Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PENYEARAH TERKENDALI

Untuk menghasilkan tegangan keluaran yang terkendali digunakan pengendali


fasa thyristor. Tegangan keluaran penyearah terkendali dapat divariasikan dengan
mengontrol atau mengatur sudut penyalaan thyristor. Thyristor dinyalakan dengan
memberikan satu pulsa pendek pada gerbangnya dan dimatikan melalui komutasi
natural atau komutasi line, dan pada kasus dengan beban yang sangat induktif,
thyristor dimatikan dengan menyalakan thyristor yang lain pada penyearah pada
setengah masa negatif tegangan masukan.

2.1 Prinsip Operasi Penyearah Terkendali dengan Thyristor

Pada gambar 2-1a rangkaian dengan beban resistif. Selama setengah siklus positif
dari tegangan masukan, anode thyristor relatif positif terhadap katode sehingga
thyristor disebut terbias-maju. Ketika thyristor T dinyalakan pada t = ,
Thyristor T akan tersambung dan tegangan masukan akan muncul di beban.
Ketika tegangan masukan mulai negatif pada t = , anode thyristor akan negatif
terhadap katodenya dan thyristor T akan disebut terbias-mundur; dan dimatikan.
Waktu setelah tegangan masukan mulai positif hingga thyristor dinyalakan pada
t = disebut sudut delay atau sudut penyalaan .

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2-1b memperlihatkan daerah operasi dari konverter, dengan tegangan


dan arus keluaran memiliki polaritas tunggal. Gambar 2-1c memperlihatkan
bentuk gelombang tegangan masukan, tegangan keluaran, arus beban dan
tegangan sepanjang thyristor T.

VT1

io

V0
Vdc

Vp

Vs= Vm sin t

Vo
0

Idc

Io

(a) Rangkaian

(b) Kuadran

(c) Bentuk gelombang


Gambar 2-1 Konverter thyristor satu fasa dengan beban resistif

Jika Vm merupakan puncak tegangan masukan, tegangan keluaran rata-rata


Vdc dapat diperoleh dari

Universitas Sumatera Utara


Vdc = 1 Vm sin td (t ) = Vm ( cos t )

Vm
(1 + cos ) ..............................................................................
2

(2-1)

dan Vdc bervariasi dari Vm/ hingga 0 dengan mengubah-ubah antara 0 hingga
. Tegangan keluaran rata-rata akan menjadi maksimum bila = 0 dan tegangan
keluaran maksimum Vdm akan menjadi
Vdm =

Vm

........................................................................................

(2-2)

Normalisasi tegangan keluaran terhadap Vdm , diperoleh tegangan keluaran


ternormalisasi menjadi

Vn =

Vdc
0,5(1 + cos ) ........................................................................
Vdm

(2-3)

Tegangan keluaran-rms diberikan oleh

Vrms

= 1 Vm2 sin 2 td (t )

1/ 2

= Vm 1 + sin 2

V 2
= m
4

(1 cos 2t )d (t )

1/ 2

1/ 2

..................................................

(2-4)

2.2 Semikonverter Satu Fasa

Kontrol rangkaian semikonverter satu fasa dapat diperlihatkan pada gambar 2-2a
dengan beban induktif tinggi. Arus beban diasumsikan kontinyu tanpa ripple.
Selama setengah siklus positif, thyristor T1 terbias-maju. Ketika thyristor T1
dinyalakan pada t = , beban dihubungkan dengan suplai masukan melalui T1
dan D2 selama periode t . Selama periode t ( + ), tegangan

Universitas Sumatera Utara

masukan negatif dan diode freewheeling Dm terbias maju. Dm akan tersambung


sehingga memberikan arus yang kontiniu pada beban induktif. Arus beban akan di
transfer dari T1 dan D2 ke Dm ; dan thyristor T1 dan diode D2 dimatikan. Selama
setengah siklus negatif tegangan masukan, thyristor T2 terbias maju dan
menyalakan thyristor T2 pada t = + akan mengakibatkan Dm terbias mundur.
Diode Dm dimatikan dan beban dihubungkan ke suplai melalui T2 dan D1.
Gambar 2-2b memperlihatkan daerah operasi konverter, dengan kedua
tegangan

dan arus keluaran

memiliki polaritas positif.

Gambar

2-2c

memperlihatkan bentuk gelombang tegangan masukan, tegangan keluaran, arus


masukan dan arus yang melalui T1, T2, serta D1 dan D2.
Tegangan keluaran rata-rata dapat ditentukan dari
Vdc

2V
2

Vm sin td (t ) = m [ cos t ]

2
2

Vm

(1 + cos ) ..........................................................................

(2-5)

dan Vdc dapat menvariasikan dari 2Vm/ hingga 0 dengan mengubah dari 0
sampai . Tegangan rata-rata keluaran maksimum adalah Vdm = 2Vm/ dan
tegangan keluaran rata-rata ternormalisasi adalah
Vn

Vdc
= 0,5(1 + cos ) ..............................................................
Vdm

(2-6)

Tegangan kaluaran rms didapatkan sebagai


Vrms

= 2 Vm2 sin 2 td (t )

1/ 2

V 2
= m
2

= Vm 1 + sin 2
2
2

(1 cos 2t )d (t )

1/ 2

1/ 2

...............................................

(2-7)

Universitas Sumatera Utara

is
+

iT1

iT2

T1

Io = Ia

T2

V0

Vp

Vdc

Vs
Vo

Idc

Io

D1
iD1

D2

DM

iD2

iDm

E
_

(a) Rangkaian

(b) Kuadran

(c) Bentuk gelombang


Gambar 2-2 Semikonverter satu fasa

2.3 Semikonverter Satu Fasa dengan Beban RL

Secara praktis, suatu beban memiliki induktansi yang berhingga. Arus beban
bergantung pada nilai resistansi beban R, induktansi beban L dan tegangan baterai

Universitas Sumatera Utara

E terlihat pada gambar 2-2a . Operasi konverter dapat dibagi menjadi dua mode:
mode 1 dan mode 2.
Mode 1. Mode ini berlaku untuk 0 t , selama diode freewheeling
Dm tersambung. Arus beban iL1 selama mode 1 digambarkan dengan
L

di L1
+ Ri L1 + E = 0 ...........................................................................
dt

(2-8)

dengan kondisi awal iL1 (t = 0) = IL0 pada keadaan tunak, akan memberikan
i L1 = I L 0 e ( R / L )t

E
(1 e ( R / L )t ) untuk iL1 0 .....................................
R

(2-9)

Pada akhir setiap mode t = , arus beban akan menjadi IL1, yaitu
I L1 = i L1 (t = ) = I L 0 e ( R / L )( / )

E
[1 e ( R / L )( / ) ] untuk IL1 0 ......
R

(2-10)

Mode 2. Mode ini berlaku untuk t , ketika thyristor T1


tersambung. Jika (vs =

2 Vs) merupakan tegangan masukan, arus beban iL2

selama mode 2 dapat ditentukan dari


L

di L 2
+ Ri L 2 + E 2Vs sin t ............................................................
dt

(2-11)

yang solusinya berbentuk

iL2 =

2Vs
E
untuk iL2 0
sin(t ) + A1e ( R / L )t
Z
R

dengan impedansi beban Z = [R2 + (L)2)1/2 dan sudut impedansi = tan-1(L/R).


Konstanta A1 yang dapat ditentukan dari kondisi awal: pada t = , iL2

IL1,

diperoleh sebagai

2Vs
E
A1 = I L1 +
sin( ) e ( R / L )( / )
R
Z

Universitas Sumatera Utara

Substitusi A1 akan menghasilkan

iL2 =

2Vs
2Vs
E
E
sin(t ) + I L1 +
sin( ) e ( R / L )( / t ) .
Z
R
R
Z

Pada akhir mode 2 persamaan keadaan tunak: I

L2(t

= ) = I

(2-12)

L0.

Dengan

menerapkan kondisi ini pada persamaan (2-9) dan menyelesaikan untuk I

L0,

diperoleh

I Lo =

2Vs sin( ) sin( )e ( R / L )( ) / E


...........................
Z
R
1 e ( R / L )( / )

(2-13)

; Untuk ILo 0 dan t


Arus rms thyristor dapat juga ditentukan dari persamaan (2-12) sebagai
1 2

I R = i L 2 d (t )
2

1/ 2

Arus rata-rata thyristor dapat juga ditentukan dari persamaan (2-12) sebagai
IA =

1
2

L2

d (t )

Arus rms keluaran dapat ditentukan dari persamaan (2-9) dan (2-12) sebagai
I rms

2
=
2

2
i L1 d (t ) +
2

iL 2 d (t )
2

1/ 2

Arus keluaran rata-rata dapat ditentukan dari persamaan (2-9) dan (2-12) sebagai
I dc =

1
2

i L1 d (t ) +

1
i L 2 d (t )
2

Universitas Sumatera Utara

2.4 Konverter Penuh Satu Fasa

Rangkaian untuk konverter penuh satu fasa diperlihatkan pada gambar 2-3a
dengan beban sangat induktif sehingga arus beban bersifat kontiniu dan tanpa
ripple. Sepanjang setengah siklus positif, thyristor T1 dan T2 terbias-maju; dan
ketika thyristor-thyristor ini dinyalakan secara bersamaan pada t = , beban
akan terhubung ke suplai melalui T1 dan T2. Akibat beban yang bersifat indukt if,
thyristor

T1 dan T2 akan terus bersambung saat waktu yang telah melewati

t = , walaupun tegangan masukan telah negatif. Selama setengah siklus


tegangan masukan negatif, thyristor T3 dan T4 akan terbias-maju; dan penyalaan
thyristor T3 dan T4 akan memberikan tegangan suplai sebagai tegangan biasmundur bagi T1 dan T2 ke T3 dan T4. gambar 2-3b memperlihatkan daerah operasi
konverter dan gambar 2-3c yang memperlihatkan gelombang tegangan keluaran
dan arus masukan serta keluaran.
Selama periode dari ke , tegangan masukan vs dan arus masukan is akan
positif; daya akan mengalir dari catu ke beban. Saat itu konverter dikatakan
berada pada mode operasi penyearahan. Selama periode dari ke + . Tegangan
vs akan negatif, sedangkan is akan positif; sehingga terdapat aliran daya balik dari
beban ke suplai. Saat ini konverter disebut berada pada keadaan mode operasi
invers. Konverter jenis ini digunakan secara ekstensif pada banyak aplikasi
industri sampai level daya 15 kW. Tergantung pada nilai , tegangan keluaran
rata-rata dapat positif ataupun negatif dan memberikan operasi pada dua kuadran.

Universitas Sumatera Utara

is
+

T1

T3
R

V0
Vp

Vs

Vdc
Vo
0

Idc

Io

-Vdc
E

T2

T4

io = ia

(a) Rangkaian

(b) Kuadran

(c) Bentuk gelombang


Gambar 2-3 konverter penuh satu fasa

Tegangan keluaran rata-rata dapat ditentukan dari

Vdc

2
2

2Vm

sin td (t ) =

2V m
[ cos t ] +
2

cos ...............................................................................

(2-14)

Universitas Sumatera Utara

dan Vdc dapat bervariasi dari 2Vm/ ke -2Vm/ dengan mengubah antara 0
sampai dengan . Tegangan keluaran rata-rata maksimum adalah Vdm=2Vm/ dan
tegangan keluaran rata-rata ternormalisasi adalah
Vn

Vdc
= cos ..........................................................................
Vdm

(2-15)

Nilai rms tegangan keluaran diberikan oleh

Vrms

= 2

Vm2 sin 2 td (t )

1/ 2

V 2
= m
2

(1 cos 2t )d (t )

1/ 2

= Vm = Vs ...............................................................................

(2-16)

Dengan beban yang resistif murni, thyristor T1 dan T2 akan tersambung dari ke
, dan thyristor T3 dan T4 akan tersambung dari + ke 2 .

2.5 Konverter Penuh Satu Fasa dengan Beban RL

Operasi konverter pada Gambar 2-3a dapat dibagi menjadi dua mode identik;
mode 1 ketika T1 dan T2 tersambung, dan mode 2 ketika T3 dan T4 yang
tersambung. Arus keluaran pada mode in semua mirip dan kita perlu
memperhatikan hanya pada satu mode untuk memperoleh arus keluaran iL.
Mode 1 valid untuk t ( + ). Jika vs=

2 Vs sin t merupakan

tegangan masukan, t = , iL = IL0 persamaan memberikan iL sebagai

IL =

E
E
2Vs
2Vs
sin( ) e( R / L )( / t ) .......
sin(t ) + I Lo +
R
R
2
Z

(2-17)

Universitas Sumatera Utara

Pada akhir dari mode 1 pada kondisi keadaan tunak iL ( t = + ) = IL1 = IL0.
Dengan penerapan kondisi ini pada persamaan (2-17) dan menyelesaikan untuk iL0
diperoleh

2Vs sin( ) sin( )e ( R / L )( ) / E


..................

Z
R
1 e ( R / L )( / )

I Lo = I L1 =

(2-18)

; Untuk ILo 0
Nilai kritis dari ketika I0 menjadi nol dapat diselesaikan untuk nilai yang
diketahui dari , R, L, E, dan Vs. Arus rms thyristor dapat ditentukan dari
persamaan (2-17) sebagai
1
IR =
2

i d (t )

1/ 2

2
L

Arus keluaran rms dapat ditentukan dalam bentuk


I rms = ( I R2 + I R2 )1 / 2 = 2 I R

Arus rata-rata thyristor dapat ditentukan dari persamaan (2-17) sebagai

IA =

1
2

d (t )

Arus keluaran rata-rata dapat ditentukan dari


I dc = I A + I A = 2 I A

Universitas Sumatera Utara

2.6 Peningkatan Faktor Daya

Pada konverter, untuk menghasilkan tegangan keluaran yang terkendali


digunakan thyristor (phase controlled-thyristor). Tegangan keluaran terkendali
tersebut dapat divariasikan dengan mengontrol atau mengatur sudut penyalaan
thyristor dan faktor dayanya biasa rendah, terutama pada daerah tegangan
keluaran rendah. Dalam penyearah terkendali, tegangan keluaran konverter akan
membangkitkan harmonisa pada sumber. Beberapa teknik komutasi thyristor
dikembangkan untuk meningkatkan faktor daya sisi masukan dan mengurangi
level harmonisa. Teknik komutasi yang akan dibicarakan adalah kontrol sudut
extinction dan kontrol sudut simetris.

2.7 Kontrol Sudut Extinction

Gambar 2-4a memperlihatkan semikonverter satu fasa, dengan thyristor T1 dan T2


diganti dengan saklar S1 dan S2. Pada kontrol sudut extinction, saklar S1 akan
dinyalakan pada t = 0 dan dimatikan dengan komutasi paksa pada t = .
Saklar S2 dinyalakan pada t = dan dimatikan pada t = (2 ). Tegangan
keluaran dikendalikan dengan mengubah-ubah sudut extinction . Gambar 2-4b
memperlihatkan tegangan masukan, tegangan keluaran, arus masukan dan arus
yang melewati saklar thyristor.
Tegangan keluaran rata-rata diperoleh dari
Vdc =

2
2

Vm sin td (t ) =

Vm

(1 + cos ) ........................................

(2-19)

dan Vdc dapat diubah-ubah dari 2Vm/ sampai 0 dengan mengubah dari 0 sampai
dengan . Tegangan keluaran rms diberikan oleh

Universitas Sumatera Utara

Vrms

2
=
2

V sin td (t )

2
m

1/ 2

V 1
sin 2
= m +

2
2

1/ 2

..................................................

(2-20)

(a) Rangkaian

(b) Bentuk Gelombang


Gambar 2-4 Kontrol Sudut Extinction

Universitas Sumatera Utara

2.8 Kontrol Sudut Simetris

Kontrol sudut simetris memperbolehkan operasi pada satu kuadran dan gambar
2-5a memperlihatkan semikonverter satu fasa, dengan saklar S1 dan S2 yang
dikomutasi paksa. Saklar S1 dinyalakan pada t = ( ) / 2 dan dimatikan pada

t = ( + ) / 2 . Saklar S2 dinyalakan pada t = (3 ) / 2 dan dimatikan pada

t = (3 + ) / 2 . Tegangan keluaran dikendalikan dengan mengubah-ubah


sudut konduksi . Gambar 2-5b memperlihatkan bentuk gelombang tegangan
masukan, tegangan keluaran, dan arus yang melalui saklar-saklar.
Tegangan keluaran rata-rata diperoleh sebagai
Vdc =

2
2

( + ) / 2

( ) / 2

Vm sin t d (t) =

2Vm

sin

.................................

(2-21)

dan Vdc dapat bervariasi dari 2Vm/ ke 0 dengan mengubah dari ke 0.


Tegangan keluaran rms diberikan oleh
Vrms =

2
2

( + ) / 2

( ) / 2

V2m sin2

Vm 1

( + sin )

]1 / 2

1/ 2

...............................................................

(2-22)

iT1

+
S1

Io = Ia

S2
iT2

Dm

Is
Vs

Vo

D1

D2

B
e
b
a
n

iDM
-

(a) Rangkaian

Universitas Sumatera Utara

(b) Bentuk gelombang


Gambar 2-5 Kontrol sudut simetris

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai