Anda di halaman 1dari 16

GEOLOGI KUARTER

SEJARAH MANUSIA PURBA DAN PERKEMBANGANNYA BESERTA CIRICIRINYA

Oleh:
David Kristian Tappang
121101127

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2015

A. Pendahuluan
Peradigma para ahli yang berkembang di masyarakat bahwa asal muasalnya
manusia purba berasal dari daratan afrika dan menyebar keberbagai belahan dunia, salah
satunya daratan asia tenggara. Jika kita menghitung jarak antara benua afrika sampai
daratan asia tenggara sekarang sangat jauh dan coba bayangkan berapa jauh dan panjang
waktu yang ditempuh manusia purba habiskan dalam perjalanannya. Manusia purba
mulai berjalan pada masa pliosen atau sekitar 2 juta tahun yang lalu hingga akhir
plestosen sekitar 10.000 tahun yang lalu.
Perjalanan yang panjang tersebut teryata membuat suatu perubahan yang mendasar
baik pada manusia tersebut maupun kepada alam sekitarnya. Apabila perubahan itu terjadi
pada manusia tersebut itu terjadi karena adaptasi alam dengan perubahan alam baik dalam
dimensi ruang dan waktu yang berbeda. Sedangkan perubahan dari alam sudah jelas
terjadi pula,selama jangka waktu pliosen sampai plestosen keadaan alam sangat signifikan
sekali perubahannya, antara lain perubahan geologi ataupun klimatologi. Perubahan
tersebut di dasari karena hokum alam yang akan selalu berputa. Berbagai perubaha
geologi di karenakan letusan gunung, tektonik, dan sedimentasi. Atau pun perubahan
klimatologi yang sangat signifikan dan berdampak terhadap perubahan penting dalam
lingkungan.

Gambar 1.PerjalananManusiapurba

Untuk mengetahui keadaan geologi pada zaman kuarter di asia tenggara kita harus
mengetahui terlebih dahulu evolusi wilayah tersebut sejak zaman tersier. Secara kerangka
geodinamika, wilayah asia tenggara terutama Indonesia di ampit oleh tiga pertemuan
lempeng yaitu, lempeng Eurasia di utara, lempeng Hindia-Australia di selatan, dan
lempeng pasifik di timur. 70 ribu tahun yang lalu tepat nya pada zaman kapur lempenganlempengan tersebut mendekat dan menimbulkan gaya kompresi yang kuat, sehingga
wilayah asia tenggara dan Indonesia selalu tertekan dan menyebabkan wilayah tersebut
menjadi labil karena ditandai dengan adannya banyak gunung berapi dan insentitas gempa
bumi yang sangat tinggi.
15 juta tahun lalu pada kala miosen daratan Indonesia masih merupakan lautan
tidak seperti Thailand, Malaysia, India, Myanmar, dan Cina sudah berupa daratan. Kala
akhir miosen kegiatan tektonik di daratan Indonesia sangat tinggi. Pembentukan daratan
hanya terjadi adalah atas pergerakan lempengan-lempengan lautan menjadi daratan.
Pada akhir kala pliosen banyak terbentuk gunung-gununga piyang membentang
mulai dari Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Halmahera sampai pulau Filipina dan daratan
Jepang. Kegiatan tersebut merupakan kegitan tektonis yang sangat tinggi dikawasan
Indonesia, pergerakan dan perubahan morfologi daratan kepulauan Indonesia, Filipina dan
Jepang. Berbeda dengan daratan India, Malaysia, Thailand, dan Cina adalah dataran yang
berbeda secara geodinamika dan lebih stabil. Hal ini dipengaruhi karena daratan asia
merupakan kerakkontinen.
Fenomena cekungan dan sedimentasi sudah terjadi pada kala plestosen awal.
Proses

gunung berapi dan

pengaruh tektonik

pada

cekungan

mempengaruhi

pengendapandan cekungan, salah satunya yang terjadi di Jakara. Kecepatan cekungan dan
pengendapan di Jakarta waktunya relative sama sehingga menghasilkan sedimentasi yang
cukup tebal dengan sumber sedimen dari gunungberapi. Berbicara tentang pengaruh maka
akan menimbulkan akibat. Pengaruh kala plio-plestosen mengakibatkan tebentuknya
gejala geologis dan fisiografis Indonesia, yaitu Indonesia barat dengan paparan sunda dan
Indonesia timur dengan paparan sahul.
Pada kala plestosen Indonesia telah menjadi daratan, mulai dari Sumatra, Jawa
sampai Indonesia timur.Namun tidak dengan timur Sumatra dan utara Jawa yang masih
berupa lautan. Pada kala akhir plestosen tengah kegiatan tektonik masih berlangsung dan

menyebababkan beberapa struktur geologi berupa patahan dan lipatan. Hal ini dibuktikan
dengan bukti ditemukannya endapan-endapan plistosen bawah dan tengah, di Jawa ada
formasi citalang di Jawa Barat, formasi cisaat, formasi gintung di Bumiayu, formasi
pucangan, formasi kabuh, dan formasi notopuro di Jawa Tengah dan JawaTimur.
Iklim menjadi sebuah yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Selama kala
plestosen telah terjadi beberapa kali perubahan iklim. Iklim berubah dari dingin akibat
glasial yang mengakibatkan turunnya permukaan laut sehingga menjadi dangkal.
Pendangkalan ini menyebabkan bersatunya daratan Indonesia dengan dataran asia, hal ini
yang mengakibatkan hijrahnya atau menyebarnya manusia purba serta vertebrata sekitar
1,8 juta tahun lalu atau kala plestosen awal sampai plestosen atas.
Perubahan

muka

laut,

klimatologi,

dan proses

perkembangan terhadap lingkungan maupun kehidupannya,

giologi.

Mempengaruhi

asia tenggara bagaikan

primadona karena menyediakan berbagai kebutuhan pokok manusia mulai dari air sampai
vegetasi-vegetasinya. Fenomena penemuan yang sama dijumpai di Vietnam dan beberapa
Negara asia tenggara lainnya. Penemuan tersebut berupa manusia purba dan fosil
vertebrata. Di Indonesia pada temuan daerah gua-gua gamping di Punung, Pacitan dan di
Sangiran. Pada umum nya penyebaran manusia purba, artefak dan fosil di Indonesia
sangat luas, dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, sampai Seram.
Tapi sayang nya penemuan tersebut belum dengan manusia purbannya. Fosil-fosil tersebut
di temukan pada lapisan batuan yang di endapkan pada kala plestosen dalam lingkungan
danau.
Kegiatan geologi berupa tektonik, gunung berapi dan proses sedimentasi
mengakibatkan perubahan atau perkembangan evolusi manusia purba sepanjang
perjalannannya mereka dari dataran afrika-asia sampai asia tenggara termasuk Indonesia.
Selama perjalanan perubahan dan kegiatan tektonik terus berlangsung dan perubahan
iklim pun demikian. Akibat dari proses tersebut mengakibatkan terjadi isolasi lingkungan
yang mengharuskan beradaptasi bagi seluruh makhluk hidup. Untuk manusia purba
sendiri, hala ini mengakibatkan perubahan atau evolusi dari Australopithecus,
homohabilis, erectus, sampai homo sapien.

B. Pembahasan
Jenis-Jenis Manusia Purba di Indonesia dan Dunia dengan Manusia Modern.
I. Pithecanthropus
Ciri-Ciri Pithecanthropus
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Mempunyai hidung lebar dan tidak berdagu


Mempunyai rahang yang kuat dan geraham yang besar
Memakan tumbuhan dan daging hewan buruan
Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis
Volume otak berkisar antara 750-1350 cc
Berbadan tegap, namun tidak setegap Meganthropus
Memiliki tinggi tubuh antara 165-180 cm

a) Pithecanthropus Erectus
Fosil manusia purba jenis Pithecanthropus Erectus ditemukan di desa Trinil
lembah bengawan solo oleh E. Dubois (1890). Fosil yang ditemukan berupa
tulang rahang atas, tengkorak dan tulang kaki.

Gambar 2: Pithecanthropus Erectus

b) Pithecanthropus Mojokertensis

Fosil manusia purba jenis Pithecanthropus Mojokertensis ditemukan di


Mojokerto Jawa Timur oleh Von Koeningswald pada tahun 1936. Fosil yang
ditemukan hanya berupa tulang tengkorak anak-anak. Pithecanthropus
Mojokertensis disebut juga dengan Pithecanthropus Robustus.

Gambar 3 : Pithecanthropus Mojokertensis


c) Pithecanthropus Soloensis
Manusia purba jenis Pithecanthropus Soloensis ditemukan di Ngandong dan
Sangiran antara tahun 1931-1933 oleh Von Koeningswald dan Oppernoorth.
Fosil yang ditemukan berupa tengkorah dan juga tulang kering

Gambar 4: Pithecanthropus soloensis


II.

Meganthropus
Ciri-Ciri Meganthropus Paleojavanicus
1)
2)
3)
4)
5)

Mempunyai otot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan kuat
Tidak mempunyai dagu, sehingga lebih menyerupai kera
Bertulang pipi tebal dengan tonjolan kening yang mencolok.
Mempunyai tonjolan tajam di belakang kepala
Makanannya berupa tumbuh-tumbuhan

a) Meganthropus Paleojavanicus
Manusia purba jenis Meganthropus paleojavanicus ditemukan di Sangiran
Jawa Tengah pada tahun 1914 oleh Van Koenigswald. Fosil yang ditemukan
berupa beberapa bagian tengkorak, rahang bawah, serta gigi-gigi yang telah
lepas.

Gambar 5 : Meganthropus Paleojavanicus

III.

Homo
Manusia purba dari genus Homo adalah jenis manusia purba yang berumur
paling muda, fosil manusia purba jenis ini diperkirakan berasal dari 15.00040.000 tahun SM. Dari volume otaknya yang sudah menyerupai manusia

modern, dapat diketahui bahwa manusia purba ini sudah merupakan manusia
(Homo)

dan

bukan

lagi

manusia

kera

(Pithecanthrupus).

Homo

merupakan manusia purba yang memiliki fikiran yang cerdas Di Indonesia


sendiri ditemukan tiga jenis manusia purba dari genus Homo, antara lain Homo
soloensis, Homo wajakensis, dan Homo floresiensis.
Ciri-Ciri Homo Sapiens (Homo)
1. bentuk tubuh hampir sama dengan bentuk tubuh manusia pada zaman
sekarang
2. memiliki kehidupan sederhana
3. banyak meninggalkan benda-benda budaya

a) Homo Soloensis
Manusia purba jenis Homo soloensis ditemukan oleh Von Koeningswald dan
Weidenrich antara tahun 1931-1934 disekitar sungai bengawan solo. Fosil
yang ditemukan hanya berupa tulang tengkorak.
b) Homo Wajakensis
Manusia purba jenis Homo Wajakensis ditemukan oleh Eugene Dubois pada
tahun 1889 di Wajak, Jawa Timur. Fosil yang ditemukan berupa rahang
bawah, tulang tengkorak, dan beberapa ruas tulang leher.
c) Homo Florensis
Manusia purba jenis Homo Florensis ditemukan saat penggalian di Liang
Bua, Flores oleh tim arkeologi gabungan dari Puslitbang Arkeologi Nasional,
Indonesia dan University of New England, Australia pada tahun 2003. Saat
dilakukan penggalian pada kedalaman lima meter, ditemukan kerangka mirip

manusia yang belum membatu (belum menjadi fosil) dengan ukurannya yang
sangat kerdil. Manusia kerdil dari
Flores ini diperkirakan hidup antara 94.000 dan 13.000 tahun SM. Homo
Sapiens,diduga merupaka nenek moyang bangsa indonesia yg berasal dari
yunan-daratan cina selatan yg menyebar di kepulauan indonesia tahun 1500
SM.
Jenis-Jenis Manusia Purba di Dunia
I.

Sinanthropus Pekinensis
Fosil ini ditemukan oleh Prof. Devidson Black pada tahun 1927 di gua-gua dekat
Chou- Kou- Tien. Dari temuan fosil tersebut menunjukkan adanya persamaan
dengan Pithecanthropus Erectus

II.

Homo Africanus (Homo Rhodesiensis)


Ditemukan oleh Raymond Dart dan Robert Brom pada tahun 1924 di goa Broken
Hill, Rhodesia (Zimbabwe).

III.

Australopithecus Africanus
Ditemukan oleh Raymond Dart pada tahun 1924 di Taung, dekat Vryburg, Afrika
selatan.

IV.

Homo Heidelbergensis
Ditemukan oleh Dr. Schoetensack di desa Maurer dekat kota Heidelberg (Jerman).

V.

Homo Neanderthalensis
Ditemukan oleh Rudolf Virchow dan Dr. Fulrott di lembah sungai Neander, dekat
Dusseldorf, Jerman tahun 1956. Ciri manusia purba ini mendekati ciri homo
wajakensis.

VI.

Homo Cro Magnon (Ras Cro-Magnon)


Ditemukan oleh Lartet di gua Cro Magnon dekat Lez Eyzies, sebelah Barat Daya
Prancis tahun 1868.

Kehidupan Manusia Purba Indonesia dan Keterkaitannya Dengan Manusia Purba Dunia
Dalam Segi Budaya
Manusia purba yang ditemukan di Indonesia dengan julukan sebagai manusia
modern Dalam mengetahui corak kehidupan masyarakat Praaksara terlebih dahulu kita
pasti mengenal yang dimaksud manusia praaksara, yang kemudian berkelompok menjadi
masyarakt praaksara. Berawal dari muculnya atau adanya masyarakat praaksara tidak
lepas dari sumber makanan dan kebudayaan yang ada pada masa praaksara. Bisa
dibayagkan kehidupan masyarakat praaksara bermula dari mencari makan, tinggal dan
menetap. Sehingga penggolongan kehidupan masyarakat praaksara sebagai berikut.

1. Pola Tempat Tinggal


Manusia prakasara merupakan manusia paling primitif dalam masa modern
sekarang ini. Namun dari masa praaksara kita dapat beradaptasi dan
berkembang dalam berbagai hal, khususnya tempat tinggal, atau rumah. Dalam
masa praaksara tidak dapat disamakan dengan masa sekarang, pada masa
lampau manusia hidup berpindah-pindah mengikuti sumber makanan dan
kemudian berkembang menjadi menetap dan menanam makanan yang
dibutuhkan untuk hidup atau lebih dikenal dengan sistem cocok tanam.
Dalam buku Indonesia Dalam Arus Sejarah, jilid I meneragkan bahwa pola
hunian manusia purba pada masa itu memperhitugkan tempat yangstrategis
dengan melihat bahwa huniannya yang berupa gua (cave) dekat dengan sumber
mata air (sungai, bahkan sumber mata air) dan bahan makanan. Prinsip hidup
manusia purba pada awalnya adalah nomaden,berpindah-pindah mencari
sumber makanan. Sehingga dimana ada sumber makanan dan tempat untuk

tinggal maka ditempat itulah manusia purba hidup. Sehingga dapat diketahui
bahwa mobilisasi manusia purba dalam kelompok kecil pada masa itu sangatlah
tinggi menjelajah dari tempat atau sumber makanan satu ke tempat lainya yang
tidak tentu berpa jauh tempat tujuannya.
Namun dalam perembangannya manusia purba tiggal disuatu tempat dan mulai
mengenal sistem bercocok tanam, sehingga beralih pola kehidupan yang pada
awalnya nomaden yang kemudian berubah menjadi menetap. Pola menetap ini
tepat dan tidaknya dalam memegang prinsip untuk menetap pada sumber
kehidupan atau dekat dengan sumber air. Namun jika dilihat dan dipahami jika
ingin menanam tanaman maka membutuhkan air dan tempat yang subur,
sehingga bisa dipastikan tempat tinggal masih dekat dengan sumber air. Pola
menetap ini menjadi perubahan besar yaitu terciptanya temuan alat baru yang
memudahkan kehidupan manusia purba dan hal lainnya. Sehingga gua sebagai
tempat tinggal dan sumber air sebagai sumber kehidupan.

2.

Penemuan Alat Bantu


Dalam kehidupan manusia purba membutuhkan alat atau lebih tepatnya pada
awalnya ditemukannya alat bantu karena unsur ketidak segajaan di dalam
aktifitas mereka. Dalam bukuSejarah Nasional Indonesia I, menjelaskan bahwa
alat-alat keperluan hidup dibuat dari kayu, batu dan tulang dengan pembuatan
yang sederhana, sekedar memenuhi tujuan penggunaannya. Seperti batu yang
digunakan untuk berburu, dimulai dari kapak perimbas alat serpih, alat tulang.
Berikut ini perkembangan alat-alat yang dibuat oleh manusia purba.
a) Kapak Perimbas dan Alat Serpih
Kapak perimbas merupakan alat pertama yang dibuat oleh manusia purba,
dalam Sejarah

Nasional

Indonesia

I,

bahwa

manusia

jenis Pithecanthropus yang diduga pencipta kapak perimbas ini, dengan


bukti

ditemukannya

kapak

perimbas

bersama

fosil-

fosil Pithecanthropus. Alat batu tersebut dibuat pada masa paleolitik sebagai
alat tingkat awal budaya batu di Asia Timur. Kapak perimbas dibagi dalam
beberapa jenis menurut ciri-cirinya
Kapak Perimbas
Kapak Penetak
Pahat Genggam
Kapak Genggam Awal
Namun dalam penggolongan ciri-ciri pokok yang sudah ditentukan
berdasarkan landasan penggolongan Movius jenis kapak perimbas dapat
digolongkan lagi dalam buku Sejarah Nasional Indonesia I:
1.

Tipe strika (iron-heater chopper) bercirikan: bentuk panjang menyerupai


setrika,

berpenampang

lintang

plano-konveks,

dan

memperlihatkan

penyerpihan yang memanjang dan tegas.


2.

Tipe kura-kura (tortoise chopper) bercirikan: beralas membulat dengan


permukaan atas yang cembung dan meninggi.

3.

Tipe serut samping (side scraper) bercirikan: berbentuk tidak teratur dan
tampak tegap, tajamnya dibuat pada sebelah sisi.
Untuk alat serpih terbuat dari pecahan-pecahan kecil dari pembuatan alat kapak
perimbas yang berupa serpihan-serpihan kecil. Alat serpih ini berfungsi sebagi
menguliti hewan buruan yang didapatkan oleh manusia purba. Bentuk dari alat
serpih masih kasar dengan terbuat dari batuna krakal yang besar. Alat ini
berkembang pada masa Plestosen Tengah yang menjadi perkakas dalam
kahidupan sehari-hari manusia purba.
Kapak perimbas dan alat serpih banyak ditemukan di Indonesia diberbagai
wilayah indonesia dari daerah Indonesia seperti Timor, Flores, Sumbawa, Bali,
Sulawesi, Kalimantan, Sumatra sampai Jawa. Kenapa manusia purba juga
ditemukan di Indonesia karena pada masa hidupnya manusia purba daratan
Indonesia masih bersatu dengan daratan Gomal sehingga mobilitasi dilakukan
sampai ke daerah selatan yaitu Indonesia.

3.Alat Tulang
Untuk alat tulang ditemukan di daerah Ngandong dengan temuan berupa alatalat tulang yang berukuran sedang dan kecil. ditemukan bersamaan
dengan Pithecanthropus soloensis yang dibuat dari tanduk hewan buruan. Tidak
banyak sumber atau temuan khususnya untuk alat tulang ini hanya ditemukan di
solo dan daerah ngandong di dalam gua.
Dari alat yang disebutkan diatas mengalami perkambangan yang labih baik dari
pada pembuatan awal alat tersebut. Dimana telah terjadi proses penghalusan
setelahnya yang lebih tepatnya pada masa pasca plestosen. Serta dibuatnya alatalat lainnya yaitu beliung persegi, kapak lonjong, alat-alat obsididian, mata
panah, dan alat pemukul kayu pada masa mesolitikum atau masa bertani. Alat
nekara perunggu, kapak perunggu, bejana perunggu, patung perungu, perhiasan
perunggu dibuat pada masa perundagian.

4. Seni
Seni Lukis merupakan sebuah asil cipta yang ada pada zaman Mesolitikum atau
Zaman Batu Tengah oleh bangsa Papua-Melanosoid. Tujuan dalam pembuatan
lukisan tidak bias dijelaskan dengan tepat karena tidak ada sumber tertulis yang
bias digunakan untuk menjelaskan tetang hal tersebut (Sumarto, dkk. 2009:
13). Namun melukis yang dilakukan manusia pada masa pra sejarah merupakan
bentuk dari sebuah ekspresi dengan penuh akan makna yang tersirat didalam
bentuk lukisan tersebut. Ditemukan lukisan telapak tangan, bentuk manusia
berburu, hewan darat dan laut, dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa
manusia pada saat itu berfikir bahwa mereka melukis dengan maksud dibalik
lukisan tersebut, baik religi maupun murni seni gambar atau lukisan tersebut
ditemukan di dinding gua di daerah Kaliantan Timur, Sulawesi Selatan, dan
lain-lain, serta selain itu ada seni patung, kriya dan tato.
5.Kepercayaan

Kepercayaan manusia purba masih berlandaskan pada apa yang dianggap


sebagi hal yang sangat penting dan tidak masuk akal. Pada mulanya tanah di
percayaai sebagai unsur penting dalam kehidupan manusia purba. Bekembang
setelahnya yaitu upacara kematian yang pada mulanya proses kematian dari
seseorang dari kelompoknya dianggap sebagai hal yang basa, namun dalam
masa pra plestosen muncul kepercayaan bahwa setelah kematian ada alam
sebagai tempat tinggal roh. Setelah orang meninggal dilakukan upaca
penguburan yang dalam meninggalnya orang tesebut dibekali dengan bekal
kubur seperti alat-alat yang milik orang yang meninggal tersebut.
Terus berkembang menjadi kepercayaan yang semula animisme yang
menganggap roh nenek moyang orang yang telah meninggal keudian berubah
menjadi kepercayaan Dinamisme yaitu menmpercayai tempat-tempat dan
benda-benda mempunyai kekuatan magis. Sistem kepercayaan ini berkembang
pada masa mesolitik dan megalitik. Dari budaya yang dihasilkan di atas tidak
berbeda jauh dengan kebudayaan manusia purba yang di luar wilayah Indonesia
pada saat itu. Karena corak kehidupan dan budayanya hampir sama dengan
batas wilayah dan persebaran manusia purba melalui daratan.

REFERENSI

http://teukuhasbi.blogspot.com/2013/04/pengaruh-geologi-kuarter-terhadap.html.Di
unduh pada hari Minggu 1-2-2015 pukul 22.00 Wib
http://www.eyuana.com/2014/10/penemuan-manusia-purba-di-indonesia_4.html.Di unduh
pada hari Minggu 1-2-2015 pukul 22.10 Wib
http://www.artikelsiana.com/2014/09/Jenis-jenis-manusia-purba-ciri-cirinya.html.Di
unduh pada hari Minggu 1-2-2015 pukul 22.23 Wib
http://indonetedu.blogspot.com/2013/07/jenis-jenis-manusia-purba-di-Indonesia.html.Di
unduh pada hari Minggu 1-2-2015 pukul 22.00 Wib

http://www.kidnesia.com/Kidnesia2014/Dari-Nesi/Sekitar-Kita/Pengetahuan-

Umum/Kehidupan-Manusia-Purba2. Di unduh pada hari Minggu 1-2-2015


pukul 22.00 Wib

Anda mungkin juga menyukai