Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan
hidayah-NYA, sehingga penulis dapat menyusun tugas makalah petrologi dengan
judul batuan sedimen karbonat dengan baik berdasarkan dosen petrologi di
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta.
Dalam penyusunan makalah ini sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas
petrologi, maka melalui kesempatan ini penulis tak lupa mengucapkan terima
kasih kepada :

Allah SWT yang memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.


Dosen petrologi yang telah banyak membimbing dalam study
petrologi

Namun dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan bantuan dari semua pihak
untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat mmbangun demi kesempurnaan
tugas yang akan datang.

Yogyakarta, 20 Mei 2015

Arsyad J.K

DAFTAR ISI

Batuan sedimen karbonat

KATA PENGANTAR...............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang...........................................................................................3

1.2

Maksud......................................................................................................4

1.3

Tujuan dan Manfaat...................................................................................4

1.4

Batasan Masalah......................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
2.1

Definisi Batuan Sedimen Karbonat..........................................................5

2.2

Proses Pembentukan Batuan Sedimen Karbonat.......................................5

2.3

Lingkungan Pengendapan Batuan Sedimen Karbonat..............................7

2.4

Tekstur Batuan Sedimen Karbonat............................................................8

2.5

Komposisi kimia dan mineralogi Batuan Sedimen Karbonat.................10

2.6

Klasifikasi Batuan Sedimen Karbonat.....................................................11

2.7

Family

Batugamping ........................................................................................16
BAB III PENUTUP
3.1

Kesimpulan..............................................................................................27

3.2

Kritik dan Saran.......................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................28

Batuan sedimen karbonat

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Petrologi merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa teknik geologi di

sekolah tinggi teknologi yogykarta, Petrologi adalah bidang geologi yang


berfokus pada studi mengenai batuan dan kondisi pembentukannya. Ada tiga
cabang petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan: beku, metamorf, dan
sedimen. Kata petrologi itu sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang
berarti "batu".
Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan
beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau
magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik.
Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan
sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikelpartikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus).
Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari
batuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari
batuan sedimen atau beku tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau
tekstur dikarenakan kondisi ekstrem dari tekanan, suhu, atau keduanya)
Dalam makalah ini ita akan membahas tentang batuan sedimen, yaitu
tentang definisinya, proses terjadinya batuan sedimen, lingkungan pengendapanya
dan juga klasifikasi batuan sedimen, yang mrupakan materi yang wajib dan harus
dikuasai oleh mmahasiswa teknik geologi di sekolah tinggi teknologi nasional
Yogyakarta.

Batuan sedimen karbonat

1.2

Maksud
Maksud makalah ini ialah untuk memberikan penjelasan yang lebih

mendetail tentang batuan sedimen karbonat.Adapun tujuan pembuatan makalah


ini yaitu agar kita memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang batuan
sedimen karbonat.
1.3

Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dilakukan pembuatan makalah ini adalah :

1.4

Untuk mengetahui materi tentang petrologi secara khusus tentang

batuan sedimen karbonat


Untuk bahan ajar tentang batuan sedimen karbonat

Batasan Masalah
Dalam study petrologi tentunya paham ilmu ini memiliki banyak sub

materi yang ada dalam kajianya, tetapi dalam makalah ini kita hanya akan
membahas tentang batuan sedimen karbonat, dengan batasan materi tersebut
bertujuan untuk mengefisiensikan pemahaman kita tentang materi bahasan yang
akan disajikan dalam makalah ini.

Batuan sedimen karbonat

BAB IIPEMBAHASAN

2.1

Definisi Batuan Sedimen Karbonat


Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mengandung mineral

karbonat lebih dari 50%. Sedangkan mineral karbonat adalah mineral


mengandung CO3 dan satu atau lebih kation Ca, Mg, Fe, dan Mn. Pada umumnya,
mineral karbonat adalah kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg (Co3)2). Batuan
karbonat umumnya terdiri atas batugamping (kalsit sebagai mineral utama) dan
batudolomit (dolostone). Umur batuan ini sangat bervareasi mulai dari praKambrium sampai Kuarter. Batuan karbonat pra-Kambrium dan Paleosen
umumnya dikuasai oleh batudolomit. Di alam batuan karbonat menempati 1/5
1/4 dari seluruh catatan stratigrafi dunia. Sekitar 40 % dari minyak bumi dan gas
dunia diambil dari batuan karbonat. Reservoar karbonat di Timur Tengah
merupakan salah satu contoh reservoar karbonat dengan produksi migas yang
besar.
Sedimen karbonat, yang dijumpai di dunia, kebanyakan terbentuk pada
lingkungan laut dangkal dan beberapa di antaranya terbentuk di daerah
teresterestrial, tetapi laut dangkal tropis. Indonesia merupakan daerah yang
mempunyai sedimen karbonat melimpah.
2.2

Proses Pembentukan Batuan Sedimen Karbonat


Proses Pembentukannya dapat terjadi secara insitu, yang berasal dari

larutan yang mengalami proses kimiawi maupun biokimia dimana pada proses
tersebut, organism turut berperan, dan dapat pula terjadi butiran rombakan yang
telah mengalami transportasi secara mekanik dan kemudian diendapkan pada
tempat lain, dan pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses diagenesa dari
batuan karbonat yang lain (sebagai contoh yang sangat umum adalah proses
dolomitisasi, dimana kalsit berubah menjadi dolomite).
Seluruh proses pembentukan batuan karbonat tersebut terjadi pada
lingkungan laut, sehingga praktis bebas dari detritus asal darat.
Batuan karbonat memiliki nilai ekonomi yang penting, sebab mempunyai
porositas yang memungkinkan untuk terkumpulnya minyak dan gas alam,
Batuan sedimen karbonat

terutama batuan karbonat yang telah mengalami proses dolomitisasi, sehingga hal
ini menjadikan perhatian khusus pada geologi minyak bumi. Disamping sebagai
reservoir minyak dan gas alam, batuan karbonat juga dapat berfungsi sebagai
reservoir airtanah, dan dengan adanya porositas dan permeabilitasnya serta
mineral-mineral batuan karbonat yang mudah untuk bereaksi maka batuan
karbonat dapat menjadi tempat berkumpulnya endapan-endapan bijih.
Karena pantingnya Batuan karbonat sebagai batuan yang dapat menyimpan
mineral ekonomis maka penting untuk mengatahui genesa, dan energi yang
mempengaruhi pembentukan batuan karbonat tersebut, sehingga dapat diperoleh
gambaran untuk kegiatan eksplorasi.
Terdapat tiga jenis proses perubahan yang menyebabkan sedimen karbonat
menjadi batuan karbonat. Ketiga proses itu ialah :
1) Litifikasi sedimen karbonat
Kebanyakan batuan karbonat terbentuk karena proses litifikasi sedimen
karbonat. Litifikasi tersebut akan melibatkan mineral-mineral karbonat yang
tidak stabil, pengendapan mineral-mineral karbonat yang stabil dan
rekristalisasi. Semua proses tersebut masuk dalam proses yang luas yaitu
diagenesa. Dalam pengertian yang luas, diagenesa meliputi perubahan
mineralogi, tekstur, kemas dan geokimia sedimen, serta temperatur dan
tekanan yang rendah.
Litifikasi karbonat dapat terjadi pada sedimen yang tersingkap, maupun
yang masih berada didalam laut.Pada sedimen karbonat yang tersingkap
terjadi perubahan mineralogi dan tekstur endapan asli yaang disebabkan
kerja air tawar atau air meteorit.Perubahan mineralogi yang terjadi adalah
terbentuknya mineral-mineral stabil dari mineral-mineral yang tidak stabil,
dan tekstur endapan asli berubah menjadi tidak jelas atau kabur, tetapi dapat
pula tidak mengalami apa-apa.
Proses perubahan sedimen karbonat menjadi batuan karbonat berlangsung
berlahan- lahan dan bertingkat-tingkat, dimana batas antara masing-masing
tingkat tidak jelas,bahkan dapat saling melingkup. Tingkat tersebut ialah :
a) Penyemenan
b) Pelarutan-pengendapan
c) Perubahan mineralogi butir-butir dan rekristalisasi.
2) Pengkristalan kalsium karbonat yang semua dalam keadaan membatu.

Batuan sedimen karbonat

Batuan

karbonat

ini

berasal

dari

rekristalisasi

kalsium

karbonat

yangmenyerupai bahan batu/keras (stony material) dimana kalsium


karbonatnya dapat berasal dari kimiafisik (anorganik), atau kombinasi
keduanya.
Contoh batuan karbonat yang terbentuk dari rekristalisasi endapan karbonat
yang berasal dari kimia fisik ialah calcerete, caliche, dan nari.Ketiganya
adalah endapan yang dihasilkan dari rekristalisasi karena penguapan.
Adapun batuan karbonat yang terbentuk dari rekristalisasi endapan karbonat
yang berasal dari biokimia adalah terumbu karang dan biogenik pembentuk
kerak keras.Endapan jenis ini memang sudah dalam keadaan padat dan
melekat, hal ini disebabkan oleh penyemenan kalsium karbonat biokimia
atau kimiafiik.
Dalam terumbu-terumbu, koral, ganggang dan foraminifera adalah
organisme utama yang mengendapkan batu gamping padat.
3) Penggantian materi-materi lain oleh kalsium karbonat
Beberapa batuan karbonat dapat terbentuk dari penggantian matri-materi
lain, terutama kalsium sulfat dan buti-butir kuarsa kalsium karbonat. Batuan
karbonat jenis ini tidak umum, tetapi cukup penting karena genesisnyayang
sangat berbeda dengan batuan karboanat jenis lain. Terdapat dua jenis
penggantian yang umum, yaitu pertama perubahan kalsium sulfat
menjadikalsit oleh kegiatan bakteri kedua penggantian butir-butir kuarsa
oleh karbonat karena proses korosi.

2.3

Lingkungan Pengendapan Batuan Sedimen Karbonat


Beberapa faktor yang penting dan sangat mempengaruhi pengendapan

batuan karbonat adalah :


1) Pengaruh sedimen klasitik asal darat
Pegendapan karbonat memerlukan lingkungan yang praktis bebas dari
sedimen klastik asal darat.

Karena sedimen klastik dari darat dapat

menghambat proses fotosintesa ganggang gampingan.


2) Pengaruh iklim dan suhu
Batuan karbonat diendapkan di daerah perairan yang bersuhu hangat dan
beriklim tropis sampai subtropis.
Batuan sedimen karbonat

3) Pengaruh Kedalaman
Pada umumnya dan kebanyakan, batuan karbonat diendapkan di daerah
perairan dangkal dimana masih terdapat sinar matahari yang bisa menembus
kedalaman air.Terdapat suatu garis yang merupakan batas kedalaman air
dimana sedimen karbonat dapat ditemukan pengendapannya yang disebut
dengan CCD (Carbonate Compensation Depth).
4) Faktor mekanik
Faktor mekanik yang mempengaruhi kecepatan pengandapan batuan karbonat
yaitu antara lain aliran air laut, percampuran air, penguraian oleh bakteri,
proses pembuatan organik pada larutan, serta pH air laut.

2.4

Tekstur Batuan Sedimen Karbonat


Pada umumnya batuan terdiri dari mineral - mineral authigenic.Batuan

memperlihatkan gejala diagenesa pada tekanan (P) dan temperatur (T) tertentu,
maka porositas batuan menjadi sangat rendah atau hilang.
Batuan karbonat dicirikan oleh porositas yang rendah dan ditandai oleh
tekstur mozaic.Contoh : batugamping
Terdiri dari kristal - kristal kalsit dan tdak memperlihatkan porositas /
porositas rendah. Butiran - butiran kalsit dapat berupa polygon - polygon atau
bergerigi.Butitan kalsit yang bergerigi menunjukkan adanya rekristalisasi yang
terjadi pada saat diagenesa. Sebelum rekristalisasi, ada pori sehingga menjadi ada
porositas. Pada non klastik kadang - kadang ada butiran - butiran yang amorf :

Kalsedon Sebagai semen


Opal

Ciri yang penting pada batuan karbonat, butiran - butiran yang mula - mula
halus, pada diagenesa akan menjadi bertambah besar.
Ada 3 unsur tekstur :
Butiran (grain)

Batuan sedimen karbonat

Butiran klastik (yang tertransport), disebut sebagai fragmen


Massa dasar (matrix)
Lebih halus dari butiran/fragmen, diendapkan bersama-sama dengan
fragmen
Semen (cement)
Berukuran halus, merekat butiran/fragmen dan matriks : diendapkan
kemudian (setelah fragmen dan massa dasar)
Sorting/ pemilahan
Sorting baik
Besar butir merata (matriks hanya sedikit/tidak ada)
Sorting buruk
Besar butir tak merata dan matriks cukup banyak.
Rounding/Kebundaran
Merupakan sifat permukaan dari pada butiran
Disebabkan oleh pengaruh transport terhadap butiran yang akibatnya
menjadi butiran membundar
Terbagi atas :
o Angular (menyudut)
o Sub angular (menyudut tanggung)
o Sub rounded (membulat tanggung)
o Rounded (bulat)
o Well rounded (sangat bulat)
2.5

Komposisi kimia dan mineralogi Batuan Sedimen Karbonat


Komposisi kimia dan mineralogi batuan karbonat tidak memperlihatkan

lingkungan pengendapan, tetapi penting sebagai derajat diagenesa rekristalisasi


dan penggantian kalsium karbonat (Graha, 1987).

Batuan sedimen karbonat

a. Aragonit : CaCO3 (Ortorombik)


Bentuk yang paling tidak stabil, sering dalam bentuk serabut.Jarum-jarum
aragonit biasanya diendapkan secara kimiawi, dari prespitasi langsung dari air
laut.Diagenesanya berubah menjadi kalsit, juga organisme membuat rumah (test)
dari aragonit seperti moluska.
b. Kalsit : CaCO3 (Heksagonal)
Mineral ini lebih stabil, dan biasanya merupakan hablur yang baik. Terdapat
sebagai rekristalisasi dari aragonit, sering merupakan cavity filling atau semen,
dalam bentuk kristal kristal yang jelas. Kebanyakan gamping terdiri dari kalsit.
c. Dolomit : CaMg (CO3)2
Juga merupakan mineral penting, terutama sebagai batuan reservoir, kristal sama
dengan kalsit berbedanya pada bidang refraksi dari kalsit. Terjadi secara primer
Batuan sedimen karbonat

10

(precipitasi langsung dari air laut), tetapi kebanyakan hasil dolomotisasi dari
kalsit.
d. High Magnesium Kalsit
Larutan padat dari MgCO3 dalam kalsit. Tidak begitu banyak terdapat, sering
merupakan batuan dolomit Ls.
e. Magnesit : MgCO3
Biasanya berasosiasi dengan evaporit.

2.6

Klasifikasi Batuan Sedimen Karbonat


Dalam klasifikasi ini digunakan 4 macam klasifikasi yaitu klasifikasi

untuk

batugamping

yaitu

klasifikasi

Dunham

(1962)

yang

kemudian

dikembangkan menjadi klasifikasi Embry & Kiovan (1971), klasifikasi Folk


(1959) dan klasifikasi untuk batuan campuran silisiklastik-karbonat yaitu
Klasifikasi Mount (1985).
a. Klasifikasi Dunham (1962) dan Embry & Kiovan (1971)
Klasifikasi

Dunham

(1962)

dilasarkan

pada

tekstur

deposisi

dari

batugamping.Karena menurut Dunham, dalam sayatan tipis, tekstur


deposisional merupakan aspek yang tetap.Kriteria dasar dari tekstur deposisi
yang diambil Dunham (1962) berbeda dengan Folk (1959).
Dasar yang dipakai oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi adalah
fabrik batuan. Bila batuan bertekstur mud supported diinterpretasikan
terbentuk pada energi rendah karena Dunham beranggapan lumpur karbonat
hanya terbentuk pada lingkungan yang berarus tenang. Sebaliknya Dunham
berpendapat bahwa batuan dengan fabrik grain supported terbentuk pada
energi gelombang kuat sehingga hanya komponen butiran yang dapat
mengendap.
Batugamping dengan kandungan beberapa butir (< 10 %) di dalam matrikss
Lumpur karbonat disebut mudstone, dan bila mudstone tersebut mengandung
butiran tidak saling bersinggungan disebut wackestone. Lain halnya bila antar

Batuan sedimen karbonat

11

butirannya saling bersinggungan disebut packstone atau grainstone; packstone


mempunyai tekstur grain-supported dan biasanya memiliki matriks mud.
Dunham memakai istilah boundstone untuk batugamping dengan fabrik yang
mengindikasikan

asal-usul

komponen-komponennya

yang

direkatkan

bersama selama proses deposisi (misalnya : pengendapan lingkungan


terumbu). Dalam hal ini boundstone ekuivalen dengan istilah biolithite dari
Folk.
Klasifikasi

Dunham

(1962)

memiliki

kemudahan

dan

kesulitan.

Kemudahannya adalah tidak perjunya menentukan jenis butiran dengan detail


karena tidak menentukan dasar nama batuan. Kesulitan adalah di dalam
sayatan petrografi, fabrik yang menjadi dasar klasifikasi kadang tidak selalu
terlihat jelas karena di dalam sayatan hanya memberi kenampakan dua
dimensi, oleh karena itu harus dibayangkan bagaimana bentuk amensi
batuannya agar tidak salalj dalam penafsirannya.
Embry dan Klovan (1971) mengembangkan klasifikasi Dunham (1962
dengan membagi batugamping menjadi dua kelompok besar yaitu
autochtonous limestone dan allochtonous limestone berupa batugamping yang
komponen-komponen penyusunnya tidak terikat secara organis selama proses
deposisi.
Pembagian allochtonous dan autochtonous limestone oleh Embry dan Klovan
(1971)

telah

dilakukan

oleh

Dunham

(1%2)

hanya

saja

tidak

terperinci.Dunham hanya memakainya sebagai dasar penglasifikasiannya saja


antara batugamping yang tidak terikat (packstone, mudstone, wackestone,
grainstone) dan terikat (boundstone) ditegaskan. Sedangkan Embry dan
Klovan (1971) membagi lagi boundstone menjadi tiga kelompok yaitu
framestone, bindstone,dan bafflestone, berdasarkan atas komponen utama
terumbu yang berfungsi sebagai perangkap sedimen. Selain itu juga
ditambahkan nama kelompok batuan yang mengandung komponen berukuran
lebih besar dari 2 cm > 10 %. Nama yang mereka berikan adalah rudstone
untuk component-supported dan floatstone untuk matrix supported.
Klasifikasi Embry & Klovan (1971) dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Batuan sedimen karbonat

12

Tabel 1.1. Klasifikasi Embry & Klovan (Reijers & Hsu, 1986)
Kelebihan yang lain dari klasifikasi Dunham (1%2) adalah dapat dipakai
untuk menentukan tingkat diagenesis karena apabila sparit dideskripsi maka hal
ini bertujuan untuk menentukan tingkat diagenesis.

Tabel 1.2 Klasifikasi Dunham (1962)

b. Klasifikasi Folk (1959)


Dasar klasifikasi Folk (1959) yang dipakai dalam membuat klasifikasi ini
adalah bahwa proses pengendapan pada batuan karbonat sebanding dengan

Batuan sedimen karbonat

13

batupasir, begitu juga dengan komponen-komponen penyusun batuannya,


yaitu :
1) Allochem
Analog dengan pasir atau gravel pada batupasir. Ada empat macam
allochem yang umum dijumpai yaitu intraklas, oolit, fosil dan pellet
2) Microcrystalline calcite ooze
Analog dengan matrik pada batupasir.Disebut juga micrite (mikrit) yang
tersusun oleh butiran berukuran 1- 4 pm.
3) Sparry calcite (sparit)
Analog sebagai semen.Pada umumnya dibedakan dengan mikrit karena
kenampakannya yang sangat jernih. Merupakan pengisi rongga antar pori.
c. Klasifikasi Mount (1985)
Klasifikasi Mount (1985) merupakan klasifikasi deskriptif. Menurutnya
sedimen campuran memiliki empat komponen :
1) Silisiclastic sand (kuarsa, feldspar yang berukuran pasir),
2) Mud campuran silt dan clay),
3) Allochem butiran karbonat seperti pelloid, ooid, bioklas, dan intraldas
yang

berukuran >20 m), dan lumpur karbonat atau mikrit (berukuran

<20 m).
Komponen-komponen tersebut suatu tetrahedral yang memiliki pembagian
delapan kelas umum dari sedimen campuran. Nama-nama tiap kelas
menggambarkan baik tipe butir dominan maupun komponen antitetik yang
melimpah sebagai contoh : batuan yang mengandung material silisiklastik
>50 % berukuran pasir dengan sedikit allochem maka disebut allochemical
sandstone. Diagram klasifikasi Mount (1985) dapat dilihat pada gambar 1.3

Batuan sedimen karbonat

14

Tabel 1.3. Klasifikasi Mount (1985)

Tabel 1. 4. Klasifikasi Mount untuk penamaan batuan campuran silisiklastikkarbonat (Mount,1985)

2.7

Family Batugamping

Ada tiga tipe famili batugamping, yaitu:


1. Sparry allochemical rocics/mud-free allochems

Batuan sedimen karbonat

15

Batugamping tipe ini merupakan batugamping yang tersaring dan identik dengan
konglomerat dan batupasir yang well rounded dan pada umumnya terbentuk pada
kondisi pengendapan yang dipengaruhi oleh arus yang mempunyai tenaga yang
penuh. Daerah pengendapanseperti itu misalnya daerah pantai, bar ataupun daerah
submarin yang dangkal. Tapi biarpun demikian dapat juga sparry allochemical
rocks terbentuk pada lingkungan dengan arus yang lebih lemah.
2. Microcrystalline allochemical rocks
Batugamping tipe ini identik dengan batupasir lempungan ataupun konglomerat
dan terbentuk pada lingkungan pengendapan yang dipengaruhi oleh arus yang
tidak begitu kuat dan begitu cepat.
3. Microcrystalline rocks
Batugamping tipe ini identik dengan batulempung dan terbentuk pada lingkungan
yang tidak dipengaruhi oleh arus yang kuat.
Daerah pengendapannya pada laut amat dangkal, dengan laguna yang
terlindunglereng yang landai dan terendam serta mempunyai tingkat kedalaman
yang sedang. Disamping pada daerah-daerah tersebut diatas Microcrystalline
rocks dapat juga terbentuk di dalam daerah lepas pantai yang lebih dalam dari
daerah-daerah diatas.
Dari semua partikel alkimia, intraklast adalah paling penting karena terbentuk di
air dangkal, dibawah garis gelombang, atau mencirikan kemungkinan adanya
pengangkatan tektonik.
Akan tetapi tidaklah dapat dipungkiri bahwa satuhal dapat terjadi diantara banyak
kemungkinan yang merupakan suatu kelainan. Kelainan-kelainan tersebut
misalnya, mikrit dapat terbentuk di dalam zone energi yang tinggi jika lumpur
karbonat tersebut terperangkap oleh algae yang kotor (penuh lumpur) dan
diangkut dengan keras oleh gelombang.
Sedangkan sparit mungkin saja terjadi pada suatu lingkungan air yang tenang
apabila disitu terjadi suatu akumulasi fragmen-fragmen fossil, dan zat kimia yang
terdapat pada lingkungan tersebut tidak bercampur dengan lumpur karbonat.

Batuan sedimen karbonat

16

Sparit tersebut dapat terbentuk oleh pretipitasi kimiawi ataupun oleh peristiwa
abrasi dalam lingkungan yang tenang tersebut.
Mikrit atau diamikrit adalah analog dengan lempung/serpih yang terbentuk di
tengah-tengah dari sebagian besar laguna ataupun terentuk di dalam air laut lepas
pantai.
Batuan yang tersaring dari lumpur karbonat ataupun tersaring dari alokimia
merupakan transisi biomikrit ke biosparit dan identik dengan immature sandstone.
Batuan tersebut dapat terbentuk apabila gelombang atau arus tidak begitu kuat.
Bila kegiatan arus tersebut berlangsung dengan sporadic maka semua mikrit tidak
akan dapat dikikis ataupun diangkut.
Biosparite, intrasparite dan sebagainya adalah identik dengan super mature
sandstone.
Satu hal yang dipandang penting di dalam pembagian lingkungan pengendapan
batugamping adalah adanya matriks lumpur gampingan dan semen sparry calsite
yang diakibatkan oleh adanya pembagian antara kegiatan gelombang dan anus.
Arus turbulen akan mempercepat proses pencucian lumpur gampingan dan
lumpur gampingan tersebut kemudian bercampur satu sama lain hingga menjadi
suatu suspensi lumpur karbonat. Suspensi lumpur karbonat tersebut kemudian
diangkut ke dalam zone energi rendah.
Proses tersebut merupakan garis pemisah antara tingkat mature dan sub mature
dalam batupasir dan antara mikrit dan sparit dalam klasifikasi pertama Folk
(1959).

Batuan sedimen karbonat

17

Derajat sortasi/ pemilahan


Derajat sortasi untuk pertama kalinya ditulis oleh Dunham, R.J. dan seperti halnya
dalam batupasir derajat sortasi dalam batugamping merupakan fungsi dari mean
grain size.
Sebagai contolt, bila semua material alokirnia terdiri dari fossil, sehingga hanya
mempuyai satu sifat saja, maka sortasinya akan bagus. Derajat sortasi tersebut
tet4p bagus walaupun pengaruh anus kuat, karena ukuran dart binatang-binatang
tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain dalam arti kata lain
mempunyai ukuran yang mendekati seragam.
Penyaringan, pemilahan dan pembundaran dalam karbonat
Penyaringan dari matriks lumpur karbonat terjadi pada tingkat energi yang rendah
karena lumpur karbonat mempunyai diameter yang begitu sangat halusnya dan
mempunyai sifat mudah diangkut atau dipindahkan ke tempat lain. Batuan yang
yang di dalam proses pembentukkannya tidak mengalami penyaringan
(winnowing) akan tercirikan oleh melimpahnya kandungan lumpur karbonat
(seperti biomikrit), pada umumnya mempunyai indikasi diendapkan pada
lingkungan dengan energi
yang rendah.

Gambar V. 1. Allochemical Limestones

Batuan sedimen karbonat

18

a. Foraminiferal biomicrite (Eocene), Italy. Diam. 3 mm. Abundant foraminifers in


a matrix of microcrystalline calcite (stippled). Orbitoids predominate, but a
variety of other forms is included.
b. Gastropod biomicrite (Miocene), Ulm, Germany. Diam. 3 mm. Fresh-water
limestone containing abundant whole and broken Planorbis shells. Matrixes turbid
microcrystalline calcite (dark stippling) containing patches of clear coarser calcite.
Larger shells were partly filled with carbonate mud at the time of deposition.
Voids remaining within shells, and also cavities under shell fragments, were later
filled with coarser spar as a result of authigenic precipitation. The filling within
several shells is an example of geopetal structure; contact between
microcrystalline calcite and sparry calcite within shells is the bedding surface and
is shown right side up.
c. Trilobite sparite (Silurian), Asker, Norway. Diam. 3 mm. Very abundant
carapaces of the trilobite Olenus enclosed in sparry calcite cement in which
crudely columnar crystals stand approximately normal to the shell surfaces.

Gambar V. 2. Allochemical Limestones


a. Biomicrite, Twin Creek Limestone (Jurassic), near Jackson, Wyoming. Diam.
2.7 mm. Poorly sorted, ragged organic fragments enclosed in a matrix of calcite
mud (stippled). Most larger fragments are fibrous calcite and may be bits of
brachiopod or of certain molluscan shells; two coarse calcite fragments are bits of
echinoids. Ragged, disoriented character of the organic fragments suggests
bioturbation.

Batuan sedimen karbonat

19

b. Crinoidal limestone, Trenton Limestone (Ordovician). Trenton Falls, New York.


Diam. 3 mm. Medium-grained limestone composed of tightly interlocking crinoid
fragments. Pressure solution along grain boundaries has produced microstylolites
between the grains. One phosphate shell fragment in lower part of diagram.
c. Cephalopod biomicrite (Silurian), Chuohle, Bohemia. Diam. 4 mm. Casts of the
nautiloid cephalopod Otthoceras (circular cross-sections) composed of mediumgrained sparry calcite are embedded in a matrix of microcrystalline calcite and
small shell fragments. Absence of any trace of shell in the large casts suggests that
the original shells were removed by solution and the resulting molds later filled
with calcite spar.

Garnbar V. 3. Oolitic Limestones


a. Pleistocene ooids. Great Salt Lake, Utah. Diam. 3 mm. Ooids consist of subangular detrital quartz grains enclosed by aragonite having both concentric and
radial fibrous structure. Incipient cement.
B. Oomicrite, Volksen, Deister Mountains, Germany. Diam. 3 mrp. Loosely
packed ooids consist of nudei encased by microcrystalline calcite (dark stippling);
nuclei are shell fragments, some of which have been recrystallized to calcite
mosaics. Ooids occur in a micrite matrix that has been partially recrystallized;
note patches of neomorphic microspar and fine-grained spar. The allochems are

Batuan sedimen karbonat

20

called ooids, because nuclei are visible and also because vague relics of concentric
structure are visible in some (not illustrated); they have probably been micritized.
c. Composite ooids (Pleistocene), Pyramid Lake, Nevada. Diam. 6 mm. Large
ooids consisting of microcrystalline (stippled) and radial fibrous (dear) concentric
layers. Nuclei are fragments of broken colds, clusters of tiny ooids (right and
center), and bits of granular carbonate (lower right). Incipient cementation as in A.

Gambar V. 4. Oolitic Limestones


a. Oolitic biosparite (Jurassic), Bath, England. Diam. 2.5 mm. Radial fibrous
calcite ooids (upper right), microgranular calcite pellets (heavily stippled, at
bottom), and abraded shell fragments, all cemented with fine-grained calcite.
Cement fabric consists of bladed calcite crystals rimming each carbonate
fragment, with coarse calcite crystals (lightly stippled, near bottom) occupying the
centers of original pores. Some shell fragments are original fibrous calcite; some
are abraded single crystals, probably from echinoids (right and left); some are
recrystallized granular calcite and were probably aragonite originally. Micrite
envelopes on most allochems.
b. Recent ooids, coast of southern Florida. Diam. 2.5 mm. Dark microcrystalline
ooids having distinct concentric structure. Nuclei are microcrystalline pellets;
concentric carbonate is aragonite. Partly cemented with fine-grained calcite,
which probably formed in the vadose environment. Remaining pores are blank.

Batuan sedimen karbonat

21

c. Oosparite, St. Louis Limestone (Mississippian), Bowling Green, Kentucky.


Diam. 2.5 mm. Ooids consisting of radial fibrous calcite, but with distinct
concentric banding, tightly packed and firmly cemented by fine-grained clear
calcite. Nuclei in ooids are mostly microcrystalline calcite pellets, but a few
appear organic (right edge and lower right). Compare the looser packing in B.

Gambar V. 5..Dolomitized Limestones


a. Dolomitized Devonian coral. Bear River Range, northern Utah. Diam. 8 mm.
Limestone matrix and septa of coral replaced by very fine-grained dolomite;
coarser dolomite has filled in between septa in coral; dolomite euhedra near the
center are enclosed in a single large calcite crystal.
b. Dolomitized crinoidal limestone (Silurian), Niagara River, \New York. Diam. 6
mm. Coarse calcite crystals (stippled) are remnants of crinoid plates and stem
segments enclosed and marginally replaced by a fine-grained mosaic of subhedral
dolomite crystals.
c. Dolomitized Devonian coral {Cyathophyllum}, Eifel, Germany. Diam. 3 mm.
Coral structure cut longitudinally. Septa consist of cross-oriented prismatic
dolomite; dolomite mosaic between septa is composed of interlocking larger
anhedral grains, generally elongated parallel to septa.

Batuan sedimen karbonat

22

Gambar V. 6. Dolomites
a. Lone Mountain Dolomite (Silurian), 3000 m below surface, near Eureka,
Nevada. Diam. 2.5 mm. Mosaic of dolomite anhedra, not visibly different from
some recrystallized calcite mosaics.
b. Glauconitic Bonneterre Dolomite (Cambrian), near St. Louis, Missouri. Diam.
2.5 mm. Inequigranular dolomite mosaic, with patches of microcrystalline
glauconite between dolomite grains. Local ferric oxide (black), Compare pellet
form of glauconite (stippled) in C. Relict ovoid in large dolomite grain at right
may be organic. The rock contains some detrital quartz grains (not shown in this
field) and is perhaps a dolomitized glauconitic calcarenite.
c. Sandy glauconitic dolomite (Cambrian, Sawatch Formation), Ute Pass, El l'aso
County, Colorado. Subrounded quartz grains and glauconite pellets Healing in a
dolomite mosaic; probably a dolomitized calcarenite. Compare the non-porous
mosaic of anhedral dolomite grains at the bottom with porous aggregate of
dolomite rhombs in upper part of figure. Local ferric oxide stain (black).

Batuan sedimen karbonat

23

Gambar V. 7. Cherts
a. Cherty portion of Madison Limestone (Mississippian), Bear River Range,
northern Utah. Diam. 2.5 mm. Dolomite rhombohedra and detrital quartz sporadic
grains (blank and irregular) set in a matrix of microcrystalline quartz. Chert bands
like that in center parallel the bedding and alternate with others, like that at
bottom, composed almost entirely of dolomite. Opaque lamina in dolomite is
probably organic material. Secondary veinlet of chalcedony.
b. Foraminiferal chert (Upper Miocene, McLure Formation), Reef Ridge,
California. Diam. 2 mm. In lower half, well-preserved calcite tests, infilled partly
with coarse calcite (two cleavages) and partly with chalcedony (blank), are set in a
matrix of opal (stippled). In upper half, matrix is dear chalcedony (blank), and
calcite tests (without distinct outlines) have been largely replaced by chalcedony.
c. Chert in Helderberg Limestone (Devonian), Genesee County, New York. Diam.
2.5 mm. An irregular patch of uniformly oriented calcite (dark stippling plus
cleavage) is enclosed and seemingly replaced by microcrystalline quartz (light
stippling). Dolomite euhedra, some of which are zoned, are scattered through both
chert and calcite.

Batuan sedimen karbonat

24

Gambar V. 8. Ironstones
a. Frodingham Ironstone (Lias), Scunthrope, Lincolnshire, England. Diam. 2 mm.
Ovoid limonite ooids in a shelly limestone. Ooids are brown, concentrically
banded, and translucent in thin section. The matrix is finely granular calcite,
containing a variety of abraded shell fragments, some of which are granular and
some fibrous. Cavities in three shell fragments (center and lower part) are filled
with green chamosite (stippled).
b. Northampton Sand Ironstone (Lias), Corby, Northamptonshire, England. Diam.
2 mm. Sideritic limestone containing numerous chamosite ooids (stippled lightly)
and also shell fragments and grains of detrital quartz (blank). One odd has quartz
nucleus. An abraded phosphate shell fragment (stippled) in lower center, two
fibrous shell fragments marginally replaced by siderite.
c. Northampton Sand Ironstone (Lias), Irthlingborough, Northamptonshire,
England. Diam. 2 mm. Chamosite ooids in a matrix of chamosite mud. Both
matrix and ooids partly replaced by patches of granular siderite.

Batuan sedimen karbonat

25

BAB IIIPENUTUP
3.1

Kesimpulan
Batuan karbonat adalah batuan sedimen yang mengandung mineral

karbonat lebih dari 50%. Sedangkan mineral karbonat adalah mineral


mengandung CO3 dan satu atau lebih kation Ca, Mg, Fe, dan Mn. Pada umumnya,
mineral karbonat adalah kalsit (CaCO3) dan dolomit (CaMg (Co3)2).
Lingkungan pengendapan batuan sedimen karbonat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu Pengaruh sedimen klasitik asal darat, Pengaruh iklim dan
suhu, pengaruh kedalaman, dan faktor mekanik.Proses Pembentukannya berasal
dari larutan yang mengalami proses kimiawi maupun biokimia dimana pada
proses tersebut, organism turut berperan, dan dapat pula terjadi butiran rombakan
yang telah mengalami transportasi secara mekanik dan kemudian diendapkan pada
tempat lain, .Terdapat tiga jenis proses perubahan yang menyebabkan sedimen
karbonat menjadi batuan karbonat. Ketiga proses tersebut ialah Litifikasi sedimen
karbonat, Pengkristalan kalsium karbonat yang semua dalam keadaan membatu,
dan Penggantian materi-materi lain oleh kalsium karbonat.
Dalam klasifikasi batuan sedimen karbonat digunakan 4 macam
klasifikasi yaitu klasifikasi untuk batugamping yaitu klasifikasi Dunham (1962)
yang kemudian dikembangkan menjadi klasifikasi Embry & Kiovan (1971),
klasifikasi Folk (1959) dan klasifikasi untuk batuan campuran silisiklastikkarbonat yaitu Klasifikasi Mount (1985
tipe famili batugamping, yaitu Sparry allochemical rocics/mud-free
allochems, Microcrystalline allochemical rocks, Microcrystalline rocks
3.2 Kritik dan Saran
Dalam penyusunan tugas makalah ini kami sangat menyadari masih
banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kami selaku penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar kedepanya kami
dapat memperbaiki lebih baik lagi di masa mendatang.
Besar harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita yang
membaca maupun baagi penulis sendiri.Terimakasih.

Batuan sedimen karbonat

26

DAFTAR PUSTAKA

Blatt, H. Middleton, G. Murray, T. 1979 Origin Of Sedimentary Rock,


Englewood : Prentice-Hall. Di akses pada 20 Mei 2015 pukul 20:56 WIB
http://www.trinity.edu/gkroeger/geos1304/Notes/batuansedimen.htmDi akses pada
20 Mei 2015 pukul 21:27 WIB
http://petroclanlaboratory.weebly.com/jenisbatuansedimenkarbonat.htmlDi akses
pada 20 Mei 2015 pukul 21:36 WIB
http://www.trinity.edu/gkroeger/geos1304/Notes/genesabatuansedimen.htmDi
akses pada 20 Mei 2015 pukul 21:47 WIB
http://www.academia.edu/8825662/BATUAN_KARBONAT.HTMDi akses pada
20 Mei 2015 pukul 22:05 WIB
www.google.com/petrologikarbonatDi akses pada 20 Mei 2015 pukul 22:32 WIB
www.google.com/batuansedimenkarbonatDi akses pada 20 Mei 2015 pukul 22:56
WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/PetrologiDi akses pada 20 Mei 2015 pukul 23:21WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_sedimenDi akses pada 20 Mei 2015 pukul
23:56 WIB
www.google.com/klasifikasibatuansedimenDi akses pada 21 Mei 2015 pukul
00:16WIB

Batuan sedimen karbonat

27

Anda mungkin juga menyukai