PBL BBLR Kelompok Ii
PBL BBLR Kelompok Ii
KELOMPOK II
A. Mardhatillah Akbar
Sitti Hikmaniar H
Ulul Azmi Rumalutur
Irwan Setiawan
Vania Firliyanti
Nurul Andriyati A.T
M.Farhan
Rysdayanti Khaeruddin
Moehammad Sofyan. W
Nurul Mukhlisah
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016
SKENARIO 1
Seorang Bayi laki-laki, diantar oleh ibunya ke unit gawat darurat RS
dengan keluhan bayi malas minum. Berdasarkan anamnesis diketahui lahir pada
tanggal 05 februari 2016 dengan berat lahir 2200 gram panjang 47 cm. Hari
Pertama Haid Terakhir (HPHT) ibu tanggal 11 juni 2015. Pada pemeriksaan suhu
melalui axilla didapatkan suhu bayi tersebut 36,2 C. Riwayat ibu saat hamil dan
persalinan dengan kondisi anemia.
KATA SULIT :
Tidak ditemukan kata sulit.
KATA KUNCI :
Bayi laki-laki
Malas minum
Lahir : 05 februari 2016
BBL : 2200 gram
PBL : 47 cm
HPHT ibu : 11 juni 2015
T : 36,2 C
Riwayat ibu anemia.
PERTANYAAN :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Rendah ?
Mengapa bayi malas minum?
Bagaimana keadaan klinis dan penatalaksanaan pada BBLR ?
Jelaskan komplikasi BBLR!
Bagaimana pandangan islam terhadap scenario diatas?
JAWABAN:
1. Jelaskan bagaimana fisiologi bayi baru lahir?
A.
PENGERTIAN
Bayi baru lahir adalah hasil konsepsi yang baru keluar dari rahim
seorang ibu melalui jalan kelahiran normal atau dengan bantuan alat
tertentu sampai usia 1 bulan.
Bayi baru lahir fisiologis adalah bayi yang lahir dari kehamilan 3742 minggu dan berat badan lahir 2500-4000 gram. (1)
B.
kering yang disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian
awal dengan menjawab 4 pertanyaan:
Apakah bayi cukup bulan ?
Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium ?
Apakah bayi menangis atau bernapas ?
Apakah tonus otot bayi baik ?
Jika bayi cukup bulan dan atau air ketuban bercampur mekonium
dan atau tidak menangis atau tidak bernafas atau megap-megap dan atau
tonus otot tidak baik lakukan langkah resusitasi.(2)
Skor
0
Appearance
Pucat
Pulse
Grimace
Activity
Respiration
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
2
Sekuruh
kemerahan
> 100 x/menit
Batuk/ bersin
Gerakan aktif
Baik/ menangis
D.
tubuh
PENILAIAN
Frekuensi nafas
cyanosis
Retraksi
Air Entry
Merintih
0
<60x/menit
Tidak ada
1
60-80x/menit
Hilang
Tidak ada
Tidak ada penurunan
Tidak ada
pemberian O2
Ringan
Penurunan ringan
Dapat didengar dengan
pemberian O2
Berat
Penurunan berat
Terdengar
stetoscope
stetoscope
Keterangan:
Skor < 4
Skor 4-7
Skor > 7
E.
2
>80x/menit
dengan Tidak Hilang
dalam darah tali pusat yang semula 65 mg/100 ml, bila terjadi gangguan
perubahan glukosa menjadi glikogen sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan neonatus maka kemungkinan besar bayi akan mengalami
rangsangan hipoglekemia.
b.
dengan
tanpa
hangat.
Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari
terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup
bulan perlu diberi Vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan
bayi resiko tinggi diberi Vitamin K perenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM.
5. Upaya profilaksis terhadap gangguan mata.
Pemberian obat tetes mata Eritromisin 0,5% atau Tetrasiklin 1%
dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit
menular seksual).(4)
Tetes mata / salep antibiotik tersebut harus diberikan dalam waktu
1 jam pertama setelah kelahiran. Upaya profilaksis untuk gangguan pada
mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam 1 jam pertama
kehidupannya.
Teknik pemberian profilaksis mata :
Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir
Jelaskan pada keluarganya tentang apa yang anda lakukan,
yakinkan mereka bahwa obat tersebut akan sangat menguntungkan
bayi.
Berikan salep / teki mata dalam satu garis lurus, mulai dari bagian
mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar
mata.
Jangan biarkan ujung mulut tabung / salep atau tabung penetes
6. Identifikasi
Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya
mungkin lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal yang
efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap di
tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.
Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat
penerimaan pasien, di kamar bersalin, dan di ruang rawat bayi. Alat yang
digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus dan tidak mudah
melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas. Pada alat identifikasi
harus tercantum: nama (bayi, nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis
kelamin, unit, nama lengkap ibu. Di setiap tempat tidur harus di beri tanda
dengan mencantumkan nama, tanggal lahir dan nomor identifikasi.
Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak di catatan
yang tidak mudah hilang. Sidik telapak kaki bayi harus dibuat oleh
personil yang berpengalaman menerapkan car ini, dan dibuat dalam
catatan bayi. Bantalan sidik jari harus disimpan dalam ruangan bersuhu
kamar. Ukurlah berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan
catat dalam rekam medik.
7. Mulai Pemberian ASI
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah
bayi lahir. Jika mungkin, anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk
menyusukan bayinya segera setlah tali pusat diklem dan dipotong
berdukungan dan bantu ibu untuk menyusukan bayinya.
Keuntungan peberian ASI:
Merangsang produksi air susu ibu
Memperkuat reflek menghisab bayi
Mempromosikan keterikatan antara ibu dan bayinya
Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui
kolostrum
Merangsang kontraksi uterus
ibu.
Perut bayi menghadap ke perut ibu dan ibu harus menopang
puting susu.
Membantu bayinya untuk menempelkan mulut bayi pada puting
susu di payudaranya.
Dagu menyentuh payudara ibu.
G.
aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah bayi barur lahir
yang memerlukan perhatian keluarga dan epnolong persalinan setra tindak
lanjut petugas kesehatan.
1.
Dua jam pertama sesudah lahir
Hal-hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama
sesudah lahir meliputi:
Kemampuan menghisap lemah atau kuat
USG harus dilakukan bila HPHT tidak diketahui tidak diketahui atau
tidak memenuhi kriteria untuk menghitung Taksiran Persalinan (TP)
kehamilan
7 12 minggu GA
: 5 hari
13- 20 minggu GA
: 1 minggu
21- 30 minggu GA
: 2 minggu
> 30 minggu
: 3 minggu. (5)
Penyakit
a
Ibu
a
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik),
ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
12
13
kurang)
Suhu tidak stabil (kulit tipis dan transparan)
Masalah yang terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR)
terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada
bayi tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan
pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi,
gastrointerstinal, ginjal, termoregulasi.
14
a. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas
segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih
sedikit, kekurangan surfaktan (zat di dalam paru dan yang diproduksi
dalam paru serta melapisi bagian alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps
pada saat ekspirasi).Luman sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau
obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, lemah atau
tidak adanya gag refleks dan pembuluh darah paru yang imatur. Hal hal
inilah yang menganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering
mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).
b.
susunan saraf
15
e. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil,
yang disebabkan antara lain:
luas)
Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat )
Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.
f. Sistem Hematologi
Bayi
hematologi
dibandingkan
dengan
bayi
yang
cukup
bulan.
dari
pemeriksaan
g. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang
terbatas, sering kali kemungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap
infeksi.
h. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR
mempunyai
masalah
pada
sistem
16
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan
transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
j.
Sistem Pengelihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity
Pneumonia Aspirasi
17
otot.
Biasanya
terjadi
kesamaan
Kelainan
ini
dengan
biasanya
Hyperbilirubinemia
Bayi premature lebih sering mengalami hyperbilirubinemia
dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor
kematangan hepar sehingga konjungtiva
bilirubium indirek
menjadi
37,5 0C)
berat yang sama. Dengan demikian bayi yang tidak dismatur lebih mudah
hidup di luar kandungan. Walaupun demikian harus waspada akan
terjadinya beberapa komplikasi yang harus ditangani dengan baik.
18
berikut:
Suhu tubuh yang tidak stabil
Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit
berat pada BBLR
Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi
Ginjal yang immature baik secara otomatis maupun
fungsinya.
Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang
rapuh.
Gangguan immunologic.(11,5)
19
Artinya:
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan!
Kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.
(QS Al-Isra : 31)
Seorang ayah wajib menafkahi ibu yang mengandung anaknya,
Alasannya adalah ibu tersebut mengandung anaknya dan menafkahi anak
itu wajib.
Allah subhanahu wa taala berfirman:
Artinya:
Jika mereka (wanita-wanita itu) sedang hamil, maka nafkahilah mereka
sampai mereka melahirkan kandungannya... (QS Ath-Thalaq : 6) (12)
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. 2007. Buku Acuan & Panduan Asuhan Persalinan Normal &
Inisiasi Menyusu Dini. JNPK-KR: Jakarta
2. Depkes RI. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR:
Jakarta
3. Prawirohardjo, s . 2009. Ilmu kebidanan. Jakarta: YBP-SP
4. Saifuddin, A. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. JNPK-KR: Jakarta.
5. Prawirohardjo. Sarwono, Ilmu Kebidanan. Jakarta : 2014. PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
6. http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=9188, akses 20 Maret 2016.
7. Anonim. Berat Bayi Lahir Rendah. Semarang: Unimus [Available at
digilib.unimus.ac.id]
8. www. Repository.usu.ac.id. Jurnal hubungan anemia pada ibu hamil
dengan kejadian bayi berat lahir rendah di BPRSU. Halaman 15. Diakses
pada 21 maret 2016 pukul 23.12.
9. Suradi R, 2006. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat Situasi dan
Kondisi Bayi. Diakses 19 Maret 2016. Dari http://www.IDAI.or.id
10. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), 2004. Dalam: Standar Pelayanan
Medis Kesehatan Anak Edisi 1. Jakarta.
11. Mochtar, Rustam. Synopsis obstetric.1998. Jakarta :EGC
12.
Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama, Semarang:
Toha Putera, 1989
21