Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit kardiovaskuler merupakan problema kesehatan utama di negara
maju dan berkembang, sehingga menjadi penyebab kematian nomor satu di
dunia begitu juga di indonesia, baik laki laki maupun untuk perempuan. Dari
data WHO, sekitar 17,5 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler
atau 30% dari kematian di seluruh dunia. Salah satu penyakit kardiovaskuler
tersebut adalah hipertensi, hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit
tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana seorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal (yupitayeni 2009).
Menurut WHO, hipertensi menyumbang angka kematian yang besar di
seluruh dunia yaitu sekitar 7,5 juta warga dunia setiap tahunnya dan
diperkirakan orang yang menderita hipertensi semakin meningkat setiap tahun
(anastasya ika purwaningsih 2014).
Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan terbesar di
indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering di temukan
pada pelayanan kesehatan primer. Hal ini merupakan masalah kesehatan
dengan prevalensi yang tinggi yaitu 25,8% sesuai dengan data riskesdas 2013
(kemenkes RI).
Hipertensi bukan sekedar peningkatan tekanan darah di atas normal,
yaitu 140/90 mmHg, melainkan juga faktor risiko utama gangguan fungsi
berbagai organ tubuh seperti otak, ginjal dan jantung. Semakin tinggi tekanan

darah, maka risiko terhadap gangguan fungsi organ lain semakin meningkat
(Dinkesadmin, 2011).
Perbandingan antara perempuan dan pria bila ditinjau dari prevalensi
hipertensi, ternyata hipertensi yang disebabkan oleh pengaruh gaya hidup juga
lebih banyak terjadi pada wanita, khususnya Wanita Usia Subur. Wanita Usia
Subur merupakan wanita yang berusia 15-45 tahun, pada masa ini sering
terjadi perubahan hormonal di dalam tubuh yang disebabkan oleh pola hidup
yang salah. Umumnya penderita hipertensi adalah orang yang berusia diatas 40
tahun, namun pada saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang
usia muda. Hipertensi pada Wanita Usia Subur sebagian besar terjadi pada usia
25 45 tahun, hanya 20% yang terjadi di bawah usia 20 tahun (yupita yeni,
2009).
Di propinsi Riau Pada laporan Surveilans Terpadu Penyakit (STP)
Puskesmas Kab./Kota terbanyak adalah penyakit diare. Puskesmas Sentinel
terbanyak adalah penyakit Influenza, selanjutnya penyakit kedua terbanyak
adalah diare. Namun dapat dilihat bahwa penyakit tidak menular menempati
urutan ketiga penyakit terbanyak yaitu hipertensi sebanyak 4182. Hal ini
menunjukkan trend penyakit degeneratif mulai muncul menjadi permasalahan
kesehatan di tengah masyarakat (profil kesehatan riau 2013).
Di kabupaten kuantan singingi kasus hipertensi meningkat tiap tahunnya,
pada tahun 2013 terdapat 1973 kasus, 2014 terdapat 2572 kasus, dan pada
tahun 2015 terdapat 8205 kasus (dinkes kuansing 2015).
Sedangkan di UPTD kesehatan sukaraja penderita hipertensi yang berusia
15 45 tahun adalah sebanyak 64 kasus selama Tahun 2015 dari 648 kasus

keseluruhan penderita hipertensi yang merupakan urutan kedua terbanyak di


UPTD kesehatan Sukaraja.
Hipertensi merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan mengendalikan
faktor resiko yang sebagian besar merupakan faktor prilaku dan kebiasaan
hidup. Faktor resiko tersebut adalah umur, jenis kelami, riwayat keluarga dan
genetik ( faktor yang tidak dapat di kontrol), kebiasaan merokok, konsumsi
garam,konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi
minuman-minuman beralkohol, obesitas, kurang aktufitas fisik, stres dan
penggunaan estrogen merupakan faktor yang dapat di kontrol (Kemenkes RI).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut: apakah faktor-faktor yang berhubungan
dengan hipertensi pada Wanita Usia Subur di UPTD kesehatan Sukaraja
Kecamatan Logas Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2016?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi pada Wanita Usia Subur di UPTD kesehatan Sukaraja Kecamatan
Logas Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus
a. mengidentifikasi hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi
pada Wanita Usia Subur di UPTD kesehatan Sukaraja Kecamatan Logas
Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2015
b. mengidentifikasi hubungan antara pil KB dengan kejadian hipertensi
pada Wanita Usia Subur di UPTD kesehatan Sukaraja Kecamatan Logas
Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2015
c. mengidentifikasi hubungan antara pola asupan garam dengan kejadian
hipertensi pada Wanita Usia Subur di

UPTD kesehatan sukaraja

Kecamatan Logas Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi Tahun 2015


d. untuk mengetahui hubungan obesitas, pil KB dan pola asupan garam
dengan kejadian hipertensi pada Wanita Usia Subur di UPTD kesehatan
sukaraja Kecamatan Logas Tanah Darat Kabupaten Kuantan Singingi
Tahun 2015
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam
penerapan ilmu yang telah diperoleh selama perkulihan terutama mengenai
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada Wanita
Usia Subur.
2. Bagi Institusi Pendidikan STIKes Tuanku Tambusai Riau
Hasil penelitian ini dituangkan dalam bentuk skripsi yang dapat dijadikan
sebagai tambahan bacaan atau kepustakaan STIKes Tuanku Tambusai Riau
3. Bagi UPTD kesehatan Sukaraja
Penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada Wanita Usia
Subur dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan atau referensi bagi
peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi pada waita usia subur
1. Hipertensi
a. Defenisi hipertensi
Tekanan darah adalah gaya (atau dorongan) darah ke dinding arteri
saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Bila darah
memberikan gaya yang lebih tinggi dibandingkan konsisi normal secara
persisten pada system sirkulasi disebut juga tekanan darah tinggi atau
hipertensi.
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh
darah meningkat secara kronis. Hal tersebut dapat terjadi karena jantung
bekerja lebih keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi tubuh. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi
organ-organ lain, terutama organ-organ vital seperti jantung dan ginjal.
Didefinisikan sebagai hipertensi jika pernah didiagnosis menderita
hipertensi/penyakit

tekanan

darah

tinggi

oleh

tenaga

kesehatan

(dokter/perawat/bidan) atau belum pernah didiagnosis menderita hipertensi


tetapi saat diwawancara sedang minum obat medis untuk tekanan darah
tinggi (minum obat sendiri). (Riskesdes,2013).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terusmenerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole konstriksi.
Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan
tekanan melawan dindig arteri. Hipertensi menambah beban kerja jantung
dan arteri yang bila berlanjut deapat menimbulkan kerusakan jantung dan
pembuluh darah (Udjianti,2011).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan


abnormal Hipertensi mengenai lebih dari 20% populasi dan merupakan
factor risiko utama untuk banyak penyakit kardiovaskuler. Kelainan ini
didefinisikan sebagai keadaan dengan tekanan sistolik yang terus-menerus
>140 mmHg dan/atau tekanan diastolic yang >90 mmHg (Hartono,dkk
2013).
b. Klasifikasi hipetensi
National Institutes of Health di Amerika Serikat, pada tahun 2003
merumuskan tujuh panduan dalam klasifikasi dan jenis terapi hipertensi
(dikenal sebagai pedoman JNC VII).
Tabel.2.1 Pengelompokan Tekanan Darah dan Hipertensi Berdasar
Pedoman JNC VII.
Kategori

Sistolik (mmHg)

Diastolik (mmHg)

115
<120

75
<80

Prehipertensi

120-139

80-89

Hipertensi tahap 1

140-159

90-99

Optimal
Normal

Hipertensi tahap 2
>160
> 100
Sumber: (Ekawati,2010)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan
sebagai berikut: (Hartono,dkk 2013).
a. Hipertensi Esensial/Primer
Hipertensi primer merupakan tipe hipertensi yang paling sering
ditemukan dan 95% kasus hipertensi adalah penderita hipertensi
primer. Meskipun tidak terdapat penyebab tunggal yang dapat
diidentifikasi, namun factor genetic, asupan garam yang berlebihan
dan peningkatan tonys adrenergic semuanya terlibat dalam hipertensi
primer.
Beberapa

faktor

diduga

berkaitan

dengan

hipertensi esensial seperti berikut ini. (Udjianti,2011).

berkembangnya

1) Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan


hipertensi, berisiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
2) Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita
pasca menoupause berisiko tinggi untu mengalami hipertensi.
3) Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
4) Berat badan: obesitas (>25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
Gaya hidup: merokok dan konsumsi alcohol dapat meningkatkan
tekanan darah, bila gaya hidup menetap.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder merupakankeadaan meningkatnya tekanan arterial
sistemik sebagai akibat dari keadaan lain yang dapat diidentifikasi.
Gambaran hipertensi sekunder dapt meliputi mula timbul hipertensi
pada usia <20 tahun atau >50 tahun, TD >180/110 mmHg, bunyi bruit
abdomen, dan /atau riwayat keluarga penyakit renal atau hipertensi
yang tidak terkontrol kendati sudah diberikan tiga obat antihipertensi
dengan dosis maksimal.
Secara sederhana untuk memahami perbedaan kedua jenis hipertensi
dapat

ditekankan

pada

factor

penyebabnya.

Jika

Hipertensi

esensial/primer faktor kombinasi gaya hidup seperti kurang bergerak


(inaktivitas) dan pola makan. Pada Hipertensi Sekunder disebabkan oleh
kondisi medis lain (misalnya penyakit ginjal) atau reaksi terhadap obatobatan tertentu (misalnya pil KB). (Yasmine, 2007)
Jika seseorang memiliki gejala-gejala morning headaches, penglihatan
kabur, dan sesak napas atau sipnea, dan/atau gejala uremia. Tekanan darah
diastolic >115 mmHg, dengan rentang diastolik antara 130-170 mmHg ini

desebut Hipertensi maligna adalah tipe hipertensi berat yang berkembang


secara progresif dan akan meningkatkan risiko gagal ginjal, gagal jantung
kiri, serta stroke. (Udjianti,2011).
Tabel 2.2 Stadium Hipertensi
SISTOLIK (mmHg)

DIASTOLIK

(mmHg)
Normal

<120

dan <80

Prahipertensi

120-139

atau 80-89

Stadium 1

140-159

atau 90-99

Stadium 2

160

atau 100

Sumber: (Hartono,dkk 2013).


c. Penyebab Hipertensi
Etiologi yang pasti dari hipertensi esensial belum diketahui. Namun,
sejumlah interaksi beberapa energy homeostatic saling terkait. Defek awal
diperkirakan pada mekanisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan oleh
ginjal. Gaktor hereditas berperan penting bila ketidakmampuan genetic
dalam mengelola kadar natrium normal. Kelebihan intak natrium dalam
diet dapat meningkatkanvvolume cairan dan curah jantung. Pembuluh
darah memberikan reaksi atas peningkatan aliran darah melalui kontriksi
atau peningkatan tahanan perifer. Hasil awal dari peningkaan curah
jantung yang kemudian dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi dan
peningkatan tahanan perifer maka terjadilah tekanan darah menjadi tinggi.
Etiologi hipertensi sekunder pada umumnya diketahui. Berikut ini
beberapa kondisi yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi sekunder
(Udjianti,2011)
1) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi
melalui mekanisme Renin-aldosteron-mediated volume expansion.

Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah normal kembali


setelah beberapa bulan.
Penggunaan pil kontrasepsi, gukokortikoid, fenilefrin, dan/atau
NSAID (terutama konstriksi arteri aferen).
2) Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal
Merupakan penyebab utama hipertensi

sekunder.

Hipertensi

renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri


besar yang secara langsung disebabkan oleh arerosklerosis atau fibrous
diplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim
ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, dan perubah struktur, serta
fungsi ginjal.
3) Gangguan endokrin
Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi

sekunder.

kelebihan

primer

Adrenal-meated
aldoteron,kortisol,

hypertension
dan

disebabkan

katekolamin.

Pada

aldosteronisme primer, kelebihan aldosteron menyebabkan hipertensi


dan hipokalemia.
4) Coarctation aorta
Merupakan penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi
beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal. Penyempitan
menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan
peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.
5) Stenosis arteri renalis
Penyebabnya mencakup aterosklerosis (pasien berusia lanjut yang
biasanya menderita stenosis secara bilateral) dan dysplasia fibrosa
yang memberikan gambaran seperti tasbih/beaded appearance pada
arteriogram.(Hartono,2013).
6) Neurogenik: tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikiatri
7) Kehamilan

8) Luka bakar
9) Peningkatan volume intravaskuler
10) Merokok
Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan
katekolamin menyebabkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut
jantung, dan menyebabkan vasokontriksi, yang mana pada akhirnya
meningkatkan tekanan darah.
selain
d. Gejala klinis hipertensi
Pada sebagian besar kasus hipertensi tidak menunjukkan gejala
apapun. Cara satu-satunya untuk mengetahuinya adalah dengan mengukur
takanan darah. Sejalan dengan yang direkomendasikan panduan yang
dikeluarkan oleh British Hypertension Society, sebaiknya mengukur
tekanan darah sedikitnya sekali dalam lima tahun, bahkan sering lebih
dianjurkan. Bila tekanan arah tidak terkontrol dan menjadi sangar tinggi
(hipertensi berat atau hipertensi maligna), maka mungkin akan muncul
gejala seperti: (Yasmine,2007).
1) Pusing
2) Pandangan kabur
3) Sakit kepala
4) Kebingungan
5) Mengantuk
6) Sulit bernapas
e. Komplikasi Hipertensi
Jika sudah terdiagnosa menderita hipertensi sebaiknya pengobatan segera
dilakukan, namun jika tidak dikontrol dan tidak ditangani maka akan dapat
menghadapi masalah serius, seperti: (Yasmine, 2007).
1) Gagal jantung
2) Angina
3) Serangan jantung/Infark miokard
4) Stroke
5) Penyakit ginjal
6) Gangguan sirkulasi
f. Diagnosis Hipertensi

Tekanan darah diukur dengan sphygmanometer. Atau menggunakan


alat digital otomatis. Perlu diperthatikan hasil pengukuran tekanan darah
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu: (Yasmine, 2007).
1) Aktivitas yang dilakukan sebelum pengukuran
2) Tekanan atau stress yang dialami
3) Posisi saat pengukuran, berdiri atau duduk
4) Waktu pengukuran
Jika ditemukan tekanan darah > 140/90 mmHg, setidaknya dilakukan 2
kali pemeriksaan. Pemeriksaan lain dapat dilakukan untuk memantau
penyakit lain, seperti penyakit kardiovaskuler, gagal jantung, penyakit
ginjal, dan masalah pada mata. Pemeriksaan tersebut antara lain:
1) Tes darah
2) Tes urin
3) Pemeriksaan fisik
4) Elektrokardiogram (EKG)
Dalam buku lain menguraikan pemeriksaan tekanan darah di bedakan
berdasarkan jenis tekanan darah. (Hartono, 2013)
1) Hipertensi Esensial/Primer
Tekanan darah >140/90 mmHg yang dipastikan dengan tiga kali
pengukuran tensi secara terpisah, atau dengan pemeriksaan tunggal
>170/110 mmHg. Karena nilai ini merupakan diagnosis eklusif
hipertensi, maka hipertensi sekunder harus disingkirkan terlebih
dahulu.
2) Hipertensi sekunder
Anamnesis riwayat medis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan
dengan seksama diperlukan untuk mendeteksi hipertensi sekunder,
juga dilakukan tes diagnosis seperti:
a) Feoromositoma
Gejala persepsi dan palpitasi; peningkatan katekolamin,
metanefrin dan asam vanililmandelat (VMA) dalam urine
b) Stenosis arteri renalis

Dilakukan

melalui auskultasi yang

terdengar

di bruit

abdominal; peningkatan rennin plasma


c) Hipertiroidisme
Gejala intoleransi hawa panas, penurunan berat badan,
kelemahan dan kelelahan: penurunan kadar thyroid-stimulating
hormone (TSH).
d) Koarktasio aorta
Saat pemerikasaan fisikk ditemukan tidak adanya atau
berkurangnya denyut nadi femoralis.
g. Terapi hipertensi
1) Hipertensi Esensial/Primer
Terapi awal meliputi penurunan berat badan, pengurangan asupan
alcohol, peningkatan exercise, pengurangan asupan natrium, dan
penghentian merokok yang secara kolektif dikenal sebagai modifikasi
teraupeutik gaya hidup (therapeutic lifestyle modification).
Terapi medis meliputi pemberian obat-obat diuretic, antagonis
Beta-adrenergik, inhibitor ACE (angiotensin converting enzim), ARB
(angiotensin receptor blockers), antagonis saluran kalsium atau
antagonis alpa-adrenergik.
2) Hipertensi sekunder
Terapi bervariasi menurut penyebabnya yang melatari. Terapi
nonfarmakologi meliputi penurunan berat badan, pembatasan natrium,
penghentian merokok, exercice dan pengurangan komsumsi alcohol.
Obat antihipertensi meliputi preparat inhibitor ACE, ARB, diuretic,
vasodilator, antagonis saluran kalsium, alpha dan betha blocker.
B. Wanita Usia Subur
Wanita usia subur adalah wanita yang berumur 15 - 49 tahun baik yang
berstatus kawin maupun yang belum kawin atau janda (BKKBN,2011).

Anggapan penyakit jantung hanya dialami oleh kaum pria sebaiknya


disingkirkan, satu dari delapan wanita akan meninggal karena kanker
payudara; satu dari dua wanita akan ditaklukkan oleh penyakit jantung,
meninggal karena serangan jantung atau stroke. Angka morbiditas dan
kematian akibat serangan jantung, srtoke, angioplasty, dan operasi bypass
pada wanita lebih tinggi dari apda pria. Penyebabnya perkembangan penyakit
pada wanita lebih cepat dari pada pria. (Ekawati,2010).
Resiko kambuhya penyakit kardiovaskuler meningkat sejalan dengan
meningkatnya tekanan darah. Dalam kajian prospektik terhadap lebih dari
lima ribu professional kesehatan wanita dangan rata-rata usia enam puluh dua
tahun, terbukti bahwa peningkatan setiap 10 poin tekanan darah sistolik pada
wanita penderita penyakit jantung akan meningkatkan resiko sebesar 9%.
(Ekawati, 2010).
Penelitian sebelumnya, yang dilakukan di Brigham and Womans Hospital
di Boston oleh National Institute Of Health, mengungkap bahwa risiko
penyakit kardiovaskuler mulai meningkat ketika tekanan sitolik mencapai
angka 130. Oleh karena itu penting untuk menaruh perhatian dan mengatasi
kondisi yang disebut Prehipertensi.
C. Factor factor yang Mempengaruhi Hipertensi
Pada sebagian besar kasus, penyebab tekanan darah tinggi tidak diketahui
secara pasti. Terutama pada hipertensi esensial/primer. Walaupun demikian
terdapat beberapa factor risioko terkena hipertensi, meliputi: (Ekawati,2010).
1. Faktor yang dapat di modifikasi
a. Kelebihan berat badan/obesitas
Semakin besar massa tubuh seseorang, semakin banyak darah yang
dibutuhkan untuk menyuplai oksigen dan nutrisi ke otot dan jaringan
lain. Obesitas meningkatkan jumlah panjangnya pembuluh darah,

sehingga meningkatkan resistensi darah yang seharusnya mampu


menempuh jarak lebih jauh. Peningkatan resistensi menyebabkan
tekanan darah menjadi lebih tinggi. Kondisi ini diperparah oleh sel-sel
lemak yang memproduksi senyawa yang merugikan jantung dan
pembuluh darah.
b. Aktivitas fisik
Kebiasaan bermalas-malasan

semakin

meningkatkan

risiko

serangan jantung karena otot jantung tidak bekerja dengan efisien dan
perlu bekerja lebih keras untuk memompa darah. Aktivitas fisik adalah
vasodilator: dengan berolahraga dapat mengembangkan pembuluh
darah.

Kombinasi

gaya

hidup

pasif

dan

obesitas

akan

melipatgandakan tingkat keparahan kondisi ini.


American Collage of Cardiology pada tahun 2004 membahas,
kebugaran merupakan faktor penting, setiap peningkatan dalam
kebugaran, yang diukur dengan menggunakan treadmill ,akan
menurunkan 9% risiko kematian akibat semua penyakit dan 13% risiko
kematian akibat serangan jantung.
c. Asupan natrium dan garam
Beberapa individu peka terhadap natrium, baik dari garam kemasan
atau bahan lain yang mengandung natrium, dan hidangan cepat saji.
Namun hal ini menjadi kontroversi karna respon tiap individu berbeda.
Natrium merupakan salah satu bentuk mineral, atau elektrolit, yang
berpengaruh terhadap tekanan darah.
d. Alcohol
Konsumsi akohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah,
sementara

konsumsi

dalam

mengendalikan tekanan darah.

jumlah

secukupnya

justru

dapat

e. Stres
Stress mempercepat produksi senyawa berbahaya, meningkatkan
denyut jantung dan kebutuhan akan suplai darah, kemudian
meningkatakan tekanan darah serta menimbulkan serangan jantung
dan stroke.
f. Pil kontrasepsi
Para peneliti menyimpulkan bahwa kontrasepsi oral atau pil KB dapat
meyebabkan peningkatan tekanan darah pada beberapa wanita,
terutama jika mereka gemuk.
g. Kehamilan
Hipertensi mungkin berkembang dengan cepat pada trimester ketiga
kehamilan. Jika tidak ditangani, hal ini bias membahayakan baik ibu
maupun

bayinya.

Hipertensi

gestasional/hipertensi

pada

masa

kehamilan biasanya akan sembuh setelah melahirkan, tetapi tidak


selalu demikian.
h. Penyakit diabetes
Pada tahun 2002 oleh American diabetes association (ADA) dan
American College of Cardiology (ACC) lebih dari 90% dokter yang
menjalani survey ini melaporkan bahwa pria dan wanita pengidap
diabetes sangat mungkin atau amat sangat mungkin mengalami
kejadian kardiovaskuler. Di amerika serikat, Third National Health and
Nutrition Survey (NHANES) membuktikan 71% dibetetisi mengidap
hipertensi.
2. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
a. Riwayat keluarga; cendrung menderita hipertensi bila kedua orang tua
mengalami hipertensi
b. Usia tua; tekanan darah cendrung meningkat seiring bertambahnya
usia. Hipertensi sering terjadi pada usia lebih dari 60 tahun karena

tekanan darah secara alami mangalami peningkatan. Pada wanita risiko


berkembangnya hipertensi meningkat setelah menopause.
Data hasil penelitian Framingham menunjukkan bahwa 27% orang di
bawah usia 60 tahun bertekanan darah lebih tinggi dari 140/90 mmHg,
dan 20% dengan angka 160/100 mmHg
c. Etnis; hipertensi sering terjadi pada orang berkulit hitam, yaitu 3 kali
lbih sering dibandingkan orang berkulit putih. Perbedaan ini timbul
karena perbedaan genetic.
d. Gender; hipertensi sedikit lebih sering terjadi pada pria daripada
wanita.
D. Kerangka Teori/Landasan Teori
Gambar 2.1
Kerangka Teori/Landasan Teori

Faktor yang tidak dapat dimodifikasi


Riwayat keluarga
Usia
Etnis
gender

Hipertensi pada wanita usia subur


Faktor yang dapat dimodifikasi
Obesitas
Aktivitas fisik
Asupan natrium dan garam
Alcohol
Stress
Pil kontrasepsi
kehamilan
dibetes

Gambar 2.2
Kerangka Konsep
Variable Independent

Variabel Dependen

obesitas

Pil KB

Hipertensi pada Wanita USia Subur

Pola Asupan Garam

E. Hipotesis
1. Ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada Wanita Usia
Subur
2. Ada hubungan antara pil KB dengan kejadian hipertensi pada Wanita Usia
Subur
3. Ada hubungan antara pola asupan garam dengan kejadian hipertensi pada
Wanita Usia Subur

Anda mungkin juga menyukai