VOLUME V
NOMOR 11
PAKET
KEBIJAKAN
EKONOMI
2015
www.ekon.go.id
DAFTAR ISI
03
Editorial
Ekonomi Internasional
04
05
Ekonomi Domestik
06
PEMBINA:
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
11
PENGARAH:
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian
14
Paket Kebijakan IV
Paket Kebijakan V
17
KOORDINATOR:
Kerjasama Ekonomi
20
EDITOR:
Pangan
ANALIS:
23
Bulog
Perdagangan
KONTRIBUTOR:
Kementerian Perdagangan, Universitas Indonesia
25
02
EDITORIAL
Berdasarkan survei Bank Dunia tahun 2014, permasalahan utama pengembangan usaha mikro dan kecil
meliputi akses pembiayaan, akses pasar dan pelayanan usaha, kemampuan SDM dan kelembagaan, serta
regulasi dan perizinan. Berdasarkan data BPS, perkembangan kredit UMKM di Indonesia pada triwulan III2015, porsi kredit Perbankan kepada UMKM hanya mencapai 18,5% (masih di bawah threshold 20%) dan
sebagian besar disalurkan pada sektor perdagangan, industri pengolahan, dan pertanian. Dari sisi
sebarannya, kredit UMKM sebagian besar masih terpusat di Pulau Jawa dan Sumatera dengan total porsi
mencapai 58,1%. Sedangkan di wilayah Indonesia Bagian Tengah dan Timur hanya mencapai 22,3%.
Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan UMKM, pemerintah mendorong tumbuhnya perusahaan
penjamin baik tingkat nasional maupun provinsi. Saat ini telah terbentuk 18 perusahaan penjaminan yang
tergabung dalam Asippindo yang telah berdiri 16 Jamkrida level Provinsi dan 2 Perusahaan Penjamin
tingkat Nasional. Melengkapi upaya tersebut, Pemerintah juga mendorong dan memfasilitasi akses
pembiayaan UMKM melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Program KUR yang telah diluncurkan sejak 2007
sampai dengan tahun 2014 telah berhasil menyalurkan sebesar Rp. 178,85 triliun dengan NPL rata-rata
3,3%, disalurkan kepada 12,5 juta debitur dan menyerap 20,35 juta tenaga kerja
Untuk lebih meningkatkan akses wirausahawan kepada kredit perbankan, Pemerintah melakukan relaksasi
program KUR pada tahun 2015. Relaksasi KUR mencakup beberapa hal penting antara lain perluasan sektor
usaha yang dibiayai, perluasan penyalur KUR (dari perusahaan pembiayaan dan perusahan modal ventura)
serta penurunan tingkat bunga KUR dari sekitar 22% menjadi 12%. Perluasan calon debitur KUR dilakukan
dengan diperbolehkannya para keluarga yang memiliki penghasilan tetap atau pegawai, dan purna TKI
untuk menerima KUR unt
para wira
baru..
Sebagai upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyaluran pembiayaan UMKM dan koperasi,
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan juga telah mengembangkan Sistem Informasi Kredit Program
(SIKP). Aplikasi SIKP saat ini sudah mampu menerima kiriman Arsip Data Komputer (ADK) calon debitur,
ADK akad kredit, ADK transaksi, dan melakukan penghitungan subsidi bunga. Untuk dapat mendukung
program ini, maka Kementerian/Lembaga teknis dan pemerintah daerah diharapkan dapat menyiapkan
basis data UMKM untuk disinkronkan ke dalam SIKP.
Pada tahun 2016 suku bunga KUR diupayakan akan terus berada pada level yang kompetitif. Untuk
mendukung tata kelola, perusahaan penjamin juga diharapkan dapat berperan lebih aktif dalam proses
penilaian (verifikasi) debitur di awal pemberian kredit KUR, sehingga memudahkan proses kerjasama
penjaminan antara penyalur KUR, penjamin, dan UMKM.
03
EKONOMI INTERNASIONAL
PERKEMBANGAN
5%
4%
FED
3%
2%
1%
0%
04
Jan-04
Aug
-05
M ar
05
Oct-06
Ma y
06
Dec7
Jul-0
08
Feb08
Sep09
A pr -09
Nov
10
Jun11
Jan-11
Aug
-12
M ar
12
Oct-13
Ma y
13
Dec4
Jul-1
15
Feb15
Sep-
SUKU BUNGA
6%
Sumber: Bloomberg
Sejak pertengahan tahun 2004, The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga Fed sebesar 425 basis poin (bps)
dalam waktu dua tahun. Pada pertengahan tahun 2006 suku bunga menjadi 5,25% dari sebelumnya 1% di awal tahun
2004. Kenaikan suku bunga Fed ini bisa dikatakan cukup tinggi dengan intensitas total kenaikan 21 kali berturut-turut
sejak pertengahan 2004. Kebijakan ini dilakukan The Fed untuk meredam tekanan inflasi, yang didorong oleh
membaiknya perekonomian AS saat itu dan tingginya harga minyak dunia. Meningkatnya inflasi diakibatkan oleh
naiknya permintaan domestik, yang tidak terlepas dari kebijakan suku bunga rendah, terutama sebelum paruh kedua
2004 yaitu sebesar 1%. Pada saat yang bersamaan harga minyak dunia juga mengalami peningkatan yang tinggi,
sehingga tekanan inflasi menjadi semakin besar. Tekanan inflasi tersebut mendorong The Fed untuk memperketat
kebijakan moneternya.
The Fed memutuskan untuk menahan kenaikan suku bunga lebih lanjut pada posisi 5,25%, semenjak Juni 2006 hingga
Agustus 2007. Namun perkembangan inflasi yang membaik memberi peluang bagi The Fed untuk menurunkan suku
bunga guna mendorong perekonomian yang mulai melemah. Pada bulan September 2007 The Fed menurunkan suku
bunga sebesar 50 bps menjadi 4,75%. Penurunan suku bunga dilanjutkan hingga akhir tahun 2007 menurunkan suku
bunga Fed menjadi 4,25%. Terkait dengan dampak krisis subprime mortgage yang menjadikan likuiditas di pasar
keuangan ketat, The Fed kembali menurunkan suku bunga. Keputusan The Fed menurunkan suku bunga ditujukan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus melemah sebagai akibat permasalahan subprime mortgage. Penurunan
suku bunga Fed tersebut berlanjut hingga Desember 2008 menjadi sebesar 0,25% yang merupakan nilai yang relatif
sangat rendah hampir mendekati 0%. Sejak saat itu, suku bunga Fed tidak pernah berubah hingga saat ini November
2015.
Saat ini terdapat ekonom memproyeksikan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga pada bulan Desember 2015,
dikarenakan membaiknya perekonomian Amerika dan meningkatnya penyerapan tenaga kerja yang dapat mendorong
terjadinya inflasi yang lebih tinggi. Namun kenaikan ini juga dapat tertahan karena tingkat inflasi masih dibawah target
yaitu sebesar 2%. Jika ekonomi Amerika terus meningkat hingga Desember 2015, The Fed dapat segera membuat
keputusan untuk menaikkan suku bunga Fed. Namun sebaliknya Jika ekonomi Amerika cenderung memburuk, rencana
kenaikan suku bunga Fed akan kembali tertunda.
04
EKONOMI INTERNASIONAL
RINGGIT MALAYSIA
Ilwa Nuzul Rahma
Beberapa mata uang di negara-negara di kawasan Asia mengalami depresiasi yang cukup tajam pada tahun 2015.
Bloomberg News menyatakan ringgit Malaysia sebagai nilai tukar yang memiliki kinerja terburuk di kawasan Asia
selama tahun 2015. Ringgit mengalami depresiasi dengan nilai kurs terendah mencapai level 4,457 per dolar AS pada
tanggal 29 September 2015 yang juga merupakan level terendah dalam 17 tahun terakhir. Dibandingkan dengan awal
tahun 2015, ringgit terdepresiasi sebesar 27,47%. Pada akhir Oktober 2015, ringgit kembali menguat menjadi 4,301 per
dolar AS (mengalami penguatan sebesar 3,49% dibandingkan level terendah). Namun penguatan ringgit tersebut
masih jauh untuk mencapai penguatan ringgit dengan nilai dibawah level 4 per dolar AS.
Gambar 1. Pergerakan Ringgit Malaysia Januari s.d. Oktober 2015
4.6
4.4
4.2
4
3.8
3.6
3.4
3.2
3
Jan-15 Feb-15Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15 Oct-15
Sumber: Bloomberg
Buruknya kinerja nilai tukar ringgit Malaysia disebabkan oleh penurunan harga minyak mentah melebihi hingga 50%
dibandingkan harga minyak tertinggi di tahun 2014. Sebagai negara eksportir minyak, pendapatan dari ekspor minyak
merupakan salah satu sumber pendapatan utama Malaysia. Oleh karena itu penurunan harga minyak tersebut
menyebabkan berkurangnya surplus perdagangan dan memperlebar defisit anggaran pemerintah Malaysia. Faktorfaktor eksternal yang berkontribusi terhadap melemahnya ringgit Malaysia adalah melambatnya pertumbuhan ekonomi
Tiongkok yang merupakan salah satu konsumen energi terbesar di dunia dan juga rencana The Fed menaikkan suku
bunga yang memicu penarikan dana asing dari Malaysia.
Selain faktor ekonomi, ketidakstabilan politik juga mendorong pelemahan ringgit. Salah satu guncangan politik yang
dialami adalah demonstrasi besar-besaran yang menuntut turunnya Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Razak
terkait dugaan tindak pidana korupsi. Ketidakstabilan politik ini menurunkan keyakinan investor dan menyebabkan
terdorongnya dana asing keluar dari Malaysia sehingga menjadikan nilai tukar ringgit semakin tertekan
05
EKONOMI DOMESTIK
Thasya Pauline
dalam
meningkatkan
konektivitas
dan
berbeda
secara
kolektif
mencapai
pertumbuhan
ekonomi
yang
nasional.
dalam
antarwilayah
dan
mendistribusikan
dalam
merangkul
kesejahteraan
pulau-pulau
dapat
berkontribusi
bagi
pencapaian
24
dan
76
persen.
Data
sekunder
06
yang
memasukkan
jawaban
menggunakan
Kesimpulan
Secara keseluruhan, hasil dari analisis daya saing yang
dilakukan pada 2015 menyoroti daya saing yang tinggi
di enam provinsi di Pulau Jawa. Keenam provinsi
tersebut menduduki peringkat 10 teratas. Dalam
konteks wilayah, Wilayah Jawa juga memimpin di
keempat lingkup. Wilayah Sumatera yang sering
diposisikan sebagai mitra utama Jawa terkait
dominasinya di bagian barat Nusantara menduduki
peringkat keempat, di bawah Wilayah Kalimantan dan
Sulawesi. Terdapat kinerja dan performa yang beragam
diantara provinsi-provinsi yang diberkahi dengan
kekayaan sumber daya alam. Kalimantan Timur adalah
contoh yang ideal sebagai profil provinsi
07
Peringkat
2014
Provinsi
Skor 2015
Peringkat
2015
Peringkat
2014
Skor 2015
DKIJakarta
3.2595
DKI Jakarta
3.3399
JawaTimur
1.9515
JawaTimur
2.0951
KalimantanTimur
1.7692
Jawa Tengah
1.5912
JawaBarat
1.1333
Kalimantan Timur
1.3045
JawaTengah
1.0569
Jawa Barat
1.2442
DKI Jakarta
4.3091
Kalimantan Timur
1.8819
JawaTimur
2.0029
DI Yogyakarta
1.5302
Jawa Barat
1.4027
DKI Jakarta
1.4419
Kalimantan Timur
0.9525
Kepulauan Riau
1.3777
Kepulauan Riau
0.8507
JawaTimur
1.2761
08
Provinsi
DKI Jakarta
2.0737
Kalimantan Timur
1.9210
DI Yogyakarta
1.6308
Jawa Tengah
1.3823
JawaTimur
1.3101
I-V
K
E
B
I
J
A
K
A
N
P
A
K
E
T
LAPORAN UTAMA
Paket Kebijakan Ekonomi III: Lebih Menyentuh
Paket Kebijakan Ekonomi IV: Fokus Pada Ketenagakerjaan
Paket Kebijakan Ekonomi V: Insentif Pajak dan Dukungan pada Perbankan Syariah
10
LAPORAN UTAMA
P A K E T K E B I J A K A N E K O N O M I III:
LEBIH MENYENTUH
Susiyanti
Melengkapi paket kebijakan ekonomi tahap I dan II yang dirilis September lalu,
pemerintah kembali meluncurkan paket kebijakan ekonomi jilid III. Dibanding paket
kebijakan I dan II, kebijakan ekonomi jilid III dinilai banyak kalangan jauh lebih
realistis dan menyentuh langsung pelaku-pelaku ekonomi.
Paket kebijakan ekonomi jilid III diumumkan kepada publik pada 7 Oktober lalu.
Kebijakan ini menjadi satu rangkaian dari kebijakan jilid I dan jilid II yang telah
dirilis sebelumnya. Pemerintah juga berencana akan menerbitkan paket kebijakan
ekonomi berikutnya, untuk mengatasi perlambatan ekonomi akibat pelemahan
ekonomi global sekaligus memperkuat daya saing dan struktur ekonomi Indonesia.
Jika dua paket kebijakan ekonomi sebelumnya lebih fokus pada bagaimana menata
kebijakan-kebijakan pemerintah agar mampu memperbaiki iklim usaha dan iklim
inventasi,
maka paket kebijakan ekonomi jilid ke III ini dinilai jauh lebih
"
gg
gg
ketiga paket kebijakan ekonimi jilid III yang diluncurkan pemerintah meliputi
penurunan harga BBM, listrik dan Gas, Perluasan penerimaan KUR (kredit usaha
Rakyat) serta penyederhanaan izin pertanahan untuk kegiatan penanaman modal.
Bayak kalangan menilai, kebijakan ekonomi jilid III jauh lebih realistis dalam
menjaga stabilitas ekonomi nasional. Paket kebijakan jilid III tersebut juga dinilai
akan mampu menggerakan sektor riil dengan menyentuh langsung para pelaku
ekonomi dan masyarakat. Peluang masyarakat untuk mengembangkan usaha
maupun berwirausahapun sepertinya terbuka dengan kebijakan perluasan KUR
(kredit usaha rakyat).
Pemerintah telah menurunkan tingkat bunga KUR dari sekitar 22 persen menjadi 12
persen. Pada paket kebijakan ini, para keluarga yang memiliki penghasilan tetap
juga dapat menerima KUR untuk sektor usaha produktif. Bank-bank penyalur KUR
didorong
lebih proaktif
11
Masih lesu
j
III
maupun
internal. Mulai
dari
perlambatan
pertumbuhan
ekonomi
sepanjang 2015, situasi perekonomia dunia secara umum yang berkontribusi pada
pelemahan mata uang di sejumlah negara termasuk Indonesia dan berbagai
persoalan lainnya.
Sebagai catatan, pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kuartal 1-2015 hanya
sebesar 4.71 persen dan merupakan pertumbuhan ekonomi terendah sejak 2009.
Bahkan, diproyeksikan hingga akhir tahun pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya
mencapai kisaran 4,7-5,1 persen.
Pelambatan ekonomi setidaknya dipicu dua faktor, tekanan global berupa
penguatan dollar dan situasi geopolitik yang berimbas besar pada pelemahan
rupiah di dalam negeri dan memicu inflasi di Indonesia. Tekanan kembali
diperparah dari dalam negeri berupa twin deficit pada transaksi berjalan maupun
APBN. Data dari bank Indonesia, defisit transaksi berjalan Indonesia tercatat 25
milyar dan kinerja ekspor Indonesia juga mengalami penurunan.
Pertumbuhan ekonomi yang terus melemah, diperparah dengan daya saing
produksi industri Indonesia yang rendah dibandingkan negara lain. Pemutusan
hubungan kerja karena biaya produksi perusahaan yang terus membengkak
sementara daya beli masyarakat rendah.
Beragam persoalan seperti ketersedian harga energi untuk industri, dan kesiapan
infrastuktur juga menjadi persoalan yang berdampak pada kualitas dan daya saing
produk Indonesia. Padahal perkembangan produk industri Indonesia akan
berdampak
pada
perekonomian
negara,
memperbaiki
taraf
hidup
serta
secara
berkelanjutan
terus
memperbaiki
iklim
usaha,
terus
12
berlaku untuk industri padat karya serta industri berdaya saing lemah.
Izin pertanahan
Kebijakan ekonomi jilid tiga juga masih memfokuskan pada investasi. Kali ini, untuk
mendorong investasi pemerintah akan fokus pada upaya penyederhanaan izin
pertanahan. Terutama terkait dengan lahan pertanahan untuk kegiatan usaha.
Yakni dengan merevisi peraturan Menteri No 2 tahun 2015 tentang standar
pelayanan dan pengaturan agraria.
Penyederhanaan izin yang diatur dalam paket kebijakan ekonomi jilid III, meliputi
perizinan hak guna, perpanjangan hak guna usaha dan pembaharuan hak guna
usaha. Rata-rata perizinan dilakukan dengan jangka waktu lebih dari 1-3 bulan, kini
dipercepat. Sebagai contoh perizinan hak guna usaha. Dari semula 30 hingga 90
hari, maka kebijakan baru memangkas waktu menjadi 20 hari untuk area dibawah
200 hektar dan 45 hari untuk area di atas 200 hektar. perpanjangan hak guna usaha
lahan yang awalnya 20 sampai 50 hari kerja, kini diperpendek hingga 7 hari kerja
untuk lahan di bawah 200 hektar .
13
LAPORAN UTAMA
P A K E T K E B I J A K A N E K O N O M I IV:
Berselang
sepekan
setelah
kebijakan
ekonomi
jilid
dikeluarkannya
III,
Pemerintah
paket
kembali
IV
s kepada
yaitu
Keterangan:
UMn
Umt
Inflasit
Inflasi
dengan
DBt
dari
periode
periode
September
tahun
seluas-luasnya
dihitung
berjalan
terbuka
yang
dan
sosial.
Karena,
dengan
formula
ini
murah,
dan
pengusaha
juga
mendapatkan
depan
14
Pemerintah
78
Tahun
2015
tentang
sebelumnya,
demikian,
atas
serikat
buruh
silang
buruh
pendapat
maupun
dan
legislatif.
penolakan
Serikat
dalam
paket
ini
penekannya
pada
membuka usaha.
Padahal,
dengan
formulasi
berdasarkan
PP
ini,
minimum
secara
merupakan:
yang
akan
ditetapkan
tersebut
jenis-jenis kebutuhan
Penyesuaian
upah
peningkatan
produktivitas
secara
(padi,
palawija,
perkebunan
kelapa,
dan minuman)
ekonomi
saat
ini,
UKM
tersebut
dapat
tetap
pendidikan).
pertumbuhan
kredit
perbankan
yang
pertumbuhan ekonomi.
orang.
Jika
dijumlahkan
berpotensi
LPEI.
Referensi:
PP 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan
triliun
www.ekon.go.id
www.kemenkeu.go.id
16
LAPORAN UTAMA
P A K E T K E B I J A K A N E K O N O M I V:
Menjelang penghujung Oktober, pemerintah kembali merilis paket kebijakan ekonominya. Kali ini disebut sebagai
paket kebijakan ekonomi jilid V, dimana fokus kebijakan lebih pada insentif pajak bagi individu ataupun bahan
usaha. Melalui kebijakan ini, pengusaha diharapkan akan semakin produktif dan berkontribusi besar pada
perekonomian Indonesia.
Hingga akhir Oktober, pemerintah telah merilis lima paket kebijakan ekonomi. Paket kebijakan ekonomi jilid V
sendiri diumumkan 22 Oktober lalu. Tiap paket kebijakan tentunya memiliki sasaran masing-masing, namun
semua mengarah pada upaya perbaikan perekonomian di Indonesia.
Perlahan, kondisi perekonomian Indonesiapun mulai menunjukan sinyal positifnya. Dari data yang diperoleh, nilai
tukar rupiah yang sempat terdepresiasi 18,02 persen sejak Januari hingga awal Oktober mulai menguat kembali
dari level 14.728 USD ke level 13.639 USD pada akhir Oktober. Hal serupa juga terlihat pada kondisi IHSG yang
mengalami penguatan 45 poin atau 31 persen pada perdagangan 2 Oktober 2015. Pertumbuhan ekonomi pada
kuartal ketigapun tercatat 4,85 persen.
Paket kebijakan jilid V ini menitikberatkan pada insentif terkait pengurangan pajak melalui insentif keringanan
pajak dalam revaluasi aset perusahaan baik BUMN maupun pihak swasta, penghapusan pajak ganda dana
investasi real estate, properti dan infrastruktur, serta deregulasi dibidang perbankan syariah.
Insentif pajak
Dalam paket kebijakan jilid V tersebut, insentif pajak yang diberikan pemerintah setidaknya berupa keringanan
pajak revaluasi aset dan juga penghapusan pajak ganda dana investasi real estate properti dan infrastruktur.
Revaluasi aset merupakan penilaian kembali aset tetap perusahaan yang diakibatkan kenaikan nilai aset tetap itu
di pasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan akibat devaluasi dan
lainnya. Aktiva tetap yang dapat direvaluasi meliputi, tanah, bangunan, dan bukan bangunan, dengan syarat tidak
dimaksudkan untuk dialihkan.
Pemerintah beralasan, selama ini pengusaha-pengusaha cenderung enggan melakukan revaluasi akibat biaya yang
realtif tinggi. Padahal jika perusahaan bersedia melakukan revaluasi asset, khususnya asset properti maka bisa
membuat nilai asset perusahaan akan meningkat. Pada
17
Sebagai tindak lanjut dari kebijakan tersebut, pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pun
menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PK) Nomor 191/PMK.010/2015 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap
untuk Tujuan Perpajakan Bagi Permohonan Yang Diajukan Pada Tahun 2015 dan 2016. Dengan kebijakan yang
baru, revaluasi aset kini dipangkas lebih kecil dari 10 persen dan bergantung tanggal perusahaan melakukan
revaluasi. Jika proposal revaluasi diserahkan sebelum akhir tahun, besaran tarif khusus revaluasi akan menjadi 3
persen dari sebelumnya 10 persen. Sementara jika diserahkan pada semester pertama 2016, menjadi 4 persen dan
bila pada semester kedua 2016, menjadi 6 persen.
Pemerintah berharap, dengan adanya insentif dalam pajak revaluasi aset ini pengusaha akan tergerak untuk
melakukan revaluasi. Sehingga akan berdampak pada peningkatan kondisi keuangan perusahaan sehingga
diharapkan bisa melakukan ekspansi usaha. Manfaat lainnya adalah beban cashflow pajak saat revaluasi menjadi
lebih ringan, karena tariff PPh revaluasi yang rendah. Beban PPh pada tahun-tahun setelah revaluasi juga lebih
lebih rendah.
Mentri Kordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan bahwa Revaluasi aset akan meningkatkan
kapasitas dan performa finansial secara signifikan. Pada tahun-tahun berikutnya akan membuat profit lebih besar.
Tidak hanya itu, revaluasi aset juga berdampak pada penerimaan pajak negara. Direktur Penyuluhan, Pelayanan,
dan Hubungan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pajak, Mekar Satria Utama menyatakan bahwa potensi tambahan
penerimaan pajak dari kebijakan diskon pajak revaluasi aset ini mencapai lebih dari Rp 10 triliun. Jika BUMN besarbesar saja potensinya sudah mencapai Rp 10 triliun. Jadi secara keseluruhan bisa lebih dari itu. Apalagi swasta juga
banyak yang menyatakan minatnya.
Wajib Pajak yang dapat mengajukan permohonan adalah WP badan dan orang pribadi yang melakukan
pembukuan, termasuk WP yang melakukan pembukuan dalam mata uang dolar. Pada saat pengajuan
permohonan pada 2015, permohonan revaluasi dapat dilakukan berdasarkan perkiraan (estimasi), yang
penyelesaian penilaiannya dapat dilakukan sampai dengan 31 Desember 2016. Untuk permohonan tahun 2016
berlaku hal yang sama, dengan penyelesaian penilaian paling lambat tahun 2017.
Selain keringan pajak revaluasi aset bentuk intensif pajak lain yang diatur dalam kebijakan ekonomi jilid V adalah
penghapusan pajak berganda untuk kontrak investasi dan dana investasi Real Estate Investment Trust (REIT).
kebijakan ini diharapkan bisa menarik dana yang selama ini diinvestasikan di luar negeri (tax-heaven country) ke
pasar sektor keuangan dalam negeri, di samping mendorong pertumbuhan investasi di bidang infrastruktur dan
real estate serta tumbuhnya jasa konstruksi. Penghapusan double tax juga akan membantu pertumbuhan pasar
modal di Indoenesia.
Kebijakan di sektor ini diberikan karena produk pasar modal Indonesia masih relatif terbatas, sehingga kapitalisasi
Bursa Efek Indonesia relatif kecil dibanding negara-negara tetangga. Menurut perhitungan OJK, aset di Indonesia
yang dijual dalam bentuk DIRE di Singapura mencapai Rp 30 Triliun. Untuk mendorong produk-produk
pengembangan ini, maka pemerintah memberikan pengurangan pajaknya, yaitu dengan menghilangkan adanya
double tax pada transaksi KIK, seperti KIK DIRE, KIK Efek Beragun Aset (EBA) dan sejenisnya
18
Di Indonesai DIRE masih menggenakan PPH 5 persen terhadap perusahaan penghimpun asset dan perusahan
penerbit DIRE. Pajak lainnya adalah bea perolehan hak atas tanah dan bangunan 5 persen. Di Singapura DIRE
bebas pajak.
Mentri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution juga menyakatakan bahwa dampak positif dari fasilitas
perpajakan ini adalah meningkatnya akumulasi dana KIK, mendorong tumbuhnya pembangunan infrastruktur dan
real estate, serta tumbuhnya jasa konstruksi. Kemudian yang tak kalah penting adalah meningkatnya PPh dari
kegiatan usaha tersebut.
Majukan Syariah
Selain insentif pajak, melalui paket kebijakan jilid V pemerintah juga ingin mendorong pertumbuhan industri
keuangan syariah melalui deregulasi produk perbankan syariah. Yakni melalui penyederhanaan peraturan dan
perizinan bagi produk-produk perbankan syariah dengan kodefikasi produk syariah. Sehingga, izin produk syariah
yang selama ini melalui surat tidak perlu lagi. Izin produk syariah nantinya cukup hanya dengan melakukan
pelaporan perizinan. Termasuk produk-produk lain yang terkait bebasis syariah.
Perkembang ekonomi syariah menjadi salah satu wacana tersendiri di Indonesia. Telebih Indonesia sebagai salah
satu negara muslim terbesar dunia. Aturan dan kebijakan ekonomi syariah bahkan sempat jalan di tempat pada
beberapa dekade lalu. Namun dalam beberapa tahun terakhir, perbankan syariah di Indonesia terus mengalami
perkembangan yang signifikan.
Pada tahun 2013 jumlah Bank Umum Syariah (BUS) ada sebanyak 11 dan jumlah unit usaha syariah (UUS)
sebanyak 23. Jumlah kantor cabang/kantor pusat operasional, kantor cabang pembantu (KCP)/unit pelayanan
syariah (UPS) dan Kantor Kas (KK) juga terus bertumbuh meskipun jumlah BUS dan UUS tidak
mengalami
19
KERJASAMA EKONOMI
TRANS PACIFIC
PARTNERSHIP
:
Trias Melia
Trans-Pacific
Partnership
(TPP)
adalah
perjanjian
Malaysia,
Meksiko,
Peru,
Selandia
Baru,
dengan Presiden
mengungkapkan
keinginan
Indonesia
untuk
bergabung?
tinggi
melalui
20
Siap Bergabung?
Ajakan untuk bergabung dengan TPP sebenarnya telah
dimulai sejak tahun 2012. Akan tetapi, saat itu
Indonesia masih belum menyatakan keinginannya
untuk bergabung. Alasan belum adanya keinginan
Indonesia untuk bergabung diantaranya adalah karena
Indonesia masih fokus memperbaiki daya saing di
dalam negeri sebelum dapat berkompetisi di pasar
yang lebih luas.
Foto: www.chinaustradelawblog.com
Sumber: UNCOMTRADE
21
22
PANGAN
STABILISASI
HARGA PANGAN
OLEH PERUM BULOG
Trias Melia
Perum BULOG merupakan perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik pangan.
Sebagai kepanjangan tangan dari Pemerintah dan sesuai dengan Instruksi Presiden nomor 5 tahun
2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, maka tugas
Perum Bulog dalam stabilisasi pasokan dan harga pangan adalah (1) Melaksanakan kebijakan
pembelian Gabah/ Beras DN dengan ketentuan HPP melalui pengadaan gabah beras DN, menjaga
harga di tingkat petani, dan menjaga kecukupan stok, (2) Menyediakan dan menyalurkan beras
bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah (melalui program RASKIN), serta (3)
Menyediakan dan menyalurkan beras untuk menjaga stabilitas harga beras, menanggulangi keadaan
darurat, bencana, dan rawan pangan (melalui pengelolaan CBP).
Secara umum, upaya-upaya yang dilakukan oleh Perum Bulog dalam rangka stabilisasi pasokan dan
harga pangan mencakup melakukan penyerapan gabah dan beras yang ditargetkan sebanyak 2,63
juta ton. Penyerapan ini dilakukan untuk menjaga harga di tingkat produsen sehingga harga yang
diterima lebih baik melalui mekanisme PSO ataupun komersil. Selain itu, Perum Bulog juga
merealisasikan penyaluran raskin reguler dan tambahan Raskin 13 dan 14, melakukan operasi pasar
baik dengan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) maupun beras komersial, menyalurkan beras untuk
masyarakat yang terkena bencana untuk menjaga stabilitas pasokan pangan bagi korban , dan
menjaga stok yang cukup kuat untuk menjaga ketahanan pangan nasional.
23
Perum BULOG melakukan pengadaan gabah/beras dengan tujuan untuk memperkuat pilar
ketersediaan ketahanan pangan untuk menumbuhkan semangat petani memproduksi padi. Hal
tersebut dilakukan dengan menjamin pasar (menyerap surplus selama panen sebanyak 5 s.d. 9% dari
produksi per tahun untuk beras dan 1,5 s.d. 3,6 juta ton setara beras per tahun untuk gabah),
menjamin harga (mampu mengangkat harga di pasar), serta menciptakan multiplier effect
(mendorong pembangunan pedesaan melalui peningkatan pendapatan dan perluasan lapangan
kerja).
Dalam hal penyaluran Raskin pada tahun 2015, realisasi sampai dengan 25 November 2015 telah
mencapai 87,60% dari pagu selama setahun. Perum Bulog terus memperkuat akses fisik dan
ekonomi untuk penyaluran raskin melalui program perlindungan sosial untuk rumah tangga miskin
dalam bentuk targeted food subsidy serta membuka akses ekonomi (harga jual yang terjangkau) dan
akses fisik terhadap pangan. Penyaluran raksin ini akan melindungi rumah tangga rawan pangan dari
ancaman malnutrition dan merupakan bagian dari stabilisasi harga dengan tambahan supply ke
pasar sebanyak 232 ribu ton/bulan ataupun pengurangan demand ke pasar oleh 15,5 juta rumah
tangga sasaran. Dengan kuantum penyaluran tersebut, maka secara signifikan akan mengurangi
sekitar 10% dari kebutuhan konsumsi nasional. Pendistribusian Raskin secara tepat waktu dan
tambahan Raskin 13 dan 14 pada waktu yang tepat menjadi salah satu kunci dalam mewujudkan
stabilitas harga beras. Sementara itu, dalam pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP), Perum
Bulog memperkuat stabilitas pasokan dan harga untuk keadaan darurat dan rawan pangan pasca
bencana, stabilitas harga melalui pelaksanaan operasi pasar, kerjasama internasional untuk bantuan
sosial, dan kebutuhan lain di luta keperluan tekrit dengan bantuan sosial sesuai dengan kepentingan
Pemerintah.
Selain itu, Perum Bulog juga bekerja sama dengan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk
menjaga stabilisasi harga. Pertama, kerjasama dilakukan dalam sharing informasi mengenai
perkembangan harga, posisi pasokan dan kebutuhan pangan di wilayah masing-masing. Dalam hal
ini, divisi regional (Divre) Perum Bulog siap untuk menyediakan pangan yang dibutuhkan baik secara
mandiri maupun dengan bekerja sama dengan divre lainnya. Keterlibatan swasta dalam
menyediakan pasokan pangan tetap dijaga tanpa memberikan peluang kenaikan harga yang
menjadi liar. Kedua, Perum Bulog dan TPID bekerjasama dalam melakukan monitoring dan evaluasi
rutin perkembangan pangan di masing-masing wilayah yang diintegrasikan oleh program-program
Perum Bulog. Monitoring dan evaluasi ini dilakukan terkait dengan penyerapan gabah beras dalam
negeri, program operasi pasar dan pangan lainnya serta mendorong pelaksanaan Raskin/Rastra
secara tepat waktu dan tepat sasaran.
24
PERDAGANGAN
Sekitar 75% dari nilai total impor berasal termasuk kelompok bahan baku penolong. Selain itu,
pangsa impor kelompok barang modal juga cukup tinggi yakni sebesar 17%. Ada pun sisanya sebesar
7,4% merupakan barang konsumsi. Impor bahan baku penolong merupakan komponen utama proses
produksi di Indonesia. Besarnya pangsa impor kelompok tersebut mengindikasikan bahwa proses
produksi di Indonesia masih sangat bergantung pada bahan baku impor. Bahkan proses produksi
untuk orientasi ekspor juga masih banyak mendatangkan bahan baku impor.
25
2010
2011
2012
2013
2014
135.663
177.436
191.689
186.629
178.179
JANUARI - SEPTEMBER
Perub. %
15/14
2014
2015
134.375
107.990
(19,6)
10-14
6,1
10-14
100,0
9.992
13.393
13.409
13.139
12.667
9.469
8.032
(15,2)
4,7
7,4
98.755
130.934
140.126
141.958
136.209
102.797
81.569
(20,7)
7,5
75,5
BARANG MODAL
26.917
33.108
38.155
31.532
29.303
22.108
18.389
(16,8)
1,2
17,0
Hingga September 2015, impor bahan baku penolong tercatat 81,6 milyar USD, menurun 20,7%
dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Impor bahan baku terutama berasal dari impor
minyak petroleum mentah (HS 2709001000) dengan pangsa 5,8% terhadap total impor dan bahan
bakar motor tanpa timbal (HS 2701111600) dengan pangsa 5,5%. Secara umum, selama 2010-2014
tren kenaikan impor bahan baku penolong masih cukup tinggi yakni sebesar 7,5% per tahun.
Impor barang modal juga mencatat nilai yang cukup tinggi yakni 18,4milyar USD pada JanuariSeptember 2015, menurun 16,8% (yoy). Impor barang modal mengalami tren kenaikan rata-rata yang
cukup rendah sebesar 1,2% per tahun selama 2010-2014. Barang modal yang memiliki pangsa impor
terbesar adalah telepon untuk jaringan seluler atau untuk jaringan tanpa kabel lainnya (HS
8517120000) dengan pangsa sebesar 1,3% terhadap total impor.
26
Dari ketiga kelompok, impor barang konsumsi merupakan yang paling rendah. Secara kumulatif
Januari-September 2015, impor barang konsumsi tercatat 8 milyar USD, menurun 15,2% (yoy). Selama
2010-2014, impor barang konsumsi mengalami kenaikan rata-rata per tahun sebesar 4,7%. Penopang
utama impor barang konsumsi terutama berasal dari komoditas bawang putih (HS 0703209000)
dengan pangsa 0,25%, diikuti oleh produk obat untuk infus yang mengandung sodium klorida atau
glukosa (HS 3004909100) dengan pangsa 0,2% dan mesin Air Conditioner (HS 8415100000) dengan
pangsa 0,19%.
Tingginya dominasi impor kelompok bahan baku penolong sebenarnya dapat menjadi indikasi positif
bagi kinerja produksi, khususnya ekspor Indonesia. Semakin tinggi impor bahan baku penolong
menunjukkan bahwa proses produksi ekspor sedang berkembang. Namun hal ini menunjukkan pula
bahwa ekspor Indonesia masih sangat bergantung dengan impor bahan baku. Sehingga, apabila
terjadi depresiasi nilai tukar, kondisi ini tidak semerta-merta mendorong ekspor, namun justru akan
membebani ekspor karena harga bahan baku yang didapat dari impor menjadi tinggi.
Latar belakang tingginya impor bahan baku penolong dikarenakan kurang tersedianya industri yang
menghasilkan bahan baku atau industri perantara di pasar domestik yang dibutuhkan oleh pelaku
ekspor. Oleh karena itu, diperlukan strategi untuk mendorong industri domestik, khususnya industri
perantara. Pertama, meningkatkan investasi ke industri perantara melalui pemberian insentif fiskal.
Kedua, melakukan program penguatan industri domestik melalui pengembangan Sumber Daya
Manusia (SDM), penyediaan infrastruktur dan meningkatkan teknologi serta dukungan dari sektor
lain, seperti kemudahan kredit untuk industri perantara. Secara umum, untuk mengatasi
ketergantungan impor yang tinggi diperlukan suatu program industrialisasi yang terintegrasi oleh
sektor lainnya, seperti perbankan dan infrastruktur. Melalui program industrialisasi diharapkan
industri domestik, termasuk industri perantara dapat berkembang, sehingga kegiatan produksi,
khususnya yang berorientasi pada ekspor tidak bergantung pada impor.
27
http://magnacapitalgrp.com/
www.cbsnews.com