Anda di halaman 1dari 5

Banyaknya Masyarakat Desa Sumberjo Yang Tidak Bisa

Membaca Dan Menulis Dengan Baik Dan Benar


Oleh
Fajar Frihdianto (K2514030)
Abstrak
Buta
huruf
merupakan
ketidakmampuan
seseorang
untuk
membaca,menulis,dan menghitung. Hal inilah yang menjadi masalah yang
dihadapi masyarakat.Oleh karena itu, buta huruf harus diberantas untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah mempunyai banyak
program untuk menghapuskan buta huruf dalam masyarakat. Kita sebagai
generasi penerus bangsa juga harus ikut berperan aktif serta berpartisipasi
dalam pemberantasan buta huruf. Kegiatan pemberantasan buta huruf kepada
masyarakat dilakukan melalui pelayanan pendidikan non formal, pelayan
pendidikan secara non formal ini harus dilakukan secara terus menerus dan
harus diselenggarkan secara gratis bagi semua masyarakat buta huruf (Saleh
Marzuki, 2001). Pemberantasan buta huruf ini juga dilakukan dalam beberapa
tahap, yaitu tahap identifikasi peserta didik (agar program ini tepat sasaran),
tahap pelaksanaan program (pelaksanaan harus dilakukan oleh guru yang
telah berpengalaman dalam bidang pemberantasan buta huruf agar program
ini biasa benar-benar berhasil), dan tahap evaluasi hasil program(evaluasi
harus dilakukandengan sesunggsuh-sungguhnya agar buta huruf benar-benar
berkurang). Pendidikan secara non-formal bisa dilakukan dengan cara
melakuan seminar tentang pentingnya pendidikan, sehingga timbul kesadaran
masyarakat untuk belajar. Pemberantasan buta huruf dengan Metode
keaksaraan fungsional yang telah dilakukan oleh pemerintah ini sudah cukup
berkontribusi berhasil (Mokhamat Muhsin, 2006) Dengan adanya kegiatan
pemberantasan buta huruf, diharap masyarakat yang mengalami buta huruf
bisa dikurangi. Progaram ini dilakukan agar masyarakat mampu meningkatkan
kemampuan untuk kehidupan yang lebih maju dan lebih berguna.
Kata kunci : buta huruf, metode keaksaraan fungsional
Pendahuluan
Buta huruf dalamartian buta bahasa indonesia,buta pengetahuan dasar,buta aksara dan
angka,buta informasi dan teknologi merupakan beban berat bagi masyarakat untuk
mengembangakan kualitas hidup dan meningkatkan kesejahteraan hidupnya, karena tidak dapat
memanfaatkan setiap peluang yang ada di dalam masyarkat (Umberto Sihombing, 2001). Karena
mengalami buta huruf ini masyarakat tidak mampu memanfaatkan setia peluang di lingkungannya
sehingga taraf kehidupannya rendah. Masyarakat buta huruf merupakan masyarakat yang belum
pernah mendapatkan pendidikan sekolah sehingga masyarakat benar-benar tidak tahu pendidikan
dasar 3M (membaca, menulis, dan menghitung). Pada umumnya masyarakat buta huruf ini berasal
darikeluarga miskin yang tidak mampu membiayai pendidikan sekolah.
Pemberantasan buta huruf merupakan salah satu program pendidikan pada jalur non-formal
yang saat ini sedang dilaksanakan menjadi bagian intergral dari upaya pemerintah untuk
mengentaskan masyarakat dari kebodohan,kemiskinan,keterbelakangan,serta ketidakberdayaan
(Mokhamat Muhsin, 2006). Program ini bertujuan agar penyandang buta huruf memperoleh
keterampilan dasar untuk bacaa,tulis,hitung serta mampu berbahasa Indonesia dan memperoleh
keterampilan fungsional yang dapat berguna bagi kehidupanya.

Masih banyaknya masyarakat buta huruf ini disebabkan adanya pertambahan penduduk buta
huruf baru dikarenakan banyaknya anak yang putus sekolah dasar, adanya rasa malu untuk belajar
karena keterbatasab usia serta kurangnya kepedulian masyarakat lain kepada penyandang buta
huruf (Mokhamat Muhsin, 2006).
Program pengentasan buta huruf memang sangat gencar dilakukan oleh pemerintah. Banyak
metode yang digunakan oleh pemerintah untuk memberantas buta huruf salah satunya adalah
penggunaan metode Keaksaraan Fungsional, metode ini menggunakan bahasa daerah dalam proses
pembelajarannya. Keaksaraan fungsional sangat membantu para pengajar sebab banyak
penyandang buta huruf yang tidak mengerti jika di jelaskan menggunakan bahasa indonesia, oleh
sebab itu penggunaan keaksaraan fungsional sangatlah membantu alam proses pengentasan buta
huruf.
Pembahasan
A. Perbandingan masyarakat buta huruf dengan masyarakat melek huruf di desa
Sumberjo
Desa Sumberjo merupakan salah satu desa yang ada di kelurahan
Girimargo,Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen.Desa Sumberjo memiliki luas wilayah sekitar
54 hektar.Desa Sumberjo memiliki total penduduk sebanyak 1435 orang. Di desa Sumberjo
masih banyak warga yang buta huruf.Menurut observasi yang saya lakukan bersama pihak
kelurahan,berikut ini hasil yang bisa saya sampaikan :
Tabel Jumlah Penduduk Penyandang Buta Huruf di Desa Sumberjo
Umur Penduduk
Laki-Laki
Perempuan
10-15
16-20
5 orang
3 orang
21-25
7 orang
26-30
4 orang
6 orang
31-35
9 orang
13 orang
36-40
14 orang
9 orang
41-45
8 orang
15 orang
46-50
29 orang
31 orang
50- keatas
26 orang
38 orang
Total Penduduk
102 orang
115 orang
Dari data di atas,saya dapat menyimpulkan bahwa angka buta huruf di Desa Sumberjo
sebagai berikut :

Pesentase angka butahuruf =

Jumlah butahuruh
X 100
Jumlah Penduduk Desa Sumberjo

217
X 100
1435
= 15,121%

Sedangkan angka melek huruf di desa Sumberjo bisa di simpulkan bahwa:

Pesentase melek huruf =

Jumlah PendudukJumlah butahuruf


X 100
Jumlah Penduduk Desa Sumberjo

1435217
X 100
1435
= 84,879%

Jadi jumlah penduduk buta huruf di Desa Sumberjo sebanyak 15,121% dari total
penduduk ,sedangkan 84,879% warga Sumberjo merupakan warga melek huruf. Sehingga
perbandingan jumlah penduduk buta huruf dengan warga melek huruf yaitu 1 : 5,5 .
B. Faktor Penyebab Banyaknya Masyarakat Di Desa Sumberjo Yang Mengalami Buta
Huruf Di Desa Sumberjo
Dari data observasi di atas Angka Buta Huruf di Des Sumberjo masih cukup tinggi
yaitu 15,121% dari total penduduk di Desa Sumberjo. Dari data obsevasi diatas dapat dilihat
bahwa penyandang buta huruf di Desa Sumberjo adalah yang berusia lebih dari 30 tahun. hal
itu yang mendorong saya untuk melakukan wawancara kepada salah satu penyandang buta
huruf di Desa Sumberjo, berikut ini merupakan ulasan dari wawancara saya dengan salah satu
penyandang buta huruf di desa sumberjo :
Nama narasumber
: Sumi
Umur narasumber
: 53 tahun
Hari/tgl. Wawancara
: Senin,22 Desember 2014
Temat wawancara
: Sumberjo RT. 12 (Rumah Narasumber), Girimargo, Miri
Kutipa wawancara
:
Fajar : Mbokde sing marai wong mbiyen ora isoh moco karo nulis niku nopo mawon?
Sumi : Mbiyen kie mbokku anake akeh, mung sing lanang sing di kon sekolah, tunggal ku 7
sing sekolah yo mung pakde waluyo karo lek siman. Sing liyane kon ngewangi dodol
krupuk mbah mu..
Fajar : Mbiyen sekolah opo larang mbokde?
Sumi : Sekolah nak jaman ndhisek yo larang tur isih arang sekolahan, mbiyen lek mu nak
mangkat sekolah terimo mlaku, bedo karo cah sakiki. Cah saiki uripe nak yow wes
kepenak..turo wong mbiyen kie wes seneng nak weruh anake ki kerjo esoh golek duit
dewe .
Fajar : Hla sampeyan wes pernah sekolah, mbokde?
Sumi : Mbiyen yo pernah melu sekolah buta huruf nak nggone pak carik ning yo wes lali.
Fajar : Nggih mbokde, matur suwun.
Dari kutipan wawancara diatas dapat saya simpulkan bahaw faktor yang menjadi
penyebab banyaknya warga Buta huruf di Desa Sumberjo yaitu :
1. Tidak pernah merasakan bangku sekolah, sehingga belum pernah mendapat pembelajaran
sekolah dasar.
2. Faktor kemiskinan,hal itu yang menyebabkan dulu banyak orang yang putus sekolah dan
lebih baik bekerja untuk membantu orang tua.
3. Orang tua menganggap sekolah tidak penting,pada jaman dulu orang tua tidak begitu
paham arti pendidikan dan manfaat pendidikan.
4. Pada zaman dulu jumlah anak juga mempengaruhi tingkat kemiskinan di dalam
masyarakat sehinng hanya anak laki-laki yang biasanya di sekolah kan
5. Pada jaman dulu biaya pendidikan cukup malah serta masih jarangnya lembaga
pendidikan juga mempengaruhi tingkat buta huruf.
6. Dulu telah dilakukan sekolah buta huruf di desa Sumberjo, tetapi karena setelah program
selesai tidak ada evaluasi dan tindak lanjut lagi dari pemerintah, sehingga banyak warga
yang sudah lupa karena sudah tidak di asah kembali.
C. Cara mengurangi Angka Buta Huruf
Buta aksara dapat diselesaikan dengan berbagai cara, diantaranya dengan:
1.
Mengurangi jumlah anak yang tidak bersekolah.

2.
3.

4.

5.

6.
7.
8.

9.

Pemerintah harus berupaya untuk menekan anak usiaa sekolah yang tidak sekolah dan
putus sekolah yang diakibatkan oleh masalah kemiskinan, maupun yang diakibatkan oleh
jauh dari layanan pendidikan.Membuat cara-cara baru dalam proses pembelajaran.
Membuat cara-cara yang baru yang asyik agar peserta didik tidak bosan untuk belajar dan
menjaga kemampuan beraksara bagi peserta didik.
Adanya niat baik dan sungguh-sungguh dari pemerintah.
Pemerintah harus mempunyai niat yang baik, sungguh-sungguh dan serius untuk
memberantas buta aksara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk meningkatkan
Indeks Pembangunan Manusia.
Pemerintah pusat bekerjasama dengan pemerintah daerah beserta ormas-ormas lain untuk
keberhasilan pelaksanaan program ini agar angka buta aksara di Indonesia dapat berkurang
semaksimal mungkin. Diharapkan dengan adanya bantuan dari ormas lain, angka buta
aksara dapat berkurang lebih cepat dan lebih terarah.
Pemerintah dapat bekerjasama dengan dinas pendidikan dimana upaya pemberantasan buta
aksara dilaksanakan oleh perguruan tinggi, utamanya oleh mahasiswa. Hal ini dikarenakan:
(pertama) para mahasiswa dapat dijadikan sebagai tutor yang telah mempunyai bekal
kemampuan akademis dan usia yang masih muda sehingga mempunyai idealisme yang
tinggi dalam rangka pencapaian tugas yang akan dibebankan. (kedua) mahasiswa akan
lebih intens bertemu dengan warga belajar karena berada di lingkungan warga belajar.
(ketiga) dengan pendekatan ini diharapkan waktu untuk pemberantasan akan empat kali
lebih cepat dibanding dengan pemberantasan yang ditangani oleh Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota dan organisasi lain. (keempat) adanya sebuah fakta bahwa nilai
mahasiswa dae di mata masyarakat masih sangat tinggi sehingga diharapkan kepercayaan
masyarakat terhadap program ini juga meningkat.
Perlunya keterlibatan berbagai pihak dalam upaya percepatan pemberantasan buta aksara.
Sosialisasi program pendidikan keaksaraan kepada masyarakat luas, terutama pada
masyarakat pedesaan agar jumlah penduduk buta aksara menurun melalui berbagai media.
Mempersiapkan, menyediakan dan meningkatkan kapasitas penyelenggaraan pendidikan
keaksaraan fungsional seperti ketenagaan, baik tenaga pelaksana maupun tutor,
meningkatkan insentif atau kesejahteraan bagi pelaksana, tutor dan penyelenggara
pendidikan keaksaraan fungsional lainnya, menyediakan sarana dan prasana pendidikan
keaksaraan.
Meningkatkan kinerja pendidikan dasar bagi kelompok usia sekolah guna menghindari
penambahan jumlah buta aksara akibat bertambahnya angka putus sekolah.

D. Metode yang paling tepat untuk melatih masyarakat buta huruf


Metode yang saat ini paling tepat di gunakan dalam pemerantasan buta huruf adalah
dengan menggunakan metode Keaksaraan Fungsional dengan mengunakan bahasa daerah.
Selain itu moetode pembelajaran keaksaraan fungsional juga membekali peserta didik dengan
berbagai keterampilan untuk mengenbangkan keterampilan serta wawasan seperti
menggunakan internet, bagaimana membuat usaha, bagaimana memanfaatkan hasil panen
secara maksimal, dll. Model pembelajaran menggunakan bahasa daerah yang menggunakan
bahasa daerah juga sangat membantu dan mempermudah peserta didik dalam proses
peembelajaran. Banyak warga yang tidak mengerti jika pengajar mengajar dengan bahasa
indonesia sehingga pengunaan bahasa daerah sangat
membantu. Kemudian model
pembelajaran keaksaraan fungsional tidak hanya mengajarkan masyarakat untuk baca, tulis,
dan hitung saja, tetapi metode ini juga mengajarkan kecakapan yang bersifat fungsional yang
digunakan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Menurut Mokhamat Muhsin, Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran


keaksaraan fungsional terdidri atas 4 prinsip dasar :
1. Konteks lokal artinya pembelajaran harus disesuiakan dengan keadaan dari peserta didik
misalnya pontensi yang dimiliki, situasi dan kondisi dari peserta didik, dan minat dari
peserta didik.
2. Desain lokal artinya pendidik dan peserta didik harus merancang sendiri rencana
pembelajaran agar rancangan kegiatan lebih fleksibel sehingga sesuai dengan keadaan
peserta didik.
3. Proses partisipatif artinya pendidik harus melibatkan seluruh peserta didik secara aktif
dalam setiap tahap kegiatan pembelajaran di dalam proses belajar mengajar.
4. Fungsionalisai hasil belajar artinya hasil yang diharapkan dari proses pembelajaran
yaitu peserta dididk dapat memfungsikan keaksaraannya untuk menganalisis dan
memecahkan masalah yang dihadapi dalam rangka meningkatkan mutu dan taraf
hidupnya.
Setelah proses pembelajaran dengan menngunakan metode keaksaraan fungsional, kita
perlu melakukan evaluasi tentang tingkat keberhasilan pengentasan buta huruf yang dapat
dilihat dari beberapa tolak ukur keberhasilannya yang meliputi :
1. Kemampuan fungsional untuk keperluan pribadi/individu yang meliputi kemapuan
peserta didik untuk membaca koran, membaca undangan, menulis formulir, dll
2. Kemampuan fungsional untuk membantu anak-anaknya yang meliputi kemampuan
untuk membantu mengerjakan PR anaknya, mampu menuliskan surat ijin saat anaknya
sakit, mengerti maksud dan tujuan jika ada surat edaran dari sekolah, dll
3. Kemampuan fungsional untuk masyarakat meliputi kemapuan untuk ikut serta dalam
acara-acara desa, ikut serta dalam acara diskusi, bisa membuat surat penyataan tanpa
harus memeinta bantuan RT,dll.
Kesimpulan
Buta aksara adalah ketidakmampuan seseorang untuk membaca dan menulis. Pemerintah
mempunyai program-program untuk memberantas buta aksara ini misalnya dengan adanya kejar
paket A, B, dan C, juga banyak didirikannya taman bacaan-taman bacaan. Namun dalam kenyataan
di lapangan banyak terdapat hambatan-hambatan yang menghadang untuk memberantas buta
aksara misalnya layanan pendidikan yang kurang menunjang atau yang masih jauh dari perumahan
penduduk padahal pemerintah sudah menganggarkan begitu besarnya entah dihilang dimana, juga
tenaga pengajar yang kurang, dan hambatan yang paling besar berasal dari peserta didik sendiri
yang agak malas untuk kembali belajar dan putus ditengah jalan.
DAFTAR PUSTAKA
Sihombing, Umberto.2001.Masalah, Tantangan, dan Peluang.Jakarta : CV Wirakarsa.
Muhsin, Mokhamat.Pembelajaran Keaksaraan Fungsional dan Kecakapan Warga Belajar.Jurnal
Ilmiah. Hal 37-41
Marzuki, Saleh.2001.Pendidikan Non-Formal. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Keaksaraan
Fungsional.
http://92putrimedan-sitiativa.blogspot.co/2011/11/keaksaraanfungsional.html (Diakses pada tanggal 20 Desember 2014)
Buta Huruf. http://herhaiper.blogspot.com/2011/06/buta-huruf.html (Diakses pada tanggal 19
Desember 2014)

Anda mungkin juga menyukai