Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Satu etnis bangsa satu kebudayaan, dari kebudayaan yang bergam itu didalamnya terapat
suatu peninggalan berupa peradaban yang menyisahkan bangunan sebagaisaksi bisu. pula.
Dari sekian banyak perdaban yang telah menghiasi sejarah panjang didunia ini, kita
bisamelihat satu sisi dari peninggalan peradaban yang beragam tersebut yaitu arsitektur.
Diantara kita pasti banyak yang mengenal peradaban, mesir kuno, Kereta, Cina,
Mesopotania, dan banyak perdaban-perdaban lainnya.
Salah satu kejayaan di bidang arsitektur dapat dilihat pada zaman dinasti Turki Ottoman,
sekitar abad ke-16 Turki Usmani berada dalam masa keemasan dengan menguasai tiga
benua (Asia, Afrika dan Eropa) dan dua lautan (Laut Tengah dan Laut Merah) , ini sebagai
bukti pada saat itu Turki Usmani telah berhasil mengkokohkan seluruh aspek
kepemerintahannya secara baik.
Sama halnya dengan Perdaban Mesir ataupun Mesopotania dimana timbulnya sutu
perdaban itu tidak lepas dari pengaruh adanya suatu sungai yang menjadi taraf nadi dari
perdaban tersebut. kalau di Mesir ad sungai Nil, maka di Cina terdapat Sungai Hoang Ho.
Untuk mudahnya, umumnya sutu zaman itu dibagi kedalam beberapa kekaisaran atau
dinasti kaisar. Secara teoritis kebudayaan Cina dapat diungkap setidaknya sampai kurang
lebih 2000 tahun sebelum masehi, akan tetapi untuk peninggalannya terutama arsitektur
dapat kita lihat jauh setelahnya itu. Hal ini disebabkan karena bangunan yang terbuat dari
kayu tidak akan mungkin bertahan sampai beribu-ribu tahun lamanya. Untungnya pengaruh
dari luar yang tidak terlalu pesat masuknya ke Cina sehingga kebudayaan Cina termasuk
arsitektur hingga revolusi Cina seakan-akan keadaannya dari dulu hingga abad ke-18 masih
sepertio berates-raus tahun lamanya.
Kejayaan peradaban karya dinasi Turki Ottoman dan Cina tersebut hingga kini masih
bisa kita saksikan dalam wujud bangunan, baik berupa mesjid, istana, tata kota, rumah
sakit/sekolah, kuburan dan pemandian umum. Untuk itu, tulisan ini mencoba membahas
perkembangan dan corak arsitektur pada masa pemerintahan dinasti Turki Ottoman dan
Cina, mulai dari ragam bangunan yang mengandung nilai arsitekurnya, bentuk dan corak
arsitektur yang di kembangkan, para arsitek yang berjasa pada masa dinasti tersebut dan
hal-hal lain yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan ini khususnya perkembangan
arsitektur pada masa dinasti Turki Ottoman dan Cina.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, kami tertarik untuk membahas bagaimana sejarah
perkembangan serta arsitektur dari Dinasti Turki Ottoman dan Dinasti Cina. Oleh karena
itu, judul dari makalah ini adalah Sejarah Arsitektur Turki Ottoman dan Cina.
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada makalah ini yaitu terbatas pada sejarah perkembangannya,
arsitektur dari dinasti tersebut, serta pengaruhnya pada arsitektur dunia.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam makalah ini
adalah bagaimanakah sejarah Arsitektur Turki Ottoman dan Cina?
1.5 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana sejarah,
perkembangan, dan arsitektur Turki Ottoman dan Cina.
1.6 Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah agar mengetahui sejarah perkembangan
Arsitektur Turki Ottoman dan Cina sehingga tidak terlupakan dan dapat digunakan dalam
desain arsitektur.

BAB II
5

SEJARAH ARSITEKTUR TURKI OTTOMAN DAN CINA

2.1 Kekaisaran Turki Ottoman


2.1.1 Sejarah Peradaban (1300 1922)

Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari Kabilah Oghuz / Ughuj yang
mendiami daerah Mongol dan daerah Utara Negeri Cina. Pada Abad ke-13 M, saat
Chengis Khan mengusir orang-orang Turki dari Khurasan dan sekitarnya. Kakenya
Usman, yang bernama Sulaiman bersama pengikutnya bermukim di Asia kecil. Dari
perjalanan tersebut Sulaiman, ia tenggelam ketika menyemberangi sungai Efrat
(dekat Allepo). Sulaiman mempunyai empat saudara yang bernama, Shunkur,
Gundogdur, al-Thugril, dan Dundar. Dua puteranya kembali ke tanah air mereka.
Sementara yang kedua terakhir bermukim di Asia kecil. Di sana mereka di bawah
pimpinan Sultan Alauddin di Kunia. Saat Mongol menyerang sultan Alauddin di
Anggara (kini Angkara), al-Thugril membantu mengusir Mongol, sehingga berkat
jasanya itu, Alauddin memberikan daerah Iski Shahr dan sekitarnya. Al-Thugril,
mendirikan ibukota bernama Sungut, di sana lahir anak pertama bernama Usman pad
1258 M. Al-Thugril meninggal pada 1288 M. dan ia mendeklarasikan dirinya
sebagai Sultan, maka sejak itulah berdiri Kekaisaran Turki Ottoman.
Arsitektur Ottoman merupakan peninggalan dinasti Ottoman di turki, istanbul.
dimana dinasti ini yang mampu mengalahkan kekuasaan Byzantium di
constantinople atau Istanbul, yang sebelum-sebelumnya tidak ada yang dapat
menundukan Constantinople selama ber abad-abad, oleh Sultan Mahmud II 1453.

Arsitektur Masa ini berawal ketika mulai runtuhnya bani seljuk dan
terpengaruhnya oleh jejak arsitektur Byzantium kekaisaran Romawi, Seperti gereja
Hagia Sophia pada waktu penaklukkan di Istanbul yang menjadi acuan dan referensi
pada pembangunan masjid kemudian.dan juga banyak dipengaruhi oleh peradaban
Islam di Timur tengah dengan gaya mediterania.
Kekuasaan Ottoman berlangsung sangat panjang, dimulai 1300 hingga 1800,
Karenanya ragam arsitekturnya pun mengalami beberapa periode dan perubahan
Dalam budaya awal bangsa turki, sama seperti bangsa di Asia Tengah, menghuni
Kubah seperti tenda yang mana menyesuaikan dan beradaptasi dengan alam dan
lingkungan sekitar, yang mana model seperti ini mempengaruhi arsitektur Turki dan
ornamennya hingga kelak.
Periode awal (1300 - 1453)
Pada awal pemerintahan Ottoman, merupakan awal pencarian identitas,
merupakan perkembangan arsitektur peralihan,dari pemerintahan Byzantium ke
pemerintahan Islam. periode ini mempunyai tiga jenis arsitektur keIslaman, yang
mana juga dijadikan central kegiatan,beribadah dan pemerintahan, kubah
tunggal,bentuk bertingkat dan basement. Masjid Hac zbek merupakan masjid yang
dibangun pertama kali
Periode Bursa (1299 - 1437)
Arsitektur Kubah menjadi elemen utama dalam periode ini, Masjid pada
pemerintahan Seljuk yang pertama kali dirubah menjadi bentuk kubah tunggal.
Periode Klasik (1437 - 1703)
Masa ini merupakan puncak dalam perkembangan arsitektur Ottoman, masa ini
banyak dipengaruhi arsitektur Sinan, Penyatuan elemen dan bagian - bagian
arsitektural dan harmonisasi fungsi dan bentuk.
Periode Modern
Dibawah kekuasan Sultan Ahmed III (1703 - 1730) dan Ibrahim Pasa, Ottoman
menjalin hubungan dengan Perancis, hal itu membawa pengaruh pada langgam
bangunannya, dipengaruhi oleh gaya dekorasi Baroque dan Rococo,yang terkenal di
Eropa pada saat itu. Bahkan Arsitek dari Perancis didatangkan untuk mendekorasi
bangunan Puri dan kediaman megah disekitar pesisir pantai disekitar Istanbul,
hingga menjadi bangunan yang monumental, seperti Ishak Pasha Palace in bagian
timur Anatolia.
7

Periode Tulip (1703 - 1757)


Pada periode ini berkembang arsitektural dengan fungsi publik, kebudayaan
kerajaan yang tertutup hanya dilingkungan istana pun mulai berubah hingga ke
tingkat sosial bawah, penciptaaan ruang - ruang publik dan open space pun mulai
terbentuk.
Periode Baroque (1757 - 1808)
Dimasa ini bentuk arsitektural tidak mengalami perubahan yang signifikan,
bentuk circular dan struktur berundak dan bentuk lengkung menjadi dominan di
periode ini, sebagai contoh Masjid Nur-u Osmaniye, Masjid Zeynep Sultan, Masjid
Laleli, Fatih Tomb,Laleli ukureme Inn, Puri Megah Birgi akraa,
Kediaman/Vila Aynali Kavak, Benteng militer Taksim and Benteng Selimiye.
Periode Kerajaan (1808 - 1876)
Masa ini merupakan proses arsitektur Ottoman mulai mengarah pada gaya barat,
Arsitek dari barat didatangkan dan mengawali perubahan, yang terkenal pada saat itu
adalah Balyan family and the Fossati brothers.

Gerbang Dolmabahe Palace

Masjid Nusretiye

Periode Akhir (1876 - 1922)


Periode akhir masa dinasti Ottoman yang beralih menjadi Republik,

2.1.2 Arsitektur
Jika arsitektur Ottoman terbatas hanya pada unit kubah, masjid Selim I di
Istanbul akan menjadi puncak teratas.. Seperti kompleks Beyazit di Edirne, hostel
dibentuk sayap dibayangi oleh ruang doa yang dimahkotai dengan kubah seluas
8

batas teknikal yang diizinkan saat itu. Tidak ketinggalan juga gereja besar Hagia
Sophia menantang konsep ini.
Arsitektur Ottoman dipengaruhi oleh arsitektur Persia, Yunani Bizantium,
dan Islam. Pada masa kebangkitan, muncul periode arsitektur Ottoman awal atau
pertama dan kesenian Ottoman sedang dalam tahap pencarian ide-ide baru.
Pada masa perkembangan, muncul periode arsitektur klasik dan kesenian Ottoman
sedang jaya-jayanya. Pada masa penurunan, arsitektur Ottoman menjauh dari gaya
klasik.
Sepanjang Era Tulip, arsitektur ottoman dipengaruhi oleh gaya ornamen tinggi
Eropa Barat; Baroque, Rococo, Empire, dan gaya-gaya lain saling bercampur.
Konsep arsitektur Ottoman lebih berpusat pada masjid. Masjid adalah bagian tak
terpisahkan dari masyarakat, tata kota, dan kehidupan komunal. Selain masjid,
contoh sempurna arsitektur Ottoman dapat ditemukan di dapur sup, sekolah teologi,
rumah sakit, pemandian Turki, dan pemakaman.
Contoh arsitektur Ottoman dari periode klasik selain Istanbul dan Edirne juga
dapat ditemukan di Mesir, Eritrea, Tunisia, Algiers, Balkan, dan Rumania. Di sana
banyak masjid, jembatan, air mancur, dan sekolah Utsmaniyah. Seni dekorasi
Utsmaniyah berkembang seiring banyaknya pengaruh dikarenakan keragaman etnik
di Kesultanan Ottoman. Para pengrajin memperkaya Kesultanan Utsmaniyah dengan
pengaruh seni pluralistik, seperti mencampurkan seni Bizantium tradisional dengan
elemen-elemen seni Cina.
Arsitektur Byzantine adalah satu dari empat gaya arsitektur gereja-gereja di
Eropa, yaitu Byzantine, Romanesque, Gotik, dan Barok. Gaya ini berkembang di
Byzantium atau disebut juga Konstantinopel (sekarang Istanbul, ibu kota Turki).
Ketika Konstantinopel akhirnya dikuasai oleh pasukan Muslim pada tahun 29 Mei
1453, gaya inipun kemudian diadopsi oleh umat Islam dan memunculkan apa yang
sekarang menjadi ciri khas semua masjid di dunia: kubah. Keunikan inilah yang
membuat gaya arsitektur Byzantine sebagai satu-satunya gaya arsitektur yang
dipakai oleh gereja sekaligus masjid. Dengan kata lain, gaya ini merupakan jembatan
antara kebudayaan Islam dan Kristen.
Gaya Byzantine muncul ketika Kaisar Konstantinus memutuskan untuk
memindahkan ibu kota kekaisaran Romawi ke arah timur, yaitu ke kota
Konstantinopel (Byzantium) di Turki. Letak Byzantium yang jauh dari pusat agama
Katolik di Roma membuat gaya arsitektur gereja-gereja di wilayah ini jauh berbeda
dengan gereja-gereja di Eropa.
9

Saat itu, ada dua tipe model bangunan gereja, yaitu tipe basilika yang
berbentuk lorong memanjang (banyak dipakai sebagai model gereja di Indonesia saat
ini) dan gaya yang lebih geometris dengan kubah pada pusatnya.

Gaya kedua inilah yang kemudian menjadi ciri khas gaya Byzantium. Secara
umum gaya Byzantium memiliki ciri khas sebagai berikut.
1

Kubah yang sangat besar pada bagian tengah bangunan.

Berbentuk sirkular atau sentral, berbeda dengan bentuk gereja pada


umumnya yang memanjang. Kadang bentuknya polygonal (bersisi
banyak), misalnya hexagonal (bersisi enam) atau octogonal (bersisi
delapan).

Terdapat semidome berbentuk separuh kubah yang mengelilingi kubah


utama di pusat.
Pilar-pilar berukuran sangat besar untuk menopang berat bangunan.
Dinding tebal dan terbuat dari batu bata.
Bagian interior sangat luas.

4
5
6

10

Jendela berukuran kecil dan berfungsi untuk pencahayaan.

Hiasan atau dekorasi lebih bersifat oriental dengan ukiran bermotif


tumbuhan atau hewan, jarang menggunakan patung atau figur manusia.

Tradisi miniatur Utsmaniyah yang dilukis untuk mengilustrasikan manuskrip


atau dipakai pada album-album khusus sangat dipengaruhi oleh kesenian Persia.
Meski begitu, miniatur Utsmaniyah juga melibatkan sejumlah elemen
tradisi penerangan dan lukisan Bizantium. Akademi pelukis Yunani, Nakkashane-iRum, didirikan di Istana Topkapi pada abad ke-15. Pada awal abad selanjutnya,
akademi Persia bernama Nakkashane-i-Irani didirikan.
Penerangan Utsmaniyah mencakup seni lukis non-figur atau seni dekorasi
gambar di buku atau lembar muraqqa atau album, berbeda dengan gambar
11

figur miniatur Utsmaniyah. Penerangan, miniatur (taswir), kaligrafi (hat), kaligrafi


Islam, penjilidan buku (cilt), dan pemarbelan kertas (ebru) adalah bagian dari seni
buku Utsmaniyah. Di Kesultanan Utsmaniyah, manuskrip terang dan
berilustrasi dibuat atas perintah sultan atau pejabat pemerintahan. Di Istana Topkapi,
manuskrip-manuskrip tersebut dibuat oleh para seniman yang bekerja
di Nakkashane, pusat seniman miniatur dan penerangan. Buku-buku keagamaan dan
non-keagamaan dapat diterangi. Lembaran album levha terdiri dari kaligrafi terang
(hat) tughra, teks keagamaan, petikan syair atau peribahasa, dan gambar dekorasi.
Seni pemintalan karpet sangat berkembang di Kesultanan Utsmaniyah. Karpet
memiliki nilai tinggi baik sebagai perlengkapan dekorasi yang kaya akan simbolisme
agama dan lainnya maupun sebagai pertimbangan praktis, karena penduduk harus
melepas sepatu sebelum memasuki rumah. Pemintalan karpet berawal dari
budaya nomaden Asia Tengah (karpet adalah bentuk perlengkapan yang mudah
dibawa), lalu menyebar ke masyarakat Anatolia yang sudah menetap. Bangsa Turk
memakai karpet, permadani, dan kilim tidak hanya untuk alas ruangan, tetapi juga
gantungan di dinding dan lorong agar berfungsi sebagai insulasi tambahan. Karpet
juga sering disumbangkan ke masjid dan karena itu masjid umumnya punya banyak
koleksi karpet.
2.2 Dinasti Cina
2.2.1 Sejarah Arsitektur

Secara kosmologis, tradisi arsitektur Cina melambangkan semesta-langit dalam


bentuk-bentuk bulat dan dunia-Bumi dalam bentuk kubus. Susunan aristektur
berbatas dinding di Bumi biasanya ditemui dalam penataan geometris yang ketat,
persegi panjang, maupun bujur sangkar, ditata berdasarkan arah mata angin. Arah
utara-selatan menjadi acuan utama, mungkin karena secara klimatologis, angin
udara yang dingin menjadi kontras terhadap angin selatan. Ruang ditata berlapislapis dalam suatu seri pola grid yang tegas baik bentukan ruang-ruang luar
(coutryards) maupun dalam susunan ruang-ruang dalam.

12

Arsitektur Cina dibangun tidak dengan bahan-bahan permanen, mungkin ada


hubungannya dengan negasi terhadap segala bentuk yang bersifat fana. Susunan
geometris, ritual-ritual, dan nilai hadir lebih utama dari bangunan yang dianggap
fana. Semua proporsi dan aturan tergantung pada sistem standart dimensi kayu dan
standard pembagiannya. Dengan demikian keseluruhan bangunan Cina dirancang
dalam modul-modul standard dan moduler dari variabel ukuran yang absolut
proporsi yang benar melindungi dan mempertahankan hubungan harmoni
bagaimanapun besarnya struktur.
Arsitektur khas Oriental, yang notabene berasal dari dataran Cina, memang
memiliki akar budaya yang sangat tua dan dilestarikan dengan baik selama beriburibu tahun. Tak heran bila para keturunan Tionghoa bila berada di daerah baru juga
selalu membawa budaya mereka yang mengakar kuat. Demikian pula dengan
arsitektur khas oriental. Arsitektur ini pada dasarnya adalah arsitektur tradisional
berornamen/berhias. Sama seperti kebudayaan Eropa yang memiliki ornamen atau
hiasan khas arsitektur mereka, arsitektur khas oriental juga memiliki kekhasan
bentuk-bentuk ornamentasi, seperti hiasan pada dinding, pintu dan jendela yang
didasarkan pada mitos dan kepercayaan bangsa Tionghoa. Ornamen yang ada
beragam dari ornamen geometris, motif tanaman dan binatang. Arsitektur Tionghoa
tradisional sangat dipengaruhi oleh kepercayaan mereka, seperti patung dewa-dewa,
naga. Ciri arsitektur lainnya seperti penggunaan Feng Shui untuk arsitektur cukup
memberikan banyak batasan sekaligus kreativitas dalam penataan ruang, perabot
dan aksesori rumah lainnya. Karakter bangsa Tionghoa yang juga cukup
menghargai dunia material terlihat pada penggunaan hiasan yang sangat rumit,
indah, serta bernilai seni tinggi, karena menunjukkan kekayaan secara material
dianggap menambah martabat bagi sebagian orang Tionghoa tradisional.
Sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kebudayaan Jawa, dan masing-masing
bagian dari bangunan tradisional khas oriental selalu memiliki makna, dari atap
hingga ke pondasinya.
Bangunan di Tiongkok zaman kuno terutama adalah bangunan berstruktur kayu
dari etnis Han, juga mencakup bangunan-bangunan terbaik etnis-etnis minoritas.
Bangunan-bangunan zaman kuno itu tumbuh, berkembang dan menjadi matang
dalam tanah budaya tradisional Tiongkok. Dalam kurun waktu antara abad ke-2
sebelum Masehi dan pertengahan abad ke- 19 Masehi, terbentuk sistem tertutup
yang berdiri sendiri, memiliki nilai estetik dan taraf teknologi yang sangat tinggi,
dan mengandung konotasi humaniora yang dalam dan menjangkau jauh. Seni
bangunan Tiongkok zaman kuno adalah sistem seni unik yang berlangsung paling
panjang dalam sejarah, penyebarannya paling luas dan memiliki gaya sangat nyata
di dunia, pernah memberikan pengaruh langsung kepada bangunan zaman kuno di

13

Jepang, Korea dan Vietnam, dan setelah abad ke-17 bahkan pernah memberikan
pengaruh kepada bangunan di Eropa.
Tiongkok memiliki wilayah yang luas dan etnis yang banyak. Berdasarkan
kondisi alam dan geografi yang berbeda, orang di Tiongkok zaman kuno telah
menciptakan bangunan yang berbeda struktur dan gaya seninya. Di Daerah Aliran
Sungai Kuning di Tiongkok utara, orang zaman kuno membangun rumah dengan
kayu dan tanah kuning sebagai bahan untuk menahan udara dingin serta terpaan
angin dan salju; sedang di Tiongkok selatan, digunakan bahan bangunan seperti
bambu dan gelagah perumpung, dan di sementara tempat, dibangun rumah
panggung untuk menangkal udara lembab dan menambah sirkulasi udara.

Perkembangan arsitektur Tiongkok zaman kuno mengalami tiga kali klimaks


masing-masing pada periode dinasti Qin dan Han, pediode dinasti Sui dan Tang,
serta periode dinasti Ming dan Qing. Pada ketiga periode itu telah dibangun
sejumlah besar bangunan yang representatif antara lain istana, makam, kota serta
proyek-proyek pertahanan dan irigasi. Bangunan-bangunan itu telah memberikan
pengaruh kepada generasi sesudahnya baik dalam bentuk bangunan maupun
pemilihan bahannya.
Namun, sejumlah bangunan kuno yang bersejarah lama sudah lenyap dari bumi
Tiongkok karena dimakan waktu atau hancur dalam peperangan. Bangunanbangunan yang terpelihara sampai sekarang ini kebanyakan adalah hasil bangunan
setelah Dinasti Tang ( abad ke-7).
2.2.2 Filosofi dalam Perkembangan Ilmu Arsitektur Cina

Tien Yuan Ti Fang Yaitu filosofi yang mengatakan bahwa langit berbentuk
bulat sedangkan bumi itu sebenarnya kotak (persegi). Dimana jika ditelisik
lebih mendalam, bentuk kotak/persegi merupakan lambang keteraturan dan
intelektualitas manusia dan bentuk bundar merupakan lambang
ketidakteraturan sifat alam. Filosofi ini diterapkan pada arsitektur Cina,
dimana bangunan yang berfungsi tempat-tempat pemujaan kebesaran Tuhan
memiliki bentuk dasar 4 bulat (lingkaran) sedangkan permukiman
masyarakat memiliki bentuk dasar kotak.
14

Yin Yang Adalah sebuah konsep dualitas yang saling bertentangan (oposisi)
satu dan lainya namun memiliki maksud untuk saling melengkapi demi
terciptanya keseimbangan, keselarasan dan keharmonisan alam ini.
Simbolisasinya merupakan roda lingkaran anasir Yin dan Yang, dimana
masing-masing anasir menguasai setengah bidang lingkaran yang
melambangkan hukum keseimbangan, juga roda siklus kehidupan yang
berputar aktif dan tidak statis. Contoh Yin-Yang: Utara-Selatan, LakiPerempuan, Air-Api, Siang-Malam. Aplikasi Yin-Yang dalam ilmu arsitektur
Cina adalah pada pengguanaan sumbu-sumbu berlawanan pada tiap
bangunan Cina seperti Utara Selatan, Timur Barat.

Feng Shui Feng Shui adalah tradisi dari arsitektur Cina yang umumnya
berhubungan dengan pemilihan site, mendesain, konstruksi, dekorasi interior
dan eksterior. Kalau diartikan per kata Feng berarti angin dan Shui berarti air.
Feng Shui mengkombinasikan antara Surga, Bumi, dan Manusia untuk
mencari keselarasan antara lokasi yang dipilih, orientasi, doktrin alam dan
nasib manusia itu sendiri. Kemudian Feng Shui juga dipengaruhi oleh
keberadaan suatu lima elemen dasar, yaitu kayu, api, tanah(bumi), logam,
dan air. Dan kelima unsur tersebut di disimbolkan dengan arah mata angin
yang berbeda-beda.

Lambang Yin dan Yang

Ciri Bangunan Kuno


Arsitektur Cina mengacu kepada sebuah gaya asitektur yang sangat berpengaruh
di kawasan Asia selama berabad-abad lamanya. Prinsip-prinip struktur dari
arsitektur cina telah membekas dan sulit untuk dihapuskan, dan apabila ada yang
berubah, mungkin hanya pada unsur dekoratifnya saja. Sejak jaman Dinasti Tang,
Arsitektur Cina telah memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap gaya
arsitektur di Korea, Vietnam, dan Jepang.
Usia dari Arsitektur Cina sama tuanya dengan usia Peradaban Cina. Dari hampir
semua sumber infomasi, literatur, gambar, buku-buku, terdapat bukti-bukti yang
cukup kuat dan telah teruji, tentang fakta-fakta, bahwa Etnis Cina selalu
menggunakan sistem konstruksi asli (lokal) yang menjaga dan memegang teguh
prinsip-prisip karakteristiknya mulai dari jaman dahulu kala sampai saat ini. Di

15

berbagai tempat yang mendapat pengaruh dari kebudayaan Cina, ditemukan


bangunan-bangunan dengan sistem konstruksi yang sama.
Sistem konstruksi tersebut dapat menjaga dan menguatkan keberadaannya lebih
dari ratusan tahun di daerah yang cukup luas dan tetap membekas sebagai sebuah
arsitektur yang terus berkembang, menjaga dan memelihara prinsip-prinsip
karakteristiknya, meskipun di Cina sendiri sudah terjadi berkali-kali serangan
bangsa asing, baik dalam hal militer, intelektual, maupun spiritual. Hal ini
membuktikan bahwa bangsa Cina memiliki peradaban yang sangat tinggi.
Salah satu bentuk aplikasi budaya Cina yang masih dapat ditemui di Kawasan
Pecinan adalah pada gaya bangunannya yang menonjolkan budaya Cina yakni
dalam bentuk atap lengkung, yang dalam arsitektur Cina disebut atap pelana sejajar
gavel. Bentuk atap yang ditemui di Kawasan Pecinan hampir sama dengan bentuk
atap yang ditemukan di daerah Cina Selatan. Kebanyakan imigran-imigran Cina
yang datang ke Indonesia merupakan imigran yang berasal dari propinsi-propinsi di
Cina bagian selatan, seperti Fukien, Chekian, Kiang Si dan Kuang Tung, karena
propinsi-propinsi tersebut mempunyai tingkat kemakmuran yang rendah dan panen
hasil pertanian mereka sering gagal karena terkena bencana alam (Lilananda
1998:9).
Knapp dalam Lilananda (1998:9) menyatakan bahwa struktur bangunan Cina
yang terdapat di Indonesia banyak dipengaruhi oleh bentukan yang ada di Cina
Selatan. Hal ini dikarenakan imigran-imigran Cina yang datang ke Indonesia
kebanyakan berasal dari propinsi-propinsi bagian selatan, seperti Fukien, Chekiang,
Kiang Si, dan Kwang Tung. Secara garis besar bangunan Cina dapat dibedakan
fungsi dan jenis bangunannya: Fungsi umum dan pribadi, jenis bangunannya
(Rumah ibadah= klenteng dan vihara, rumah abu, rumah perkumpulan); Bangunan
hunian dan usaha, jenis bangunannya (perdagangan dan jasa, ruko/hunian
campuran, hunian, lain-lain [gudang dan gerbang], hiburan, dan olah raga).
(Lilananda 1998: 36)
Pembagian ini terkadang sulit dibedakan secara tegas, karena terkadang terdapat
beberapa bangunan yang berfungsi umum, tetapi juga berfungsi pribadi, misalnya
bangunan ibadah, ada yang berfungsi untuk umum, tetapi ada pula bangunan ibadah
yang berfungsi untuk pribadi, tetapi kerabat dekat bisa juga menggunakannya.
Hunian biasanya digambarkan memiliki ciri khas, yaitu bergaya arsitektur Cina,
yang dapat dijumpai pada bagian atap bangunan yang umumnya dilengkungkan
dengan cara ditonjolkan agak besar pada bagian ujung atapnya yang disebabkan
oleh struktur kayu dan juga pada pembentukan atap. Selain bentuk atapnya juga ada
unsur tambahan dekorasi dengan ukiran atau lukisan binatang atau bunga pada
bumbungannya sebagai komponen bangunan yang memberikan ciri khas menjadi
16

suatu gaya atau langgam tersendiri. Terdapat lima macam bentuk atap bangunan
bergaya Cina, yaitu (Widayati 2003:48): 1. Atap pelana dengan struktur penopang
atap gantung (pelana di luar gavel) atau overhanging gable roof; 2. Atap perisai
(membuat sudut) atau hip roof; Atap piramid atau pyramidal roof; 3. Atap pelana
dengan dinding sopi-sopi (pelana sejajar gavel) atau flush gable roof; dan 4.
Gabungan atap pelana dan perisai atau gable and hip roofs.
Konstruksi Bangunan Cina
Usia dari Arsitektur Cina sama tuanya dengan usia Peradaban Cina. Bahwa Etnis
Cina selalu menggunakan sistem konstruksi asli (lokal) yang menjaga dan
memegang teguh prinsip - prisip karakteristiknya mulai dari jaman dahulu kala
sampai saat ini. Di berbagai tempat yang mendapat pengaruh dari kebudayaan Cina,
ditemukan bangunan-bangunan dengan sistem konstruksi yang sama.
Beberapa karakter arsitektur Cina
Pada buku tulisan Gin Djin Su (1964) dijelaskan bahwa karakter arsitektur Cina
dapat dilihat pada:
1

Prinsip Simetris
Ciri khas yang paling terlihat dari arsitektur cina yaitu prinsip simetris
yang
melambangkan keseimbangan. Walaupun bangunan dapat
dikembangkan, prinsip simetris tersebut masih tetap dipertahankan.
Bangunan biasa nya dirancang dengan jumlah kolom yang genap agar
menghasilkan bentangan atau dinding yang ganjil.
Kebalikan
dari
bangunan, desain taman nya berbentuk asimetris.

Area Terbuka Di Dalam


Berbeda dengan desain arsitektur modern yang massa bangunan nya di
kelilingi taman atau open space, arsitektur cina tradisional memiliki konsep
sebaliknya yaitu open space di dalam. Open space didalam konfigurasi
massa bangunan tersebut dapat berupa courtyard dan sky well ( sumur langit
). Courtyard berupa lahan kosong yang dikelilingi masa bangunan dan
terhubung dengan selasar. Sementara sky well memiliki bukaan langit
yang lebih kecil berupa implivium di atrium romawi.

Hierarkial
Prinsip hierarkial diterapkan cukup ketat pada arsitektur cina. Misalnya
bangunan yang memiliki pintu di depan dan menghadap lahan, memiliki
17

hierarki yang lebih tinggi ketimbang bangunan dengan pintu di samping.


Bangunan yang menghadap ke selatan dengan terpaan matahari yang
melimpah untuk anggota keluarga tertua sebagai bentuk penghormatan.
Bangunan yang menghadap ke timur dan barat untuk anggota keluarga yang
lebih muda. Sementara bangunan yang dekat dengan area terdepan biasanya
untuk para penjaga dan pembantu.

4
Konsep Horizontal dan Kosmologi
Orientasi horizontal dengan penekanan bentuk yang melebar dan berkesan
ringan merupakan ciri arsitektur cina lainnya. Kosmologi seperti Feng Shui
juga diterapkan secara serius mulai dari bangunan rumah tinggal biasa,
kerajaan hingga tempat ibadah. Feng Shui diterapkan dari layoutruang
hingga struktur

Material
Material kayu memiliki sifat yang tidak tahan lama dan mudah usang
dimakan waktu. Di era arsitektur cina kuno, material kayu banyak di
gunakan. Namun Pagoda Songyue yang di bangun pada 523 merupakan
pagoda tertua yang struktur nya masih kokoh hingga saat ini karena terbuat
dari bata dan batu. Kemudian sejak dinasti Tang ( 618 907 ) hingga
sekarang, material batu dan bata lebih banyak digunakan menggantikan
kayu.

18

Pola tata letaknya


Pola tata letak bangunan dan lingkungan merupakan pencerminan
keselarasan, harmonisasi dengan alam. Ajaran Konghucu dimanifestasikan
dalam bentuk keseimbangan dan harmonisasi terhadap adanya konsep
ganda. Keseimbangan antara formal dan non-formal. Formalitas dicapai
dengan bentuk denah rumah atau peletakan bangunan yang simetris. Nonformalitas dicapai dalam bentuk penataan taman yang khas dinamis dan
tidak simetris. Keduanya membentuk satu kesatuan yang seimbang dan
harmonis;

Keberadaan panggung dan teras depan/balkon, panggung dan teras


depan/balkon digunakan sebagai ruang transisi; da

Sistem struktur bangunan, sistem struktur merupakan sistem rangka yang


khas dan merupakan struktur utama yang mendukung bobot mati atap.
Beban yang disangga struktur utama disalurkan melalui kolom. Rangkaian
sistem kolom dan balok merupakan suatu hal yang spesifik. Umumnya,
struktur bangunan merupakan rangka kayu di mana rangka tersebut
menerima beban atap yang diteruskan ke bawah melalui kolom-kolom.
Pintu dan jendela merupakan pengisi saja, oleh karena itu bisa bersifat
fleksibel, sedangkan pintu dan jendela pada bagian teras menggunakan
sistem bongkar-pasang (knock down). Sistem kuda-kuda yang digunakan
merupakan khas arsitektur Cina, yaitu kuda-kuda segi empat. Lantai atas
umumnya merupakan lantai-lantai papan yang disangga oleh balok. Plat
beton ini juga dipakai untuk lisplank serta atap. Beban bergerak dan beban
mati yang diterima lantai diteruskan ke dinding untuk diteruskan ke
pondasi. Semua proporsi dan aturan tergantung pada sistem standart
dimensi kayu dan standard pembagiannya. Keseluruhan bangunan Cina
dirancang dalam modul-modul standard dan modulor dari variabel ukuran
yang absolut proporsi yang benar melindungi dan mempertahankan
hubungan harmoni bagaimanapun besarnya struktur. Di dapat satu
kenyataan bahwa arsitektur Cina berkembang sesuai dengan jamannya.
Semua evolusi yang terjadi adalah pada proporsinya. Skala arsitektur
19

bangunan Cina, berbeda dengan bangunan di Eropa, lebih menunjukkan


skala manusia daripada Tuhan. Terasan yang rendah digaris beranda depan
dan ketinggian wuwungan yang masih empat kali tinggi manusia
memberikan inpreresi masih bisa dicapai oleh manusia yang hidup di
halaman sekitarnya. Bahkan bangunan dua lantai yang tingginya lima
sampai enam kali tinggi manusia, dengan pengaturan teritisan yang rendah
tetap memberikan kesan kehangatan yang sangat manusiawi.
9

Tou-Kung, siku penyangga bagian atap yang di depan (teras) merupakan


bentuk yang khas dari arsitektur Cina dan karena keunikannya, disebut toukung. Merupakan sistem konsol penyangga kantilever bagian teras
sehingga keberadaannya dapat dilihat dari arah luar. Ornamen tou-Kung ini
akan terlihat jelas pada bangunan-bangunan istana, kuil atau tempat ibadah
dan rumah tinggal keluarga kaya. Ujung balok dihiasi dengan kepala singa
yang berfungsi menangkal pengaruh roh jahat.

10 Bentuk atap, ada beberapa tipe atap yaitu, wu tien, hsieh han, hsuah han
dan ngang shanti. Studi arkeologis menerangkan bahwa, terdapat dua
macam struktur kayu yang memberikan perbedaan besar pada perletakan
kolom dan perbedaan sistem penyangga atap. Dua sistem konstruksi tadi
adalah Tai Liang dan Chuan Dou. Dua sistem struktur ini, menurut
arkeolog berasal dari dua cara membangun rumah tinggal Tailiang berasal
dari gua primitif yang berkembang di Cina Utara dan Chuan Dou berasal
dari rumah di atas pohon (Knapp, 1986: 6-7). Sistem struktur Tai Liang
adalah sistem tiang dan balok yang mana balok terendah diletakkan di atas
kolom ke arah lebar bangunan. Sistem struktur kedua dinamakan Chuan
Dou. Sistem ini memiliki Kolom-kolom yang didirikan kearah tranvesal
dan saling di ikat.
11 Penggunaan warna, penggunaan warna pada arsitektur Cina juga sangat
penting karena jenis warna tertentu melambangkan hal tertentu pula. Hal
ini berkaitan dengan kepercayaan-kepercayaan yang berkaitan dengan
orientasi baik dan buruk. Prinsip dasar komposisi warna adalah
harmonisasi yang mendukung keindahan arsitekturnya. Umumnya warna
yang dipakai adalah warna primer seperti kuning, biru, putih, merah dan
hitam yang selalu dikaitkan dengan unsur-unsur alam seperti air, kayu, api,
logam dan tanah. Warna putih dan biru dipakai untuk teras, merah untuk
kolom dan bangunan, biru dan hijau untuk balok, siku penyangga, dan atap.
Warna-warna di sini memberikan arti tersendiri, warna biru dan hijau
berada di posisi timur dan memberikan arti kedamaian dan keabadian,
20

warna merah berada di selatan dan memberikan arti kebahagiaan dan nasib
baik, sedangkan warna kuning melambangkan kekuatan, kekayaan, dan
kekuasaan. Putih berada di barat dengan arti penderitaan (duka cita) dan
kedamaian. Hitam berada di utara yang melambangkan kerusakan. Warnawarna tersebut di antaranya:
1. Warna merah yang melambangkan kebahagiaan;
2. Warna kuning juge melambangkan kebahagiaan dan warna
kemuliaan;
3. Warna hijau melambangkan kesejahteraan, kesehatan, dan
keharmonisan;
4. Warna putih melambangkan kematian dan berduka cita;
5. Warna hitam merupakan warna netral dan digunakan dalam
kehidupan
sehari-hari; dan
6. Warna biru gelap juga merupakan warna berduka cita;
12 Gerbang, Gih Djin Su memasukkan pintu gerbang sebagai Ciri Arsitektur
Cina, khususnya bangunan rumah tinggal. Pintu gerbang biasanya
berhadapan langsung dengan jalan menghadap ke selatan (orientasi baik).
Pintu gerbang ini berfungsi sebagai ruang transisi antar luar bangunan dan
di dalam bangunan. Pada pintu gerbang biasanya dipasang tanda pengenal
penghuni dan juga gambar-gambar dewa atau tokoh dalam Mitos Cina atau
tulisan-tulisan yang berfungsi sebagai penolak bala.
13 Detail balkon, detail balkon atau angin-angin biasanya menggunakan
bentuk-bentuk tiruan bunga krisan atau bentuk kura-kura darat, yang
memiiki makna panjang umur.
Pengaruh Arsitektur china Kuno dalam Perkembangan Arsitektur Kontemporer
Dalam menghadapi gerakan arsitektur modern, posisi Tiongkok sebenarnya
mirip dengan Indonesia, yakni mengikuti arus besar arsitektur global yang harus
diakui memang berasal dari barat. Meski para Arsitek tiongkok dan indonesia
berusaha menemukan apa yg disebut arsitektur nasional yang berakar dari tradisi
budaya sendiri, belum nampak hasilnya. Meski berusaha menghadirkan warna
lokal, yang dipakai tetap prinsip-prinsip arsitektur global. Meski dunia arsitektur
Tiongkok semakin maju, tetap tak bisa lepas dari arus arsitektur global.
Di Indonesia

21

Rumah di Pecinan Semarang


Arsitektur rumah di Pecinan Semarang ternyata punya keunikan tersendiri. Ia
merupakan perpaduan antara arsitektur Cina, Batavia, dan lokal. Kebanyakan
rumah terdiri atas dua lantai. Rumah-rumah tersebut mempunyai teras di depan.
Pintu dan jendela besar-besar dengan aneka langgam. Ada yang Cina, ada yang
Barat. Untuk gaya Cina, pintu dan jendelanya berjeruji kayu tebal dan berukir.
Sementara gaya Barat menyajikan panel kaca yang dihiasi ornamen dari terali besi.
Sayangnya, bangunan kuno berarsitektur Cina bisa dibilang sudah terkikis. Kini
bisa dihitung dalam hitungan jari. Rumah-rumah dengan desain ala negera Tirai
Bambu tergantikan dengan rumah bergaya modern. Ciri arsitektur yang kuat masih
bisa ditemui di Gang Gambiran, Gang Besen, dan Gang Tengah. Gang Warung dan
Gang Pinggir yang dulunya merupakan jalan utama telah berganti rupa akibat
pelebaran jalan. Pemilik rumah pun terpaksa membongkar bagian depan rumahnya.
Walhasil, sedikit demi sedikit tapi pasti, rumah kuno bernuansa Cina semakin
terkikis

22

BAB III
ANALISIS KARYA KARYA

3.1 Kekaisaran Turki Ottoman


3.1.1 Hagia Sophia
Hagia Sophia merupakan bangunan masjid yang menjadi icon utama kota
terpenting Turki yaitu Istanbul (Konstantinopel). Kemegahannya menyiratkan kisah
perjuangan kaum Muslimin menyebarkan kebenaran di muka bumi. Hagia Sophia
merupakan lambang kesuksesan perjuangan daulah Islamiyah Kerajaan Ottoman
dalam menaklukan Persia dan Romawi. Penaklukan tersebut dirintis kaum
Muslimin dibawah pimpinan Busr bin Abi Artat (Dinasti Umayyah) pada 44 H/664
M sampai puncaknya yaitu pada masa Sultan Muhammad al Fatih (1453 M).
Hagia Sophia yang mengalami perubahan dari gereja ke masjid selama hampir
lima abad, sekarang akhirnya berfungsi sebagai museum. Pencetus fungsi museum
ini oleh penguasa Turki yang Muslim nasionalis, Mustafa Kemal Atatrk. Pada
1923, museum Hagia Sophia diawasi oleh pemerintah sebagai cagar budaya
peninggalan masa lalu.

Gaya arsitektur St. Sophia dipengaruhi oleh kebudayaan Byzantium (abad ke-6)
yang ada sebelum Konstantinopel berdiri. Sehingga ruang-ruang atau relung yang
mendampingi ruang utama berformasi radial dengan pusatnya yaitu makam atau
meja altar di tengah. Karena formasinya yang terpusat, denahnya pun tidak lepas
dari bentuk-bentuk simetris seperti bujur sangkat atau segi delapan/segi banyak
dengan ukuran sisi-sisinya yang sama, bahkan berbentuk lingkaran.
Bentuk-bentuk lengkung dan kubah yang pada akhirnya menjadi ciri arsitektur
Islam, awalnya bertujuan untuk meredam kesan kaku dan keras dari bahan
23

terakota/bata merah yang berbentuk persegi. Khusus bagian kubah, selain


memberikan kesan lunak pada bangunan juga digunakan untuk melingkupi
bentangan yang besar dari ruangan dengan keunggulan struktur dasarnya yaitu
struktur pelengkung. Bentang ruang yang besar ditambah ceiling yang menjulang
tinggi ditujukan untuk menghadirkan skala keagungan/ketuhanan.

Denah utama Hagia Sophia adalah ruang tengah berbentuk bujur sangkar yang
berukuran 32,6 x 32,6 m2. Di sudut-sudutnya terdapat kolom struktural yang sangat
masif dan besar. Kolom ini menyangga pelengkung setengah lingkaran yang
menyangga kubah utama. Selain itu terdapat lagi seperempat kubah yang
menyangga kubah utama selain pelengkung tadi. Sehingga ruang shalat utamanya
(nave) berbentuk oval dengan panjang 68,6 m dan lebar 32,6 m. Terdapat banyak
jendela yang menerangi nave, terletak berkeliling di kaki kubah dan hampir seluruh
sisi bangunan dengan beragam ukuran.

Sinan mengadopsi keberadaan kubah untuk membangun masjid-masjid dan


komplek madrasah di Istanbul. Contoh yang menjadi karya masterpiece dari Sinan
adalah seperti komplek madrasah Suleyman dan Masjid Selimiye, yang jika
diperhatikan memiliki langgam sama dengan Hagia Sophia. Bisa dibilang Hagia

24

Sophia merupakan bentuk akhir dari gaya Byzantium dan juga bagian dari arsitektur
Islam awal.
3.1.2 Masjid Selimiye
Edirne, 1569-75.
Arsitek: Sinan
Masjid ini dibangun di atas bukit yang menghadap
kota ketika Sinan hampir 80 tahun. Kubah ini adalah
yang terbesar dalam sejarah Ottoman dan terletak
antara empat menara paling mulia dan bangunan yang
lebih rendah di kompleks dibuat lebih rendah.
Seperti semua masjid Utsmani lainnya pada
periode sebelumnya, Masjid Selimiye memiliki
banyak kubah kecil dan kubah setengah. Untuk
menonjolkan dan menarik perhatian pada
sentralisasi struktur masjid, penempatan
tradisional
menara
berukuran
berbeda
ditinggalkan dari desain sebagai Sinan percaya
bahwa riam kubah yang lebih kecil dan
setengah kubah digunakan sebelumnya akan
mengecilkan kubah tunggal shell raksasa .
Selain itu, empat menara identik ditanam di setiap sudut halaman depan marmer
untuk menegakkan perhatian pada kubah dikelilingi pusat. Keempat vertikal
bergalur simetris menara memperkuat dorongan ke atas, menembak ke arah langit
seperti roket dari setiap sudut masjid. Dengan kehalusan kubah besar naik dari
pusat, itu harmonis interplayed dengan kubah setengah, menara berat badan, dan
penopang ramai sekitarnya. Ia percaya bahwa arsitektur melingkar adalah untuk
menegaskan kesatuan dalam kemanusiaan dan berseru ideologi sederhana dari
lingkaran kehidupan. Simetri terlihat dan tak terlihat yang
dipanggil keluar dari eksterior dan interior masjid ini adalah
untuk membangkitkan kesempurnaan Illahi melalui struktur
polos dan kuat kubah dan batu alami.
1. Mihrab
2. Minarets
3. Prayer Hall
25

4. Court

3.2 Dinasti Cina


3.2.1 Cheng Ho, Masjid bernuansa Klenteng
Laksamana Cheng Ho
Masjid ini memang kental dengan budaya Tiongkok. Masjid ini terletak di areal
kompleks Gedung Serba Guna Pembina Imam Tauhid Islam (PITI) Jawa Timur,
Jalan Gading No 2, Surabaya. Masjid ini dibangun untuk mengenang jasa
Laksamana Cheng Ho, asal China, yang beragama Islam. Beliau adalah seorang
panglima yang berjasa besar dalam penyebaran agama Islam di Nusantara.

Dominasi warna merah, hijau, dan kuning membuat


masjid ini kental dengan nuansa budaya Tiongkok.
Perpaduan gayaTiongkok dan Arab ini dirancang oleh
Pak Abdul Aziz, seorang arsitek asal Bojonegoro, Jawa
Timur. Rancangan masjid Cheng Ho ini, terinspirasi
dari masjid Niu Jie (Ox Street) di Beijing, China.
Meskipun masjid ini kental dengan nuansa Tiongkok, nuansa Islam tetap terlihat
di masjid Cheng Ho ini. Salah satunya di pintu masuk masjid ini, ada sebuah
pagoda dengan tulisan lafadz Allah di puncaknya. Selain itu, di sisi kiri bangunan,
ada sebuah bedug sebagai pelengkap bangunan masjid.

Halaman dalam kuil cina

Aula dari keselarasan yang tinggi pada


museum Istana (kota terlarang)

26

ubin atap

kuning dan dinding merah

Ukiran sembilan naga di dinding Longhua Pagoda di Shanghai,


di bangun pada zaman tiga
kerajaan.

Salah satu dari banyak aula istana berisi tahta kerajaan kaisar

3.2.2 Fujian Tulou: Komplek Perumahan Tradisional Bangsa China

27

Fujian Tulou adalah komplek arsitektur


rumah kuno Tiongkok di tenggara Provinsi
Fujian. Kebanyakan dari Fujian Tulou
dibangun antara abad 12 dan 20 Masehi dan
mempunyai total 46 bangunan. Berakar dari
daerah Provinsi Jiangxi, Fujian dan
Guangdong
mengikuti
perpindahan
penduduk dari Cina Tengah ke Cina Selatan.
Secara harafiah dapat diartikan menjadi
Rumah Bumi (orang) Fujian. Sesuai dengan
namanya, Fujian tulou dibuat dengan
material yang berasal dari bumi seperti tanah, bebatuan, bambu dan kayu. Kayu dan
bambu menjadi rangka dari bangunan berbentuk bulat ini yang kemudian di semen
menggunakan tanah. Karena bahan bangunannya, Fujian Tulou menjadi bangunan
yang mempunyai penerangan yang baik, tahan angin dan tahan gempa bumi. Fujian
Tulou juga hangat di musim dingin dan sejuk di musim panas.
Sejak 1980-an, Tulou Fujian telah banyak disebut sebagai Hakka Tulou, atau
tempat tingal Orang Hakka. Hakka merupakan salah satu cabang suku Han yang
memiliki ciri khas dan penyebaran serta pengaruh paling luas di seluruh dunia. Di
Cina sendiri, orang Hakka menyebar sampai ke provinsi-provinsi lebih jauh seperti
Provinsi Sichuan, Chongqing dan Guangxi. Sedangkan diseluruh dunia, boleh
dikatakan hampir dimerata tempat dapat ditemukan jejak orang Hakka. Namun
anggapan itu tidaklah benar. Banyak juga orang fujian selatan yang juga mendiami
rumah adat ini.Secara keseluruhan, The Tulou Fujian didefinisikan sebagai:
Sebuah bangunan bertingkat besar di wilayah pegunungan sebelah tenggara Fujian
sebagai tempat hidup komunitas yang besar dan tempat pertahanan, dibangun
dengan pagar yang kokoh dan struktur rangka kayu.
1. Famous Fujian Tulou
Ada beberapa Fujian Tulou yang terkenal, antara lain:
Chuxi Tulou cluster
Terletak di Provinsi Yongding Kota Xiayang
Desa Chuxi. Cluster ini tertulis sebagai situs
Warisan Dunia UNESCO no. 1113-001.
Jiqinglou, adalah tulou rotunda terbesar juga
tertua di cluster ini, dibangun pada tahun 1419
pada masa pemerintahan Kaisar Yongle dinasti
Ming . Cluster Ini terdiri dua cincin konsentris, bangunan berbentuk lingkar yang
terdiri dari empat lantai, dengan 53 kamar pada setiap tingkat. Bagian Luar ring
memiliki 72 tangga. Cincin kedua adalah bangunan berlantai satu.

28

2. Yuchang Jou
yang
di

Cluster
terletak
daerah

Nangjing kabupaten Shuyang desa Xiabanliao ini dibangun pada tahun 1308
dinasti Yuan oleh keluarga Liu klan. Ini adalah salah satu tulou tertua di Cina.
Yuchanglou telah dijuluki bangunan zigzag, karena struktur kayu vertikal yang
tidak lurus dan tidak tegak lurus, tapi berbentuk zigzag kiri dan kanan. Dibangun
demikian karena adanya kesalahan mengukur bahan bangunan. Tapi meskipun
kelemahan ini tampak jelas, tulou ini bertahan hinga 700 ratus tahun. Ring paling
Luar Yuchanglou mempunyai diameter 36 m, terdiri dari 5 lantai dengan 50 kamar
di setiap lantai.

Yuchanglou berlantai lima dibangun


pada 1308

Struktur zigzag dari

Yuchanglou

29

BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Arsitektur Turki Ottoman


Arsitektur Ottoman dipengaruhi oleh arsitektur Persia, Yunani Bizantium, dan Islam.
Pada masa kebangkitan, muncul periode arsitektur Ottoman awal atau pertama dan
kesenian Ottoman sedang dalam tahap pencarian ide-ide baru. Pada masa perkembangan,
muncul periode arsitektur klasik dan kesenian Ottoman sedang jaya-jayanya. Pada masa
penurunan, arsitektur Ottoman menjauh dari gaya klasik.
Konsep arsitektur Ottoman lebih berpusat pada masjid. Masjid adalah bagian tak
terpisahkan dari masyarakat, tata kota, dan kehidupan komunal. Kubah yang merupakan
gaya arsitektur Byzantine sebagai satu-satunya gaya arsitektur yang dipakai oleh gereja
sekaligus masjid. Sehingga arsitektur Ottoman tidak lepas dari kubah yang besar, pilar-pilar
yang tinggi, interior yang luas, serta hiasan yang dominan tumbuhan dan hewan.
4.2 Arsitektur Cina

Sejarah Tiongkok adalah salah satu sejarah kebudayaan tertua di dunia. Dari
penemuan arkeologi (ilmu sejarah kebudayaan material.) dan antropologi ( ilmu tentang
manusia, masa lalu dan kini, yang menggambarkan manusia melalui pengetahuan ilmu
sosial dan ilmu hayati (alam), dan juga humaniora), daerah Tiongkok telah didiami
oleh manusia purba sejak 1,7 juta tahun yang lalu.
Beberapa karakter arsitektur Cina :Prinsip Simetris, Area Terbuka Di Dalam, Hierarkial,
Konsep Horizontal dan Kosmologi, Material (Kemudian sejak dinasti Tang ( 618 907 )
hingga sekarang material batu dan bata lebih banyak digunakan menggantikan kayu.), Pola
tata letaknya, Keberadaan panggung dan teras depan/balkon, Sistem struktur bangunan,
Tou-Kung, Bentuk atap : ada beberapa tipe atap yaitu, wu tien, hsieh han, hsuah han dan
ngang shanti, Penggunaan warna, Gerbang, Detail balkon.
30

Dalam menghadapi gerakan arsitektur modern, posisi Tiongkok sebenarnya mirip dengan
Indonesia, yakni mengikuti arus besar arsitektur global yang harus diakui memang berasal
dari barat.

DAFTAR PUSTAKA

Goodwin, Godfrey. 1977. Islamic Architecture Ottoman Turkey. London: Scorpion Publications
Limited.
http://kontemporer2013.blogspot.com/2013/09/dekorasi-atap-bangunan-cina.html
https://niganku.wordpress.com/2011/02/12/fujian-tulou-komplek-perumahan-tradisional-bangsachina/

31

Anda mungkin juga menyukai