Anda di halaman 1dari 17

KREATIVITAS DALAM GAYA KEPEMIMPINAN

TRANSFORMASIONAL PADA
PT. PAMINDO PRIMA UTAMA MANDIRI

TERTIO KUNTO DEWO, SE.


Jl. Masjid No.14 Rt.003/RW.006 Kec. Cipayung Jakarta Timur 13840
Pembimbing: Prof. Dr. A. M. Heru Basuki, M.Si.

ABSTRAK

Penulisan penelitian ini bertujuan untuk mencari jawaban atas pertanyaan


penelitian

apakah

gaya

kepemimpinan

transformasional

menumbuhkan

kreativitas, mengapa gaya kepemimpinan transformasional menumbuhkan


kreativitas dan bagaimana gaya kepemimpinan transformasional menumbuhkan
kreativitas .Data penelitian diperoleh dari satu orang subjek yang memiliki gaya
kepemimpinan transformasional menumbuhkan kreativitas, berusia 50 tahun dan
berjenis kelamin laki-laki. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
metode wawancara dan observasi. Dari hasil analisis data, diperoleh kesimpulan
bahwa kreativitas seorang pemimpin diperoleh dari pengalaman serta
pengetahuan yang dimilikinya, namun hal itu dapat diperoleh dengan meniru atau
belajar dari pengalaman yang didapat. Subjek menunjukan gaya kepemimpinan
transformasional

menumbuhkembangkan

kreativitas

dengan

menerapkan

pemikiran kritis dan standar moral yang baik bagi karyawannya, memberikan
tugas-tugas baru untuk membangun potensi serta memberikan pelatihan dan
pengarahan agar pekerjaanya dapat selesai tepat waktu dan efisien. Hal unik
yang dimiliki subjek adalah kemampuannya mempercayakan seluruh tanggung
jawab yang diberikan kepada karyawan untuk dapat menyelesaikan tugastugasnya dengan cara dan ide-ide sendiri namun tetap sesuai prosedur kerja.

Kata Kunci : kreativitas, gaya kepemimpinan transformasional.

BAB I. PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG MASALAH

Kesuksesan merupakan salah satu kecintaan pada pekerjaan. Suatu


organisasi dapat menjadi sukses jika di dalamnya terdapat motivasi dari dalam diri
karyawan. Organisasi yang memiliki pemimpin yang tidak dapat memberikan
motivasi kepada karyawannya tidak akan menjadi organisasi yang sukses, tetapi
justru sebaliknya akan membawa kerugian yang tidak hanya dalam ekonomi,
tetapi juga kepercayaan masyarakat terhadap organisasi tersebut. Untuk itu,
diperlukan suatu cara untuk mengubah organisasi yang tidak menyenangkan
tersebut. Pemimpin yang baik bukan pemimpin yang hanya ingin meningkatkan
keuntungan, tetapi juga bertindak positif sehingga para karyawan bangga menjadi
bagian darinya.
Fakta dalam sebuah organisasi perusahaan otomotif tertua di dunia,
General Motor (GM), melakukan PHK terhadap 25.000 pekerjanya di Amerika
Serikat hingga tahun 2008. Di sisi lain, Toyota Motor malah merencanakan
membuka satu pabrik baru setiap tahun serta menyerap sekitar 2.500 pekerja
untuk mengisi pabrik-pabrik tersebut dipublikasikan oleh majalah PortalHR
(2009).
Apa yang menyebabkan kegagalan GM dan, sebaliknya, keberhasilan
Toyota Motor? Jawabannya tak lain adalah inovasi tiada henti. Secara tegas
Toyota membangun budaya kreatif dan menerapkan motto: Inovasi atau Mati.
Maka, tak heran bila perusahaan asal Jepang ini makin merajalela menguasai
industri otomotif dunia.
Dalam pandangan Managing Partner HR Excellency Anthony Dio Martin
(2009), inovasi memiliki daya penetrasi ke semua lini proses di perusahaan.
Seperti dalam hal perancangan layout ruang kerja, proses desain Standard
Operating Procedure (SOP), pengambilan keputusan harian, hingga pencetusan
ide produk, semuanya dilandasi dengan berpikir kreatif.

Kepemimpinan

(leadership)

adalah

kemampuan

individu

untuk

mempengaruhi, memotivasi, dan memungkinkan orang-orang memberikan


kontribusi terhadap keefektivan dan kesuksesan organisasi (House et al, 1999).
Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) dan ada pula yang
bersifat tidak resmi (informal leadership). Kepemimpinan resmi (formal
leadership) merupakan kepemimpinan yang tersimpul didalam suatu jabatan.
Sedangkan kepemimpinan tidak resmi (informal leadership) merupakan
kepemimpinan yang mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas resmi yang
didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan dari masyarakat (Ahmadi, 2002).

B. PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan diatas ,maka penulis
ingin mengetahui :
1. Apakah gambaran gaya kepemimpinan transformasional yang mampu
menumbuhkembangkan kreativitas pada PT. Pamindo Prima Utama
Mandiri ?
2.

Faktor-faktor

apa

yang

menyebabkan

gaya

kepemimpinan

transformasional mampu menumbuhkembangkan kreativitas pada PT.


Pamindo Prima Utama Mandiri ?
3. Bagaimana

proses

gaya

kepemimpinan

transformasional

mampu

menumbuhkembangkan kreativitas pada PT. Pamindo Prima Utama


Mandiri ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah disampaikan diatas, maka
tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. mendeskripsikan gaya kepemimpinan
transformasional yang mampu menumbuhkembangkan kreativitas, 2. mengetahui
faktor-faktor apa yang menyebabkan gaya kepemimpinan transformasional
mampu menumbuhkembangkan kreativitas, 3. mengetahui bagaimana proses gaya
kepemimpinan transformasional mampu menumbuhkembangkan kreativitas pada
PT. Pamindo Prima Utama Mandiri.

D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan memiliki dua manfaat, yaitu :
1.

Manfaat Teoritis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah bagi
psikologi industri dan organisasi khususnya dalam memperkuat gaya
kepemimpinan transformasional menumbuhkan kreativitas karyawan
perusahaan sehingga bermanfaat bagi ilmu psikologi maupun
perusahaan yang memiliki pemimpin yang menerapkan gaya
kepemimpinan transformasional.

2.

Manfaat Praktis.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para
pemimpin pada sebuah organisasi untuk dapat mengaplikasikan gaya
kepemimpinan transformasional dalam kreativitas pribadi memotivasi
kreativitas pemimpin PT. Pamindo Prima Utama Mandiri dalam
mencapai tujuan organisasi.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.


E. KONSEP TENTANG KEPEMIMPINAN
1.

Pengertian Kepemimpinan.
Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda-beda tergantung pada sudut

pandang atau perspektif-perspektif dari para peneliti yang bersangkutan, misalnya


dari perspektif individual dan aspek dari fenomena yang paling menarik perhatian
mereka. Di dalam suatu organisasi peran seorang pemimpin sangat penting. Hal
ini disebabkan karena seorang pemimpin adalah otak organisasi. Pemimpin
organisasi selalu membuat keputusan, membuat rencana dasar dan menentukan
tujuan organisasi. Keberhasilan suatu organisasi sangat ditentukan oleh pemimpin
dan gaya pemimpin dalam organisasi. Menurut Winardi (2000), kepemimpinan
adalah hubungan di mana satu orang yakni pemimpin mempengaruhi pihak lain
untuk bekerja sama secara suka rela dalam usaha mengerjakan tugas-tugas yang
berhubungan untuk mencapai hal yang diinginkan oleh pemimpin. Sementara

menurut Agus Dhanna (1992), kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi


efektivitas kerja seorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan dalam
situasi tertentu. Definisi kepemimpinan seperti yang dikutip oleh Gary Yukl
(2002), antara lain:
a. Kepemimpinan merupakan kemampuan individu untuk mempengaruhi,
memotivasi, dan memungkinkan orang-orang memberikan kontribusi
terhadap keefektivan dan kesuksesan organisasi (House et al, 1999).
b. Kepemimpinan merupakan proses membangun rasa atas apa yang dilakukan
bersama sedemikian rupa sehingga orang-orang memahami apa yang
dilakukan dan bertanggungjawab (Drath & Palus, 1994).
c. Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk menapaki budaya dan secara
evolusioner mulai berusaha mengubah proses-proses sehingga lebih adaptif
(E.H.Schein, 1992).
d. Kepemimpinan adalah proses memberi arti terhadap usaha kolektif yang
mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk
mencapai sasaran (Jacobs dan Jacques, 1990).
e. Kepemimpinan adalah menyangkut pengartikulasian visi, pembentukan
nilai-nilai, dan menciptakan lingkungan sehingga segala sesuatunya dapat
diselesaikan (Richards & Engle, 1986).
f. Kepemimpinan merupakan latihan (exercise) yang memobilisasi orangorang secara institusional, politik, psikologis, dan sumberdaya lain
sedemikian rupa, untuk membangkitkan, mengikutsertakan, dan memuaskan
motif-motif para pengikut (Burns, 1978).
g. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan
berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin
organisasi (Katz dan Kahn, 1978).

h. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah


kelompok yang diorganisasi ke arah pencapaian tujuan (Rauch dan Behling,
1984).
i. Kepemimpinan merupakan perilaku individu yang mengarahkan aktivitas
kelompok untuk meraih tujuan bersama (Hemphill & Coons, 1957).
Menurut Wahjosumidjo (1984) butir-butir pengertian dari berbagai definisi
kepemimpinan, pada hakekatnya memberikan makna :
a. Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seorang pemimpin
yang berupa sifat-sifat tertentu seperti kepribadian, kemampuan, dan
kesanggupan.
b. Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat
dipisahkan dengan kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri
Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara
pemimpin, bawahan dan situasi. Pengertian tersebut di atas mengandung beberapa
unsur pokok antara lain :
a. Kepemimpinan harus melibatkan orang lain yaitu: pengikut atau bawahan
karena kesediaan untuk menerima pengarahan dari pimpinan anggota
kelompok membantu menegaskan status kepemimpinan dan memungkinkan
proses kepemimpinan. Tanpa bawahan sama sifat-sifat kepemimpinan akan
menjadi tidak relevan.
b. Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara
pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai wewenang untuk
mengarahkan beberapa aktivitas anggota kelompok yang tidak dapat dengan
cara yang sama mengarahkan aktivitas pemimpin.
c. Pemimpin bisa mempengaruhi pengikut atau bawahannya dan bisa
mengarahkan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Dari uraian di atas maka disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan
hubungan, proses serta kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan dan

mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang untuk
mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu.
Berbagai pandangan atau pendapat mengenai batasan atau definisi
kepemimpinan di atas, memberikan gambaran bahwa kepemimpinan dilihat dari
sudut pendekatan apapun mempunyai sifat universal dan merupakan suatu gejala
sosial.
Bass (1999), mendefinisikan bahwa gaya kepemimpinan transformasional
sebagai, suatu cara meningkatkan ketertarikan karyawannya terhadap organisasi.
Karyawan menjadi termotivasi dan menjadi percaya, kagum, hor-mat serta setia
kepada pemimpinnya. Meningkatnya usaha karyawan disebabkan memiliki
motivasi kerja intrinsik yang mendorong untuk bekerja mandiri. Karakteristik
gaya kepemimpinan transformasional yang efektif adalah menunjukkan perilaku
karismatik,

memunculkan

motivasi

inspirasional,

memberikan

stimulasi

intelektual dan memperlakukan karyawan dengan memberi perhatian terhadap


individu.
2.

Karakteristik Gaya Kepemimpinan Transformasional

Bass dan Avolio (1996) menggambarkan bahwa pemimpin transformasional


pada tahap tengah memiliki karakteristik yang menunjukkan perilaku karismatik,
memunculkan motivasi inspirasional, memberikan stimulasi intelektual dan
memperlakukan kayawan dengan memberi perhatian terhadap individu. Pillai
(2003)

mengemukakan

bahwa

kepemimpinan

transformasional

memiliki

karakteristik penting yaitu: menampilkan karakteristik yang menunjukkan


perilaku karismatik, memunculkan motivasi inspirasional, memberikan stimulasi
intelektual dan memperlakukan karyawan dengan memberi perhatian terhadap
individu.
Kepemimpinan transformasional memiliki karakteristik yang menunjukkan
perilaku karismatik, memunculkan motivasi inspirasional, memberikan stimulasi
intelektual dan memperlakukan karyawan dengan memberi perhatian terhadap
individu.

Faktor kepemimpinan transformasional merupakan kesatuan yang saling


tergantung (interdependence) untuk membangun visi organisasi. Bass dan Avolio
(1996), mengemukan bahwa faktor-faktor gaya kepemimpinan transformasional
adalah sebagai berikut:
a) Menunjukkan perilaku karismatik.
1. Mendapatkan rasa hormat untuk dipercaya.
2. Kepercayaan kepada yang lain.
3. Menyampaikan rasa pengertian memiliki misi yang kuat terhadap
pengikutnya.
4. Menampilkan standar moral yang tinggi.
5. Membangun tujuan-tujuan yang menantang bagi pengikutnya.
6. Menjadi model pada pengikutnya.
b) Memunculkan motivasi inspirasional.
1. Mengacu pada cara pemimpin transformasional dalam memotivasi.
2. Memberi inspirasi yang ada di sekitar mereka dengan menyampaikan
visi dengan lancar.
3. Percaya diri.
4. Meningkatkan optimisme.
5. Semangat kelompok.
6. Antusias.

c) Memberikan stimulasi intelektual.


7. Menunjukkan usaha pemimpin yang mendorong pengikut menjadi
inovatif.
8. Kreatif dalam memimpin untuk mendorong pengikut agar menanyakan
asumsi-asumsi.
9. Membuat kembali kerangka permasalahan.
10. Mendekati pengikut dengan cara baru.

i.Memperlakukan pengikut dengan memberi perhatian kepada individu.


a.

Memberikan perhatian secara personal pada semua individu.

b.

Membuat semua individu merasa dihargai.

c.

Mendelegasikan tugas sebagai cara pe-ngembangan pengikutnya.

Bass dan Steidlmeier (1998), mengidentifikasi faktor kepemimpinan


transformasional sebagai berikut:
a. Perilaku Karismatik.
a.1. Menyediakan visi.
a.2. Naluri tugas.
a.3. Kebanggaan.
a.4. Mendapatkan penghargaan.
a.5. Kepercayaan.
b. Motivasi inspirasional.
b.1. Komunikasi dengan harapan yang tinggi.
b.2. Menggunakan simbol untuk memfokuskan usaha.
b.3. Mengekspresikan tujuan yang penting dengan cara yang sederhana
c. Stimulasi Intelektual.
c.1. Mempromosikan kecerdasan.
c.2. Rasional.
c.3. Seni dalam menyelesaikan masalah.
d. Memperlakukan karyawan dengan memberi perhatian pada individu.
d.1. Memberikan perhatian pribadi.
d.2. Memperlakukan karyawan satu demi satu.

d.3. Pelatihan.
Karakteristik

bagian

dalam

pemimpin

transformasional

yang

menghasilkan perilaku yang efektif. Dapat ditunjukan bahwa percaya diri (saya
dapat membuat perbedaan), integritas dari dalam, kejujuran dan nilai pribadi
mempengaruhi perilaku pemimpin. Bahan kunci dalam performa yang efektif
adalah bagi pemimpin agar dapat menghubungkan pengalaman hidupnya dengan
perilaku transformasional (Avalio, 1994). Hubungan dari dalam perilaku yang
dihasilkan mengarah pada perilaku eksternal yang mengubah organisasi.
Perilaku eksternal dan terlihat pemimpin memiliki dampak pada
organisasi. Avolio (1994), terdapat efek yang mengalir ke bawah dari pemimpin
tingkat lebih tinggi menuju pemimpin tingkat lebih rendah karena pembuatan
model perilaku yang efektif memperkerjakan orang lain dengan perilaku yang
sama, dan perilaku yang diperkuat oleh organisasi. Perilaku pemimpin memotivasi
dan menciptakan sebuah kesan dimana pemimpin memiliki kopetensi dan visi
untuk dicapai keberhasilannya (Keller, 1992). Perubahan pada perilaku
diperlihatkan untuk mengubah budaya. Dengan demikian perilaku relasional
pemimpin mempengaruhi organisasi.
Setiap orang dapat belajar untuk mengembangkan berpikir kreatif dan
mengintegrasikan

kemampuan

tersebut

dengan

berpikir

tinggi

sehingga

mampu

tingkat

lain

keterampilan-keterampilan
menyelesaikan

berbagai

permasalahan. Belajar mengeksplorasi mimpi dan berbagai kemungkinan dengan


mengembangkan kepekaan terhadap petualangan, kejutan, kenyamanan dan
kesenangan sehingga memfasilitasi ide-ide baru dan pemecahan masalah secara
inovatif sesuai kebutuhan. Ide-ide tersebut berbeda dan menunjukkan kualitas
yang tinggi.
Saat ini perubahan kehidupan berlangsung sangat cepat dan kompleks
dengan berbagai permasalahan dan tantangan. Setiap orang dituntut untuk
fleksibel, kritis dan terampil berpikir kreatif sehingga mampu menangani

10

permasalahan dan menemukan solusi yang melibatkan lingkungan sosial maupun


fisik.
Kreativitas melibatkan keseluruhan otak. Seseorang akan bertindak kreatif
manakala mempergunakan potensi otak dengan optimal. Mempergunakan kedua
belahan otak, otak kiri dan otak kanan. Otak kiri yang mengatur kemampuan
logika dan otak kanan yang mengatur humanistis. Implikasinya setiap persoalan
yang datang dilihat tidak hanya dari kacamata logika tetapi berbagai dimensi yang
menyertainya.
5. KREATIVITAS DALAM KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL.
Kemampuan sang pemimpin untuk menstimuli pemikiran atau ide-ide
bawahannya (intellectual stimulation), dapat dikemukakan sebagai berikut:
pemimpin transformasional dalam bahasa sederhana adalah seorang pemimpin
yang cerdas sehingga ide-idenya atau analisanya mampu membuat pencerahan
intelektual pada mitra usahanya. Seperti diterangkan oleh Seltzer dan Bass (1990)
bahwa stimulasi intelektual ini, pemimpin merangsang kreativitas bawahan dan
mendorong untuk menemukan pendekatan-pendekatan baru terhadap masalah
lama. Menurut Bass (1985) melalui pendekatan ini bawahan didorong untuk
berpikir tentang relevansi rasa, sistem nilai, kepercayaan, harapan dan bentuk
organisasi yang ada saat ini. Bawahan juga didorong melakukan inovasi dalam
menyelesaikan persoalan dan berkreasi untuk mengembangkan kemampuan diri,
serta didorong untuk menetapkan tujuan atau sasarannya yang menantang.
Rangsangan intelektual adalah upaya pemimpin meningkatkan kesadaran
bawahan terhadap persoalan-persoalan dan mempengaruhi bawahan untuk melihat
persoalan tersebut melalui perspektif baru (Yukl, 1989).
Dengan ini maka dibutuhkan pula pemimpin yang dengan sendirinya terus
menerus menjadi manusia pembelajar. (Bagus, 2001) mengatakan pemimpin
dengan sendirinya adalah seorang perceptual learner atau pembelajar yang
terus menerus yang tidak kenal lelah sehingga pemimpin harus perseptif atau
tanggap terhadap persoalan, mampu memotivasi, memiliki kekuatan emosional
dalam memenangkan kecemasan, mengubah asumsi budaya (mampu menjual visi

11

dan konsep baru) dan mampu menciptakan keterlibatan dan partisipasi serta
mempelajari budaya baru.
Ukuran dan efektifitas pemimpin adalah seberapa banyak kemampuan
bawahan dalam menyelesaikan tugas tanpa kehadiran pemimpin (Bass dan
Avolio, 1990). Bawahan belajar memecahkan masalah dengan cara sendiri secara
kreatif dan inovatif. Melalui praktik intelektual ini, mitra kerja diberi kesempatan
seluas-luasnya oleh pemimpinnya untuk bertindak secara kreatif dan inovatif
dalam menyelesaikan masalahnya. Dengan kata lain bawahan diberi kesempatan
oleh pemimpin untuk berekspresi diri dan mengembangkan diri.
Menurut Penelitian Shung Jae Shin (2003) data 290 karyawan dan para
penyelia dari 46 Perusahaan Korea, peneliti menemukan bahwa kepemimpinan
transformational secara positif berkolerasi dengan kreativitas karyawan, pengikut
"konservasi" terhadap suatu nilai, mempererat hubungan dengan pemimpin, dan
memiliki motivasi intrinsik memberikan kontribusi dari interaksi kepemimpinan
transformational

dan

konservasi

secara

parsial

memberikan

kepemimpinan transformational terhadap kreativitas. Peneliti

kontribusi

mendiskusikan

serta mengimplikasikan dari hasil ini ke dalam riset dan praktek.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran
kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan
melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998). Bogdan dan Taylor
(1984, dalam Moleong, 2007) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

12

Menurut Kirk dan Miller (1986) pada mulanya bersumber pada pengamatan
kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Lalu mereka
mendefinisikan bahwa metodologi kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
manusia dalam kekhasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. Penelitian kualitatif
memiliki ciri atau karakteristik yang membedakan dengan penelitian jenis
lainnya. Dari hasil penelaahan pustaka yang dilakukan Moleong atas hasil dari
mensintesakan pendapatnya Bogdan dan Biklen (1982) dengan Lincoln dan Guba
(1985) ada sebelas ciri penelitian kualitatif, yaitu:
1. Penelitian kualitatif menggunakan latar alamiah atau pada konteks dari
suatu keutuhan (enity).
2. Penelitian kualitatif intrumennya adalah manusia, baik peneliti sendiri
atau dengan bantuan orang lain.
3. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif.
4. Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif.
5. Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan
teori subtantif yang berasal dari data.
6. Penelitian kualitatif mengumpulkan data deskriptif (kata-kata, gambar)
bukan angka-angka.
7. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses dari pada hasil.
8. Penelitian kualitatif menghendaki adanya batas dalam penelitian nya atas
dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam peneltian.
9. Penelitian

kualitatif

meredefinisikan

validitas,

realibilitas,

dan

objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan


dalam penelitian klasik.
10. Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus
disesuaikan dengan kenyataan lapangan (bersifat sementara).

13

Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi


yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sumber
data.

BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
F. Pelaksanaan Penelitian.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, observasi dan wawancara dilakukan
secara terpisah, pada hari yang berbeda. Hal ini dilakukan, agar hasil wawancara
dapat di check dengan observasi. Pelaksanaan dilakukan di kantor dan di proyek
tempat subjek bekerja dan berhubungan dengan pekerja. Wawancara dengan
subjek dan significant other dilakukan satu kali, yaitu pada saat sore hari selepas
pulang kerja subjek dan juga sore hari selepas pulang kerja significant other.
Kendala yang ditemui dalam penelitian ini adalah peneliti sulit
menyampaikan hasil penelitian dengan bahasa dan kalimat yang tepat serta mudah
dipahami, namun kemudahan dalam penelitian ini subjek tidak sulit untuk
ditemui.

Data

mengenai

gaya

kepemimpinan

transformasional

dalam

menumbuhkembangkan kreativitas pada subjek didapat melalui hasil wawancara


peneliti dengan subjek dan significant other, dan juga melalui hasil observasi
subjek sedangkan data mengenai faktor-faktor dan cara-cara gaya kepemimpinan
transformasional dalam menumbuhkembangkan kreativitas pada subjek didapat
melalui hasil wawancara peneliti dengan subjek dan significant other, dan juga
melalui hasil observasi subjek.
Sebelum proses pengambilan data dilakukan, peneliti terlebih dahulu datang
ke kantor subjek untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan kedatangan
peneliti. Setelah subjek bersedia untuk diambil datanya, maka peneliti membuat
janji kembali dengan subjek, sehari sebelum proses pengambilan data
berlangsung. Peneliti menghubungi subjek melalui telepon dan memberitahu
kapan waktu kedatangan peneliti ke rumah subjek.

BAB. V

14

PENUTUP
A. Kesimpulan.
a.

Gaya

kepemimpinan

transformasional

menumbuhkembangkan

kreativitas.
Pada penelitian ini, subjek merupakan pemimpin dalam organisasi
perusahaan konstruksi dan dapat diketahui bahwa kreativitas dalam gaya
kepemimpinan transformasional pada subjek terlihat subjek memiliki dan
mendapatkan rasa hormat dari karyawannya sehingga karyawan percaya kepada
pemimpin mereka sebagai bentuk perilaku karismatik. Subjek memberikan
kepercayaan bagi karyawannya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
dengan baik, subjek mempercayakan sepenuhnya tugas dan tanggung jawab kerja
kepada karyawannya untuk mengetahui potensi yang diyakini bahwa karyawan
tersebut mampu dan mau bekerja lebih baik, memberikan tugas dan tanggung
jawab sesuai dengan porsi yang diyakini mampu dijalankan dimana sebelum
dimulai suatu pekerjaan diberikan pengarahan serta dengan melihat hasil progress
pekerjaan, memberikan sepenuhnya kepercayaan bagi karyawannya untuk bekerja
dengan potensi, cara dan kreativitas yang dimiliki karyawannya. Subjek
menyampaikan dan memberikan pemahaman bagi karyawannya tentang visi dan
misi perusahaan yang harus sama-sama dipahami. Standar moral yang
ditampilkan berupa komitmen, kepercayaan dan kejujuran yang selalu diterapkan,
menerapkan standar moral religius yang dimana sebagai karyawan yang memiliki
religi yang baik akan memiliki hati yang bersih sehingga dapat dipercaya. Tujuan
dan tugas-tugas yang menantang dibangun oleh subjek agar dapat mendorong
potensi yang dimiliki karyawan. Subjek merasa tidak memahami dapat menjadi
model sehingga menimbulkan ide-ide baru, tetapi dengan gaya kepemimpinan
yang tampilkan diharapkan dapat dicontoh setiap hasil pemikiran kritis yang
dimiliki subjek. Subjek menggunakan gaya kepemimpinan transformasional
karena mereka mendapatkan hasil yang baik dari karyawannya dengan

15

membangun potensi, memberikan contoh perilaku serta pola-pola pikir yang


kritis. Inspirasi bagi subjek yang ditampilkan diharapkan dapat menjadi ide-ide
baru bagi karyawan. Subjek memiliki percaya diri dalam membangun potensi
yang dimiliki karyawan sehingga optimisme yang mereka miliki dapat terus hidup
dengan cara memberikan support dan memberikan penilaian yang lebih baik bagi
karyawan yang berprestasi dalam tugas dan tanggung jawabnya.
b.

Faktor-faktor

gaya

kepemimpinan

transformasional

menumbuhkembangkan kreativitas.
Dalam hal ini subjek memiliki karakter personal yang unik sebagai
pemimpin, dimana mereka membangun proses dalam memajukan potensi yang
dimiliki oleh karyawannya dengan memberikan tugas baru dan menantang
sehingga mereka lebih percaya diri, serta memberikan dorongan kepada karyawan
untuk lebih maju dalam pola piker yang kritis dan inovatif meski tidak selalu
menghasilkan produk baru tetapi hasil lain yang juga bermanfaat bagi orang lain.

c.

Cara-cara

gaya

kepemimpinan

transformasional

menumbuhkembangkan kreativitas.
Dalam hal ini subjek mempercayakan hasil pekerjaan yang dilaksanakan
oleh karyawannya dengan caranya sendiri namun sesuai dengan prosedur kerja
yang aman. Dengan kepercayaan tersebut diharapkan dapat membangun karyawan
lebih percaya diri dan lebih kritis. Tantangan menyelesaikan pekerjaan baru guna
mendorong karyawan lebih inovatif dan kreatif dalam menyelesaikan pekerjaan.

B. Saran.
Berikut ini adalah saran yang dapat penulis berikan pada kreativitas dalam
gaya kepemimpinan transformasional, serta bagi kemajuan manajemen organisasi
perusahaan:
1. Kepada subjek, disarankan untuk lebih banyak membangun potensi yang
dimiliki karyawannya sehingga visi dan misi yang ingin dicapai dapat

16

terlaksana dengan baik. Subjek diharapkan mampu memberikan arahan dan


dorongan agar dalam pemberian tugas-tugas baru serta memberikan ide-ide
bagi karyawan dapat dipahami dengan baik.
2. Kepada manajemen organisasi perusahaan, diharapkan, memberikan prosedur
kerja yang mudah dan memberikan support yang lebih baik kepada subjek
dalam memajukan perusahaan, begitu juga bagi karyawan yang memiliki
potensi lebih, diberikan tugas dan tanggung jawab lebih agar membangun
potensi yang dimilikinya serta kemampuan berpikir kritisnya terbentuk
menjadi sebuah ide kreatif bagi kemajuan perusahaan.
3. Bagi peneliti, diharapkan penelitian selanjutnya masih berada dalam konteks
kreativitas dalam gaya kepemimpinan transformasional, disarankan untuk
lebih memperluas serta memperdalam masalah penelitian dan mendapatkan
data yang lebih baik lagi. Dimana adanya aspek-aspek lain yang dapat
meningkatkan kreativitas dalam gaya kepemimpinan transformasional seperti
peran manajemen dan lembaga pengembangan kreativitas dan gaya
kepemimpinan dalam perusahaan, sehingga dapat meningkatkan pemimpinpemimpin transformasional serta kreatif lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Bass, B. M. (1990), Bass and Stogdill's Handbook of Leadership, 3rd Edition,
Free Press.
Basuki, A.M.H. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan
dan budaya. Depok: Universitas Gunadarma.
Crainer, Stuart (1996), Leaders on Leadership: 12 personal reflections on the
theme of leadership, Institute of Management.

17

Anda mungkin juga menyukai