Anda di halaman 1dari 214

KELOMPOK 3

Lahirnya
Permata Hati
Bunda
Pemicu 3 Blok Reproduksi
Falkutas Kedokteran Universitas
Tarumanagara 2010
Tutor : dr. Inge Friska

In GrouP 3
405070038

REINECIA

ANGGOTA

405070056

RIODIAN S.

ANGGOTA

405070062

FORSALINA T.

ANGGOTA

405070063

ALINE C.

KETUA

405070066

MAILAN J.

ANGGOTA

405070128

SUSANTI L.

ANGGOTA

405070129

ANDRUW T.

ANGGOTA

405070134

GRISELDA T.

PENULIS

405070148

HOSANA T.

ANGGOTA

405070153

DANIEL Z.

ANGGOTA

405070163

EMELIA W.

SEKRETARIS

405070137

CHRISTIE CINDY

ANGGOTA

Skenario
Ny. Bunda, 25 tahun, G1P0A0 38 Minggu, in partu.
Sejak 3 hari sebelumnya Ny. Bunda mengalami demam
39C, Ketuban pecah 22 jam sebelum pembukaan
lengkap, warna hijau agak berbau. Persalinan
berlangsung cukup lancar, bayi lahir secara spontan, laki
laki, tidak segera menangis. Bayi tampak pucat,
merintih, &n gerakannya lemah. Dilakukan resusitasi
prosedur standar. Sementara bayi dikeringkan, dihangatkan,
& dipotong tali pusatnya, diperoleh nilai APGAR 4. BB 220
gr, PB 47 cm, Lingkar kepala 32 cm, lingkar dada 28
cm. Tidak ditemukan tanda trauma lahir / malformasi.
Sertelah kondisi bayi stabil bidan segera membungkus bayi
untuk dibawa ke ruang perawatan. Pada saat inisiasi
menyusui, Ny. Bunda mendapat kesulitan karena puting
susunya terbenam. Dalam catatan kehamilannya Ny.
Bunda seorang perokok pasif.
Apa yang dapat dipelajari dari kasus di atas ?

Learning Objective

Mengetahui kriteria Bayi Normal


Mengetahui Deteksi dini bayi resiko tinggi
Mengetahui dan menjelaskan resusitasi bayi baru lahir
Mengetahui dan menjelaskan perawatan neonatus dini
Mengetahui dan menjelaskan kelainan payudara &
manajemen laktasi
Mengetahui dan menjelaskan hipotermi, hipoglikemi,
asfiksia, TTNB, RDS, MAS, BBLR, sepsis, & kejang pada
Neonatus
(definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi,
tanda dan gejala, pemeriksaan fisik dan penunjang, dd,
penatalaksanaan, K.I.E, komplikasi, prognosis, &
pencegahan)
Mengetahui dan menjelaskan rujukan persalinan

NEONATUS NORMAL

Usia gestasi : 37-42 minggu


Berat badan lahir : 2500-4000 g
Panjang badan : 44-53 cm
Lingkar Kepala : 31-36 cm
Apgar Score : 7-10
DJJ : 120 160 X/menit
RR : 30 40 X/menit
Kelainan bawaan : tidak ditemukan
Trauma persalinan : tidak ditemukan

Resusitasi bayi baru lahir


Penilaian untuk melakukan resusitasi :
Pernafasan
Denyut jantung
Warna Kulit
Nilai APGAR tidak dipakai untuk menentukan
kapan kita memulai resusitasi / membuat
keputusan mengenai jalannya resusitasi
Semua petugas harus terlatih secara
memadai, efisien dapat bekerja sebagai tim,
dan semua peralatan harus tersedia dalam
fungsi yang baik

90% sedikit / tidak memerlukan bantuan untuk


memulai pernapasan
10% memerlukan bantuan untuk memulai
pernapasan
1% memerlukan resusitasi lengkap

Persiapan resusitasi BBL


Mengantisipasi faktor risiko
faktor antepartum & intrapartum
Menyiapkan peralatan resusitasi
penghangat, alat penghisap, balon &
sungkup, alat intubasi, obat-obatan
Memanggil tenaga terlatih
tambahan
bidan, perawat, dokter paling tidak
harus ada 2 tenaga yang menolong bayi

Bayi kurang bulan lebih


berisiko

Umur kehamilan <37 minggu


Defisiensi surfaktan
Perkembangan jaringan otak imatur
Kulit tipis, permukaan luas,lemak
tubuh kurang
Sering disertai infeksi
Pembuluh darah otak rapuh

Tahapan Resusitasi BBL

Persiapan Alat Resusitasi


Alat pemanas siap
pakai
Oksigen
Alat penghisap
Alat sungkup dan
balon resusitasi
Alat intubasi
obat obatan
Lain-lain

PERSALINAN TANPA
KOMPLIKASI

Evalusi frekuensi pernafasan, denyut jantung dan


warna kulit

Langkah Awal Resusitasi


1.
Hangatkan

4.
Keringkan

2. Posisikan

3. Bersihkan

5. Rangsang
taktil

Ketuban mekoneal + bayi


bugar

Ketuban mekoneal + bayi


tak bugar

Tatalaksana jalan napas bayi


dg air ketuban bercampur
mekonium
Bila cairan amniom bercampur
mekonium, bayi tidak bernapas, dan
penurunan tonus otot maka
pengisapan mekonium dari mulut
dan farings dilakukan segera dg
laringoskopi langsung, bila perlu dg
intubasi dan pengisapan trakhea.

Ventilasi Tekanan Positif


Indikasi
Dilakukan setelah langkah awal
resusitasi
Dimulai bila bayi tetap apnea /
pernapasan tidak adekuat
Frekuensi jantung < 100x/ menit

Kompresi dada
Indikasi
Bila frekuensi denyut jantung bayi tetap
<60x/menit walaupun telah dilakukan
VTP yg efektif dg oksigen tambahan
selama 30 detik

Pemberian Obat dan Cairan


Indikasi
Bila frekuensi jantung tetatp <60x/menit
meskipun telah dilakukan VTP dan
kompresi dada.

Cara pemberian
Vena umbilikal
Pipa endotrakeal
Vena perifer
Intramuskular
Akses intraoseus

Obat yang diberikan


Epinefrin
Indikasi : bila frek jantung <60x/menit
setelah VTP serta kompresi daa secara
terkoordinasi.

Cairan penambah volume darah


Indikasi : bila bayi terlihat pucat, ada
bukti kehilangan darah dan respon
resusitasi baik.

Obat yang diberikan


Nolakson
Indikasi : bila bayi depresi nafas setelh
frekuensi jantung dan warna kulit jadi
normal dan ibu mendapat obat narkotika 4
jam sebelum persalinan.

Natrium bikarbonat
Indikasi : memperbaiki asidosis
intrakardiak sehingga memperbaiki fungsi
miokardium dan mendapatkan sirkulasi
spontan.

PENGATURAN SUHU
Bayi kehilangan panas melalui 4 cara:
Konduksi: mll benda-banda padat yang berkontak
dgn kulit bayi
Konveksi: pendinginan mll aliran udara di sekitar
bayi
Evaporasi: kehilangan panas mll penguapan pada
kulit bayi yg basah
Radiasi: mll benda padat dekat bayi yang tidak
berkontak secara langsung dgn kulit bayi

Keadaan basah dan telanjang pada bayi baru


lahir akan memudahkan bayi kehilangan
panas

PENCEGAHAN KEHILANGAN
PANAS
Konveksi:
Suhu ruangan kamar bersalin tidak boleh < 20C
Tidak boleh ada pintu dan jendela terbuka
Kipas angin dan AC yang kuat harus jauh dari area
resusitasi

Evaporasi:
Bayi harus dikeringkan seluruhnya
Gunakan handuk hangat

Radiasi:
Selimuti bayi, termasuk kepalanya
Jauhkan dari AC
Saat memandikan bayi, suhu ruangan harus hangat
atau di bawah pemanas radian

RESUSITASI
Dilakukan pada bayi yang:
Gagal bernapas spontan
Hipotonus
Ketuban keruh bercampur mekonium

Persiapan dan pengecekkan alat-alat


resusitasi dilakukan sebelum persalinan
Siapkan handuk hangat dan infant
warmer

IMD (INISIASI MENYUSU


DINI)
Segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan di
dada atau atas perut ibu min. 1 jam untuk
memberikan kesempatan bayi mencari dan
menemukan puting susu ibunya
Manfaat IMD bagi bayi:
Membantu stabilisasi pernapasan
Mengendalikan suhu tubuh bayi
Menjaga kolonisasi kuman / mencegah infeksi
nosokomial
Menurunkan kejadian ikterus neonatorum
BB bayi lebih cepat naik

Manfaat IMD bagi ibu:


Menguatkan ikatan batin dengan bayinya

PENGIKATAN DAN
PEMOTONGAN TALI PUSAT
Manfaat penundaan dan pengikatan tali
pusat pada bayi prematur:
Mencegah anemia
Mengurangi risiko perdarahan intraventrikular
Mengurangi kebutuhan transfusi darah

Pengikatan dan pemotongan tali pusat di


kamar bersalin dilakukan secara asepsis
untuk mencegah infeksi tali pusat dan
tetanus neonatorum
Pemotongan tali pusat menggunakan
instrumen yang tajam

PERAWATAN TALI PUSAT


Tali pusat akan lepas dalam minggu pertama
Jaga agar tali pusat tetap kering dan bersih
Bersihkan dengan lembut dengan kapas
basah (tidak boleh dgn alkohol / povidone
iodine)
Bungkus dengan longgar dengan kasa
bersih
Popok / celana bayi diikat di bawah tali
pusat

Label nama bayi atau nama ibu


dilekatkan pada tangan bayi, dan
jangan terlalu erat agar mudah dilepas
Berikan profilaksis mata (tetes mata
silver nitrat, eritromisin, tetrasiklin)
untuk mencegah konjungtivitis
(terutama pada bayi yang lahir dari ibu
penderita gonore dan klamidiasis)

Pemberian vit. K untuk mencegah


perdarahan akibat defisiensi vit. K
Pengukuran PB menggunakan
stadiometer bayi dengan menjaga bayi
dalam posisi lurus dan ekstremitas dalam
keadaan ekstensi
Memandikan bayi:
Jangan memandikan bayi segera setelah lahir
Jaga agar suhu ruangan hangat, dan suhu air
optimal (30-40C)

presipita
tus

HIPOTERMI NEONATORUM
Suhu tubuh < 35 C
ETIOLOGI
Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir
(terutama jika berat badannya rendah), relatif
lebih besar dibandingkan dengan berat badannya
sehingga panas tubuhnya cepat hilang
Pada cuaca dingin, suhu tubuhnya cenderung
menurun
Panas tubuh juga bisa hilang melalui penguapan,
yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir
dibanjiri oleh cairan ketuban.

Klasifikasi

HIPOTERMIA SEPINTAS
Penurunan suhu tubuh rectum sebanyak 1C 2C
sesudah lahir
Normal kembali sesudah 4-8 jam bila suhu
lingkungan diatur sebaik-baiknya
Terdapat pada bayi dengan:
BBLR
Hipoksia
Resusitasi yang lama
Ruangan tempat bersalin yang dingin
Tidak dibungkus segera setelah lahir
Terlalu cepat dimandikan ( < 4 jam pascalahir)
Pemberian morfin pada ibu yang sedang bersalin

HIPOTERMIA AKUT
Terjadi bila bayi berada dilingkungan yang dingin selama 6-12
jam
Dapat terjadi pada bayi dengan:
BBLR di ruang bersalin yang dingin
Inkubator tidak cukup panas
Kelalaian petugas persalinan terhadap bayi yang akan lahir
(mis. Bayi yang diduga mati dalam kandungan ternyata lahir
hidup)
Gejala:
Lemah
Gelisah
Pernapasan dan denyut jantung lambat
Kedua kaki dingin
Terapi: masukkan ke dalam inkubator dalam keadaan telanjang

HIPOTERMI SEKUNDER
Etiologi:
Sepsis
Sindrom gangguan pernapasan dengan hipoksia
atau hipoglikemia
Perdarahan intrakranial
Transfusi tukar
Penyakit jantung bawaan yang berat
Bayi dengan BBLR dan hipoglikemia
Terapi terhadap etiologi:
Antibiotik
Lar. Glukosa
O2

COLD INJURY
Etiologi: terlalu lama di ruangan Komplikasi:
yang dingin ( > 12 jam)
Infeksi
Gejala:
Hipoglikemia
Lemah
Perdarahan paru
Tidak mau minum
masif
Badan dingin
Terapi:
Oliguria
Memanaskan
Suhu tubuh 29,5 35 C
bayi (naikkan
Gerakan sangat kurang
suhu inkubator
Muka, kaki, hidung, tangan
0,5 C lebih
merah, seolah dalam
tinggi daripada
keadaan sehat
suhu bayi,
Pengerasan jaringan subkutis
naikkan tiap
atau edema
setengah jam

Antibiotika

GEJALA

bayi tampak mengantuk


kulitnya pucat dan dingin
lemah, lesu
menggigil.
Hipotermia bisa menyebabkan :
hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah)
asidosis metabolik (keasaman darah yang tinggi)
kematian.

Tubuh dengan cepat menggunakan energi


agar tetap hangat, sehingga pada saat
kedinginan bayi memerlukan lebih banyak
oksigen. Karena itu, hipotermia bisa
menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke
jaringan.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil
pemeriksaan fisik dan hasil pengukuran suhu tubuh.
PENGOBATAN
Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup
dengan topi.
Jika bayi harus dibiarkan telanjang untuk keperluan
observasi maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan
dibawah cahaya penghangat.

PENCEGAHAN
Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru
lahir harus tetap berada dalam keadaan hangat.
Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk
menghindari hilangnya panas tubuh akibat penguapan
lalu dibungkus dengan selimut dan diberi penutup
kepala.

HIPOGLIKEMI NEONATORUM
keadaan hasil pengukuran kadar
glukose darah kurang dari 45 mg/Dl
Kadar gula darah < 30 mg% pada
BCB dan < 20 mg% pada BKB

PATOFISIOLOGI
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan
glukosa rendah
Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada
janin sehingga respon insulin juga meningkat pada janin.
Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer
glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi
(transient hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi
Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk
ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari
pertama pasca lahir
Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa
yang ada karena meningkatkan penggunaan cadangan
glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, hipertermi,
gangguan pernapasan.

Tanda dan gejala

Sianosis
Kejang atau tremor
Letargi dan menyusui yang buruk
Apnea
Tangisan yang lemah atau bernada
tinggi
Hipotermia
RDS

DIAGNOSIS

Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan


pernapasan
Riwayat bayi prematur
Riwayat bayi Besar untuk Masa Kehamilan (BMK)
Riwayat bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)
Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus
Riwayat bayi dengan Penyakit Jantung Bawaan
Bayi yang beresiko terkena hipoglikemia
-Bayi dari ibu diabetes (IDM)
-Bayi yang besar untuk masa kehamilan (LGA)
- Bayi yang kecil untuk masa kehamilan (SGA)
-Bayi prematur dan lewat bulan
-Bayi sakit atau stress (RDS, hipotermia)
-Bayi puasa
-Bayi dengan polisitemia
-Bayi dengan eritroblastosis
-Obat-obat yang dikonsumsi ibu, misalnya sterorid, betasimpatomimetik dan beta blocker

penatalaksanaan
Monitor
Penanganan hipoglikemia dengan gejala
Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa
GEJALA
Kadar glukosa normal
Persisten hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari
7 hari)

Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK,
bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor
dalam 3 hari pertama :
o Periksa kadar glukosa saat bayi
datang/umur
3 jam
o Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam
atau sampai
pemeriksaan glukosa
normal dalam 2 kali pemeriksaan
o Kadar glukosa 45 mg/dl atau
gejala positif tangani hipoglikemia
o Pemeriksaan kadar glukosa baik,
pulangkan setelah 3 hari penanganan
hipoglikemia
selesai

Penanganan hipoglikemia dengan gejala :


-Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan
kecepatan 1 ml/menit
-Pasang jalur iv D10 sesuai kebutuhan
(kebutuhan infus glukosa 6-8 mg/kg/menit)
-Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah
bolus dan tiap 3 jam
-Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan
atau tanpa gejala, ulangi seperti diatas
-Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
-Infus D10 diteruskan
-Periksa kadar glukosa tiap 3 jam
-ASI diberikan bila bayi dapat minum
-Bila kadar glukosa 45 mg/dl dalam 2 kali
pemeriksaan
-ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah
infus diturunkan pelan-pelan

Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa


GEJALA :
-ASI teruskan
-Pantau, bila ada gejala manajemen seperti
diatas
-Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau
sebelum minum, bila :
-Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala
tangani hipoglikemi
- Kadar 25-45 mg/dl naikkan frekwensi
minum
- Kadar 45 mg/dl manajemen sebagai
kadar glukosa normal

Kadar glukosa normal


-IV teruskan
-Periksa kadar glukosa tiap 12 jam
-Bila kadar glukosa turun, atasi
seperti diatas
-Bila bayi sudah tidak mendapat IV,
periksa kadar glukosa tiap 12 jam,
bila 2 kali pemeriksaan dalam batas
normal, pengukuran dihentikan

Persisten hipoglikemia (hipoglikemia


lebih dari 7 hari)
-konsultasi endokrin
-terapi : kortikosteroid hidrokortison 5
mg/kg/hari 2 x/hari iv atau prednison 2
mg/kg/hari per oral, mencari kausa
hipoglikemia lebih dalam.
-bila masih hipoglikemia dapat
ditambahkan obat lain : somatostatin,
glukagon, diazoxide, human growth
hormon, pembedahan. (jarang
dilakukan)

GAWAT NAPAS PADA BAYI


BARU LAHIR
Distres respirasi/gangguan napas masalah yang
sering dijumpai pada hari-hari pertama kehidupan
BBL ditandai dengan takipnea, napas cuping
hidung, retraksi interkostal, sianosis, dan
apnu.
TTN (Transient Tachypnea of the Newborn)
RDS (Respiratory Distress Syndrome) /PMH
(Penyakit Membran Hialin)
Displasia bronkopulmonar.

Asfiksia neonatorum
kegagalan bernapas secara spontan dan teratur
pada saat lahir / beberapa saat setelah lahir yang
ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah
rendah (hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2
meningkat) dan asidosis.
Karakteristik asfiksia perinatal pada bayi :
Asidemia metabolik / campuran
Nilai apgar 0-3 menit ke 5
Kejang, hipotonia, koma, atau ensefalopati
hipoksik iskemik
Disfungsi sistem multiorgan

ETIOLOGI

Faktor Predisposisi Asfiksia


Nenonatorum
Faktor ibu:

gangguan his
hipotensi mendadak pada ibu
hipertensi pada eklamsia
gangguan mendadak plasenta

Faktor janin:
gangguan aliran darah dalam tali pusat
karena tekanan tali pusat
depresi pernafasan
ketuban keruh/mekonium

Etiologi Asfiksia
Neonatorum
Asfiksia intra uterin
Bayi kurang bulan
Obat-obat yang diberikan/diminum
oleh ibu
Penyakit neuromuscular congenital
Cacat bawaan
Hipoksia intrapartum
Derajat Berat Ringannya Asfiksia

PATOFISIOLOGI
Normalnya
Bayi lahir alveoli berisi udara aliran darah paru
meningkat disebabkan ekspansi paru & peningkatan
tekanan oksigen alveoli sehingga resistensi vakuler
paru & aliran darah paru.
Pada Asfiksi
Terjadi kegagalan penurunan resistensi vaskuler paru
hipertensi pulmonal persisten aliran darah paru
inadekuat & hipoksemia relatif gagal napas
Gangguan pertukaran O2 dan CO2
O2 tidak cukup dalam darah hipoksia dan iskemia
jaringan perubahan fungsional dan biokimia pada janin.
CO2 tertimbun dalam darah hipercapnea asidosis
respiratorik, asidosis metabolik, hipoglikemia

Clinical
events

Time
Onset of
asphyxi
a
Aerobic
metabolism
Anaerobic
metabolism
Pulmonary
vascular
resistance
pulmonary
blood flow

pO2 ---pCO2
pH

Blood pH

Primary
gasping

Glicolisis
esp. in liver
& heart
Actic
acid

Metabolic
acidosis

Prima
ry
apneu

Glicogen
esp.
cardiac

Heart rate
Secondary
gasping

Loss of
substrate

Secondar
y apneu

Skin
cyanos
is

Skin
white

cardiac
intracel
pH

Cerebral
blood
flow

Brain intra
cellular

pH

Heart rate
Blood pressure

Tanda dan gejala


Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut
jantung kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis, pucat,
tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks
rangsangan
Keadaan-keadaan pada asfiksia yang perlu mendapat
perhatian:
Menurunnya tekanan O2 darah
Meningginya tekanan CO2 darah
Menurunnya pH (akibat asidosis respiratorik dan
metabolik)
Dipakainya sumber glikogen tubuh untuk
metabolisme anaerobik
Terjadinya perubahan sistem KV

Apnu primer : pernafasan cepat, denyut nadi


menurun dan tonus neuromuskular menurun
Apnu sekunder : apabila asfiksia berlanjut,
bayi menunjukkan pernafasan megapmegap yang dalam, denyut jantung terus
menurun < 100 x/menit, kulit sianosis,
pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon
terhadap refleks rangsangan, bayi terlihat
pasif, pernafasan makin lama makin lemah

KLASIFIKASI

Klinis

Detak jantung

Tidak
ada

< 100 x/menit

>100x/menit

Pernafasan

Tidak
ada

Tak teratur

Tangis kuat

Refleks saat
jalan nafas
dibersihkan

Tidak
ada

Menyeringai

Batuk/bersin

Tonus otot

Lunglai

Fleksi
ekstrimitas(lemah)

Fleksi kuat &


aktif

Tubuh mrh ekstrimitas


biru

Mrh seluruh
tubuh

APGAR SCORE
Warna kulit

Biru
pucat

Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1


dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih
kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit
sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk
menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai
resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik
setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1
menit seperti penilaian skor Apgar)

Diagnosis
Denyut Jantung Janin
Frekuensi normal adalah 120 sampai 160 denyutan dalam satu
menit. Selama his frekuensi ini biasanya tetapi di luar his
kembali lagi ke keadaan semula. Peningkatan kecepatan
denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi
apabila frekuensi turun di bawah sampai 100 di luar atau lebih
jika teratur, hal ini merupakan tanda bahaya
Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi kepala mungkin menunjukkan
gangguan oksigenisasi dan harus menimbulkan kewaspadaan
Penilaian asfiksia BBL dalam melakukan resustasi ditentukan
oleh tiga aspek yang sangat penting yaitu :
1. Pernapasan
2. Denyut jantung
3. Warna kulit

Pemeriksaan penunjang
Foto polos dada
USG kepala
Laboratorium : darah rutin, analisa
gas darah, serum elektrolit

penatalaksanaan

Resusitasi
Suportif
Jaga kehangatan.
Jaga saluran napas agar tetap bersih dan terbuka.
Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah dan
elektrolit)
Epinefrin :
Indikasi :
Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30
detik dilakukan ventilasi adekuat dan pemijatan dada.
Asistolik.
Dosis : 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01
mg-0,03 mg/kg BB) Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat diulang
setiap 3-5 menit bila perlu

Volume ekspander :
Indikasi :
Bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia
dan tidak ada respon dengan resusitasi.
Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok.
Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil/lemah, dan
pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat.

Jenis cairan :
Larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat)
Transfusi darah golongan O negatif jika diduga kehilangan
darah banyak
Dosis : Dosis awal 10 ml/kg BB i.v pelan selama 5-10
menit. Dapat diulang sampai menunjukkan respon klinis.

Bikarbonat :
Indikasi :
Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan
resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik
dan hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan
analisa gas darah dan kimiawi.

Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%)


atau 1 ml/kg bb (8,4%)
Cara : Diencerkan dengan aquabides atau
dekstrose 5% sama banyak diberikan secara
intravena dengan kecepatan minimal 2 menit.
Efek samping : Pada keadaan hiperosmolaritas
dan kandungan CO2 dari bikarbonat merusak fungsi
miokardium dan otak.

Nalokson hidrochlorida : antagonis narkotik yang tidak


menyebabkan depresi pernafasan. Sebelum diberikan
nalakson ventilasi harus adekuat dan stabil.
Indikasi :
Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya
menggunakan narkotik 4 jam sebelum persalinan.
Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya baru
dicurigai sebagai pemakai obat narkotika sebab akan
menyebabkan tanda with drawltiba-tiba pada sebagian
bayi.
Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)
Cara : Intravena, endotrakeal atau bila perpusi baik
diberikan i.m atau s.c

Penatalaksanaan Asfiksia
Neonatorum
Posisi bayi trendelenburg dengan
kepala miring.
Bila sudah bernapas spontan
letakkan dengan posisi horizontal.
Apgar Score 7 10 :
Bersihkan jalan napas
Bayi dibersihkan, dikeringkan
Observasi tanda vital sampai stabil

Penatalaksanaan Asfiksia
Neonatorum
Apgar Score 4 6 :
Bersihkan jalan napas
Bayi dibersihkan, dikeringkan
Beri rangsangan taktil
Bila belum berhasil O2
Apgar Score 4 6 dengan detik jantung >
100
Lakukan bag and mask ventilation dan
pijat jantung.

Penatalaksanaan Asfiksia
Neonatorum
Apgar Score 0 3 :
Jaga agar bayi tidak kedinginan
Jangan diberi rangsangan taktil.
Jangan diberi obat perangsang napas.
Segera lakukan resusitasi.

Penatalaksanaan Asfiksia
Neonatorum
Resusitasi
Terapi medikamentosa:
Epinefrin
Volume ekspander
Bikarbonat
Nalokson

Penatalaksanaan Asfiksia
Neonatorum
Terapi Suportif
Jaga kehangatan
Jaga saluran napas agar tetap bersih
dan terbuka
Koreksi gangguan metabolik (cairan,
glukosa darah dan elektrolit)

PENATALAKSANAAN ASFIKSIA
DENGAN TINDAKAN
RESUSITASI BBL

Bila bayi tidak bernapas atau bernapas


megap-megap sambil melakukan lebih
awal :

1) Beritahukan ibu dan keluarga bayinya


perlu bantuan nafas
2) Mintalah salah seorang keluarganya
untuk mendampingi ibu memberi
dukungan moral, menjaga ibu dan
melaporkan bila ada perdarahan

Tahap I
Langkah awal perlu dilakukan dalam 30 detik langkah tersebut adalah :
1) Jaga bayi tetap hangat
a. Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu
b. Bungkus bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat
c. Pindahkan bayi ke atas kain ditempat resusitasi
2) Atur posisi bayi
a. Baringkanlah bayi terlentang dengan kepala didekat penolong
b. Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi
3) Isap Lendir
Gunakan alat penghisap lendir De Lee dengan cara sebagai berikut :
a. Isap lendir mulut dari mulut dulu kemudian hidung
b. Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar, jangan lebih dari 5 cm ke dalam mulut dan lebih dari 3 cm
ke dalam hidung.
4) Keringkanlah dan Rangsang Bayi
a. Keringkanlah bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat
membantu BBL mulai bernafas sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat membantu BBL mulai bernafas
b. Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara
1. Menepuk atau menyentil telapak kaki
2. Menggosok perut, dada, punggung atau tungkai kaki dengan telapak tangan
5) Atur kembali posisi kepala bayi dan bungkus bayi
a. Ganti kain yang telah basah dengan kain yang ada di bawahnya
b. Bungkus bayi dengan kain tersebut, jangan menutupi muka, dada agar biasa memantau pernafasan bayi
c. Atur kembali posisi kepala bayi sehingga sedikit ekstensi
6) Lakukan Penilaian Bayi
Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, atau tidak bernafas megap-megap
a. Bila bayi bernafas normal, berikan ibunya untuk disusui
b. Bila bayi tidak bernafas atau megap-megap mulai lakukan ventilasi

Tahap II : Ventilasi
Ventilasi adalah tahapan tindakan resusitasi untuk memasukan sejumlah volume udara ke
paru-paru dengan tekanan positif untuk membawa aveoli perlu agar bayi bisa bernafas
spontan dan teratur.
Langkah-langkah sebagai berikut :
1) Pasang sungkup
Pasang sungkup dan pegang agar menutupi mulut dan hidung bayi
2) Ventilasi 2 kali
a. Lakukan tiupan dengan tekanan 30 cm air
b. Lihatlah apakah dada bayi mengembangl. Bila dada tidak mengembang periksa posisi
kepala, pastikan sudah ekstensi, periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara
bocor dan periksa cairan atau ledir di mulut bila ada mengembang lakukan tahapan
berikutnya.
3) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
a. Lanjutkan ventilasi tiap 20 x dalam 30 detik (dengan tekanan 20 cm air)
b. Hentikan ventilasi setiap 30 detik
c. Lakukanlah penelitian bayi, apakah bayi bernafas, bernafas tidak normal atau megapmegap :
1. Bila bayi normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi dengan seksama
2. Bila bayi tifak bernafas atau megap-megap, teruskan ventilasi 20 x dalam 30 detik,
kemudian lakukan penilaian setiap 30 detik.
4) Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas normal sesudah 2 menit ventilasi
a. Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
b. Hentilan ventilasi sesudah 20 menit tidak berhasil

Tahap III : Asuhan Pasca Resusitasi


Asuhan pasca resusitasi adalah pelayanan kesehatan pasca resusitasi, yang
diberikan baik kepada bayi baru lahir ataupun ibu dan keluarga setelah resusitasi
berhasil sebaiknya bidan tinggal bersama ibu dan keluarga bayi untuk memantau
bayi minimal 2 jam pertama
1) Bila pernapasan bayi dan warna kulitnya normal, berikan pada ibunya
a. Letakkan bayi di dada ibu dan selimuti keduanya dengan kain hangat
b. Anjurkan ibu menyusui bayinya dan membelainya
c. Lakukan asuhan neonatal normal
2) Lakukan pemantauan seksama terhadap bayi pasca resusitasi selama 2 jam
pertama
a. Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernafas pada bayi
1. Terikan dinding dada ke dalam nafas megap-megap, frekuensi nafas <> 60
x/menit
2. Bayi kebiruan atau pucat
3. Bayi lemas
b. Pantau juga bayi yang berwarna pucat walaupun tampak bernafas
3) Jagalah agar bayi tetap hangat dan kering
Tunda memandikan bayi sampai 6 sampai 24 jam
4) Bila kondisi bayi memburuk
Perlu rujukan sesudah resusitasi

PENATALAKSANAAN
Tujuan utama mengatasi asfiksia:
Mempertahankan kelangsungan hidup bayi
Membatasi sekuele

Perhatikan:
Faktor waktu: semakin lama bayi menderita
asfiksia, perubahan homeostasis makin berat,
resusitasi akan lebih sulit, kemungkinan timbul
sekuele
Kerusakan yang timbul akibat hipoksia adl
ireversibel, tetapi dapat dicegah
Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan
keterangan ttg penyebab depresi pernapasan
Penilaian bayi baru lahir perlu diketahui, agar
resusitasi dapat dilakukan

PRINSIP DASAR
RESUSITASI
Memberikan lingkungan yang baik pada
bayi
Mengusahakan sal. Napas ttp bebas
serta merangsang timbulnya pernapasan
Memberikan bantuan pernapasan pada
bayi yang menunjukkan usaha
pernapasan lemah
Melakukan koreksi thd asidosis
Menjada agar sirkulasi darah tetap baik

TINDAKAN UMUM
Pengawasan suhu
suhu metabolisme sel kebutuhan O2
Hangatkan dan keringkan tubuh bayi

Pembersihan jalan napas


Letak kepala lebih rendah untuk melancarkan
pengeluaran lendir
Lakukan dgn hati-hati agar tidak timbul spasme
laring, kolaps paru, atau kerusakan sel mukosa

Rangsangan untuk menimbulkan pernapasan


Usaha bernapas (-) > 20 detik setelah lahir
depresi pusat napas
Perlu stimulasi: pengaliran O2, menekan tendon
Achilles, menepuk telapak kaki bayi

komplikasi
Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri,
palsi serebralis
Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada
neonatus, perdarahan paru, edema paru, Pneumotoraks
Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans
Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH
Hematologi : DIC
Anuria atau oliguria
Hiperbilirubinemia
Kejang
Koma

MAS
Aspirasi dari cairan amnion yang berisi
mekonium pada trakhea janin atau
bayi baru lahir saat di dalam uterus
atau saat bernafas pertamakali.
Mekonium : suatu zat sisa (rambut
janin, garam empedu, enzim pankreas,
dan getah kelenjer usus, feses janin
dan air ketuban) yang ditinggal oleh
bayi Berwarna hijau kehitaman

Meconium aspiration
syndrome
DEFINISI
- Sindroma Aspirasi Mekoniuim terjadi jika janin menghirup
mekonium yang tercampur dengan cairan ketuban, baik
ketika bayi masih berada di dalam rahim maupun sesaat
setelah dilahirkan.
- Mekonium adalah tinja janin yang pertama. Merupakan
bahan yang kental, lengket dan berwarna hitam
kehijauan, mulai bisa terlihat pada kehamilan 34 minggu.
- Pada bayi prematur yang memiliki sedikit cairan ketuban,
sindroma ini sangat parah. Mekonium yang terhirup lebih
kental sehingga penyumbatan saluran udara lebih berat.

Keluarnya mekonium biasanya disebabkan gawat


fetus serta anoksia, depressi kesadaran & sering
perlu diresusitasi.
Aspirasi mekonium terjadi jika janin mengalami
stres selama proses persalinan berlangsung. Bayi
seringkali merupakan bayi post-matur (lebih dari
40 minggu).

EPIDEMIOLOGI
Risiko meningkat sesuai dengan
usia gestasi
Sebelum 37 minggu risiko SAM:
2%
Sesudah 44 minggu : 44%

Faktor resiko

Kehamilan post-matur
Pre-eklamsi
Ibu yang menderita diabetes
Ibu yang menderita hipertensi
Persalinan yang sulit
Gawat janin
Hipoksia intra-uterin (kekurangan
oksigen ketika bayi masih berada
dalam rahim).

ETIOLOGI
Cairan amnion yang mengandung
mekonium terinhalasi oleh bayi.
Mekonium dapat keluar (intra uterin)
bila terjadi stress/kegawatan intra
uterin
Peningkatan aktivitas usus bayi. Usia
kehamilan lebih dari 40 minggu
Kesulitan dalam melahirkan,
komplikasi tali pusat

PATOFISIOLOGI
Asfiksia dan berbagai bentuk stress intra uterin
dapat meningkatkan peristaltic usus janin disertai
relaksasi spinter ani eksterna sehingga terjadi
pengeluaran meconium ke cairan amnion. Saat
bayi dengan asfiksasi menarik nafas (gasping)
baik intero maupun selama persalinan, terjadi
aspirasi cairan amomium yang bercampur
mekonium kedalam saluran nafas. Mekonium
yang tebal mengakibatklan obstruksi jalan nafas,
sehingga terjadi gawat nafas.

Tanda dan gejala


bayi post term, kecil masa
kehamilan dengan kuku panjang
dan kulit terwarnai oleh
mekonium menjadi kuning
kehijauan dan terdapat
mekonium pada cairan ketuban
Caiaran ammonium berwarna
kehijauan dapat jernih maupun
kental
Tanda sindrom gangguan
pernafasan dan mulai tampak
dalam 24 jam pertama setelah
lahir.
Kadang terdengar ronchi pada
kedua paru dan mungkin terlihat
empishema / atelektasis

Kesulitan benafas
saat lahir
Retraksi
Takhipnea
Saianosis
Infiltrasi kasar
bilateral
Dada seperti tong
Diafragma
terdorong turun
Frekwensi denyut
jantung rendah
sebelum
dilahirkan

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lab. Analisa gas darah : untuk
melihat kemungkinan terjadinya asidosis
Laringoskopi : dengan alat ini dokter akan
memeriksa pita suara bayi untuk melihat apakah
pita suara tersebut ternodai oleh mekonium
Foto thoraks
Ventilasi mekanik : untuk menjaga agar paru bayi
tetap mengembang
Fisiotherapy

Diagnosa
Sebelum bayi lahir, alat pemantau janin menunjukkan
bardikardia (denyut jantung yang lambat)
Ketika lahir, cairan ketuban mengandung mekonium
(berwarna kehijauan)
Bayi memiliki nilai Apgar yang rendah.
Laringoskopi pita suara tampak berwana kehijauan.
Stetoskop terdengar suara pernafasan yang
abnormal (ronki kasar).
Pemeriksaan penunjang :
Analisa gas darah (menunjukkan kadar pH yang
rendah, penurunan pO2 dan peningkatan pCO2)
Rontgen dada (menunjukkan adanya bercakan di paruparu).

penatalaksanaan
Perawatan umum
Berikan oksigen sampai sianosis menghilang dan
atur keseimbangan asam basa
Berikan anti biotic. Yaitu kombinasi penicillin /
ampicillin dan gentamicin.

Manajemen

113

komplikasi
Aspirasi mekonium dapat menyebabkan distress
pernafasan berat melalui 3 cara: peradangan bronkhiolus
akibat pemasangan alat dan penurunan produksi
surfaktan akibat trauma sel paru. Aspirasi mekonium
juga dapat mengakibatkan hipoksemia, retensi karbon
dioksida dan pirau intrapulmonal dan ekstra pulmonary
serta infeksi sekunder akibat cidera jaringan, yang
selanjutnya akan menyebabkan pneumonia
Pneumonia aspirasi
Pneumotoraks
Kerusakan otak akibat kekurangan oksigen
Gangguan pernafasan yang menetap selama beberapa
hari

RDS (Respiratory distress


syndrom) / HMD
keadaan dimana kantung udara (alveoli) pada paruparu bayi tidak dapat tetap terbuka karena tingginya
tegangan permukaan akibat kekurangan surfaktan.
gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi
premature dengan tanda
Takipnea: frekuensi napas > 60 80x/menit
Retraksi
Napas cuping hidung
Merintih atau grunting
Sianosis
Apnu atau henti napas

Dalam jam-jam pertama sesudah


lahir, empat gejala distres respirasi
kadang dijumpai pada BBL normal
tetapi tidak berlangsung lama Bila
menetap pada beberapa jam setelah
lahir indikasi adanya distres
repirasi lakukan tindakan segera

Takipneu (pernafasan cepat)


Gerakan pernafasan yang tidak biasa (retraksi
interkostalis, ketika menghirup udara, otot
dinding dada tertarik)
Nafasnya pendek dan ketika menghembuskan
nafas terdengar suara ngorok
Cuping hidung mengembang
Apneu
Sianosis (warna kulit dan selaput lendir membiru)
Edema (pembengkakan tungkai atau lengan).

FAKTOR PREDISPOSISI

BKB paru bayi imatur, kurang surfaktan


Bayi dari ibu DM
Bayi lahir dengan operasi sesar
Depresi neonatal:
Kehilangan darah dalam periode perinatal
Aspirasi mekoneum
Pneumotoraks akibat tindakan resusitasi
Hipertensi pulmonal
Bayi lahir dari ibu yang menderita demam, KPD, air ketuban
berbau busuk dapat terjadi pneumonia bakterialis atau
sepsis.

PATOFISIOLOGI
Faktor2 yang memudahkan terjadinya RDS pada
bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil
sehingga sulit berkembang, pengembangan
kurang sempurna karena dinding thorax masih
lemah, produksi surfaktan kurang sempurna.
Kekurangan surfaktan kolaps pada alveolus
paru-paru menjadi kaku perubahan fisiologi
paru sehingga daya pengembangan paru
(compliance) menurun 25 % dari normal,
pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal
meningkat dan terjadi hipoksemia berat,
hipoventilasi yang menyebabkan asidosis
respiratorik

DD
Pneumonia sering terjadi sekunder akibat
infeksi Streptokokus Group B beta
hemolitikus (GBBS)
TTN (Transient Tachypneu of the Newborn)
Sindroma aspirasi mekoneum
Kebocoran udara pada paru
Kelainan paru kongenital
Kelainan jantung kongenital
Gejala sisa atau sekuel SGN

DIAGNOSA
Hasil pemeriksaan fisik
Hasil analisa gas darah (menunjukkan
kadar oksigen yang rendah dan
asidosis)
Rontgen dada
Hasil tes fungsi paru

penatalaksanaan
Resiko terjadinya sindroma gawat pernafasan bisa dikurangi
jika persalinan bisa ditunda sampai paru-paru bayi telah
mampu menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang memadai.
Jika kemungkinan akan terjadi persalinan prematur, maka
dilakukan amniosentesis untuk mengetahui kadar surfaktan.
Jika diperkirakan bahwa paru-paru bayi belum matang dan
persalinan tidak dapat ditunda, maka diberikan kortikosteroid
kepada ibu minimal 24 jam sebelum waktu perkiraan
persalinan.
Setelah persalinan, kepada bayi yang menderita sindroma
ringan hanya perlu diberikan oksigen. Pada sindroma yang
lebih berat mungkin perlu didukung oleh ventilator dan obat
surfaktan.

komplikasi
Hipoksia, bila berlangsung lama dapat mengakibatkan
gangguan pada organ vital (otak, paru, jantung, ginjal)
Asidosis metabolik (hipoglikemia, hipotermia)
Problem hematologik, misalnya: anemia, polisitemia
Pneumotoraks
Paru-paru sangat kaku dan untuk mengembangkannya
diperlukan tekanan yang lebih dari bayi maupun ventilator
paru-paru bisa pecah udara merembes ke dalam
rongga dada paru-paru menjadi kolaps gangguan
ventilasi dan sirkulasi.
Perdarahan di dalam otak
Resiko terjadinya perdarahan akan berkurang jika sebelum
persalinan telah diberikan kortikosteroid kepada ibu.

TTNB (transient tachypnea


of the New Born)
Merupakan self-limited disease
yang disebabkan kelainan parenkim
paru, dan dapat muncul 6 jam
setelah persalinan, baik sectio
caesarian atau pun per vaginam.
Umumnya pulih dalam 72 jam pasca
persalinan.

EPIDEMIOLOGI
6 / 1000 kelahiran hidup
11 / 1000 kelahiran hidup Amerika
Serikat
Dapat terjadi pada Preterm atau pun
Aterm

ETIOLOGI
Dasar, terhambatnya pembersihan
atau absorbsi cairan paru
Persalinan tidak normal, karena pada
persalinan normal jalan lahir
membantu memeras/mengeluarkan
cairan dalam paru-paru selama
proses persalinan
Perubahan hormon pada persalinan

Tanda dan gejala


Takipnea / nafas cepat >= 60x /
menit
Dengkuran / grunting saat ekspirasi
Hidung kemerahan
Retraksi di sela-sela iga (rusuk), saat
pernapasan cepat atau saat
pernapasan kelahiran
Sianosis daerah mulut dan hidung

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Analisa darah

Diagnosis
Pemeriksaan radiologi (Rontgen Thorax)
bronkovaskular jelas, garis-garis cairan
dalam fisura dan pleura, hiperaerasi
Pulse-oximetry monitoring
menginformasikan kemampuan paru-paru
untuk mengalirkan oksigen ke seluruh
tubuh
Analisa darah memastikan jika
terdapat infeksi

6 jam = hiperaerasi, peripheral streacking bilateral,


terlihat pula cardiomegaly

Hari ke 2 = cardiomegaly hilang, peripheral


streacking mulai menghilang

Hari ke 4 = paru-paru dan jantung kembali ke normal

dd
Hyaline Membrane Disease
Aspirasi Meconium
Neonatal Pneumonia

penatalaksanaan
Perlu diobservasi dan dimonitor dengah lebih
ketat, bahkan terkadang perlu dirujuk ke NICU
Harus dimonitor untuk memastikan
pernapasannya kembali ke normal dan kadar
oksigen normal dalam 3 hari harus Normal
Oxygen hood CPAP (Continuous Positive Airway
Pressure) ventilator (berat, jarang)
Diet nutrisi diberikan secara IV

Nasal Cannula / CPAP

BBLR
bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu)
jam setelah lahir
Prematuritas murni
Masa Gestasi kurang dari 37 minggu dan Bbnya
sesuai dengan masa gestasi.
Dismaturitas
BB bayi yang kurang dari BB seharusnya, tidak
sesuai dengan masa gestasinya.

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari
seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih
sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi
rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR
didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35
kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari
2500 gram (4). BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan
mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak
serta memberikan dampak jangka panjang terhadap
kehidupannya dimasa depan (1,2). Angka kejadian di Indonesia
sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu
berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter
diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara
nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5
%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada
sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010
yakni maksimal 7%

ETIOLOGI
(1) Faktor ibu
a. Penyakit : malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lainlain
b. Komplikasi pada kehamilan : perdarahan antepartum, preeklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan paritas : Angka kejadian BBLR tertinggi
ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan
usia <>
d. Faktor kebiasaan ibu : ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan
ibu pengguna narkotika.
(2) Faktor Janin : Prematur, hidramion, kehamilan
kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
(3) Faktor Lingkungan : tempat tinggal di daratan tinggi,
radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun

Bayi Baru Lahir


Batas Ambang
o BBLR
- Warna Merah :
< 27,0 cm
- Warna Kuning :
27,0 29,4 cm
o Bayi Berat Lahir Normal
- Warna Hijau
:
29,5 cm
Apa Arti Warna Pada Pita ?
- Warna merah : artinya berat bayi setara dengan < 2000
g
- Warna kuning: artinya berat bayi setara dengan 2000
2499 g
- Warna hijau: artinya berat bayi setara dengan 2500 g

BBLR
Berat badan bayi kurang dari 2500 gram.
Sampai saat ini masih merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas perinatal.
Berat lahir rendah (BLR) dapat dibedakan
atas bayi yang dilahirkan preterm, dan bayi
yang mengalami pertumbuhan intrauterin
terhambat.
Di negara-negara maju, sekitar duapertiga
bayi berat lahir rendah disebabkan oleh
prematuritas, sedangkan di Negara-negara
sedang berkembang sebagian besar bayi BLR
di sebabkan oleh pertumbuhan intrauterin.

PJT
Pertumbuhan
janin
terhambat
(PJT)
ditegakkan
apabila pada
pemeriksaan
ultrasonografi
(USG)
perkiraan
berat badan
janin berada
di bawah
persentil 10
dibawah usia
kehamilan
atau lebih
kecil dari

Terminologi kecil untuk masa kehamilan


adalah berat badan bayi yang tidak sesuai
dengan masa kehamilan dan dapat
muncul pada bayi cukup bulan atau
prematur.
Pada umumnya janin tersebut memiliki
tubuh yang kecil dan risiko kecacatan atau
kematian bayi kecil akan lebih besar baik
pada saat dilahirkan ataupun setelah
melahirkan.

Proses pertumbuhan sel-sel pada organ janin dan


plasenta dapat dibagi dalam 3 fase yaitu :
1. Fase hiperplasia sel oto, terjadi pada 16 minggu
pertama kehamilan, selama fase ini terjadi
pertumbuha sel yang cepat
2. Fase hiperplasia dan hipertropi, terjadi pada
kehamilan 16 minggu sampai 32 minggu, dimana
terjadi peningkatan jumlah dan ukuran sel
3. Fase hipertropi, terjadi pada kehamilan 32
minggu sampai aterm, ditandai dengan
meningkatnya dengan cepat ukuran sel,
sedangkan proliferasi sel berkurang atau bahkan
berhenti

Epidemiologi
Kejadian PJT bervariasi, berkisar 48% pada negara maju dan 6-30%
pada negara berkembang. Hal ini
perlu menjadi perhatian karena
besarnya kecacatan dan kematian
yang terjadi akibat PJT.

Klasifikasi PJT
Gangguan pertumbuhan janin simetris
Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan
pertumbuhan janin yang tidak simetris,
semua organ mengecil secara proporsional.
Faktor yang berkaitan dengan hal ini adalah:
- Kelainan kromosom
- Kelainan organ (terutama jantung)
- Infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents
<Coxsackie virus, Listeria), Rubella,
Cytomegalovirus, Herpes simplex/Hepatitis
B/HIV, Syphilis)
- Kekurangan nutrisi berat pada ibu hamil, dan
wanita hamil yang merokok.

Gangguan pertumbuhan janin asimetris (tidak


simetris)
Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki
waktu kejadian lebih lama dibandingkan gangguan
pertumbuhan janin simetris.
Beberapa organ lebih terpengaruh dibandingkan yang
lain, lingkar perut adalah bagian tubuh yang
terganggu untuk pertama kali, kelainan panjang
tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan,
lingkar kepala dan diameter biparietal juga
berkurang.
Faktor yang mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak
efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan
kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan darah
tinggi dan diabetes dalam kehamilan.

Etiologi
Pada umumnya 75% janin dengan PJT memiliki proporsi tubuh
yang kecil, 15-25% terjadi karena insufisiensi uteroplasenta, 510% terjadi karena infeksi selama kehamilan atau kecacatan
bawaan.
1. Penyebab ibu
a. Fisik ibu yang kecil dan kenaikan berat badan yang tidak adekuat
Faktor keturunan dari ibu dapat mempengaruhi berat badan
janin. Kenaikan berat tidak adekuat selama kehamilan dapat
menyebabkan PJT. Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan
sebaiknya 9-16 kg. apabila wanita dengan berat badan kurang
harus ditingkatkan sampai berat badan ideal ditambah dengan
10-12 kg.
b. Penyakit ibu kronik
Kondisi ibu yang memiliki hipertensi kronik, penyakit jantung
sianotik, diabetes, serta penyakit vaskular kolagen dapat
menyebabkan PJT. Semua penyakit ini dapat menyebabkan preeklampsia yang dapat membawa ke PJT.
c. Kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, dan narkotik.

2.Penyebab janin
a. Infeksi selama kehamilan
Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT.
Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang
sering menyebabkan PJT.
b. Kelainan bawaan dan kelainan kromosom
Kelaianan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan
kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan
dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta
polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan
sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT.
c. Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan
janin)
Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat
anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat
menyebabkan PJT.

3. Penyebab plasenta (ari-ari)


a.Kelainan plasenta sehingga
menyebabkan plasenta tidak dapat
menyediakan nutrisi yang baik bagi
janin seperti, abruptio plasenta, infark
plasenta (kematian sel pada plasenta),
korioangioma, dan plasenta previa.
b.Kehamilan kembar
c.Twin-to-twin transfusion syndrome

Tanda dan Gejala


PJT dicurigai apabila terdapat riwayat
PJT sebelumnya dan ibu dengan
penyakit kronik.
Selain itu peningkatan berat badan
yang tidak adekuat juga dapat
mengarah ke PJT.
Dokter dapat menemukan ukuran
rahim yang lebih kecil dari yang
seharusnya

PF
Cara-cara permeriksaan klinis untuk
mendeteksi PJT (misalnya
pengukuran tinggi fundus uteri,
taksiran berat janin (TBJ), dsb.)
seringkali hasilnya kurang akurat,
terutama pada pasien yang gemuk,
kelainan letak janin, dan pada jumlah
cairan amnion yang abnormal
(oligohidramnion, polihidramnion).

PP

Ultrasonografi (USG):
Mengukur pertumbuhan
Melihat kelainan organ yang terjadi
Pengukuran lingkar kepala
Panjang tulang paha
Lingkar perut
Dilakukan untuk menilai pertumbuhan
janin melalui USG.
Penggunaan ultrasound doppler dapat
digunakan untuk melihat aliran dari
pembuluh darah arteri umbilikalis.

Penatalaksanaan
Kecacatan dan kematian janin meningkat sampai
2-6 kali pada janin dengan PJT. Tatalaksana untuk
kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada
terapi yang paling efektif sejauh ini, adalah untuk
melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam
kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada
ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus
dilakukan adalah segera dilahirkan
PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan
organ harus dicari pada janin ini, dan bila kelainan
kromosom dicurigai maka amniosintesis
(pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan
sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin
dianjurkan:

a. Tatalaksana umum
Setelah mencari adanya cacat bawaan
dan kelainan kromosom serta infeksi
dalam kehamilan maka aktivitas fisik
harus dibatasi disertai dengan nutrisi
yang baik. Apabila istirahat di rumah
tidak dapat dilakukan maka harus segera
dirawat di rumah sakit. Pengawasan
pada janin termasuk diantaranya adalah
melihat pergerakan janin serta
pertumbuhan janin menggunakan USG
setiap 3 4minggu.

b. Tatalaksana khusus
Pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya
terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya
adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi harus
diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan
narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan.
c. Proses melahirkan
Pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur.
Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk
mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar
dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif
neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan.
Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan
meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan
oleh insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses
melahirkan.

Kondisi bayi
Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia
perinatal (kekurangan oksigen setelah
melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap
cairan mekonium). PJT yang parah dapat
mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun)
dan hipoglikemia (gula darah berkurang). Pada
umumnya PJT simetris dalam jangka waktu
lama dapat mengakibatkan pertumbuhan bayi
yang terlambat setelah dilahirkan, dimana
janin dengan PJT asimetris lebih dapat catchup pertumbuhan setelah dilahirkan.

Pencegahan
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah.
Bagaimanapun juga, faktor seperti diet, istirahat,
dan olahraga rutin dapat dikontrol.
Untuk mencegah komplikasi yang serius selama
kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti
nasihat dari dokternya; makan makanan yang
bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan
menggunakan narkotik; mengurangi stress;
berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang
cukup. Suplementasi dari protein, vitamin, mineral,
serta minyak ikan juga baik dikonsumsi.
Selain itu pencegahan dari anemia serta
pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik
pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik.

20 Hal Penting Perawatan Bayi Baru


Lahir
1. ASI (Air Susu Ibu)
yang tidak keluar
pada hari
pertama
dianggap masih
normal.
2. ASI sebaiknya
diberikan segera
setelah lahir.
3. ASI adalah
makanan yang
terbaik bagi bayi.
4. Cara menyusui

5. Pemberian ASI sebaiknya tidak boleh diselingi dengan susu


formula.
6. Bayi tampak kuning pada minggu pertama masih dianggap
normal.
7. Bayi yang kuning tidak perlu dijemur dibawah sinar matahari.
8. Talipusat butuh perawatan yang tepat.
9. Cara memandikan bayi yang benar
10. Napas bayi berbunyi grok-grok tidak selalu berarti pilek.
11. Keluarnya bercak darah dari kemaluan dapat terjadi pada bayi
perempuan.

12. Pemakaian gurita atau bedong pada bayi tidak


dianjurkan.
13. Makanan tambahan selain ASI tidak dianjurkan
diberikan sebelum usia 6 bulan.

14.Madu tidak boleh diberikan pada bayi kurang dari 1 tahun.


15.Bayi akan tampak sering tertidur.
Bayi baru lahir tidur 16 jam sehari. Kemudian hingga usia
6 bulan, kebutuhan tidurnya mulai bervariasi antara 10
hingga 18 jam sehari.
16.Amati jumlah biji kemaluan bayi lelaki Anda.
17.Mata bayi tampak selalu berair meski tidak sedang
menangis.
18.Bayi dapat menangis tiba-tiba karena kolik.
19.Bayi sebaiknya tidak ditidurkan dalam keadaan tengkurap.
20.Jangan lupa berikan imunisasi untuk bayi Anda.

Komplikasi LANGSUNG

Hipotermia
Hipoglikemia
Gangguan cairan dan elektrolit
Hiperbilirubinemia
Sindroma gawat nafas
Paten duktus arteriosus
Infeksi
Perdarahan intraventrikuler
Apnea of Prematurity
Anemia

Komplikasi JANGKA PANJANG

Gangguan perkembangan
Gangguan pertumbuhan
Gangguan penglihatan (Retinopati)
Gangguan pendengaran
Penyakit paru kronis
Kenaikan angka kesakitan dan sering
masuk rumah sakit
Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

KEJANG NEONATORUM
kejang yang terjadi pada bayi sampai dengan
usia 28 hari
Kejang pada BBL merupakan keadaan darurat
karena merupakan suatu tanda adanya penyakit
sistem saraf pusat (SSP), kelainan metabolik atau
penyakit lain.
Sering tidak dikenali karena berbeda dengan
kejang pada anak
Angka kejadian 1,5 s/d 14 per 1000 kelahiran,
NICU 25%.
Sulit dikenali

ETIOLOGI
Komplikasi perinatal :
Kelainan metabolisme
Hipoksi-iskemik
Hipoglikemia
ensefalopati
Hipokalsemia
(biasanya timbul pada
Hipomagnesemia
24 jam pertama
Hiponatremia
kelahiran)
Hipernatremia
Trauma SSP (dapat
Hiperbilirubinemia
terjadi karena
presentasi bokong,
Ketergantungan
ekstraksi cunam, atau
piridoksin
ekstraksi vacum
Kelainan
berat)
metabolisme
Perdarahan
as.amino
intrakranial

Infeksi
Dapat disebabkan oleh bakteri dan virus
termasuk TORCH, meningitis

Ketergantungan obat (heroin, barbiturates,


methadone, cocaine, morfin)
Kelainan kongenital SSP (hidrosefalus,
kelainan pembuluh darah otak)
Ensefalopati bilirubin (kern ikterus)
Idiopatik (3-25%)

Tanda dan gejala


Subtle (samar) : kedipan mata, gerakan seperti
mengayuh, apnea lebih dari 20 detik dengan detak
jantung normal, tangisan melengking, mulut seperti
mengunyah/ menghisap
Tonik (fokal dan general) : gerakan tonik seluruh
ekstremitas, fleksi ekstremitas atas disertai ekstensi
ekstremitas bawah
Klonik (fokal dan multifokal) Fokal : gerakan ritmis,
pelan, menghentak klonik. Multifokal : gerakan klonik
beralih dari ekstremitas yang satu ke ekstremits yang
lain tanpa pola spesifik.
Mioklonik (fokal, multifokal, general) : gerakan
menghentak multipel dari ekstremitas atas dan bawah.

diagnosis
Anamnesis :
Riwayat penyakit keluarga
Penyakit ibu dan obat yang dipakai selama
kehamilan
Problem persalinan (asfiksia, trauma, infeksi
persalinan)

Pemeriksaan fisik :
Kesadaran (normal, apatis, somnolen, sopor, koma)
Suhu tubuh (normal, hipertermia, hipotermia)
Tanda-tanda infeksi lainnya

Penilaian kejang :
Bentuk kejang
Lamanya kejang
Apakah pernah terjadi sebelumnya

Pemeriksaan laboratorium :
Darah rutin
Gula darah
Elektrolit
Analisa gas darah
Punksi lumbal
Kultur darah
Bilirubin direk dan total
Pemeriksaan urine

Pemeriksaan radiologi :
USG dan CT Scan kepala

Pemeriksaan EEG

PENYULIT
Kejang berulang
Kejang berulang menyebabkan
berkurangnya oksigenisasi, ventilasi dan
nutrisi otak

Retardasi mental
Palsi cerebralis

Pada jitterness dapat dibedakan


dengan kejang:
Tidak terdapat kelainan pergerakan mata
Timbulnya karena stimulasi, sedangkan
pada kejang biasanya spontan
Gerakan berupa tremor bukan hentakan
klonik
Biasanya menghilang apabila dilakukan
fleksi pasif
Sering karena hipoglikemia, hipokalsemia,
hiperiritabilitas neuromuscular

Kelainan fisik dan diagnosis banding


kejang pada bayi baru lahir
KELAINAN FISIK

DIAGNOSIS
BANDING

KEJANG DENGAN KONDISI :


BIRU, GAGAL NAPAS

ANOKSIA SSP

TRAUMA LAHIR PADA KEPALA PERDARAHAN OTAK


BAYI
MIKROSEFALI

CACAT BAWAAN

PERUT BUNCIT

SEPSIS

HEPATOSPLENOMEGALI

SEPSIS

MULUT MENCUCU

TETANUS

penatalaksanaan
Prinsip dasar tindakan menghadapi kejang
pada bayi baru lahir :
Mengatasi kejang dengan memberi obat anti
kejang
Menjaga jalan nafas tetap bebas (perhatikan
ABC resusitasi)
Mencari faktor penyebab kejang (perhatikan
riwayat kehamilan, persalinan, kelainan fisik
yang ditemukan, bentuk kejang, hasil
laboratorium)
Mengobati penyebab kejang (hipoglikemi,
hipokalsemia, hipomagnesemia)

OBAT ANTI KEJANG


Fenobarbital
Loading dose 10-20 mg/kg BB intramuskuler dalam 5
menit, jika tidak berhenti dapat diulang dengan dosis 10
mg/kgBB sebanyak 2 kali dengan selang waktu 30 menit.
Rumatan fenobarbital dosis 4-8 mg/kgBB/hari dapat
diberikan secara IM atau peroral dalam dosis terbagi tiap 12
jam, dimulai 12 jam setelah loading dose.
Bila kejang berlanjut diberikan :
Fenitoin:
Loading dose 15-20 mg/kg BB intra vena dalam 30 menit
Rumatan fenitoin dosis 4-8 mg/kgBB/hari IV batau peroral
dalam dosis terbagi tiap 12 jam.
DIAZEPAN
Dosis 0,1 0,3 mg/kgBB IV disuntikkan perlahan-lahan
sampai kejang berhenti, Dapat diulangi pada kejang
berulang

Apabila hipoglikemi
Diberi infus dektrose 10 % 2ml/kg IV

Untuk hipokalsemia
Diberi kalsium glukonat 10% 2 ml/kg IV

Apabila kejang belum teratasi juga


dapat diberi piridoksin 25-50 mg IV

prognosis
Tergantung pada penyebab primer
Pada kasus hipoglikemia dari ibu DM atau
hipokalsemia prognosis sangat baik
Anak dengan kejang karena ensefalopati hipoksiiskemik biasanya tidak berespon dengan
antikonvulsan & rentan terhadap epileptikus &
kematian awal

Infeksi Bayi Baru Lahir

Jalur Infeksi
Transmisi hematogen
Melalui plasenta

Sindrom infeksi amniotik asenden


Organisme berasal dari genital maternal
=> masuk melalui membran amnion
yang ruptur => korioamnionitis =>
janin menelan/mengaspirasi =>
pneumonitis/bakteremia => bakteri
menetap di SSP

Infeksi nasokomial
Saat bayi melewati jalan lahir dan saat
bayi dirawat di unit perawatan intensif

Faktor Resiko
Maternal :
KPD (<37 minggu)
Ketuban pecah yang sudah berlangsung lama
(>18 jam)
Persalinan preterm
Demam
Bukti klinis adanya korioamnionitis
ISK saat persalinan
Kehamilan multipel
Diabetes

Neonatus :
Prematuritas
Mekonium keluar sewaktu in utero
Skor apgar < 6

Tanda dan Gejala Sepsis


Gawat pernapasan (takipnea, apnea,
retraksi,pernapasan cuping hidung)
Suhu tubuh > 37,9 C atau hipotermia
Sulit makan (distensi abdomen, muntah,
diare)
Perubahan status neurologik (letargi,
rewel, hipotonia, kejang)
Perfusi buruk (ada bercak2, warna
keabuan, waktu pengisian kapiler > 3 dtk)
Takikardi
Ubun-ubun menonjol

Etiologi
Streptokokus grup B
Sepsis, pneumonia, meningitis,
osteomelitis, artitis sepstik, selulitis

Escherichia coli
Infeksi SSP

Staphylococcus epidermidis
Distensi abdomen, letargi, apnea

Pemeriksaan
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan lab
Hitung darah lengkap, hitung jenis,
trombosit, pungsi lumbal
Pewarnaan gram, antigen detection
assays
C-reaktif protein, kultur urin, kultur virus

Pengobatan
Antibiotik

Ampisilin
Gentamisin
Cefotaxime
Vankomisin
Netilsilin

Lama pengobatan
Bakteremia dan pneumonia => 7-14 hari
Meningitis bakterialis => terapi dilanjutkan
selama 2 minggu (gram +) dan selama 3
minggu (gram -) setelah hasil kultur -

Bagan Penanganan Infeksi/


Sepsis
TandaDemam /hipotermi, sesak nafas, merintih,
tanda

menangis lemah/ menangis, mengantuk,


susah minum, fontanel cembung, tali pusat
memerah
Kategori
Sepsis
Infeksi Lokal
Penilaian Tanda2 diatas
Biasanya hanya
disertai :
ditemukan:
-Kejang
-Panas
-Tali pusat kotor &
-Nanah di telinga
bau
-Bisul/pustula di kulit
-Injeksi antibiotik
Penanga -Pertahankan
-Kulit ikterik
kehangatan
-Lanjutkan antibiotik oral
nan
-Nasihat perawatan
Puskesm -Tetap berikan ASI
infeksi
-Injeksi Antibiotik
as
-Rujuk ke RS
-Kontrol kembali dalam
Penanga -Beri antibiotik Ampisilin + Gentamisin IV
2hari
-Bila
perlu
berikan
Oksigen
& infus untuk
nan

Pencegahan Infeksi pada


Neonatus

Pengobatan infeksi pada ibu


Kamar dan peralatan bersalin yang steril
Pertolongan secara aseptik
Pemisahan bangsal bayi
Kebersihan peralatan dan ruang rawat bayi
Cuci tangan sebelum memegang bayi
Penggunaan masker dan baju steril pada ruang
bayi
Pembuatan dan pemberian susu secara aseptik
Pemakaian antibiotik dengan indikasi yang
jelas

ROKOK VS KEHAMILAN
Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia beracun, 43
bersifat karsinogen
CO

Mengikat
hb dalam
darah

Perluasan plasenta
untuk mencukupi
kebutuhan oksigen
dan nutrisi

Plasenta semakin tipis


plasenta letak
rendah dan plasenta
previa

Penerimaan oksigen
bayi/plasenta & nutrisi
bayi <<

Ibu hamil yang merokok


mempunyai kadar hormone
kehamilan >rendah

BBLR
PREMATURITA
S

Keguguran

Nikoti
n

kontraksi pada
pembuluh
darah

aliran darah ke janin


melalui tali pusar janin
<<

<< kemampuan distribusi zat makanan yang diperlukan oleh


janin
tar

rusaknya sel-sel dari paru-paru & kanker

Menghindari sebisa mungkin untuk berusaha menjauhi asap rokok


gunakan masker untuk mengurangi jumlah asap rokok yang terhirup
Tingkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang
bergizi
Selama kehamilan , pantau terus perkembangan janin, misal
apakah berat badan nya sesuai dengan umur kehamiln. Sehingga
,gangguan yang terjdi dapt dideteksi dan ditangani sejak dini.
Jika perlu bentengi diri dengan asupan vitamin anti oksidan seperti
vitamin C dan E yang banyak di dalam sayuran atau buh atau
tablet.

Sistem rujukan Neonatus


pengiriman Neonatus resiko tinggi
dari tempat yang kurang mampu
memberikan penanganan ke Rumah
Sakit yang dianggap mempunyai
fasilitas yang lebih mampu dalam hal
penatalaksanaannya secara
menyeluruh
Tujuannya untuk mengurangi angka
kematian dan kesakitan neonatus

Sistem Rujukan
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayinya perlu
dirujuk. Bayi dirujuk bersama ibunya dan didampingi
oleh bidan
2. Menyiapkan sarana transportasi secepatnya. Suami atau
salah seorang anggota keluarga juga diminta untuk
menemani ibu dan bayi selama perjalanan rujukan.
3. Beritahukan ke tempat rujukan yang dituju tentang
kondisi bayi dan perkiraan waktu tiba.
4. Bawa peralatan resusitasi dan perlengkapan lain yang
diperlukan selama perjalan ke tempat rujukan, untuk
menjaga kondisi bayi.

unit perawatan bayi baru lahir


dapat dibagi menjadi :
1. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat III :
Kasus rujukan yang dapat dilakukan adalah :
Bayi kurang bulan
sidroma ganguan pernafasan
Kejang
cacat bawaan yang memerlukan tindakan
segera
ganguan pengeluaran mekonium disertai
kembung dan muntah
Kuning yang timbulnya terlalu awa latau lebih
dari dua minggu
diare

2. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat II :


Perawatan bayi yang baru lahir pada unit ini
meliputi :
kemampuan pertolongan resusitasi bayi baru
lahir dan resusitasi pada kegawatan selama
pemasangan pita endotrakeal
terapi oksigen
pemberian cairan intravena
tetapi sinar dan tranfusi tukar
penatalaksanaan hipoglikemi
perawatanbayi berat badan lahir rendah dan bayi
lahir dengan tindakan.

3. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat I :


Pada unit ini semua aspek yang menyangkut
dengan masalah perinatologi dan neonatologi
dapat ditangani disini.
Unit ini merupakan pusat rujukan sehingga kasus
yang ditangani sebagian besar merupakan kasus
resiko tinggi baik dalam kehamilan, persalinan
maupun bayi baru lahir.

Indikasi Rujukan
Neonatus yg dirujuk = neoatus dengan risiko tinggi = dari
persalinan risiko tinggi
Penolong persalinan harusnya dapat mengenali bahwa kehamilan
yang dihadapinya adalah suatu kelahiran resiko tinggi seperti:

1. Ketuban pecah dini


2. Amnion tercemar
mekonium
3. Kelahiran prematur < 37
minggu
4. Kelahiran post matur > 42
mggu
5. Toksemia
6. Ibu menderita diabetes
mellitus
7. Primigravida muda (<17
tahun)
8. Primigravida tua (>35
tahun)

12. Penyakit jantung pada


ibu
13. Penyakit ginjal pada ibu
14. Penyakit epilepsi pada
ibu
15. Ibu demam / sakit
16. Pendarahan ibu
17. Sungsang
18. Lahir dengan seksio
segar / ekstraksi vakum /
ekstraksi forsep
19. Kecanduan obat-obatan
20. Dicurigai adanya kelainan
bawaan

Indikasi Rujukan
Bayi dengan Resiko Tinggi :
1. Prematur / berat badan lahir rendah (BB<
2000gr)
2. Umur kehamilan 32-36 minggu
3. Bayi dari ibu DM
4. Bayi dengan riwayat apnae
5. Bayi dengan kejang berulang
6. Sepsis
7. Asfiksia Berat
8. Bayi dengan ganguan pendarahan
9. Bayi dengan Gangguan nafas (respiratory
distress)

MANAJEMEN LAKTASI
Puting susu datar
Kelainan bawaan ini terjadi karena pelekatan
mengakibatkan saluran susu lebih pendek dan menarik
puting susu ke dalam.
Menyiasatinya
Tarik puting susu keluar dengan jari tangan, tahan
selama beberapa waktu. Lakukan ini sebanyak 2 kali
sehari.
Gunakan alat bantu, seperti nipple shields dan breast
shields.
Puting susu direndam dulu ke dalam air hangat
sebelum menyusui, lalu tarik-tarik puting susu keluar.

Masalah menyusui masa


antenatal
Puting susu datar / terbenam
Puting yang kurang menguntungkan seperti
ini sebenarnya tidak selalu menjadi masalah.
Secara umum ibu tetap masih dapat
menyusui bayinya dan upaya selama
antenatal ataupun penggunaan breast shield
dan breast shell.
Yang paling efisien untuk memperbaiki
keadaan ini adalah isapan langsung dari bayi
yang kuat. Maka sebaiknya tidak dilakukan
apa apa, tunggu sampai bayi lahir.

Segera setelah bayi lahir dilakukan :


Skin to skin kontak dan biarkan bayi menghisap sedini
mungkin
Biarkan bayi mencari puting kemudian menghisapnya, dan
bila perlu coba berbagai posisi untuk mendapat keadaan yang
paling menguntungkan. Rangsang puting biar dapat keluar
sebelum bayi mengambilnya
Apabila puting benar benar tidak bisa muncul, dapat
ditarik dengan pompa puting susu (nipple puller), atau yg
paling sederhana dengan sedotan spuit yang dipakai terbalik.
Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap
disusui dengan sedikit penekanan pada areola mamae
dengan jari sehingga terbentuk dot ketika memasukan puting
susu ke dalam mulut bayi
Bila terlalu penuh ASI dapat diperas dahulu dan diberikan
dengan sendok atau cangkir, atau teteskan langsung ke
mulut bayi. Bila perlu lakukan ini hingga 1 2 minggu

PERSIAPAN & teknik


menyusui
Penyuluhan langsung maupun melalui bantuan
sarana audio visual atau media pendenga seperti
video tentang :

Keunggulan ASI dan kerugian susu buatan


Manfaat rawat gabung
Perawatan bayi
Gizi ibu hamil dan menyusui
KB
Dll

Dukungan psikologis untuk ibu dlm menghadapi


persalinan dengan tujuan agar ibu yakin akan
kemampuannya dan berhasil menyusui
Pemeriksaan payudara
Pemeriksaan puting susu
Senam hamil

Pemeriksaan payudara
Inspeksi
Payudara
Ukuran dan bentuk
Kontur / permukaan
Warna kulit

Areola
Ukuran dan bentuk
Permukaan
Warna

Puting susu
Ukuran dan bentuk
Permukaan
Warna

PALPASI
Konsistensi
Massa
Puting susu

Apabila pada pemeriksaan didapatkan


kelenturan yang kurang baik atau puting
susu terbenam, maka tindakan pertama
yang dilakukan adalah jangan mengatakan
bahwa ibu mengalami abnormalitas atau
kelainan. Ibu perlu diyakinkan bahwa ia
tetap dapat menyusui bayinya karena bayi
menyusu pada payudara bukan puting.
Pada saat akan menyusui puting susu dapat
ditonjolkan menggunakan pompa / spuit.

Bila pompa tidak tersedia, dapat dibuat


sendiri dengan car amemodifikasi jarum
suntik 25 ml. Bila ujung dekat jarum dipoton
dan kemudian pendorong dimasukan dari
arah potongan tsb. Cara penggunaan pompa
nya dengan cara dengan menempelkan
ujung pompa atau jarum suntik pada
payudara, sehingga puting berada di dalam
pompa. Kemudian tarik perlahan sehingga
terasa ada tahanan dan dipertahankan
selam 30 detik sampai 1 menit. Bila terasa
sakit, tarikan dikendorkan. Prosedur ini
diulang tiap kali saat akan menyusui.

Setelah persalinan, ibu dengan puting susu


terbenam masih dapat menyusui bayinya.
Biarkan bayi menghisap dengan kuat pada
posisi menyusui yang benar karena akan
memacu peregangan puting. Bila ASI terlalu
penuh maka sebaiknya diperas dulu dengan
tangan agar payudara tidak terlalu keras.
Kemudian susukan bayi dengan dibantu
sedikit penekanan pada areola dengan jari
sehingga terbentuk dot.

Langkah langkah menyusui


yang benar
a.
b.
c.
d.

e.

Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada


puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat
sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
Bayi diletakan menghadap perut ibu / payudara
Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yg lain menopang
di bawah. Jangan menekan puting susu atau areola nya saja.
Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (footing reflex)
dengan cara :
Menyentuh pipi dengan puting susu
Menyentuh sisi mulut bayi

Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan


ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukan ke mulut bayi
Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi
sehingga puting susu berada di langit langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah
areola
Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu disangga lagi

Cara pengamatan teknik menyusui yang benar


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Bayi tampak tenang


Badan bayi menempelnpada perut ibu
Mulut bayi terbuka lebar
Dagu bayi menempel pada payudara ibu
Sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bagian
bawah lebih banyak lagi yg masuk
Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
Puting susu ibu tidak terasa nyeri
Telinga dan lengan bayi terletak pada sau garis lurus
Kepala bayi agak menengadah
Melepas isapan bayi

Cara melepasnya : jari kelingking ibu dimasukan ke dalam mulut bayi melalui
sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah

Menyusui berikutnya mulai dari payudara yg belum terkosongkan


Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada puting susu dan areola sekitarnya biarkan kering dengn sendirinya
m. Menyendawakan bayi
k.
l.

bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian


punggungnya ditepuk perlahan
Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk
perlahan

Cara perawatan puting


susu terbenam
MENGGUNAKAN ALAT SUNTIK

Memerah ASI
1. Letakkan jari dan ibu jari di tiap sisi areola dan
tekan ke dalam kea rah dinding dada
2. Tekan di belakang puting dan areola di antara ibu
jari dan jari telunjuk
3. Tekan dari samping untuk mengosongkan semua
bagian

Menggunakan pompa payudara Cara memakai pompa


payudara :
1. Pasang batang penghisap di dalam silinder bagian luar
2. Pastikan bahwa tutup karetnya dalam kondisi baik.
3. Pasang corong pada puting.
4. Pastikan seluruh keliling corong menyentuh kulit, untuk
menciptakan keadaan hampa udara.
5. Tarik silinder luar ke bawah. Puting akan tersedot ke dalam
corong.
6. Kembalikan silinder luar ke posisi semula, dan kemudian
tarik ke bawah lagi. Bila ASI berhenti mengalir, lepaskan
ruang hampa udara, Luang ASI ke luar silinder, dan
kemudian ulangi prosedur.

Kesimpulan
Pada kasus ini Ny. Bunda mengalami
KPD disebabkan oleh multifaktorial :
infeksi, perokok pasif
Bayi mengalami bayi berat lahir
rendah (< 2500 gr), asfiksia
neonatorum (APGAR 4)

Saran
Mengobati Ny. Bunda berdasarkan
gejala yang dialami
Ny. Bunda diusahakan membuat
puting susu menjadi protaktil agar
dapat menyusui
Lakukan observasi bayi & rujukan
bila kondisi bayi tidak membaik

Daftar Pustaka
M Sulchan Sofoewan. Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo .Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2009.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir
Rendah. Dalam : Standar Pelayanan Medis Kesehatan
Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-313.
Subramanian KS. Low Birth Weight Infant. Avaliable from
: http://www.eMedicine.com. Last Update : September
25, 2006. [diakses pada tanggal 11 Desember 2007].
Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir
dengan Berat Badan Rendah (Analisa data SDKI 1994).
Badan Litbang Kesehatan, 1996. Avaliable from :
http://www.digilib.litbang.depkes.go.id . Last Update :
2003 [diakses tanggal 2 Desember 2007].

Daftar Pustaka
World Health Organization (WHO).
Development of a strategy towards
promoting optimal fetal growth.
Avaliable from :
http://www.who.int/nutrition/topics/fe
to_maternal/en.html
. Last update : January 2007 [diakses
pada tanggal 10 Desember 2007].
Nelson ; 1999 ; Ilmu Kesehatan Anak
Edisi 15 Vol. 1 ; Jakarta : ECG

Daftar Pustaka

www.emedicine.net
www.medscape.net
www.totalkesehatananda.com
www.pediatrik.com
www.wrongdiagnosis.com
www.kalbe.co.id
www.medicastore.com

^ THANK YOU
^

Anda mungkin juga menyukai