-illness study of back pain in the
Netherlands. Pain 1995; 62:233240.
Halaman:
8. Goetzel RZ, Hawkins K, Ozminkowski, Wang S. The health and productivity cost
burden of the top 10 physical and mental health conditions affecting six large US
employers in 1999. J Occup Environ Med 2003; 45:514.
9. Blyth FM, March LM, Nicholas MK, Cousins MJ. Chronic pain, work performance and
litigation. Pain 2003; 103:4147.
10. Potter M, Schafer S, Gonzalez-Mendez E, et al. Opioids for chronic nonmalignant
pain: attitudes and practices of primary care physicians in the UCSF/Stanford
Collaborative Research Network. J Fam Pract 2001; 50:145151.
11. Stafstrom CE, Rostasy K, Minster A. The usefulness of childrens drawings in the
diagnosis of headache. Pediatrics 2002; 109:460472.
12. Metshonkala L, Sillanpaa M, Tuominen J. Headache diary in the diagnosis of
childhood migraine. Headache 1997; 37:240244.
13. Von Korff M, Jensen MP, Karoly P. Assessing global pain severity by self-report. TEN
2002; 4:3439.
Halaman:
Halaman:
10
Benarkah rasa ngilu dan sakit merupakan bagian dari proses menua
normal?
Sekitar sepertiga orang tua menderita nyeri kronik, sering karena arthritis,
patah tulang terkait osteoporosis, dan stenosis lumbal. Kondisi sakit ini
dapat diobati dan hendaknya jangan pernah dianggap sebagai bagian dari
proses menua normal.
Nyeri kronik pada pasien orang tua dapat mengakibatkan depresi, kualitas
hidup buruk, dan kehilanga idependensi.
Kemampuan mengidentifikasi dan mengelola nyeri pada pasien usia tua
akan menjadi semakin penting pada unit pelayanan kesehatan primer
karena populasi penduduk dunia usia tua semakin meningkat.
Saya pernah mendengar bahwa anda sesungguhnya tidak dapat
mengobati nyeri kronik dan pasien hanya perlu belajar hidup dengan
nyeri. Apakah ada pengobatan yang efektif untuk nyeri kronik?
Walau tidak dapat menyembuhkan secara tuntas sepenuhnya, nyeri kronik
merupakan keadaan yang dapat diterapi dan dikelola.
Kondisi nyeri seseorang sering membutuhkan modalitas terapi yang
berbeda.
Sejumlah terapi, seperti: olahraga peregangan, teknik relaksasi, terapi
antidepresi, dan obat antiepilepsi semuanya bermanfaat untuk nyeri kronik
yang sangat beragam adanya.
Apakah opioid efektif untuk pasien dengan nyeri kronik, atau obat
semacam itu sering menimbulkan adiksi?
Opioids dapat mengurangi keparahan nyeri, tetapi harus dipergunakan
dalam kontek program terapi yang komprehensif .
Pasien dengan nyeri kronik yang diterapi dengan opioid perlu pemantauan
ketat. Sekitar 25 hinga 30% pasien nyeri kronik yang diterapi dengan opioid
akan memperlihatkan tingkah laku penyalah gunaan.
Penyalah gunaan opioid dapat diperkecil dengan menetapkan target terapi
yang realistik. Menggunakan obat dosis rendah, dan menerapkan kontrak
kesepakatan yang diikuti dengan patuh.
Benarkah, Menangani Pasien Nyeri Kronik Menghabiskan Banyak
Waktu Bagi Praktek Yang Sibuk?
Pasien-pasien dengan nyeri kronik mungkin mempunyai keluhan yang
banyak dan tidak dapat ditangani dalam satu kali kunjungan. Pasien
mungkin menyampaikan keluhan masalah-masalah yang telah berlangsung
lama kepada dokter pemberi layanan primer: keparahan nyeri, gangguan
tidur, suasana hati depresi, ketidak mampuan bekerja, dan komplik
keluarga.
Alat bantu kantor, seperti gambar peta nyeri dan alat pengkajian mandiiri,
dapat membantu pasien memfokuskan diri pada tujuan jangka pendek dan
jangka panjang yang dapat dicapai dengan terapi. Membantu pasien agar
terfokus pada tujuan tertentu juga dipermudah dengan memakai lembar
pengkajian tujuan dan pencapaian. Lembar pengkajian tersebut dapat diisi
oleh sebagian besar pasien dengan sedikit petunjuk.
Sarana edukasi, seperti handouts tertulis, dapat memperkuat pesan terapi
dan meminimalkan jumlah kebutuhan waktu bertatap muka untuk
memberikan edukasi pada pasien.
Apakah sungguh diperlukan penanganan tearah pada nyeri kronik?
Nyeri Kronik dan Nyeri Kepala
Halaman:
11
Keluhan nyeri kronik sangat sering dan sering mengantarkan pasien datang ke
praktek dokter untuk meminta informasi dan mencari tahu apa masalah sakitnya
dan apa obatnya.
Kondisi nyeri kronik yang tidak diobati dapat membuat kambuhnya frustasi dan
distress psikologi dan mengakibatkan ketidak mampuan bermakna, termasuk tidak
bisa sekolah pada anak dan tidak dapat masuk kerja atau kerja tidak bisa purna
waktu pada orang dewasa.
Keluhan nyeri kronik juga dapat disebabkan oleh atau diperparah oleh penyakit
medis lainnya, seperti neuropati terkait diabetes dan bertambah buruknya nyeri
sendi karena kegemukan. Penerimaan terapi untuk penyakit dasar sering
ditingkatkan sewaktu terapi juga memperbaiki kondisi nyeri sekunder.
Pilihan terapi untuk penderita nyeri kronik, yang meliputi: olahraga, ketrampilan
relaksasi, manajemen stress, dan penggunaan terapi obat yang tepat, kesemuanya
sangat bermanfaat untuk memelihara kesehatan yang baik secara keseluruhan dan
memaksimalkan kemanjuran terapi obat resep untuk penyakit medis lainnya yang
menyertai.
II
Patogenesis
Halaman:
12
Dia
Halaman:
13
kembali bekerja jika ia merasa siap. Tiga bulan setelah operasi ia mendatangi
dokter keluarga, yang membaca catatan dokter bedah, yang menyatakan hasil
tindakan pembedahan secara neurologis baik. Akan tetapi, Tuan Thomson
terus mengeluh nyeri yang tidak pernah hilang. Ia melaporkan tidak mampu
berolahraga akibat
menghabiskan
waktu
hari-harinya
dengan
menonton
televisi
dan
untuknya.
Pemeriksaan
ulang
dan
pemeriksaan
MRI
dan
***
Kasus ini merupakan ilustrasi dari banyak kejadian nyeri kronik, dan
perubahan yang lazim yaitu dari pekerja efektif hingga menjadi orang yang
lumpuh. Nyeri kronik sering terjadi tanpa adanya patologi yang dapat
diidentifikasi, sehingga sering menyebabkan salah persepsi sebagai nyeri
imajinasi atau dibuat-buat untuk mendapatkan keuntungan finasial atau
sebagai cara berkelit dari teman-temannya. Akan tetapi penelitian dimasa
sekarang ini, dengan memakai model hewan, dengan jelas menujukan
perubahan aktifasi dan aktifitas yang berlangsung lama pada susunan saraf
pusat (SSP) sebagai akibat cedera sangat menyakitkan walaupun hewannya
telah pulih. Penelitian-penelitian tersebut menunjukan pola plastisitas saraf
yang sejenis mungkin bertanggung jawab terhadap menetapnya nyeri pada
manusia, walau semua kelainan yang ada telah dibenahi.
Nyeri Kronik dan Nyeri Kepala
Halaman:
14
POIN-POIN PENTING
Nyeri kronik adalah akibat dari sensitifitas, pembangkitan dan koneksi saraf yang
abnormal.
Nyeri yang menetap selama 3 bulan tidak mungkin bisa hilang spontan.
Distres psikologi premorbid, isu terkait pekerjaan, pemakaian nikotin, dan kondisi nyeri
sebelumnya dapat digunakan untuk memprediksi kemunculan nyeri yang bersifat menetap.
Keluhan nyeri yang betu-betul dibuat-buat atau malingering sangat jarang terjadi.
Nyeri akut sering merupakan pengalaman kehidupan, timbul jika jari kaki
tertusuk, jari tangan terpukul palu, atau akibat jatuh terpleset. Nyeri akut khas
terjadi sebagai akibat cedera atau benturan dan dapat disertai dengan gejala
peradangan. Pergelangan kaki yang terkilir missalnya, akan teraba panas,
terlihat merah, nyeri dan bengkak, serta spasme otot-otot sekitarnya.
Perubahan-perubahan akut ini bersifat menguntungkan: nyeri mengajarkan
seseorang agar lebih berhati-hati di masa mendatang untuk menghindari
cedera lebih lanjut, dan meningkatkan kemungkinan istirahat agar proses
penyembuhan dapat berjalan, sapasme otot bertindak layaknya gips alamiah,
dan peningkatan aliran darah membawa sel-sel ke kondisi perbaikan.
Penyembuhan berlangsung beberapa minggu hingga beberapa bulan dan
umumnya diikuti dengan meredanya nyeri, spasme otot, maupun peradangan
(Gbr.1).
Nyeri kronik didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung lebih dari
3 bulan. Nyeri kronik dapat terjadi sebagai gejala sisa cereda akut, sebagai
gejala penyakit degenerative (contoh: rematoid artritis) atau muncul perlahan.
Nyeri kronik yang dimulai setelah cedera
Fase I: Perkembangan nyeri akut
Belajar
Paradangan
Cedera
Nyeri akut
Medulla
spinalis
diaktifkan
Spasme otot
(reflex)
Proteksi
Paradangan
berkurang
Nyeri akut
berkurang
Penyembu
Pengtifan
Nyeri Kronik dan Nyeri medulla
Kepala spinalis
Halaman:
15
Spasme otot
(refleks)
Proteksi
berkurang
Fase III: Perkembangan kearah nyeri kronik
Informasi
Nyeri kronik
Memori
cedera
medulla
spinalis
Spasme otot
(refleks)
Informasi
Gbr. 1. Patogenesis nyeri akut dan kronik. Fase I: Nyeri akut disertai dengan imflamasi
dan pengaktifan jalur medulla spinalis yang mengirimkan berita nyeri untuk
mendorong agar dikemudian hari cedera dihindari dan menyebabkan spasme otot
sebagai cara perlindungan. Fase II: Dalam beberapa minggu, jaringan yang cedera
pulih, peradangan hilang, dan lebih sedikit impuls sentral dikirim yang dapat dirasakan
sebagai nyeri atau spasme otot. Fase III: Pasien-pasien yang mengembangkan nyeri
kronik, sistem sarafnya terus-menerus mengirim sinyal nyeri dan spasme otot, seolah
merespon cedera akut, walau cedera hanyalah sebuah memori. Karena itu, orang
dengan nyeri lumbal kronik yang duduk di kursi akan menerima informasi yang tidak
bermanfaat yang mengatakan dia sedang mengalami cedera dan menderita nyeri
serta spasme otot, walaupun sesungguhnya tidak ada cedera (aktif).
(mis.,
kompensasi
pekerja,
atau
keuntungan
akibat
ketidak
Halaman:
16
plastisitas sentral yang telah dedifinisikan dengan baik pada model nyeri
kronik rodensia (5).
1. PATOFISIOLOGI NYERI KRONIK
Para peneliti telah mengidentifikasi tingkah laku dan perubahan fisiologis yang
konsisten pada hewan coba, sebagai respon terhadap trauma. Temuan-temuan
ini telah digunakan untuk mengisolasi fisiologi dari adanya kemungkinan isu
untuk mendapatkan keuntungan sekunder dan membantu mengkonfirmasi
kebenaran keluhan nyeri kronik baik bagi petugas pemberi layanan kesehatan
maupun pasien. Temuan yang paling bermanfaat telah didapat dari pengikatan
parsial saraf sciatikus pada tikus (6,7). Dalam penelitian tersebut, pengikatan
sementara saraf sciatikus dalam kondisi terbuka dan kemudian dilepas. Walau
saraf memperoleh kembali fungsi sarafnya, tikus tetap memperlihatkan
tingkah laku nyeri, yaitu berusaha memutuskan kakinya dengan menggigitnya
(commit autotomy).
tingkah laku nyeri manusia, seperti menyampaikan keluhan secara verbal dan
menggosok-gosok bagian punggung yang sakit. Autopsi tikus yang digunakan
sebagai percobaan dalam penelitian ini menunjukan perubahan neurologis
yang tersebar luas, dengan teraktifasinya neuron di kornu dorsalis medulas
spinalis dan otak (8,9). Perubahan demikian meningkatkan eksitasi saraf dan
resiko koneksi abnormal dari saraf-saraf peraba ke jalur saraf nyeri. Penelitian
yang paling cermat dalam bidang model nyeri kronik adalah tanduk doralis.
Evaluasi tikus model nyeri kronik menunjukan peningkatan sensitifitas saraf
penyalur impuls urutan kedua pada tanduk dorsal, dengan peningkatan jumlah
potensial aksi dan sinyal saraf spontan. Perubahan-perubahan tersebut
meningkatkan
sensitifitas
terhadap
stimulus
nyeri,
atau
hiperalgesia.
nyeri
dan
menghasilkan
persepsi
nyeri
atau
allodynia.
Halaman:
17
Thomson. Mirif kejadiannya dengan pada tikus coba, saraf manusia fungsinya
dapat pulih, tetapi perubahan bermakna saraf dalam ukuran mikroskopis dan
fisiologis bersifat menetap (Gbr. 3). Pasien dapat memperlihatkan gejala
aktifasi saraf, meliputi hiperalgesia, allodynia, dan nyeri tersebar (Tabel 1).
Model
ini
telah
diuji
pada
manusia
dengan
menggunakan
analgesia
pratindakan, yaitu dengan melakukan anastesi lokal pada daerah yang akan
terpapar
nyeri.
Analgesia
pratindakan
dimaksudkan
untuk
mengurangi
kejadian nyeri menetap dengan memblok input spinal dari cedera akut.
Analgesia pratindakan efektif mengurangi nyeri maupun pemakaian narkotik
pasca operasi, pada pasien yang menjalani operasi tungkai, atau mastektomi
(10). Pada satu penelitian orang yang menjalani amputasi kaki, nyeri kaki
phantom
kuat
pembedahan
timbul
standar
pada
64%
pasien
(11).
Analgesia
dalam
satu
pratindakan
minggu
dengan
setelah
pemberian
menjadi
27%.
Penelitian
pemberian
analgetika
pratindakan
Halaman:
18
Gbr. 2. Patogenesis nyeri kronik. Dalam kondisi normal, stimulasi reseptor taktil akan
mengaktifkan jalur tanduk dorsalis medulla spinalis dan aktifasi ujung-ujung saraf
bebas mengaktifkan jalur nyeri spinotalamikus lateralis. Stimulus pembangkit nyeri
yang diaktifkan semasa nyeri akut meningkatkan sinyal pada jaulur spinotalamikus
lateralis. Perubahan fisiologis terjadi semasa nyeri kronik mengakibatkan stimulasi
reseptor taktil (mis., sentuhan atau vibrasi) mengaktifkan jalur spinotalamikus
lateralis, dan otak salah mengartikannya sebagai ujung saraf sensitif nyeri telah
diaktifkan.
nyeri
kronik.
Sejumlah
penelitian
telah
mengidentifikasi
Halaman:
19
adanya kemungkinan lebih besar munculnya nyeri yang bersifat menetap jika
karakteristik tersebut ada dan menunjukan perlunya terapi yang lebih agresif.
Nyeri kronik jenis tertentu juga terjadi lebih
Cedera
Nyeri
akut
Penyembuhan
normal
Nyeri
reda
Penyembuhan dengan
plastisitas sentral
Nyeri
Kronik
Hiperalge
sia
Allodyni
Nyeri
tersebar
Gbr. 3. Perjalanan nyeri akut. Cedera yang menyebabkan nyeri akut dapat sembuh dan
nyeri hilang. Alternatif lain, terjadi perubahan saraf selama prose penyembuhan,
dengan akibat nyeri menetap dan perubahan fisiologi saraf.
Tabel 1
Perubahan Neurologis Sewaktu Cedera dan Gejala yang ditimbulkan
Perubahan
Gejala medis
Keluhan tipikal
Temuan Tipikal
Fisiologis
Ambang nyeri berku- Hiperalgesia:
Sensitifitas
Respon
nyeri
rang
sensitifitas
meningkat
terha-dap
Aksi
potensial
terha-dap
terhadap:
tusukan
jarum
mening-kat
rangsangan
garukan, jepitan
pelan jadi hebat.
nyeri
jari tangan, atau
meningkat
air hangat
Firing spontan
Neuron
Allodynia:
Sentuhan
kain Sentuhan
ringan
mekanoreseptor
stimulus
seprai pada kaki
di-respon dengan
mengadakan
sentuhan bukan
yang
telanjang
me-narik
koneksi ulang ke
nyeri dipersepsi
dirasakan
extremitas
dan
jalur nyeri.
sebagai nyeri.
sebagai nyeri.
meringis.
Tiupan angin atau Menjaga
daerah
percikan
air
nyeri agar tidak
dingin dirasakan
disentuh.
nyeri.
Peningkatan ukuran Nyeri meluas ke Nyeri
menyebar Nyeri
pada
la-pangan
daerah sekitar
dari
semula
perabaan daerah
penerimaan.
(yang
tidak
hanya me-ngenai
sekitar
nyeri
meng-alami
pergelangan kaki
asal.
cidera)
menjadi selu-ruh
kaki.
Nyeri Kronik dan Nyeri Kepala
Halaman:
20
Gbr. 4. Ketidak sesuaian antara angka kunsultasi ulang dengan menetapnya gejala
sakit setelah kejadian nyeri punggung akut. Ketidak mampuan mencakup kesulitan
mengerjakan aktifitas kehidupan sehari-hari. (Berdasarkan pada data kepustakaan 13.)
Tabel 2
Prediktor Nyeri Kronik
Indikator Nyeri
Faktor-Faktor Prediksi Nyeri Kronik
Temuan fisik
Nyeri pinggang disertai dengan keterbatasan fleksi lumbal.
Pemeriksaan neurologi dengan hasil abnormal.
Gejala
Nyeri tidak terlokalisir
Onset nyeri tidak jelas
Nyeri pinggang yang menjalar hingga kaki
Faktor Psikologi
Isu personal
Jenis kelamin wanita
Riwayat nyeri kronik
Riwayat trauma
Terlambat berkonsultasi (> 30 hari).
Tidak memuaskan dengan konsultan.
Depresi atau distress psikologis
Pengguna nikotin
Isu keluarga
Kurang dukungan social
Keluarga mendelegitimasi nyeri yang diderita
Riwayat keluarga nyeri kronik
Isu pekerjaan
Tidak puas dengan pekerjaan atau status pekerjaan
Tidak bekerja
Sebelumnya ganti pekerjaan karena nyeri
Halaman:
21
rumah tangga, dan penata rambut (24-27). Sebuah survey baru pada asisten
perawat, sebagai contoh, menunjukan keluhan nyeri muskuloskletal
selama
masa dua minggu sebelumnya pada 89%, dengan 51% tingkatan nyeri dalam
tahapan intens (28). Cedera tulang punggung akibat kerja lebih cendrung
terjadi pada orang-orang dengan pekerja beresiko ini dibanding pekerja ringan.
Disamping itu, identifikasi serorang pekerja sebagai beresiko tinggi untuk
mengalami nyeri kronik berdasarkan pada karakteristik fisik, psikologi atau
sosial akan mengakibatkan terapi dini dan lebih agresif.
Halaman:
22
sakit
menghindari
memberikan
informasi
yang
dapat
memaksa
bahwa
mereka
butuh
obat
dulu
sebelum
menjalani
pasien
yang
benar-benar
mencari
Halaman:
23
kesembuhan
akan
mau
nyeri
berlebihan.
Sesuai
harapan,
pasien
demikian
cendrung
membenarkan tingkatan nyeri dan ketidak mampuan yang lebih tinggi. Akan
tetapi diluar prediksi, mereka tidak berkorelasi dengan distress psikologi atau
tujuan pencapaian sekunder, mereka tidak pula membedakan antara pasien
dengan kelainan organik dan nonorganik. Sebagai contoh, pasien akan
menghasilkan uji tes angkat kaki lurus yang lebih tinggi sewaktu perhatiannya
dialihkan, karena mereka mengantisipasi nyeri saat dilakukan tes dan
meneganggkan
otot
sebelum
tes
dilakukan.
Ini
tidak
berarti
pasien
menguatkan tingkat pembatasannya, tetapi lebih pada uji angkat kaki lurus
hendaknya dilakukan saat dilakukan pengalihan untuk mendapatkan akurasi
pengujian yang optimal.
5. RINGKASAN
Penelitian eksperimental pada tikus coba jelas menunjukan perubahan pada
koneksi dan aktifitas saraf yang bersifat menetap walau secara umum fungsi
saraf telah pulih. Dokumentasi abnormalitas saraf yang mengakibatkan gejala
hiperalgesia, allodynia, dan nyeri tersebar pada tikus model menambah
kepercayaan terhadap laporan pasien yang mengeluhkan keluhan gejala yang
mirif, setelah pulih sempurna dari cedera akut. Pengetahuan yang didapat dari
penelitian ini menguntungkan baik bagi pemberi layanan maupun penerima
layanan kesehatan, terlebih tidak Kotak
ada cara
objektif untuk mengukur nyeri yang
Saji-1
dapat diidentifikasi
dari tampilan
laboratorium Sakit
atau pemeriksaan
Wasapada!
Pasienklinis,
Berpura-pura
fotoronsen.
Tidak bersedia memberikan data riwayat sakit.
Tidak bersedia menjalani pemeriksaan fisik dasar; termasuk uji
berjalan.
Menolak pemeriksaan tambahan atau laporan hasil pemeriksaan
tambahan yang lengkap dan hasilnya normal, walau dokter tidak
dapat mengaksesnya karena datanya hilang, rusak, atau di tempat
fasilitas yang namanya tidak diketahui pasien.
Nyeri Kronik
dan Nyeri
Kepala
Halaman:
24 tertentu dan menolak
Bersikeras
pada
satu jenis
pengobatan
semua yang lainnya.
Wawancara betul-betul terfokus hanya pada melengkapi format
ketidak berdayaan atau memberi permintaan khusus dari pada
Kepustakaan
1. Turk DC, Okifuji A, Starz TW, Sinclair JD. Effects of type of symptom onset on
psychological distress in fibromyalgia syndrome patients. Pain 1996; 68:423
430.
2. Turk DC, Okifuji A. Perception of traumatic onset, compensation status, and
physical findings: impact on pain severity, emotional distress, and disability in
chronic pain patients. J Behav Med 1996; 19:435453.
3. Marcus DA. Disability and chronic post-traumatic headache. Headache 2003;
43: 117121.
4. Spertus IL, Burns J, Glenn B, Lofland K, McCracken L. Gender differences in
associations between history and adjustment among chronic pain patients.
Pain 1999; 82:97102.
5. Decosterd I, Woolf CJ. Spared nerve injury: animal model of persistent
peripheral neuropathic pain. Pain 2000; 87:149158.
6. Bennett GJ, Xie YK. A peripheral mononeuropathy in rat that produces
disorders of pain sensation like those seen in man. Pain 1988; 33:87107.
7. Seltzer Z, Dubner R, Shir Y. A novel behavioral model of neuropathic pain
disorders produced in rats by partial sciatic nerve injury. Pain 1990; 43:205
218.
8. Guilbaud G, Gautron M, Jazat F, et al. Time course of degeneration and
regeneration of myelinated nerve fibers following chronic loose ligatures of the
rat sciatic nerve: can nerve lesions be linked to the abnormal pain-related
behaviours? Pain 1993; 53:147158.
9. Behbehani MM, Dollberg-Stolik O. Partial sciatic nerve ligation results in an
enlargement of the receptive field and enhancement of the response of dorsal
horn neurons to noxious stimulation by an adenosine agonist. Pain 1994; 58:
421428.
10. Aida S, Baba H, Yamakura T, et al. The effectiveness of preemptive
analgesia varies according to the type of surgery: a randomized, double-blind
study. Anesth Analg 1999; 89:711716.
11. Bach S, Noreng MF, Tjellden NU. Phantom limb pain in amputees during the
first 12 months following limb amputation after preoperative lumbar epidural
blockade. Pain 1988; 33:156161.
12. Carey TS, Garrett JM, Jackman A, Hadler N. Recurrence and care seeking
after acute back pain: results of a long-term follow-up study. North Carolina
Back Pain Project. Med Care 1999; 37:157164.
13. Croft PR, Macfarlane GJ, Papageogiou AC, et al. Outcome of low back pain
in general practice: a prospective study. BMJ 1998; 316:13561359.
14. Thomas E, Silman AJ, Croft PR, et al. Predicting who develops chronic low
back pain in primary care: a prospective study. BMJ 1999; 318:16621667.
15. Schiotz-Christensen B, Nielsen GL, Hansen VK, et al. Long-term prognosis
of acute back pain in patients seen in general practice: a 1-year prospective
followup study. Fam Pract 1999; 16:223232.
Nyeri Kronik dan Nyeri Kepala
Halaman:
25
16. Macfarlane GJ, Thomas E, Croft PR, et al. Predictors of early improvement in
low back pain amongst consulters to general practice: the influence of
premorbid and episode-related factors. Pain 1999; 80:113119.
17. Reis S, Hermoni D, Borkan JM. A new look at low back pain complaints in
primary care: a RAMBAM Israeli Family Practice Research Network study. J Fam
Pract 1999; 48:299303.
18. Croft PR, Papageogiou AC, Ferry S, et al. Psychological distress and low
back pain. Evidence from a prospective study in the general population. Spine
1995; 20:27312737.
19. Scott SC, Goldberg MS, Mayo NE, Stock SR, Poitras B. The association
between cigarette smoking and back pain in adults. Spine 1999; 24:1090
1098.
20. Palmer KT, Syddall H, Cooper C, Coggon D. Smoking and musculoskeletal
disorders: findings from a British national survey. Ann Rheum Dis 2003; 62:33
36.
21. Velly AM, Gornitsky M, Philippe P. Contributing factors to chronic myofascial
pain: a case-control study. Pain 2003; 104:491499.
22. Macfarlane GJ, Thomas E, Papageogiou AC, et al. Exercise and physical
activities as predictors of future low back pain. Spine 1997; 22:11431149.
23. Smedley J, Egger P, Cooper C, Coggon D. Prospective cohort study of
predictors of incident low back pain in nurses. BMJ 1997; 314:12251228.
24. Leighton DJ, Reilly T. Epidemiological aspects of back pain: the incidence
and prevalence of back pain in nurses compared to the general population.
Occup Med (Lond) 1995; 45:263267.
25. Diakow PR, Cassidy JD. Back pain in dentists. J Manipulative Physiol Ther
1984; 7:8588.
26. Mior S, Diakow PR. Prevalence of back pain in chiropractors. J Manipulative
Ther 1987; 10:305309.
27. Guo HR, Tanakas S, Cameron LL, et al. Back pain among workers in the
United States: national estimates and workers at high risk. Am J Int Med 1995;
28:591602.
28. Eriksen W. The prevalence of musculoskeletal pain in Norwegian nurses
aides. Int Arch Occup Environ Health 2003; 76:625630.
29. Waddell G, McCulloch JA, Kummel E, et al. Nonorganic physical signs in
lowback pain. Spine 1980; 5:117125.
30. Fishbain DA, Cole B, Cutler RB, et al. A structured evidence-based review
on the meaning of nonorganic physical signs: Waddell signs. Pain Medicine
2003; 4:141181.
Halaman:
26
b. Nyeri yang bersifat menetap selama 3 bulan cendrung menetap jika tidak
diobati.
c. Nyeri bermula setelah suatu kecelakaan mobil biasanya merupakan tanda
malingering.
d. Tidak satupun benar
3. Pekerjaan dibawah ini yang tidak beresiko tinggi mengalami nyeri punggung
kronik?
a. Penata rambut
b. Receptionist
c. Tukang kayu
d. Penjaga dan pembersih gedung
e. Perawat
4. Pasien di bawah ini mempunyai karakteristik beresiko tinggi menderita nyeri
kronik?
a. Jenis kelamin laki-laki
b. Tidak ada riwayat depresi atau kecemasan
c. Tidak ada riwayat cedera atau nyeri kronik
d. Mempunyai keluarga yang mendukung
e. Pengguna nikotin
Halaman:
27
Halaman:
28