PEMBAHASAN
2.1
Lingkungan akuatik adalah tempat hidup hewan yang berupa air, baik air
tawar, air laut, air payau, dan area basah. Sebagian besar permukaan bumi (lebih
dari 70%) tertutup oleh air. Sebagian tersebar dari perairan tersebut berupa lautan
atau marin. Air tawar yang terdapat di danau dan sungai hanya merupakan bagian
kecil saja, yaitu 1% dari luas seluruh permukaan air dan hanya 0,01% dari volume
seluruh air laut. Kehidupan dapat dijumpai di berbagai kedalaman air, baik pada
dasar air yang padat maupun pada badan air yang kedalamannya dapat mencapai
10.000m atau lebih. (Isnaeni, 2006)
2.2
Waduk
merupakan
perairan
menggenang
akibat
pembendungan secara sengaja beberapa sungai
untuk kepentingan tertentu. Dikenal tiga tipe
waduk, yaitu waduk irigasi, waduk lapangan dan
waduk serbaguna. Waduk irigasi berasal dari
pembendungan sungai intermiten, memiliki luas
antara 10500 Ha dan difungsikan untuk kebutuhan
irigasi.
Waduk
lapangan
berasal
dari
pembendungan sungai episodik dengan luas kurang
dari 10 ha, dan difungsikan untuk kebutuhan seharihari masyarakat di sekitar waduk, seperti
Waduk
Sungai Sempor,
Kebumen
Sumber: Satino, 2007
2. Air Laut (Sea Water)
Lingkungan air laut merupakan ekosistem yang paling
luas di bumi ini. Luas ekosistem air laut hampir lebih dari
dua per tiga dari permukaan bumi (+ 70 % ), Ekosistem
air laut memiliki salinitas (kadar garam) tinggi, NaCl
mendominasi mineral ekosistem laut hingga mencapai
75%, dan ekosistem air laut tidak dipengaruhi oleh iklim
dan cuaca.
masuk
hingga
kedasar
perairan
sehingga
produktivitas organisme fotosintetik didalamnya
juga tinggi. Organisme yang ada di zona ini antara
lain rumput laut, anemon, kepiting, dan bintang laut.
2) Zona neritik atau zona laut dangkal, zona ini berada
di antar zona intertidal dan zona pelagik. Kedalamn
rata-rata zona ini adalah sekitar 200 m. Proses
fotosintesis berlangsung di zona neritik karena
cahaya matahari dapat menembus hingga ke dasar
laut. Di wilayah tropis, zona neritik biasanya dihuni
oleh terumbu karang, yang menjadi rumah berbagai
ikan tropis, dan lebih dari 4000 spesies ikan
menghuni terumbu karang, seperti parrotfish,
angelfish, dan penghuini karang lainnya seperti
spons, Cnidaria, cacing, moluska, bintang laut, dan
ular laut.
3) Zona pelagik atau zona laut terbuka, memiliki ratarata kedalaman 4000 m dan sekitar 75% air laut
terdapat pada zona ini. Zona ini paling tidak
produktif dibandingkan zona intertidal dan fotik.
Organisme di zona ini hidup dengan cara menyaring
makanan, memakai bangkai, atau memangsa
organisme lainnya. Ikan yang hidup di laut yang
lebih dalam beradaptasi dengan baik akan ketiadaan
cahaya dan jarangnya makanan. Ikan di laut dalam
akan makan sebanyak mungkin ketika makanan
banyak tersedia.
Berdasarkan ada atau tidak adanya penetrasi cahaya,
ekosistem laut dapat dibagi menjadi beberapa zona, yaitu:
1) Zona fotik, yaitu area permukaan laut yang masih menerima
cahaya matahari dalam jumlah yang cukup untuk proses
fotosintesis organisme.
2) Zona bentik yaitu area dasar laut
3) Zona afotik yaitu zona pertengahan antara permukaan
dengan dasar laut yang tidak menerima masukan cahaya
matahari yang cukup untuk fotosintesis organisme.
lain, sehingga
kelestariannya.
lingkungan
rawa
harus
tetap
dijaga
2. Gambut
Gambut adalah jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisasisa tetumbuhan yang setengah membusuk; oleh sebab itu, kandungan
bahan organiknya tinggi. Tanah yang terutama terbentuk di lahan-lahan
basah ini disebut dalam bahasa Inggris sebagai peat; dan lahan-lahan
bergambut di berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama
seperti bog, moor, muskeg, pocosin, mire, dan lain-lain.
Sebagai bahan organik, gambut dapat dimanfaatkan sebagai
sumber energi. Volume gambut di seluruh dunia diperkirakan sejumlah
4 trilyun m, yang menutupi wilayah sebesar kurang-lebih 3 juta km
atau sekitar 2% luas daratan di dunia, dan mengandung potensi energi
4. Air Payau
Menurut Dyer (1997), Estuaria adalah perairan yang semi tertutup
yang berhubungan bebas dengan laut, meluas ke sungai sejauh batas
pasang naik, dan bercampur dengan air tawar, yang berasal dari drainase
daratan. Menurut Bengen (2002) juga mendefinisikan estuaria sebagai
wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan
laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Berdasarkan
pendapat beberapa para ahli maka dapat disimpulkan bahwa estuaria
dapat didefinisikan sebagai suatu perairan pesisir semi tertutup yang
memiliki hubungan bebas dengan laut lepas, sangat dipengaruhi oleh
gaya pasang surut dan didalamnya tercampur air laut dengan air tawar
yang berasal dari drainase daratan.
Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilkan suatu
komunitas yang khas, dengan lingkungan yang bervariasi, antara lain:
1) Tempat bertemunya arus air tawar dengan arus pasang- surut, yang
berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada
10
11
4. Estuaria yang dihasilkan oleh proses tektonik, seperti patahan atau tenggelamnya
permukaan tanah, yang memungkinkan terjadinya aliran air tawar.
Penggolongan Estuaria Berdasarkan Distribusi Salinitas
1. The highly stratifies estuary (salt wedge estuary), air laut masuk ke
sungai seperti taji (menukik ke dasar), sedangkan air tawar menuju ke
laut melalui permukaan air laut yang masuk. Ketika pencampuran selesai,
maka terbentuklah strata atau lapisan air, yang mana bagian bawah
adalah air laut.
2. The highly stratifies estuary (fjord type), estuaria ini pada prinsipnya
sama dengan tipe estuaria sebelumnya (salt wedge estuary), kecuali
adanya sill di mulut fjord sehingga arus pasang lebih ketat. Air tawar
secara terus-menerus keluar melalui permukaan, tetapi penggantian arus
pasang mungkin hanya terjadi tahunan dan tidak menentu, sehingga
kondisi oksigen terlarut di dekat dasar fjord biasanya.
3. Partially mixed estuary, estuaria ini dicirikan dengan efisiensi pertukaran
air asin dan air tawar. Permukaan air tidak begitu asin dibandingkan
bagian dasar perairan. Pencampuran air masuk dari dasar perairan dan
keluar melalui permukaan terjadi di sepanjang estuaria.
4. The vertically homogeneous estuary, pada estuaria ini arus pasang
sangat kuat dibandingkan dengan aliran sungai yang masuk ke estuaria,
sehingga pencampuran vertical menjadi intensif dan membuat salinitas di
estuaria secara vertical dari dasar ke permukaan homogeny.
Di estuaria terdapat tiga komponen fauna yaitu fauna laut, fauna air
tawar dan fauna payau.
13
Komponen fauna yang terbesar adalah fauna air laut, yaitu hewan
stenohaline yang terbatas kemampuannya dalam mentolerir perubahan
salinitas (umumnya 36 %) dan hewan euryhaline yang mempunyai
kemampuan untuk mentolerir berbagai perubahan penurunan salinitas
dibawah 30 %. Spesies semacam ini mampu menembus hulu estuaria
dengan kejauhan bervariasi. Kebanyakan dapat mentolelir salinitas sampai
dengan 65 %.
Komponen fauna air payau terdiri dari spesies organisme yang hidup
dipertengahan daerah estuaria pada salinitas antara 5-30%. Spesies-speies
ini tidak ditemukan pada perairan tawar maupun laut, seperti: polichaeta
(Nereis sp), Tiram (Crassostrea sp, Ostrea sp), udang (Palaemonetes sp)
dan sebagainya.
Komponen fauna air tawar terdiri dari hewan yang tidak mampu
mentolerir salinitas diatas 5% dan hanya terbatas pada bagian hulu
estuaria.
2.3
53oC Oscillatoria terebriformis juga dapat berkembang, dan pada suhu 4748oC digantikan oleh Pleurocapsa dan Calothrix. Di Islandia dan Selandia
Baru, Mastigicladus laminosus ditemukan pada suhu 63-64oC. Temperatur
ini menunjukkan batas teratas untuk kehidupan tumbuhan hijau. Pada
sumber mata air panas di atas suhu 50oC hanya bakteri dan Cyanophyta
yang dapat hidup. Jadi pada lingkungan tersebut hanya prokariot yang
dapat hidup.
Jumlah bakteri saprofit di sungai dan mata air tergantung dari musim.
Pada musim panas dan musim dingin akan memiliki jumlah yang berbeda
dan mengalami fluktuasi. Jumlah bakteri tertinggi pernah dihitung selama
musim dingin dengan keadaan temperatur rendah dengan nutrisi yang
didapatkan dari limbah. Jumlah yeast di sungai meningkat karena limbah
yang dibuang ke sungai cukup besar. Pada arus air yang jernih yeast jarang
ditemukan. Spora-spora jamur tingkat tinggi secara melimpah berada di
sungai dan merupakan bagian penting dari peningkatan limbah. Sedangkan
komposisi populasi fungi tingkat rendah tergantung dari jumlah bahan
organik yang masuk.
b) Distribusi pada Danau
Jumlah bakteri saprofit di danau tergantung dari tipe danau. Pada
danau tipe oligotrofik berbeda dengan tipe danau mesotrofik, danau
eutrofik, dan distrofik. Jumlah terbesar biasanya pada tipe danau eutrofik.
Pada danau yang jernih jumlah tertinggi bakteri pada saat jumlah nutrien
fitoplankton diproduksi paling tinggi. Distribusi vertikal bakteri tergantung
dari perbedaan musim. Selama musim panas yang paling berkembang
adalah alga dan bakteri. Tidak hanya jumlah total bakteri pada berbagai
zona yang berbeda tetapi juga komposisi dari spesiesnya. Bakteri
heterotrofik mencapai jumlah maksimum bila berada dalam zona
termoklin dan yang kedua di atas dasar danau.
Distribusi mikroba pada danau mesotrofik dipengaruhi oleh
persediaan oksigen. Bakteri Metallogenium personatum ditemukan pada
lapisan 10 meter dari permukaan. Pada kedalaman 10,75 meter, dimana
H2S
selalu
ada
maka
bakteri
sulfur
sepertiRhodothece
conspicua dan Thiocapsa sp. mencapai jumlah maksimum. Bakteri sulfur
hijau, misalnya Pelodictyon luteolum di bawah kedalaman 11-11,5 meter
menjadi
paling
dominan
jumlahnya.
Sejumlah
bakteri
coklat Chlorochromatium dan Pelodictyon roseoviride juga didapatkan
pada kedalaman 11-12 meter. Bakteri Peloploca pulchradidapatkan pada
kedalaman 13,0-22,5 meter. Jumlah terbesar bakteri fotototrof yang pernah
diobservasi di danau eutrofik bergaram adalah 48 juta per ml, dan pada
danau oligotrofik air tawar mencapai 3,5 juta per ml.
Cyanophyta tersebar luas dalam danau perairan dalam. Pada danau
oligotrofik, fitoplankton ini tergolong sangat kecil. Proses peningkatan
dengan cara eutrofikasi. Dalam danau eutrofik, Cyanophyta terdapat pada
15
musim panas dan nampak warna kehijauan pada air. Hal ini terjadi pada
lapisan sekitar 1-2 meter. Peningkatan eutrofikasi juga meningkatkan
perubahan populasi Cyanophyta, misalnya Oscillatoria rubescens.
c)
d)
meter hanya sangat kecil jumlah bakteri saprofit yang ditemukan, dan di
bawah 1000 meter jumlah sangat sedikit.
Cyanophyta berperan penting sebagai fitoplankton di laut. Anggota
dari genusTrichodesmium tersebar luas di perairan tropis. Cyanophyta
tidak hanya dapat diobservasi dari zona fotik tetapi juga dapat diambil dari
laut
yang
lebih
dalam.
Misalnya
genus Nosctoc dan
spesies Dactyliococcopsi dari Samudera Indonesia dan Samudera
Atlantik. Nosctoc planktonicum juga didapatkan pada kedalaman 1000
meter.
Distribusi Phycomycetes laut telah diteliti di luat utara dan laut
Atlantik Tenggara. Jumlah tertinggi sebanyak 2000 fungi per liter
didapatkan pada tanah di dekat laut terbuka. Perbedaan jumlah disebabkan
pengaruh musim. Sedangkan distribusi yeast di laut juga telah dipelajari.
Jumlah yeast relative tinggi dalam pantai yang banyak limbah. Walaupun
demikian, yeast masih dapat ditemukan pada laut terbuka, misalnya di
Samudera Indonesia pada kedalaman 2000 meter.
2.3.2
20