Topik: Laringomalacia
Tanggal (kasus): 02/03/2016
Tangal presentasi: 17/03/2016
Tinjauan pustaka
Diagnostik
Istimewa
Bayi
Keterampilan
Penyegaran
Manajemen
Anak
Masalah
Remaja
Neonatus
Deskripsi:
Lansia
Dewasa
Bumil
An. M.I sesak napas hilang timbul yang semakin memberat sejak tadi
malam (13 jam SMRS)
Tujuan: Mengetahui penegakan diagnosa, etiologi, epidemiologi,
klasifikasi dan tatalaksana laringomalacia
Bahan
Tinjauan Riset
bahasan:
Cara
membahas:
Data pasien:
pustaka
Diskusi
Presentasi
Kasus
dan Email
Audit
Pos
diskusi
Nama: An. M.I
No
registrasi:
24.82.11
Terdaftar sejak: -
An. M.I 8 th Sesak napas hilang timbul yang semakin memberat sejak tadi
malam (13 jam SMRS), Keluhan sesak nafas yang dialami pasien telah
sering berulang. Pasien juga mengalami kejang pada seluruh tubuh
disertai demam saat di rumah, sebanyak 4 kali, Saat di IGD os kejang 1x,
masing-masing berlangsung selama 1 menit, dengan jarak 1 jam
antara kedua kejang tersebut dan pasien dikatakan sadar diantara kejang
tersebut serta setelahnya. Os tidak tidur setelah kejang. Pasien pernah
1
Riwayat kejang
Padang:
Bagian
Ilmu
Kesehatan
Telinga
Hidung
FKUI.
Bagi
Rumah
Sakit
Rujukan
Tingkat
Pertama
di
keluhan
tersebut semakin sering muncul dan dapat terjadi sepanjang hari. Ibu pasien
mengatakan bahwa saat bayi pasien sering tersedak saat diberi ASI dan
terkadang memuntahkan ASI tersebut yang mulai terjadi sejak berusia 1
bulan. Ibu pasien menyangkal adanya kebiruan pada bibir maupun bagian
tubuh pasien yang lain saat sesak terjadi.
Pasien juga mengalami kejang pada seluruh tubuh disertai demam
saat di rumah, sebanyak 4 kali, Saat di IGD os kejang 1x, masing-masing
berlangsung selama 1 menit, dengan jarak 1 jam antara kedua kejang
tersebut dan pasien dikatakan sadar diantara kejang tersebut serta
3
Riwayat kejang
Obyektif
Pemeriksaan Fisik
Status Present
-
KU
Kesadaran : Composmentis
RR
: 26 x/menit.
Nadi
T axial
: 37,6C.
Status Gizi
4
Status General :
o Kepala dan Leher :
Kepala :
Normocephali
Mata :
Palpebra
: tidak edema
: tidak ikterik
: 3 mm/3 mm
: isokor, normal
Hidung :
Kornea
: jernih
Bentuk
: simetris
Sekret
: tidak ada
Serumen
: minimal
Nyeri
: tidak ada
Bentuk
: simetris
Epistaksis
: tidak ada
Bentuk
: normal
Bibir
Gusi
Lidah :
Bentuk
tidak ada
: normal
: tidak tremor
Warna
: kemerahan
Hiperemi
: Tidak Ada
5
Edema
: tidak ada
Membran/pseudomembran : (-)
Tonsil :
Warna
: pink
Pembesaran
: tidak ada
Pulsasi
: tidak terlihat
Tekanan
: tidak meningkat
: tidak ada
Massa
: tidak ada
o Thoraks :
Dinding dada/paru :
Inspeksi: Bentuk
Retraksi
: Ada, subcostal
Dispnea
: ada
Pernafasan
: abdomino-thorakal
Palpasi:
Perkusi:
sonor/sonor
Jantung :
Inspeksi: Iktus : tidak terlihat
Palpasi:
Perkusi:
Batas kanan
Batas kiri
Frekuensi
: 130 x/menit
: tidak ada
o Abdomen
Inspeksi
: datar,
Palpasi:
Hati
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Hematologi
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
MCV/MCH/MCHC/RD
W-CV
MCV
MCH
MCHC
RDW-CV
Hasil
(02.03.2016
)
Hasil
(03.03.20
16)
Nilai
rujukan
Satuan
8,0
24,20
14,1
508
2,6
10,6
31,80
11,9
277
3,5
11-16
35-47
4.0-11.0
150-450
4.40-5.50
g/dL
%
109/L
109/L
1012/L
65,3
19,6
30
17.9
70,0
21,4
31
21,3
80.0-100.0
26.0-34.0
32.0-36.0
11.5-14.5
Fl
Pg
g/dl
%
7
Golongan darah/Rh
Mixed (Eo/Mo/Ba)
Limfosit
Neutrofil
B, Rh (+)
10,8
17,9
71,3
8,9
9,2
71,9
3-10
20-40
40-70
%
%
%
Assessment
I.
Definisi
Laringomalacia
adalah
kelainan
kongenital
pada
laring
berupa
Epidemilogi
Laringomalasia diperkenalkan oleh Jackson dan Jackson pada tahun
1942. Laringomalasia adalah anomali kongenital pada laring yang paling
sering terjadi. Anak laki-laki dilaporkan mengalami laringomalasia 2 kali lebih
sering daripada anak perempuan. Laringomalasia secara umum merupakan
kondisi self-limiting, akan tetapi dapat mengancam jiwa karena obstruksi
jalan nafas yang ditimbulkannya. Selain itu, laringomalasia juga dapat
menyebabkan terjadinya kor pulmonal dan kegagalan pertumbuhan pada
anak. Laringomalasia dan trakeomalasia merupakan dua kelainan kongenital
tersering pada laring (59,8%) dan trakea (45,7%) neonatus,bayi,dan anak
yang sering menyebabkan stridor.
8
Hawkins
dan
Clark
(1987)
yang
melakukan
evaluasi
dengan
III. Etiologi
Penyebab laringomalasia masih belum diketahui, namun banyak teori
yang menjelaskan patofisiologi laringomalasia. Terdapat hipotesis yang
dibuat berdasarkan model embriologi. Epiglotis dibentuk oleh lengkung
brakial ketiga dan keempat. Pada laringomalasia terjadi pertumbuhan
lengkung ketiga yang lebih cepat dibandingkan yang keempat sehingga
epiglotis
melengkung
ke
dalam.
Secara
umum
terdapat
dua
teori
disertai dengan imaturitas jaringan pada bayi yang baru lahir. Pada
kepustakaan disebutkan bahwa kelainan congenital ini bersifat otosomal
dominan. Teori ini didukung oleh penemuan Presscott yang mempelajari 40
pasien dengan laringomalasia. Semuanya mempunyai plika ariepiglotika
yang pendek. Dan sebanyak 68% mempunyai bentuk epiglotis infantile yang
semuanya bermanifestasi berat yang membutuhkan intervensi bedah. Dari
penelitian Wilson pada 10 bayi dengan laringomalasia didapatkan bentuk
laring infantile pada 2 bayi, 3 bayi dengan epiglottis melipat seperti omega
dan 5 sisanya memiliki epiglottis yang normal.
Pada teori neuromuskular, dipercaya penyebab primer kelainan ini
adalah
terlambatnya
perkembangan
kontrol
neuromuskular
dibanding
setelah
mengalami
kerusakan
otak
berat.
Keadaan
ini
pula
terjadinya
laringomalasia
pada
pasien
yang
yang cukup mampu menimbulkan obstruksi nafas. Namun dapat pula terjadi
sebaliknya dimana laringomalasia menyebabkan PRGE akibat perubahan
gradien tekanan intraabdominal/ intratorakal.
IV. Klasifikasi Laringomalasia
Berdasarkan letak prolaps dari struktur supraglotis, Olney dkk
membuat klasifikasi untuk laringomalasia. Laringomalasia umumnya
dikategorikan ke dalam tiga tipe besar berdasarkan bagian anatomis
supraglotis yang mengalami prolaps walaupun kombinasi apapun dapat
terjadi.
Tipe pertama melibatkan prolapsnya epiglotis di atas glotis. Yang
kedua melipatnya tepi lateral epiglotis di atas dirinya sendiri, dan yang
ketiga prolapsnya mukosa aritenoid yang berlebihan ke dalam jalan napas
selama periode inspirasi.
11
Manifestasi Klinis
Tiga gejala yang terjadi pada berbagai tingkat dan kombinasi pada
anak dengan kelainan laring kongenital adalah obstruksi jalan napas, tangis
abnormal yang dapat berupa tangis tanpa suara (muffle) atau disertai stridor
inspiratoris serta kesulitan menelan yang merupakan akibat dari anomali
laring yang dapat menekan esofagus.
Laringomalasia merupakan suatu proses jinak yang dapat sembuh
spontan pada 70% bayi saat usia 1-2 tahun. Gejala stridor inspirasi
kebanyakan timbul segera setelah lahir atau dalam usia beberapa minggu
atau bulan kemudian. Pada beberapa bayi tidak menimbulkan gejala sampai
anak mulai aktif (sekitar 3 bulan) atau dipresipitasi oleh infeksi saluran
nafas. Stridor yang terjadi bersifat bervibrasi dan bernada tinggi. Stridor
akan bertambah berat sampai usia 8 bulan, menetap sampai usia 9 bulan
12
dan kemudian bersifat intermiten dan hanya timbul bila usaha bernafas
bertambah seperti saat anak aktif, menangis, makan, kepala fleksi, atau
posisi supinasi. Setelah itu keadaan makin membaik. Rata-rata stridor terjadi
adalah
selama
tahun
bulan.
Tidak
ada
korelasi
antara
lama
aspirasi
dilaporkan
terjadi
pada
7%
anak
dengan
letak
prolaps
dari
struktur
supraglotis,
Olney
dkk
selalu menjadi ciri khas karena ini hanya ditemukan pada 30-50% pasien,
dan kebanyakan tidak ditemukan adanya stridor.
VI.
Diagnosis
Laringomalasia ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang berupa laringoskopi fleksibel dan radiologi.
a) Anamnesis
Dari anamnesis dapat kita temukan :
-
b) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisis ditemukan
- Pada pemeriksaan bayi terlihat gembira dan berinteraksi secara wajar.
- Dapat terlihat takipneu ringan
14
laringoskop
serat
fiber
fleksibel
selama
periode
langsung
merupakan
cara
yang
terbaik
untuk
dengan
baik,
namun
pada
keadaan
berat,
sulit
1.
Bayi
dengan
gangguan
pernapasan
berat,
gagal
tumbuh,
Bayi
dengan
gejala
yang
tidak
sesuai
dengan
gambaran
4.
dan
laringomalasia
Maggi
melaporkan
mempunyaikelainan
68%
dari
297
pernafasan
anak
lainnya
dengan
yang
Diagnosis Banding
Setiap kelainan yang menyebabkan obstruksi pada laring diagnosis
banding dari laringomalasia baik akibat kelainan kongenital, infeksi,
trauma, benda asing, tumor, paralisis pita suara, stenosis laring dan
trakea.
Laringomalasia
inspiratoris
lain
didiagnosis
pada
banding
anak-anak.
Antara
dengan
lain
penyebab
yaitu,
stridor
hemangioma
15,16
Plan
Diagnosis Masuk : Dispnea + observasi Kejang + Suspek Cerebral
Palsy + Gizi Buruk
16
dilakukan.
Teknik
yang
dipilih
tergantung
pada
kelainan
memotong
plika
ariepiglotika
yang pendek
yang menyebabkan
Gambar . Supraglotoplasti
Follow Up
Tangg
02.03.2016
03.03.2016
04.03.2016
al
S
(-)sesak , menangis.
T : 37,6 C
(-)sesak berkurang,
T : 38C
(-)sesak(-),
T : 37 C
RR : 26 x/i
RR : 22 x/i
RR : 18 x/i
Nadi : 90 x/i
Laringomalacia
Laringmalacia
IVFD RL 12 tpm
IVFD RL 12 tpm
Boleh Pulang
Ampicilin 3x500mg IV
Ampicilin 3x500mg IV
Terapi oral :
Dexamethason 3x 2,5
Dexamethason 3x 2,5
Paracetamol 4x 1cth
mg
mg
Paracetamol sirup 4x 1
Paracetamol sirup 4x 1
cth.
cth.
08.03.2016
(02.03.2016)
80 mg (ekstra)
Prognosis
19
20