A.
1.
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Scitamineae
Famili
: Musaceae
Genus
: Musa
Spesies
: Musa paradisiaca L
(Tjitrosoepomo, 2000)
Jenis-Jenis Pisang
2.
2)
3)
4)
5)
6)
b.
2)
3)
4)
5)
6)
c.
2)
3)
4)
5)
6)
d.
1)
2)
Terdapat dua jenis yakni yang berwarna kemerahmerahan dan yang berwarna kuning.
3)
Rasa dari daging buah dari yang berwarna kemerahmerahan lebih enak daripada yang berwarna kuning. Selain itu yang
berwarna kemerah-merahan aromanya lebih harum daripada yang
berwarna kuning.
4)
Kulit buah dari pisang yang berwarna merah bintikbintik dan berwarna kecoklatan lebih banyak daripada yang berwarna
kuning.
5)
6)
e.
Pisang Raja
Pisang raja memliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
Dalam satu tandan terdapat 6-7 sisir dan dalam satu sisir
biasanya terdapat 15 buah.
6)
7)
f.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
g.
Pisang Tanduk
Pisang tanduk memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
h.
Pisang Badak
Pisang badak memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
Dalam satu tandan terdapat 7-9 sisir dan berat per tandan
mencapai 14-18 g.
i.
Pisang Nangka
Pisang nangka memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
j.
2)
3)
4)
5)
k.
2)
3)
4)
5)
6)
3.
Keadaan tanah
Tanah yang cocok untuk pertumbuhan pisang adalah tanah dengan solum
di atas permukaan laut. Tanaman pisang akan tumbuh dengan baik pada
ketinggian sampai 800 meter di atas permukaan laut.
Tanaman pisang sebenarnya tergolong jenis tanaman dataran rendah.
Namun tanaman pisang masih dapat hidup dan berproduksi di daerah-daerah
pegunungan yang mempunyai ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan
laut. Tanaman pisang yang ditanam di pegunungan dengan ketinggian di atas
1000 meter di atas permukaan laut, maka produksinya kurang memuaskan dan
umur panennya menjadi lebih lama jika dibandingkan dengan pisang yang
ditanam pada ketinggian di bawah 1000 meter di atas permukaan laut.
b. Keadaan iklim
Rataan curah hujan yang cocok untuk tanaman pisang adalah berkisar
antara 1.520-3.800 mm per tahun. Namun demikian, tanaman pisang masih
toleran di daerah yang curah hujannya lebih rendah lagi. Pisang yang ditanam di
daerah tadah hujan memerlukan curah hujan rata-rata 2.000-2.500 mm per tahun.
Tinggi rendahnya curah hujan ini sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman untuk berproduksi, karena curah hujan mempunyai
pengaruh terhadap ketersediaan air tanah yang sangat diperlukan oleh tanaman.
Pada daerah yang beriklim basah sering terjadi stagnasi (genangan) air. Genangan
air ini dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, sebab tanaman mudah terserang
peyakit. Oleh karena itu, penanaman pisang di daerah yang beriklim basah harus
memiliki kedalaman muka air tanah 50-200 cm di bawah tanah. Sedangkan pisang
yang ditanam di daerah yang beriklim kering masih dapat tumbuh subur apabila
kedalaman air tanahnya kurang dari 150 cm di bawah tanah. Tinggi rendahnya
kedalaman air tanah ini mempunyai pengaruh terhadap tanaman dalam hal
mendapatkan air, terutama dalam musim kemarau.
Faktor iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pisang
adalah suhu udara. Rataan suhu yang cocok untuk pertumbuhan pisang adalah
berkisar antara 160-380C dengan suhu udara optimal rata-rata 270C. Di bawah
suhu 160-380C tanaman pisang akan tumbuh kerdil dan tangkai bunga akan
muncul terlambat. Tanaman pisang yang ditanam pada suhu di bawah 8 0C dalam
waktu yang panjang akan menimbulkan kerusakan tanaman secara total.
Sedangkan kelembaban nisbi udara yang cocok untuk tanaman pisang adalah
60%. Untuk proses fotosintesis, tanaman pisang membutuhkan sinar matahari
penuh secara langsung sepanjang hari. Di daerah yang memiliki curah hujan
tinggi, lebih dari 3.000 mm per tahun, hanya menerima penyinaran matahari
kurang dari 69%. Sedangkan di daerah yang mempunyai curah hujan kurang dari
2.000 mm per tahun menerima penyinaran matahari rata-rata sekitar 60%-75% .
Tinggi rendahnya intensitas sinar matahari yang diterima oleh tanaman pisang
berpengaruh terhadap mutu buah pisang yang dihasilkan, khususnya dalam hal
jumlah kandungan gula dan vitamin C.
Keadaan angin juga berpengaruh terhadap tanaman pisang. Angin yang
kencang dengan kecepatan lebih dari 4 m/detik dapat menyebabkan robohnya
tanaman pisang. Disamping itu, angin yang kencang dapat menyebabkan
penguapan air tanah, sehingga tanah menjadi cepat kering dan keras. Akibatnya
adalah imbangan antara udara dan air di dalam tanah tidak seimbang dan tidak
mencukupi. Keadaan tanah yang kering dan padat menyebabkan aktivitas jasad
renik di dalam tanah tidak dapat membantu proses pelepasan unsur hara di dalam
tanah. Akibatnya adalah pertumbuhan akar terhambat karena tanaman tidak dapat
menyerap unsur hara sehingga tanaman tumbuh tidak normal. Disamping itu juga
terjadi defisiensi unsur makanan atau hara. Untuk mengatasi kerugian yang
disebabkan oleh angin, maka pada daerah-daerah yang terkena angin kencang
perlu diusahakan tanaman lindung untuk menghindari angin (wind break).
(Cahyono, 2007)
4.
B.
Pemupukan
1.
b.
c.
d.
e.
(Rismunandar, 1990)
Setiap tanaman termasuk tanaman pisang sangat membutuhkan pupuk untuk
proses fisiologis dan morfologis. Selain untuk proses fisiologis dan morfologis
tanaman, pemberian pupuk juga berfungsi untuk :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
b.
c.
d.
pembentukan akar, mempercepat tuanya buah atau biji, meningkatkan hasil bijibijian dan umbi-umbian dan memperkuat tubuh tanaman pada umumnya.
Kekurangan zat ini akan berakibat :
a.
b.
c.
pertumbuhan
cabang
atau
ranting
meruncing
sebagai
akibat
e.
f.
g.
maka :
a.
b.
c.
d.
e.
(Rismunandar, 1990)
2.
Pengairan
b.
c.
d.
e.
f.
b.
c.
3.
Pada umumnya hama dan penyakit yang menyerang tanaman pisang adalah
dari golongan insekta, nematode, mamalia, bakteri dan cendawan. Untuk
mencegah dan mengatasi terjadinya serangan hama dan penyakit tersebut, kebun
pisang perlu dikontrol secara berkala, cermat dan teliti agar sejak dini sudah
diketahui bila ada hama atau penyakit yang menyerang tanaman pisang.
Pemberantasan hama dan penyakit pada tanaman pisang dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu cara preventif dan cara kuratif. Pemberantasan cara
preventif adalah usaha mencegah tumbuhnya hama dan penyakit sebelum
tanaman terinfeksi. Tindakan preventif ini dapat dilakukan dengan cara
pengolahan tanah secara intensif, mengatur jarak tanam yang tepat, menanam
tepat pada waktunya, Sistem pengairan teknis yang baik, menanam jenis yang
resisten dan penyiangan. Sedangkan pemberantasan cara kuratif adalah
memberantas atau mengobati tanaman yang telah terinfeksi hama dan penyakit.
Metode pemberantasan hama dan penyakit yang paling efektif saat ini
adalah
dengan
menggunakan
pestisida
misalnya
insektisida,
fungisida,