Chapter II
Chapter II
27
beton bertulang dalam pembuatan core wall akan memberikan keuntungan berupa
kekakuan lateral yang diperoleh cukup tinggi, oleh karena konstruksi beton bertulang
mempunyai karakteristik kuat tekan yang tinggi. Oleh sebab itu core wall dengan
konstruksi beton bertulang ini akan sesuai untuk diaplikasikan pada struktur-struktur
gantung.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, penempatan struktur
core wall ini dalam aplikasi konstruksi bangunan, dapat ditempatkan pada posisi tengah
bangunan, dapat juga di posisi pinggir bangunan, atau bahkan di luar bangunan yang
direncanakan sebagai bagian struktur bangunan yang berguna untuk mendukung fungsi
utilitas bangunan (ruang lift, ruang shaft).
2.2. Karakterisitik Beban Core Wall
Dalam fungsinya sebagai sistem struktur, bagian vertikal dan horizontal dari
struktur core wall tersebut secara statis saling tergantung satu sama lainnya dalam
mendukung beban. Bisa saja bagian-bagian tersebut secara bersamaan sebagai sistem
struktur bekerja menahan beban vertikal dan horizontal. Oleh sebab itu, dalam proses
perancangannya ketergantungan masing-masing bagian tersebut harus dipertimbangkan
secara teliti untuk menghindari kegagalan sistem struktur core wall yang dibuat.
Secara umum, ada beberapa sistem dasar core wall yang dapat dijelaskan untuk
aplikasi struktur bangunan tinggi, yaitu (gambar 2.1):
a.
Core wall dan kolom, yang dapat disebut dengan sistem kolom.
28
b.
Core wall dengan struktur lantai kantilever, yang dapat disebut sebagai struktur
bebas pada lantai, dan pelat lantai dihubungkan pada struktur core wall sebagai
kesatuan struktur yang menyatu.
c.
Core wall dengan kolom-kolom yang didukung di atas satu struktur grid sebagai
alasnya, dimana di atas struktur pondasi hanya ada struktur vertikal saja.
d.
Sistem struktur core wall yang digabungkan dengan struktur pelat lantai yang
digantung pada suatu struktur grid di atasnya.
e.
Sistem core wall kombinasi yang dihubungkan dengan struktur kolom pada grid
atasnya, yang bertujuan untuk membuat suatu sistem struktur yang statis.
Dari uraian berbagai sistem core wall tersebut di atas, masing-masing sistem
29
Untuk menganalisa tekanan angin yang menimbulkan torsi yang bekerja pada
struktur core wall, perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a.
Perhitungkan umur rencana sistem struktur core wall yang direncanakan terhadap
periode ulang tekanan angin maksimum yang pernah terjadi di lokasi perencanaan.
b.
c.
sebagai berikut :
1
p =
Cs Ca Cg
2
Vh
H
h
(2.1)
dimana :
p
= kerapatan udara
30
perencanaan bangunan yang sangat tinggi, terutama yang terkait kepada masalah tingkat
kenyamanan bangunan dan pergeseran horizontal maksimum yang diijinkan yang bisa
mengakibatkan retak-retak pada bagian dinding partisi dan kaca. Oleh sebab itu
penggunaan formula ini harus betul-betul memperhatikan faktor frekuensi dan
amplitudo dari getaran yang diperhitungkan, yang tergantung pada fluktuasi alami
hembusan angin yang terjadi di sekitar lingkungan perencanaan.
Dimana kita ketahui bahwa tekanan angin pada dinding bagian luar bangunan
bisa menimbulkan permasalahan yang sangat kompleks. Karena bagian inilah yang
menerima tekanan angin dari luar dan meneruskannya ke struktur core wall melalui
struktur pelat lantai yang majemuk. Kesatuan struktur dengan pelat lantai yang
menghasilkan kekakuan yang baik menjadikan tekanan angian yang selalu berubah
dapat diasumsikan sebagai suatu beban terbagi rata yang bekerja pada sistem struktur
core wall sebagai gaya lateral.
31
Tekanan angin
tidak seragam
KOLOM
32
seragam. Dengan demikian sistem struktur core wall harus kaku di semua bagian
strukturnya, demikian juga pada bagian pondasi bawahnya.
z
y
y
x
Wx
Gaya
Torsi
Gambar 2.3.
Wy
33
eksentrisitas tekanan angin yang berkurang, yang juga akan memperkecil pengaruh
gaya torsi yang terjadi. Namun secara praktis untuk membuat pengaruh gaya torsi
tidak ada (nol) sama sekali dalam konstruksi bangunan di lapangan adalah
mustahil, dikarenakan gaya angin yang terjadi tidak pernah seragam dan simetris.
b.
Sudut datang gaya angin itu sendiri merupakan faktor penentu sebagai komponen
yang mempunyai nilai berbeda untuk setiap sudut datang yang berbeda, yang
sudah tentu akan menghasilkan torsi yang berbeda pula.
c.
Selain itu, yang pasti bentuk bangunan dan lubang-lubang pada struktur core wall
juga dapat mempengaruhi nilai torsi yang timbul.
Dalam proses rekayasa enjinering, walaupun torsi dipertimbangkan dengan
cukup kompleks, gaya tersebut dianggap sebagai beban terbagi rata yang bekerja searah
tinggi struktur core wall (Gambar 2.3).
2.3 Beban Torsi Terbagi Rata Teori Dasar
dengan
metode
Semi-Inverse
St.
Venant.
Dalam
metode
Semi-Inverse
ini
34
y
u = z r ( sin ) = - z r = - z y........
r
(2.3.1)
x
v = z r ( cos ) = + z r = - z x ...
r
(2.3.2)
(2.3.3)
=
+ x
(2.3.4)
=
y
yz
x
(2.3.5)
yz
yz
zx
= G
+ x ....
y
(2.3.6)
= G
y ...
x
(2.3.7)
Sehingga
xz yz
+
= 0 . (2.3.8)
y
x
Diambil fungsi tegangan (x, y ) maka
35
xz
yz
.......
x
(2.3.9)
= G
+ x ........ (2.3.10)
x
y
= G
x ..
y
x
(2.3.11)
Sehingga
= 2G . (2.3.12)
Untuk tampang thin-tube telah diturunkan oleh Bredt dengan persamaan yang
simple di tahun 1896. Persamaan ini sangat berguna pada torsi untuk beton bertulang.
Ditinjau elemen kecil dari thin-tube dengan variable ketebalan ditunjukkan pada gambar
2.5. Tube mempunyai sumbu z longitudinal yang dibebani momen torsi T pada sumbu z.
Suatu elemen ABCD diisolasi dengan tegangan geser seperti ditunjukkan ( sepanjang dz
). Tegangan geser pada muka AD adalah 1 dan pada muka BC adalah 2 . Tebal dari
muka AD dan BC adalah
dan
36
t = t
1 1
Bila
t =t
1
.........
(2.4.1)
= t , maka shear flow q = t dimana gaya geser per unit panjang. Maka q
T = q r ds
(2.4.2)
r adalah jarak pusat torsi dari sumbu punter ke gaya geser qds.
Dari Gambar 4.10 dapat dilihat bahwa rds sama dengan dua kali luasan segi tiga yang
dibentuk oleh r dan ds, maka luasan sekeliling dapat dimisalkan
r ds = 2A.
(2.4.3)
Dimana A adalah luasan total yang dibatasi oleh garis sumbu dinding. Substitusi
persamaan 4.40 kedalam persamaan 4.39 memberikan
q = t =
T
atau
2A
T
(2.4.4)
2 At
Menggunakan teori dasar tersebut untuk tampang segi empat lebar b, panjang a dinding
tipis tebal ta dan tb dengan ketinggian z maka momen torsi T = Tiz sehingga tegangan
geser pada permukaan lebar dapat ditulis sebagai berikut:
TiZ
(2.4.5)
2abt a
37
TiZ
(2.4.6)
2abt b
Dimana
TiZ 2 2b 2a
+
........
t a
8a 2 b 2 G t b
(2.4.8)
38
39