PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesan yang tertangkap saat kita membicarakan sel adalah sel hanya
terdiri dari sitosol yang berupa cairan yang kental dan elastis dengan
organela-organela yang kesemuanya dilindungi oleh membran sel. Jika
dibayangkan, mungkin sel seperti halnya kantong plastik yang berisi cairan
kental dan benda-benda kecil. Kemungkinan, sel seperti halnya sebuah
benda yang lembek dan mudah berubah bentuk. Tetapi benarkah demikian?
Kita menyaksikan bahwa jaringan-jaringan pembentuk organ yang disusun
oleh sel-sel ternyata begitu kokoh dan sama sekali tidak berkesan lembek.
Seorang ilmuwan bernama Keith Porter dan sejawatnya berhasil
melihat sel dengan menggunakan teknik HVEM (High Voltage Electron
Microscope), yaitu suatu cara untuk melihat sel tanpa penyelubungan
(embedding). Pengamatan dengan teknik ini menunjukkan bahwa bagian
sitoplasma yang berada di sela-sela organela tampak penuh dengan anyaman
trimata benang-benang yang sangat halus (filamen-filamen). Anyaman ini
disebut dengan jala-jala mikrotrabekula. Dalam perkembangannya dan
karena anyaman tadi terdapat di dalam sitosol serta membentuk kerangka
sel, maka mikrotrabekula ini kemudian dikenal dengan nama sitoskeleton
(cyto: sel dan skeleton: rangka).
Berdasarkan struktur dan garis tengahnya, filamen-filamen yang
terdapat pada sitosol tersebut dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu
mikrotubula,
mikrofilamen,
dan
filamen
intermedia.Mikrotubula,
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sitosol
Sitosol yang dalam bahasa Inggris cytosol adalah bagian sitoplasma
yang berupa cairan yang terdapat di sela-sela organela. Lima puluh persen
volume suatu sel berupa sitosol (Laurine, 2011). Sitosol berbentuk fase cair
di dalam sitoplasma.
Ada yang menyebutkan bahawa sitosol adalah media tempat adanya
organel, ribosom, dan komponen granula sitoplasma adalah fase cair
berkesinambungan yang mengisi sel. Sitosol tidak hanya merupakan larutan
encer, akan tetapi mempunyai komposisi yang kompleks dan konsistensinya
hampir seperti gel. Pada keadaan normal pH sitosol adalah netral yaitu 7.
cahaya.
Gerak brown adalah gerak acak partikel penyusun koloid
Gerak siklosis adalah gerak matrik sitoplasma berupa arus melingkar
Memiliki tegangan permukaan
Elektrolit yaitu kemampuan molekul menghantarkan arus listrik,
matriks sitoplasma dapat bertindak sebagai larutan penyangga atau
buffer.
b. Sifat biologis
Mampu mengenali rangsang atau irritabilitas
Menghantarkan rangsang atau konduktivitas
.
c. Sifat kimia
Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh sachs protoplasma disusun
reaksi
tumbuhan besar merupakan jenis lain gerak seluler yang disebabkan oleh
komponen sitoskeleton.
Kemungkinan terakhir dari fungsi sitoskeleton adalah pengaturan
aktivitas biokimiawi dalam sel. Beberapa bukti bahwa sitoskeleton dapat
menghantarkan gaya mekanis dari permukaan sel ke bagian dalamnya, dan
bahkan melalui serabut lain, ke dalam nukleus.
Sitoskeleton atau rangka sel tersusun atas tiga jenis serabut yang
berbeda, yaitu: mikrofilamen, mikrotubulus, dan filament intermediet.
dari
13
protofilamen
yang
tersusun
membentuk
suatu
Sel
yang
sedang
mengalami
reorganisasi,
2. Mikrofilamen
Mikrofilamen merupakan batang padat, disebut juga filamen aktin,
karena filamen ini tersusun dari molekul aktin, suatu protein globular.
Mikrofilamen adalah rantai ganda protein yang saling bertaut dan tipis.
Mikrofilamen berdiameter antara 5-7 nm. Karena kecilnya sehingga
pengamatannya harus menggunakan mikroskop arring. Mikrofilamen
tersusun dari elemen fibrosa dengan diameter 60 angstrom terdiri dari
protein aktin,dan juga mikrofilamen miosin dan tropomiosin yang banyak
terdapat di sel otot. Aktin adalah protein globular dengan BM 42000 dalton.
Merupakan protein terbanyak yang terdapat dalam sel eukariota hampir 5 %
dari seluruh protein sel. Aktin merupakan protein globular yang apabila
9
dibedakan
atas
sitokeratin
(epitel)
dan
sel,
filamen
intermedia
mempunyai
peranan
struktural
komponen sitoskelet, terutama aktin. Secara umum gerakan sel ini disebut
gerakan amoeboid. Mekanisme pergerakan sel yang amuboid yaitu
melibatkan tahap penjuluran membran dan daya rekat/adherence yang
menyebabkan sitoplasma sel mengalir ke depan.
Pada dasarnya gerakan amoeboid ini berlandaskan pada perubahan
keadaan fisik dari sitoplasma, yaitu perubahan dari keadaan kental (gel) ke
keadaan encer (sol). Adanya perubahan ini menyebabkan terjadinya aliran
sitoplasmik. Aliran sitoplasmik tersebut yang berberan besar adalah
mikrofilamen terutama aktin, misalnya saja aktinin dan filamin merupakan
suatu protein pengikat silang yang terdapat di sitosol, mampu mengubah
keadaan sitoplasma dari encer ke kental, sedangkan gelsolin dan vilin juga
kebalikannya. Kerja gelsolin dan vilin sangat dipengaruhi oleh kadar ion
Ca2+. Selain protein tersebut di atas, miosin yang terdapat dalam sel bukan
sel ototjuga berperan sangat penting dalam aliran sitoplasmik.Pendorong
gerakan sitoplasmik adalah interaksi antara aktin dengan miosin yang
dipacu oleh adanya ion Ca2+.
2. Gerakan Silia dan Flagela
Gerakan silia dan flagela berlandaskan pada kegiatan mikrotubula.
Gerakan flagela maupun silia merupakan gerak geseran antar duplet dengan
perantaran dinein. Jadi, terdapat tiga komponen penyebab terjadinya
geseran, yaitu: mikrotubula, dinein, dan ATP.
14
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sitoskeleton atau kerangka sel adalah jaring berkas-berkas protein
yang menyusun sitoplasmaeukariota.Sitoskeleton juga terlibat dalam
beberapa jenis motilitas (gerak) sel. Motilitas membutuhkan interaksi
sitoskeleton dengan protein yang disebut motor. Molekul motor sitoskeleton
menggoyangkan silia dan flagela. Molekul ini juga menyebabkan semua
otot berkontraksi. Vesikula mungkin berjalan ke tujuannya dalam sel
disepanjang mono-rel yang disediakan oleh sitoskeleton, dan sitoskeleton
memanipulasi membran plasma untuk membentuk vakuola makanan selama
fagositosis.
Serabut protein penyusun sitoskeleton ada 3, yaitu mikrotubula,
mikrofilamen, dan filamen intermedia. Mikrotubula ditemukan dalam
sitoplasma semua sel eukariotik dan merupakan serabut penyusun
sitoskeleton
terbesar.
Mikrotubula
berupa
batang
lurus
dan
3.2 Saran
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Sumadi dkk. 2007. Biologi Sel. Graha Ilmu : Semarang
Reece,Campbell dan Mitchell .2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Istanti, Annie, dkk. 1999. Biologi Sel. Malang: FMIPA UM.
Issoganti. 1993. Biologi Sel. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Campbell, N.A. 1993. Biologi.California : The Benjamin Commings Publishing
Company.
Karp, Gerald. 2004. Cell and Molecular Biology.
Sumadi dan Aditya Marianti. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wolfe, S.L. 1993. Molecular and Cellular
WadsworthPublishing Company Melmont.
Biology.California
18