Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan Negara berkembang, yang terdiri dari
ribuan pulau yang memiliki budaya yang beraneka ragam, lautan, dan
sumberdaya alam yang melimpah. Dengan perkembangan yang terjadi
saat ini mendorong pemerintah untuk melakukan perubahan di segala
sektor demi meningkatkan pendapatan atau kas negara guna membiayai
pembangunan.

Dalam

melakukan

perubahan

tersebut,

pastilah

memerlukan dana yang sangat besar, dan dana itu berasal dari Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD), dimana sebagian besar bersumber dari penerimaan pajak.
Pajak merupakan elemen terpenting dalam struktur penerimaan
atau pendapatan negara. Pajak digunakan untuk membiayai berbagai
pengeluaran belanja negara. Untuk mengoptimalkan penerimaan negara,
maka pemerintah menetapkan berbagai macam jenis pajak, salah satunya
pajak penghasilan. Pajak penghasilan ( PPh ) adalah pajak yang dikenakan
terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam suatu tahun pajak. Dengan semakin berkembangnya kondisi usaha
dan bisnis baik ditingkat nasional maupun internasional, maka penghasilan
yang diterima wajib pajak badan dalam negeri juga meningkat. Badan atau
perusahaan merupakan subjek pajak dalam negeri dimana wajib pajak
badan ini merupakan penyumbang bagi penerimaan negara dari sektor
pajak yaitu pajak penghasilan badan.
Dalam hal menjalankan usaha, suatu badan atau perusahaan harus
membuat pembukuan untuk menunjang kegiatan usahanya. Sama halnya
dalam perpajakan, pembukuan juga wajib dibuat oleh wajib pajak yang
berbentuk badan untuk mempermudah menghitung pajaknya. Dalam
makalah ini akan dibahas mengenai pajak penghasilan pasal 23 yang di
dalamnya

mencakup tentang pengertian pajak penghasilan pasal 23,

pemotongan dan penerimaan pajak penghasilan pasal 23, pengecualian


objek pemotongan PPh pasal 23, tariff PPh pasal 23, mekanisme
pembayaran PPh pasal 23 serta cara-cara menghitung PPh pasal 23.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian PPh Pasal 23?
2. Siapa saja pemotong PPh Pasal 23 dan yang dikenakan potongan PPh
Pasal 23 ?
3. Apa saja yang dikecualikan dari PPh Pasal 23?
4. Berapa besar tarif dan objek PPh Pasal 23?
5. Kapan saat terhutang, saat pembayaran, dan bukti pemotongan?..
6. Bagaimana cara menghitung PPh pasal 23 ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Dapat mengerti tentang pengertian Pajak Penghasilan pasal 23.
2. Untuk mengetahui siapa saja PPh Pasal 23 dan yang dikenakan
PPh Pasal 23.
3. Untuk mengetahui apa saja yang dikecualikan PPh Pasal 23.
4. Untuk memahami mekanisme pembayaran pajak penghasilan pasal 23.
5. Untuk mengetahui tarif serta objek dari PPh Pasal 23.
6. Untuk mengetahui bagaimana tata cara perhitungan PPh pasal 23.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pajak Penghasilan ( PPh ) Pasal 23


Pajak Penghasilan Pasal 23, selanjutnya disingkat PPh Pasal 23,
merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
wajib pajak dalam negeri (orang pribadi maupun badan), dan bentuk usaha tetap
yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain
yang dipotong PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 ini dibayarkan atau terutang oleh badan
pemerintah atau Subjek Pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha
tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
2.2 Pihak Pemotong Pajak Pajak Penghasilan ( PPh ) Pasal 23
1. Badan Pemerintah
2. Subjek Pajak badan dalam negeri
3. Penyelenggara kegiatan
4. Bentuk Usaha Tetap
5. Perwakilan perusahaan di luar negeri lainnya.
6. Orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk
oleh Dirjen Pajak atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak sebagai Pemotong
PPh Pasal 23, orang tersebut adalah :
a. Akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT), kecuali camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan
pekerjaan bebas.
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan
pembukuan atas pembayaran berupa sewa.
2.3 Penerima Penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan ( PPh ) Pasal 23
Wajib Pajak PPh pasal 23 adalah :
1. Wajib Pajak dalam negeri (orang pribadi dan badan)
2. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang menerima atau memperoleh penghsilan
yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan
kegiatan selain yng telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21
2.4 Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan ( PPh ) Pasal 23
Penghasilan yang dipotong PPH Pasal 23 adalah :
1. Deviden
Merupakan bagian laba yang diperoleh pemegang saham atau
pemegang polis asuransi atau pembagian sisa hasil usaha koperasi yang
diperoleh anggota koperasi.
2. Bunga
3

Yaitu bunga pinjaman dari Wajib Pajak Badan ke Wajib Pajak


Badan dan/atau dari Wajib Pajak Orang Pribadi ke Wajib Pajak Orang
Pribadi serta denda keterlambatan pembayaran. Dalam pengertian bunga
termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang
a. Premium
Premium terjadi apabila misalnya surat obligasi dijual di
atas nilai nominalnya. Premium merupakan penghasilan
bagi yang menerbitkan obligasi.
b. Diskonto
Diskonto apabila surat obligasi dibeli di bawah nilai
nominalnya. Diskonto merupakan penghasilan bagi yang
membeli obligasi.
3. Royalti
.
Royalti adalah suatu jumlah yang dibayarkan atau terutang dengan
cara atau perhitungan apa pun, baik dilakukan secara berkala maupun
tidak.
4. Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong.
Dikenakan PPh Pasal 23 jika hadiah atau penghargaan perlombaan,
penghargaan, dan hadiah sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan
lainnya diterima oleh WP Badan termasuk BUT.
a. Hadiah undian adalah hadiah dengan nama dan dalam
bentuk apapun yang diberikan melalui undian.
b. Hadiah atau penghargaan perlombaan adalah hadiah atau
penghargaan yang diberikan melalui suatu perlombaan atau
adu ketangkasan.
c. Hadiah sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan
lainnya adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang diberikan sehubungan dengan pekerjaan, jasa
dan kegiatan yang dilakukan oleh penerima hadiah.
d. Penghargaan adalah imbalan yang diberikan sehubungan
dengan prestasi dalam kegiatan tertentu.
5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali
sewa tanah dan/atau bangunan..

6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi,


jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 UU PPh.
2.5 Pengecualian Objek Pemotongan PPh Pasal 23
Beberapa jenis penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan PPh Pasal 23
(bukan Objek PPh Pasal 23) sesuai dengan Pasal 23 ayat (4) UU No. 17 Tahun
2000, yaitu :
1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank
2. Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha
dengan hak opsi
3. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara,
atau badan usaha milik daerah, dari pernyertaan modal pada bulan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia, dengan syarat:
Deviden berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha
milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada
badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah
modal yang disetor
4. Dividen yang diterima oleh orang pribadi.
5. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif.
6. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa
keuangan yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau
pembiayaan. Badan usaha yang dimaksud adalah perusahaan pembiayaan
yang telah mendapat ijin Menteri Keuangan, BUMN/BUMD yang
khusus memberikan pembiayaan kepada usaha mikro, kecil, menengah,
dan koperasi (UMKM) termasuk perseroam terbatas(PT) Permodalan
Nasional Madani.
2.6 Tarif dan Objek PPH Pasal 23
Tarif yang dikenakan nilai Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau jumlah
bruto dari penghasilan. Ada dua jenis tarif yang dikenakan pada penghasilan yaitu :
1. Tarif 15% dari jumlah bruto atas:
a. Deviden
b.
Bunga termasuk premium

c.
d.
e.
f.

Diskonto
Imbalan sehubungan jaminan pengembalian uang
Royalti
Hadiah dan penghargaan sehubungan kegiatan selain yang
telah dipotong pph pasal 21
g.
Bunga simpanan yang telah dibayarkan oleh koperasi (bersifat
final)
2. Tarif 2% dari jumlah bruto atas :
h. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
i. Imbalan : jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan
j. Jasa lain yang ditetapkan dirjen pajak selain jasa yang telah
dipotong PPh Pasal 21
2.7 Saat Terutang, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 23
2.7.1 Saat Terutang
PPh Pasal 23 terutang pada bulan dilakukannya pembayaran atau pada bulan
terutangnya penghasilan yang bersangkutan. Pembayaran dilakukan oleh
pihak pemotong dengan cara mengisi Surat Setoran Pajak (SSP) dan
membayarnya melalui Bank Persepsi yang ditunjuk Dirjen Pajak. Jatuh
tempo pembayaran adalah tanggal 10, sebulan setelah bulan terutang pajak
penghasilan 23.
2.7.2 Saat Penyetoran
PPh Pasal 23 harus disetorkan oleh Pemotong Pajak selambat-lambatnya
tanggal sepuluh bulan takwim berikutnya setelah bulan saat terutang pajak.
2.7.3 Saat Pelaporan
Pelaporan dilakukan oleh pihak pemotong dengan cara mengisi SPT Masa
PPh Pasal 23, lalu melaporkannya kepada Kantor Pelayanan Pajak dimana
pihak pemotong terdaftar. Jatuh tempo pelaporan adalah tanggal 20, sebulan
setelah bulan terutang pajak penghasilan 23. Contoh, untuk pemotongan
PPh Pasal 23 bulan Oktober 2010, SPT Masa PPh Pasal 23 harus
disampaikan paling lambat tanggal 20 Nopember 2010.
2.8 Bukti Pemotong PPh Pasal 23
Sebagai tanda bahwa PPh Pasal 23 telah dipotong, pihak pemotong harus
memberikan Bukti Potong (rangkap ke-1) yang sudah dilengkapi kepada pihak
yang dikenakan pajak tersebut, dan kepada Kantor Pelayanan Pajak (rangkap ke2) saat melakukan pelaporan PPh Pasal 23.
Jika sebelumnya penghitungan, pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 23
dilakukan secara terpisah-pisah, kini ketiga hal tersebut bisa dilakukan dengan

satu aplikasi Online Pajak yang terintegrasi, mudah, otomatis dan lebih cepat.
Sangat memudahkan akuntan yang ingin menyelesaikan pelaporan dan
pembayarannya tepat waktu.
2.9 Perhitungan PPh Pasal 23
2.9.1 Menghitung PPh Pasal 23 atas Deviden.
Atas penghasilan berupa deviden akan dikenakan pemotongan PPh pasal 23
sebesar 15% dari jumlah bruto.
PPh Pasal 23 = 15% x Bruto

2.9.2 Menghitung PPh Pasal 23 atas Bunga, termasuk Premium, Diskonto, dan
Imbalan karena Jaminan Pengembalian Utang.
Atas penghasilan berupa bunga dikenakan pemotongan PPh pasal 23
sebesar 15% dari jumlah bruto.
PPh Pasal 23 = 15% x Bruto

2.9.3 Menghitung PPh Pasal 23 atas Royalti


Atas penghasilan yang berupa royalty akan dikenakan pemotongan PPh
Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto.
PPh Pasal 23 = 15% x Bruto
2.9.4 Menghitung PPh Pasal 23 atas Hadiah, Penghargaan, Bonus dan Sejenisnya.
Atas hadiah atau penghargaan yang diberikan melalui suatu perlombaan
atau adu ketangkasan yang diterima oleh wajib pajak badan termasuk BUT
dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto.
PPh Pasal 23 = 15% x Bruto
2.9.5 Menghitung PPh Pasal 23 atas Sewa dan Penghasilan Lain Sehubungan
dengan Penggunaan Harta.
Atas penghasilan sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta(kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
persewaan tanah dan atau bangunan) dikenakan pemotongan PPh Pasal 23
sebesar 2% dari jumlah bruto tidak termasuk PPn.
7

PPh Pasal 23 = 2% x Bruto

2.9.6 Menghitung PPh Pasal 23 atasImbalan Sehubungan dengan Jasa Teknik,


Jasa Manajemen, Jasa Konstruksi, Jasa Konsultan dan Jasa Lain.
Atas penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan dan jasa lain selain jasa yang
telah dipotong PPh Pasal 21 dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar
2% dari jumlah bruto tidak termasuk PPn.
PPh Pasal 23 = 2% x Bruto

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas
penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan
penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21, yang dibayarkan atau
terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap atau perwakilan perusahaan luar
negeri lainnya.
Dalam melakukan pemotongan PPh Pasal 23 terdapat pemotong
pajak yang telah ditentukan oleh peraturan uu PPh pasal 23 begitu pula
dengan tarif dan penghasilan apa saja yang dapat dipotong PPh Pasal 23
ataupun yang dikecualikan. Besarnya tarif pajak penghasilan pasal 23 dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu sebesar 15% untuk penghasilan berupa dividen,
bunga, royalti, dan hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya yang belum
terkena pajak penghasilan pasal 21, sebesar 2% untuk penghasilan yang
diperoleh dari persewaan dan jasa dan apabila pada poin pertama dan kedua
tidak memiliki NPWP, maka pajaknya sebesar 100%.

3.2 Saran
1. Pemerintah dalam pelaksanaan perpajakan harus dilaksanakan dengan
maksimal. Karena akhir-akhir ini terjadi banyak kasus mengenai para
pembayar pajak yang membayar pajak tidak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
2. Sebaiknya dilakukan pengawasan yang semakin ketat untuk menekan para
oknum dan pembayar pajak yang melakukan tindakan kecurangan serta
memberikan sanksi yang tegas karena pajak adalah salah satu penerimaan
terbesar kas negara dan berperan penting dalam pembangunan nasional.
3. Sebaiknya masyarakat yang sudah memenuhi syarat subjektif dan obyektif
untuk wajib pajak mereka harus memiliki NPWP, sehingga mereka
memiliki tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya

Daftar Pustaka

http://alanbudi10.blogspot.co.id/2011/06/pajak-penghasilan-pasal-23.html
http://agandani.blogspot.co.id/2015/04/contoh-makalah-pph-pajak-penghasilan.html
http://halizairfani.trigunadharma.ac.id/wp-content/uploads/2012/06/Chapter5.pdf
http://www.online-pajak.com/id/berita-dan-tips/pph-pajak-penghasilan-pasal-23
http://www.pajak.net/info/PPh23.htm

10

Anda mungkin juga menyukai

  • OA Reguler Perorangan Baru Mei 2018
    OA Reguler Perorangan Baru Mei 2018
    Dokumen16 halaman
    OA Reguler Perorangan Baru Mei 2018
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Penerimaan Kas
    Jurnal Penerimaan Kas
    Dokumen2 halaman
    Jurnal Penerimaan Kas
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Coretan Afif
    Coretan Afif
    Dokumen27 halaman
    Coretan Afif
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • RDN Mandiri Baru 2019
    RDN Mandiri Baru 2019
    Dokumen11 halaman
    RDN Mandiri Baru 2019
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Calon Pengurus
    Calon Pengurus
    Dokumen2 halaman
    Calon Pengurus
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • UTS Makro Ekonomi 2018
    UTS Makro Ekonomi 2018
    Dokumen1 halaman
    UTS Makro Ekonomi 2018
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • TNP SMPL
    TNP SMPL
    Dokumen9 halaman
    TNP SMPL
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Sejarah Singkat
    Sejarah Singkat
    Dokumen2 halaman
    Sejarah Singkat
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Roro
    Roro
    Dokumen4 halaman
    Roro
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Tabungan Transaksi
    Tabungan Transaksi
    Dokumen7 halaman
    Tabungan Transaksi
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Book 1
    Book 1
    Dokumen2 halaman
    Book 1
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Tampilan Beranda
    Tampilan Beranda
    Dokumen5 halaman
    Tampilan Beranda
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Book 1
    Book 1
    Dokumen2 halaman
    Book 1
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • T
    T
    Dokumen1 halaman
    T
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Artikel Manajemen Pemasaran
    Artikel Manajemen Pemasaran
    Dokumen15 halaman
    Artikel Manajemen Pemasaran
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Pengeluaran
    Pengeluaran
    Dokumen1 halaman
    Pengeluaran
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen2 halaman
    1
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • T
    T
    Dokumen1 halaman
    T
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • SLEMAN
    SLEMAN
    Dokumen8 halaman
    SLEMAN
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • FORM UKM KWU (Kewirausahaan)
    FORM UKM KWU (Kewirausahaan)
    Dokumen1 halaman
    FORM UKM KWU (Kewirausahaan)
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Roro Prahesty-Administrasi Bisnis 4D
    Roro Prahesty-Administrasi Bisnis 4D
    Dokumen1 halaman
    Roro Prahesty-Administrasi Bisnis 4D
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Surat Masuk Print
    Surat Masuk Print
    Dokumen10 halaman
    Surat Masuk Print
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Kwitansi
    Kwitansi
    Dokumen1 halaman
    Kwitansi
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Kwitansi
    Kwitansi
    Dokumen1 halaman
    Kwitansi
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Pengeluaran
    Pengeluaran
    Dokumen1 halaman
    Pengeluaran
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Peraturan Baru
    Peraturan Baru
    Dokumen3 halaman
    Peraturan Baru
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • Surat Masuk Print
    Surat Masuk Print
    Dokumen10 halaman
    Surat Masuk Print
    Roro Prahesty
    Belum ada peringkat
  • JURNAL TESIS Rancang Mobil Hybrid PDF
    JURNAL TESIS Rancang Mobil Hybrid PDF
    Dokumen16 halaman
    JURNAL TESIS Rancang Mobil Hybrid PDF
    ShinggihKurniawan
    Belum ada peringkat