Anda di halaman 1dari 10

IDENTITAS JURNAL

Judul jurnal

:bacterial keratitis : predisposing factors, clinical


and microbiological review of 300 cases.

Penulis

: T. Bourcier, F. Thomas, V. Borderie, C. Chaumel, L.


Larache

Namajurnaldantahunterbit

: Br J Ophtalmol 2003

Analisis PICO

Problem/ Patient
Intervention
Comparison
Outcome

Keratitis Bakteri
Faktor predisposisi yang paling banyak adalah
karena pemakaian lensa kontak (50,3 %), trauma
(15 %). Mikrobiologi yang paling sering di temukan
adalah gram + (83 %).

ANALISIS JURNAL
1

Topik
Judul dan
abstrak

No
1

Keterangan
1. Judul

Ditemukan dihalaman berapa, jelaskan


1. Di dalam jurnal

menggambarkan

dijelaskan bahwa

dengan jelas

subyek penelitian

subjek yang

ini menggunakan

diteliti
2. Abstrak
memberikan

pasien dyang
menderita keratitis

kesimpulan yang

bakteri.
A retrospective analysis of the hospital

infromatif dan

records of patients presenting with bacterial

seimbang ata

keratitis and treated at the Quinze-Vingts

sapa yang

National Center of Ophthalmology, Paris,

dilakukan dan

France, was performed during a 20 month

apa yang

period.
(Halaman 834, terdapat pada abstract

ditemukan (hasil)

bagian metode )
2

Dalam jurnal dijelaskan bahwa


penelitian tersebut dilakukan untuk
mengetahui faktor-faktor
predisposisi, menentukan klinis dan
karakteristik dari mikrobiologi pada
bakteri yang menyebabkan keratitis.
Pada kesimpulan dijelaskan bahwa
dengan memakai lensa kontak
merupakan faktor risiko yang paling
banyak dan sebagian besar
penderita mengalami gangguan
akibat bakteri dan menyelesaikannya
dengan perawatan yang sesuai.

To identify predisposing factors and to


define clinical and microbiological
characteristics of bacterial keratitis in

current practice.
A retrospective analysis of the hospital
recordsof patients presenting with bacterial
keratitis and treated at the Quinze-Vingts
National Center ofOphthalmology,Paris,
France, was performed during a 20 month
period. Abacterial keratitis was defined as a
suppurative cornealinfiltrate and overlying
epithelial defect associated withpresence of
bacteria on corneal scraping and/or that
wascured with antibiotic therapy. Risk
factors, clinical andmicrobiological data
were collected. (Halaman 834, terdapat
pada abstract)
Introduksi
Latar

belakang

Menjelaskan latar

Latar belakang dilakukan penelitian ini yaitu

belakang yang

untuk mengetahui faktor-faktor predisposisi

ilmiah dan rasional

yang dapat menimbulkan gejala keratitis serta

mengapa penelitian

mencari karakteristik mikrobiologi penyebab dari

perlu dilakukan

penyakit tersebut.
To identify predisposing factors and to define
clinical
and microbiological characteristics of bacterial
keratitis in
current practice. (Halaman 834, terdapat pada
abstract bagian aim).

Tujuan

Menyebutkan tujuan

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk

yang jelas/spesifik,

mengetahui faktor faktor predisposisi dan

termasuk

karakteristik mikrobiologi penyebab terjadinya

menyebutkan

penyakit keratitis. Penelitian ini dilakukan

hipotesis yang

karena sedikitnya informasi yang tersedia

diajukan

mengenai faktor predisposisi keratitis.


To identify predisposing factors and to define
clinicaland microbiological characteristics of
3

bacterial keratitis in
current practice. (Halaman 834, terdapat pada
abstract)
Bahan dan
cara
Bahan

Menjelaskan desain

Penelitian dilakukan pada periode Januari 1998-

penelitian yang akan

September 1999 terdapat beberapa yaitu tahap

dilakukan

pemilihan pasien, pengecatan untuk


mengetahui mikrobiologi, respon terhadap
pengobatan, pasien dengan rawat jalan dan
analisis statistik.
We reviewed the charts of all patients with
bacterial keratitiswho were treated in our
hospital during the period January 1998 to
September 1999.
Methods: A retrospective analysis of the
hospital records of patients presenting with
bacterial keratitis and
treated atthe Quinze-Vingts National Center of
Ophthalmology,Paris, France, was performed
during a 20 month period. Abacterial keratitis
was defined as a suppurative corneal
infiltrate and overlying epithelial defect
associated withpresence of bacteria on corneal
scraping and/or that wascured with antibiotic
therapy. Risk factors, clinical
andmicrobiological data were collected.
(Halaman 834 835, terdapat pada patients
and method).

Subyek
penelitian

Menjelaskan kriteria

Kriteria penelitian dalam jurnal diambil dari usia

subyek penelitian

pasien, jenis kelamin pasien, durasi gejala,

yang digunakan

riwayat dan pemeriksaan akan kemungkinan


faktor resiko yang timbul.Usia rata-rata pasien
4

39 tahun, jenis kelamin 152 laki-laki dan 139


perempuan
The following data were collected from each
chart: patientage and sex, and duration of the
symptoms at the time of thepresentation.
History and examination were focused on
thefollowing risk factors: corneal trauma,
contact lens wear, ocularsurface diseases (that
is, previous herpetic infection, bullous
keratopathy, dry eye syndrome, blepharitis, or
other eyelid abnormalities), corneal surgery
(refractive surgery, penetrating keratoplasty).
The age of the patients ranged from 6 months
to 94 years(mean age 39 years). Sex
distribution was close to 1:1 (152men and 139
women). Most of patients were living in
urbanareas. No significant difference in risk
factors was notedbetween patients living in
rural or urban areas. (Halaman 834 835,
terdapat pada patients and method dan
terdapat pada result)
Intervensi

Menjelaskan

Intervensi dilakukan saat melakukan

intervensi yang

pengecatan mikroorganisme dan di akhir

dilakukan pada tiap

penelitian dengan pemberian terapi pada 227

kelompok perlakuan

kasus keratitis.

dengan detail.
Termasuk
bagaimana dan

The staining that we used were MayGrnwald

kapan intervens

Giemsa (MGG) on oneslide, Gram, periodic

diberikan.

acid Schiff (PAS) or acridine orange forthe


second slide (depending on the MGG results or
ifacanthamoeba infection was suspected).

Outpatient treatment had been initiated in 227


of the 300cases (75.7%). Initial therapy
consisted of antibiotics withoutcorticosteroids in
all the cases. It was based on patient
history,clinical features, bacteria identification.
(Halaman 836, terdapat pada result bagian
Outcome

Menjelaskanbagaim

treatment and clinical outcome).


Dari penelitian dijelaskan bahwa pasien akan

ana outcome

dimasukkan dalam kelompok outcome baik

(dampakdariperlaku

apabila penyembuhan kornea tanpa disertai

an) diukur. Termasuk

penurunan penglihatan, kelompok outcome

outcome

jelek apabila pasien memiliki kehilangan satu

utamamaupun

sampai tiga garis pengelihatan, kelompok

outcome tambahan.

outcome sangat buruk apabila pasien memiliki


kehilangan lebih dari empat garis pengelihatan,
mengalami komplikasi mayor, atau harus
melakukan keratoplasti.

Patients were considered to have a good


clinical outcome when corneal healing was not
associated with a visual loss (visual acuity
better than the level of initial examination),
poor outcome if they had one to three lines
loss of visual acuity, very poor outcome if
visual loss was superior to four lines or
if a major complication occurred, or if they
underwent penetrating keratoplasty.(Halaman
Besar
sampel

Menyebutkan jumlah

835 pada patients and methods)


Jumlah pasien yang digunakan dalam

sampel dan

penelitian ini berjumlah 291 pasien (laki-laki

bagaimana sampel

152 dan perempuan 139) dari 300 kasusyang

tersebut diperoleh.

timbul.

A total of 291 patients (300 eyes) were seen


with a cornealinfiltrate that was compatible with
a diagnosis of bacterialkeratitis during the
study period of 20 months.
The age of the patients ranged from 6 months
to 94 years(mean age 39 years). Sex
distribution was close to 1:1 (152men and 139
women). (Halaman 835, terdapat pada result
Metode

statistik

Menjelaskan metode

bagian clinical characteristic)


Metode statistik yang dipakai dipenelitian ini

statistik yang

adalah analisis univariat untuk mengevaluasi

digunakan untuk

kemungkinan hubungan antara jenis bakteri,

menganalisis hasil.

karakteristik klinis, faktor risiko dan hasil klinis.


Tes X2 dan Wilcoxon yang dipakai selain itu
dipakai juga SPSS software.
Univariate analysis was used to evaluate the
possible associationsbetween bacterial types,
clinical characteristics, risk factors, and clinical
outcomes. x2 Test and Wilcoxon rank sumtest
were used for univariate study.
SPSS software (V11.0) for Windows wasused
for statistical analysis. (Halaman 835, terdapat
pada patient and method)

Hasil
Alur
penelitian

10

Menjelaskan waktu

Penelitian dilakukan pada periode Januari 1998

penelitian dan

sampai September 1999, durasi rata-rata

follow-up

tinggal dirumah sakit 3-60 hari, dilakukan juga


grafik rawat jalan pada pasien untuk
menentukan ketajaman visualdan perawatan
pada pasien.
The mean duration of hospital stay was 9 days
(range360 days). (Halaman 834, terdapat
pada patient and method)
7

Outcome

11

Menjelaskan

Potensi faktor predisposisi terbesar adalah

dan

outcome utama dan

pada pemakaian lensa kontak dan trauma.

estimasi

tambahan dari

Pada organism yang diidentifikasi yang paling

setiap kelompok

sering menginfeksi adalah bakteri gram positif .

yang diteliti

Dari hasil pengobatan sekitar 60% mengalami


perbaikan pada ketajaman visual sedangkan
5% ketajaman visual semakin turun.
(table 1)

Contactlens wear was the main risk factor


(50.3%). Trauma or ahistory of keratopathy
was found in 15% and 21% of cases,
respectively. An organism was identified in
201eyes (68%). 83% of the infections involved
Gram positivebacteria, 17% involved Gram
negative bacteria, and 2% were polymicrobial.
99% of ulcers resolved with treatment, but only
60% of patients had visual acuity better than
the level atadmission, and 5% had very poor
visual outcome. (Halaman 835, terdapat pada
result).
Diskusi
Interpretasi

12

Melakukan

Pada awal penelitian bertujuan untuk

interpretasi dari hasil

mengetahui predisposisi, hasil klinis dan


8

yang didapat,

karakteristik mikrobiologi penyebab keratitis

apakah sesuai

dikarenakan kurangnya informasi akan hal

dengan hipotesis

tersebut.Faktor predisposisi penyebab keratitis

yang diajukan dan

sebelumnya yang disebabkan oleh ulkus

menjelaskan faktor-

kornea, kini pemakaian lensa kontak menjadi

faktor yang

penyebab utama terjadinya keratitis banyak

memengaruhi hasil

terdapat pada warga Amerika Serikat dan

tersebut. Apakah

Eropa Barat.

ada bisa atau


ketidaktepatan dari

In recent years the literature extensively

outcome yang

addressed thisissue but only a few publications

didapat. Dampak

reviewed large series ofpatients with bacterial

yang muncul akibat

keratitis.

beragamnya hasil

Subsequently, CL wear is now the

outcome.

majorpredisposing factor for corneal infection in


the United States and Western Europe.
However, recent studies showed a
decrease of corneal ulcers following traumasa.

Generalizab

13

ility

Menjelaskan apakah

(Halaman 835, terdapat pada result)


Penelitian tersebut bisa diterapkan pada

hasil penelitian

konteks yang ada dimasyarakat untuk

dapat diterapkan

menegetahui resiko besar yang ditimbulkan

pada konteks yang

pada pemakaian kontak lensa pada mata.

sesuai di
masyarakat

Very little information isavailable on the


frequency of factors predisposing to
bacterialkeratitis and on thedemographic
characteristics of thosepatients. (Halaman

Overall
evidence

14

Menjelaskan

834)
Dari hasil yang muncul dalam penelitian dalam

interpretasi umum

jurnal dan hubungan dengan bukti terkini

mengenai hasil

terdapat pada faktor yang timbul pada keratitis

dalam konteks bukti

disebabkan oleh trauma, dari penelitian

terkini (apakah hasil

didapatkan bahwa trauma akibat pemakaian

penelitian ini

lensa kontak menjadi faktor predisposisi

memberikan bukti

terbesar dari studi sebelumnya yaitu

terkini yang valid)

penurunan dari trauma yang disebabkan oleh


ulkus kornea.

10

Anda mungkin juga menyukai