DISPEPSIA
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program
Pendidikan Profesi Dokter Bagian Stase Komprehensif
RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede
Diajukan Kepada :
dr. Indri
Disusun Oleh :
Yulianti S Arey
20090310141
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
Yulianti S Arey
20090310141
Disahkan oleh :
Dokter Pembimbing
dr. Indri
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
BAB I. LAPORAN KASUS
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
i
ii
iii
1
Identitas
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Hasil Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis
Diagnosis Banding
Penatalaksanaan
Saran Pemeriksaan
1
1
2
6
6
6
7
7
1. Dispepsia
a.
Definisi
b.
Etiologi
c.
klasifikasi
d.
Manifestasi klinis
e.
Diagnosis
f.
Diagnosis Banding
g.
Hasil Pemeriksaan Penunjang
h.
Penatalaksanaan
i.
Pencegahan
j.
Prognosis
8
8
8
10
14
15
15
16
17
23
25
26
28
DAFTAR PUSTAKA
29
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama
Usia
: 36 Tahun
Alamat
Pekerjaan
Tanggal masuk RS
: 22 Juni 2015
Pendidikan
: SLTA
B. Anamnesis
Keluhan Utama
Kesadaran
: compos mentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi
dan kiri
Suhu
: 36,80C
Bentuk normal, agak kering, kulit sekitar bibir normal, bibir simetris,
sianosis (-) Kering (-), sianosis (-), anemis (-), tonsil dan faring dalam
batas normal
Gigi dan gusi : oral higiene cukup baik, flek/bolong/karies gigi (-), gusi
warna pink, tanda inflamasi dan perdarahan gusi (-), lidah normoglossi
Mukosa faring dan tonsil : warna pink tanpa bercak. Ulkus palatum (-),
Paru
Inspeksi : bentuk normal, lordosis (-), kifosis (-), skoliosis (-), gibus (-),
warna kulit sawo matang, ikterik (-), pucat (-), sinosis (-),
spider navy (-), roseola spot (-), dilatasi vena (-), sternum
normal datar, tulang iga & sela iga normal, Hemithoraks
simetris saat statis dan dinamis, tipe abdominotorakal, retraksi
sela iga (-).
Palpasi : Vokal fremitus kanan dan kiri simetris saat inspirasi dan
expirasi,
Perkusi : Sonor. Batas paru dengan hepar, jantung kanan, lambung,
jantung kiri normal.
Auskultasi: Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
Perkusi
: sonor. batas jantung dengan paru kanan, paru kiri, batas atas
jantung normal.
Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-), BJ III (-). BJ IV (-), ES
(-), SC (-), OS (-)
i) Abdomen
Inspeksi : Normal, datar, simetris, buncit (-), skafoid (-), warna kulit sawo
matang, pucat (-), ikterik (-), sianosis (-), kemerahan (-), spider
navy(-), keriput (-), dilatasi vena (-),gerak dinding perut simetris,
tipe pernapasan abdominotorakal
Palpasi :
Supel, massa (-), turgor normal, retraksi (-), defence muskular (-),
rigiditas (-), NT (+), NL, hepar, lien, vesica vellea normal,
undulasi (-), ginjal ballotement (-)
Perkusi :
- Inj ranitidin 2 ml
- Gitas plus 3x1 tab
- Domperidon 3x10mg
- Ranitidin 2x 150mg
- Antasid 3x
H. Saran Pemeriksaan
- Pemeriksaan lab darah rutin
- Pemeriksaan serologi (H.pylori)
- Pemeriksaan radiologi (barium meal)
- Pemeriksaan USG
- Endoskopi
1. BAB II
2. TINJAUAN PUSTAKA
3.
1. Dispepsia
A. Definisi
4.
keluhan yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung,
mual, muntah,
begah.1
5.
kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut
bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Keluhan refluks
gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam
lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia.3
6.
dengan gastritis. Hal ini sebaiknya dihindari karena gastritis adalah suatu
diagnosa patologik, dan tidak semua dispepsia disebabkan oleh gastritis dan
tidak semua kasus gastritis yang terbukti secara patologi anatomik disertai gejala
dispepsia. Karena dispepsia dapat disebabkan oleh banyak keadaan maka dalam
menghadapi sindrom klinik ini penatalaksanaannya seharusnya tidak seragam.3
8.
9.
organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari,
radang
10.
laboratorium,
dispepsia.7
B. Etiologi
11.
12.
Tabel 2.1. Penyebab
Dispepsia
16.
Dalam lumen saluran cerna
18. - Tukak peptik
20. - Gastritis
22. - Keganasan
14.
24.
26.
Gastroparesis
Obat-obatan
28. - Anti inflamasi non steroid
30. - Teofilin
32. - Digitalis
34. 36.
Hepato
38. - hepatitis
40. - kolesistitis
42. - kolelitiasis
44. - keganasan
7
13.
17.
Pankreas
19. - Pankreatritis
21. - Keganasan
23.
Keadaan sistemik
25. - Diabetes
mellitus
27. - Penyakit tiroid
29. - Gagal ginjal
31. - Kehamilan
33. - Penyakit
jantung
35.
37. Gangguan fungsional
39. - dispepsia
fungsional
41. - sindrom kolon
iritatif
43.
45.
15.
dalam penelitian lain juga dilaporkan berkisar 8% dari seluruh anak dan
remaja rutin
yang
dan
Helicobacter
studi
melaporkan
peradangan
pengetahuan
dan
pylori,
maka
yang
dapat
35%
dan
organik,
terbanyak. 7
50.
Obat
Anti
Inflamasi
Non
Steroid
(OAINS),
Antibiotik
Levodopa,
Niacin,
Gemfibrozil,
Narkotik,
Quinidine,
Theophiline.8-10
2. Intoleransi makanan
a. Alergi susu sapi, putih telur, kacang, makanan laut, beberapa jenis produk
kedelai dan beberapa jenis buah-buahan
b. Non-alergi
3. Kelainan struktural
a. Penyakit oesophagus
shock
Ulkus gaster dan duodenum
Karsinoma gaster
d. Penyakit pankreas
Pankreatitis
Karsinoma pankreas
e. Penyakit usus
Malabsorbsi
Obstruksi intestinal intermiten
Sindrom kolon iritatif
Angina abdominal
Karsinoma kolon
Tuberculosis
Gagal ginjal
Hepatitis, sirosis hepatis, tumor hepar
Diabetes melitius
Hipertiroid, hipotiroid, hiperparatiroid
Ketidakseimbangan elektrolit
5,13
Pada
pasien
gangguan
gastrointestinal
fungsional
terjadi
56.
57. Faktor Psikososial
58.
59.
Penyelidikan atas pengaruh psikososisal mengungkapkan bahwa stres
adalah faktor yang mempengaruhi dispepsia fungsional. Emosional yang
labil memberikan kontribusi terhadap perubahan fungsi gastrointestinal. Hal
ini akibat dari pengaruh pusat di enterik. Stres adalah faktor yang diduga
dapat mengubah gerakan dan aktivitas sekresi traktus gastrointestinal melalui
E.
13,26,27
mekanisme-neuroendokrin.
60.
Pada beberapa literatur menyebutkan bahwa anak-anak dengan gangguan
fungsi gastrointestinal lebih lazim disebabkan oleh karena kecemasan pada
diri mereka dan orang tuanya terutama ibu. Satu studi menyatakan bahwa
pada stres atau kecemasan dapat mengaktifkan reaksi disfungsi otonomik
traktus gastrointestinal yang dapat menyebabkan gejala sakit perut
26,27
berulang.
61. Pengaruh Flora Bakteri
62.
63.
Infeksi Helicobacter pylori (Hp) mempengaruhi terjadinya dispepsia
fungsional. Penyelidikan epidemiologi menunjukkan kejadian infeksi Hp
pada pasien dengan dispepsia cukup tinggi, walaupun masih ada perbedaan
pendapat mengenai pengaruh Hp terhadap dispepsia fungsional. Diketahui
bahwa Hp dapat merubah sel neuroendokrin lambung. Sel neuroendokrin
menyebabkan peningkatan sekresi lambung dan menurunkan tingkat
13,26,27
somatostatin.
64. Gangguan motilitas dari saluran pencernaan
65.
10
66.
perubahan
perifer.
Sensasi
viseral
ditransmisikan
dari
motilitas duodenum.
71.
Mekanisme hipersensitivitas viseral ini juga terkait dengan mekanisme
sentral. Penelitian pada nyeri viseral dan somatik menunjukkan bagian otak
yang terlibat dalam afektif, kognitif dan aspek emosional terhadap rasa sakit
yang berhubungan dengan pusat sistem saraf otonom. Kemungkinan bahwa
perubahan periperal pada gastrointestinal dimodulasi oleh mekanisme
sentral. Bagian kortikolimbikpontin otak adalah bagian pusat terpenting
dalam persepsi stimuli periperal.
G. Manifestasi Klinis
11
72.
yang dominan,
membagi dispepsia menjadi tiga tipe :
73.
1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dyspepsia), dengan
gejala:
a.
b.
c.
d.
74.
keluhan:
8,11
77. a. Postprandial Distress Syndrome
78.
Rasa kembung setelah makan, terjadi setelah mengkonsumsi makanan porsi
biasa paling sedikit beberapa kali selama seminggu.
Cepat terasa penuh perut sehingga tidak dapat mernghabiskan
79.
80.
makanan dengan porsi biasa paling tidak beberapa kali selama seminggu.
8,11
81. b. Epigastric Pain Syndrome
82.
Nyeri atau rasa terbakar terlokalisasi di epigastrium dengan tingkat keparahan
sedang yang dialami minimal sekali seminggu.
Nyeri interimiten.
83.
Tidak berkurang dengan defekasi atau flatus.
84.
Tidak memenuhi kriteria kelainan kandung empedu.
85.
86.
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat
akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan
kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan. Nyeri dan rasa tak nyaman
pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa dan suara usus
yang keras (borborigmi.)
9,10
12
mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung). Jika dispepsia menetap
selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon terhadap
pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak
biasa seperti adanya alarm symtoms, maka penderita harus menjalani
5,6
pemeriksaan .
87. Tabel 2.1. Alarm symptoms sakit perut berulang disebabkan kelainan
31
organik .
88.
89.
Nyeri terlokalisir,jauh dari umbilikus
90.
Nyeri menjalar (punggung, bahu, ekstremitas bawah)
91.
Nyeri sampai membangunkan anak pada malam hari
92.
Nyeri timbul tiba-tiba
93.
Disertai muntah berulang terutama muntah kehijauan
94.
Disertai gangguan motilitas(diare, obstipasi, inkontinensia)
95.
Disertai perdarahan saluran cerna
96.
Terdapat disuria
97.
Berhubungan dengan menstruasi
98.
Terdapat gangguan tumbuh kembang
99.
Terdapat gangguan sistemik: demam, nafsu makan turun
100.
Terjadi pada usia < 4 tahun
101.
Terdapat organomegali
102.
Terdapat pembengkakan, kemerahan dan hangat pada sendi
103.
Kelainan perirektal: fisura, ulserasi
104.
105.
H. Diagnosis
106.
dapat membedakan
antara dispepsia
fungsional
Diagnosis dispepsia
pertama sekali
penyebab
kelainan
organik
dan
atau
dispepsia
organik.
struktural
harus
13
bilier, hepar, pankreas, dan penyebab lain yang dapat memberikan perubahan
anatomis.
Pemeriksaan
mengungkapkan penyebab
hematologi
dan
kimia
darah
akan
dapat
karsinoma
saluran
pencernaan
perlu
ditemukan berdasarkan
mangalami
muntah yang
terlalu teruk.2
108.
Diagnosis banding dispepsia
Dispepsia non ulkus
Gastro-oesophageal reflux disease.
Ulkus peptikum.
Obat-obatan: obat anti inflamasi non-steroid, antibiotik, besi, suplemen kalium,
digoxin.
Malabsorbsi Karbohidrat (lactose, fructose, sorbitol).
Cholelithiasis or choledocholithiasis.
Pankreatitis Kronik.
Penyakit sistemik (diabetes, thyroid, parathyroid, hypoadrenalism, connective
J.
tissue disease).
Parasit intestinal.
Keganasan abdomen (terutama kanser pancreas dan gastrik).
109.
110.
111.
Pemeriksaan Penunjang
14
112.
yang mengganggu,
diet
dapat
membantu
untuk
mengurangi
menghindari
makan yang terlalu banyak terutama di malam hari dan membagi asupan
makanan sehari-hari menjadi beberapa
makanan
kecil.
Alternatif
2,9,12
115.
Helicobacter pylori
Berdasarkan
Konsensus
Nasional
Penanggulangan
15
118.
akan menetralisir
sekresi
asam
lambung.
Antasid
biasanya
sifatnya
hanya
simtomatis,
untuk
dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2. Sering
digunakan adalah gabungan Aluminium
hidroksida
menyebabkan
dan
magnesium
konstipasi
dan
Mylanta,
Maalox,
hidroksida.
bisa
2. Antikolinergik
120.
selektif
muskarinik yang
Pirenzepin juga
memilikiefek sitoprotektif.10
121.
3. Antagonis reseptor H2
122.
dispepsia organik
16
golongan antagonis
famotidin.10,15
123.
18jam ; jadi, bisa dimakan antara 2 dan 5 hari supaya sekresi asid
5. Sitoprotektif
126.
enprostil (PGE2).
parietal.
Sukralfat
berfungsi
meningkatkan
memperbaiki
sekresi
mikrosirkulasi,
g per hari.15
6. Golongan prokinetik
128.
domperidon, dan
17
129.
130.
simptom pada
(Amoxil),
tetracycline (Sumycin).6
131.
Kadang
kala
juga
clarithromycin
dibutuhkan
(Biaxin),
psikoterapi
dan
tidak jarang
keluhan
yang
seperti
cemas
muncul
dan
depresi.2,6-12
132.
L. Pencegahan
Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan
yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan
pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara
memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan
dengan dokter mengenai metode yang dapat membantu untuk berhenti merokok.
Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan kecepatan
pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga
18
maka kuncinya adalah mengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang
bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan OAINS,
obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan
membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan
40%.17
135.
serius, contohnya
disebabkan karena
dari tanda ini, yaitu: Usia 50 tahun ke atas, kehilangan berat badan tanpa
disengaja, kesulitan menelan,
daerah perut.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
19
146.
147.
148.
dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis didapatkan keluhan nyeri perut sebelah
kiri, nyeri perut dirasa seperti diremas-remas dan kram, nyeri perut menjalar
sampai ke ulu hati, pasien merasa ulu hati terasa perih dan panas, dada terasa
sesak dan panas pada dada. Pasien juga merasa mual dan muntah, keluhan
muncul saat pagi hari, pasien mengaku belum makan sejak malam. Keluhan
dirasakan hilang timbul, keluhan bertambah saat pasien tidur dan bertambah saat
bergerak. Pasien mengaku belum minum obat apapun hanya diberi minyak kayu
putih yang digosok diperutnya namun keluhan belum berkurang. Keluhan lain
yang berupa BAB sulit sejak 1 hari, BAK (+) lancar.
149.
dan tampak kesakitan, pasien sadar penuh. Vital sign dalam batas normal,
pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan pada epigastrium tepat pada ulu
hati. Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan darah
rutin untuk mengetahui adanya infeksi atau tidak, pemeriksaan penunjang lain
berupa barium enenema, kemudian endoskopi dapat membantu untuk
menegakkan diagnosis.
150.
rasa tidak nyaman diperut, mual dan muntah. Pasien diberikan injeksi gitas 1
ampul, ranitidin 1 ampul, kemudian diberi terapi peroral berupa gitas plus 3x1
tab, ranitidi 3x1 tab p.c, asitral 3x1 tab a.c, domperidone 3x1 tab a.c. Pasien
diberi edukasi berupa mengatur pola makan dengan menghindari makanan
pedas, asam, bersantan, mengandung banyak lemak, kopi, alkohol, soda. Pasien
dianjurkan makan tidak berlebih, sering dengan porsi kecil. Olahraga teratur dan
menghindari stres juga dapat membantu dalam pencegahan penyakit.
151.
152.
153.
154.
155.
20
157.
156. BAB V
KESIMPULAN
158.
159.
2007.
Edisi
2010.
Diunduh
dari,
http://library.usu.ac.id/index.php/index.php?option=com_journal_review&id.
21
5. Citra JT. Perbedaan depresi pada pasien dispepsia organik dan fungsional.
Bagian Psikiatri FK USU 2003.
6. Dyspepsia. Edition 2010. Available from: http://www.mayoclinic.org/dyspepsia/.
7. Talley N, Vakil NB, Moayyedi P. American Gastroenterological Association
technical review: evaluation of dyspepsia. Gastroenterology. 2005;129:1754
8. Indigestion (Dyspepsia, Upset Stomach). Edition 2010. Available from:
http://www.medicinenet.com/dyspepsia/article.htm, 5 Juni 2010.
9. Dyspepsia, What It Is and What to Do About It? Edition 2009. Available from:
http://familydoctor.org/online/famdocen/home/common/digestive/disorders/474.
html.
10. Greenburger NJ. Dyspepsia. The Merck Manuals Online Medical Library. 2008
March. Available from: http://www.merck.com/mmpe/sec02/ch007/ch007c.html.
11. Delaney BC. 10 Minutes consultation dyspepsia. BMJ. 2001. Available from:
http://www.bmj.com/cgi/content/full/322/7289/776.
12. Ringerl Y. Functional dyspepsia. UNC Division of Gastroenterology and
Hepatology. 2005;1:1-3.
13. Glenda NL. Gangguan lambung dan duodenum. Patofisiologi. Edisi ke-6. EGC;
2006.h.417-19.
22