Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pelayanan publik menurut para ahli.
2. Untuk mengetahui kinerja pelayanan publik.
3. Untuk mengetahui kualitas pelayanan publik dibidang pendidikan.
4. Untuk mengetahuihubungan pendidikan dan kemiskinan.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Dari ketiga teori tersebut menurut pandangan saya yang paling sesuai adalah
teori ketiga menurut Menurut Batinggi,1998. Yang menyatakan bahwa, Pelayanan
publik dapat diartikan sebagai perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mengurus hal-hal yang diperlukan masyarakat atau khalayak umum.
Dengan demikian, kewajiban pemerintah adalah memberikan pelayanan publik yang
menjadi hak setiap warga negara. Karena dalam teori ini telah dijelaskan untuk
memberikan pelayanan publik, dilakukan sebuah perbuatan dan kegiatan untuk
memberikan pelayan publik yang menjadi hak setiap warga negara.
pemerintah sesuai dengan tugas dan fungsinya belum juga dapat dilaksanakan secara
menyeluruh. Transparansi dan akuntabilitas harus dilaksanakan pada seluruh aspek
manajemen pelayanan publik, meliputi kebijakan, perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan/ pengendalian, dan laporan hasil kinerjanya. Transparansi dan
akuntabilitas hendaknya dimulai dari proses perencanaan pengembangan pelayanan
publik karena sangat terkait dengan kepastian berusaha bagi investor baik dalam
negeri maupun luar negeri, serta kepastian pelayanan bagi masyarakat umum yang
memerlukan dan yang berhak atas pelayanan.
akhlak
dan
kecerdasan
pikiran.
pengertian yaitu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan,
proses perbuatan, cara mendidik.
Jika bicara masalah pendidikan banyak hal yang dapat diangkat. Antara lain
sarana pendidikan, pelaku pedidikan mulai dari pengajar hingga siswa yang diajar.
Bagaimana pelayanan publik dalam bidang pendidikan? Berbicara tentang pelayanan
publik di bidang pendidikan, Pengaduan di bidang pendidikan merupakan yang paling
banyak. Karena pendidikan ini merupakan sektor yang paling banyak bersentuhan
dengan masyarakat umum. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat
memprihatinkan.
Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat
Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari
peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang
menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di
antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997),
5
Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai
94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi.
Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8%
(9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat
terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan
menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh
karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat
untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
Mahalnya biaya pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk
menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk
mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman
Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat
miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin
tidak boleh sekolah.
Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000,
sampai Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta.
Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.
Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidah hanya
sebatas yang saya bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu
pendidikan kita. Telah dijelaskan,
pendidikan nasional disebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Bahkan warga negara yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelekt ual, dan sosial berhak
memperoleh pendidikan khusus. Demikian pula warga negara di daerah terpencil atau
terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan
layanankhusus.
Itu artinya, dimanapun kita berada baik di Papua atau pun di Jawa kita berhak
mendapatkan fasilitas yang sama. Namun pada kenyataannya, didaerah-daerah yang
terpolosok seperti di Papua masih banyak sekolah-sekolah yang belum mendapatkan
fasilitas dengan layak dan kesejahteraan yang tidak merata. Sedangkan
9
dengan
kebawah
dapat
mengenyam
pendidikan
secara
layak.
mampu dalam hal materi. Sehingga, pemerintah pada akhir-akhir ini selalu berusaha
memberikan bantuan khusus kepada sekolah-sekolah atau lebih dikenal dengan BSM
(Bantuan Siswa Miskin). Bantuan itu adalah guna meningkatkan mutu kinerja tenaga
pendidik dan yang terdidik.
Kemiskinan selalu jadi bayang-bayang di balik pendidikan kita. Kemiskinan
menjadikan semuanya semakin kacau. Namun bagaimanapun juga, pendidikan tetap
dinomorsatukan, sebab jika tak ada ilmu tidak akan kita dapati perbaikan kemiskinan.
Kita akan tetap seperti posisi seperti ini di sepanjang tahun. Pendidikan menurut
ketentuan perundang-undangan adalah kewenangan pemerintah daerah. Akan tetapi,
sejauh ini belum ada realisasi yang nyata di lapangan.
Cara pembagian anggaran dan pengelolaannya belum ada kejelasannya.
Otonomi daerah sering menjadikan sistem pendidikan berubah arah. Selalu terdapat
penyelewengan. Dalam target penurunan kemiskinan, diutarakan bahwa hal utama
yang harus dibenahi duluan adalah bidang pendidikan yang semakin merosot.
Perbaikan itu tentunya haruslah ke arah yang lebih baik dan lebih nyata.
Masalah yang terjadi bukan hanya pada persoalan mengenai rendahnya kualitas
pendidikan dinegara kita. Tetapi juga terhadap Rendahnya Relevansi Pendidikan
Dengan Kebutuhan. Yang dimaksud adalah banyaknya anak-anak bangsa kita yang
telah menyelesaikan pendidikannya tetapi mereka tetap juga belum mendapatkan
pekerjaan.
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data
BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka
pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0
sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama
pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan
yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%.
Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak
putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah
ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan
kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang fungsional
terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
11
BAB III
KESIMPULAN
Dari makalah di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan publik kita
saat ini masih jauh dari harapan. Terutama kualitas pelayann publik dalam bidang
pendidikan. Kualitas pelayanan publik di negara kita masih sangat rendah. Banyak
12
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Kridawati Sadhana, M.S, Etika Birokrasi Dalam Pelayanan Publik, CV. Citrab Malang,
2010, Malang, h. 131.
13
Dr. Kridawati Sadhana, M.S, Etika Birokrasi Dalam Pelayanan Publik, CV. Citrab Malang,
2010, Malang, h. 132.
Robert, 1996, Pelayanan publik, PT GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA, 30
14
Diakses