Anda di halaman 1dari 3

Aplikasi Teori Rasionalitas Weber: Tindakan Rasional

Masyarakat Barat
Aryatama Wicaksana, 1506732141

Saat ini dunia telah masuk di era millenium. Era dimana ilmu
pengetahuan telah maju dan kehidupan primitif hanya ada di sukusuku pedalaman. Saat ini, mayoritas manusia sudah memasuki tahap
positivis seperti yang dibilang oleh Comte, meskipun masih ada
beberapa minoritas dari manusia masih ada yang bermadzhab
teologis dan metafisik. Pengaruh dari tahapan-tahapan teori Comte di
atas adalah setiap manusia akan memiliki motivasi yang berbeda
dalam bertindak, tergantung di tahapan mana manusia tersebut
berada.
Ilmuan lain bernama Max Weber mencoba menjelaskan ini
dengan teori yang membahas tentang tipe-tipe tindakan. Menurut
Weber (dalam Jones, 2003), setiap tindakan dapat dibandingkan dari
struktur

beberapa

masyrakat

dalam

memahami

alasan-alasan

mengapa warga masyarakat tersebut bertindak, kejadian-kejadian


historis secara berurutan yang memengaruhi karakter mereka, dan
memahami tindakan par pelakunya yang hidup di masa kini, akan
tetapi tidak mungkin menggeneralisasi semua masyarakat atau
semua struktur sosial. Pembagian tipe tindakan itu diklasifikasikan
dalam konteks motif para pelakunya:
Tindakan tradisional
melakukannya
Tindakan afektif

Saya melakukan ini karena saya selalu


Apa boleh buat saya lakukan

Tindakan berorientasi nilai


(rasionalitas nilai)

Yang saya tahu hanya melakukan ini

Tindakan berorientas tujuan Tindakan ini paling


mencapai tujuan ini
(rasionalitas instrumental)
dan inilah cara
mencapainya

efisien

untuk

terbaik

untuk

Muncul

sebuah

pertanyaan,

mengapa

tindakan

rasional

banyak dilakukan oleh masyarakat barat sedangkan tidak banyak


dilakukan

oleh

masyarakat

Indonesia?.

Dalam

menjelaskan

fenomena ini, Weber mengaitkannya dengan teori tindakan sosial dan


pengaruh agama. Terlebih dahulu, perlu diingat bahwa masyarakat
barat saat ini menggunakan sistem kapitalisme yang menurut Weber
adalah hasil akhir dari proses rasionalisasi.
Indonesia dan Barat berbeda karena memiliki sejarah yang
berbeda. Pengaruh historis inilah yang akhirnya membuat Barat
menjadi kapitalis (rasional instrumental) sedangkan Indonesia tidak
demikian. Di Indonesia, peran pemuka agama secara historis sudah
sangat kuat sejak Indonesia belum terbentuk. Menurut Weber,
pemimpin agama mempunyai peran penting dalam mempromosikan
orientasi kehidupan yang menuju kepada Tuhan. Oleh karena itu, pola
tindakan masyarakat Indonesia berkembang dan masih dipengaruhi
oleh agama. Karena masyarakat Indonesia peracaya bahwa apabila
mengikuti ajaran Tuhan, maka keberhasilan dan kebahagiaan dalam
hidup akan dapat dicapai.
Mengapa pola tindakan di barat mengikuti pola rasionalitas?
Jawabannya, menurut para sosiolog karena di Barat agama dipahami
sebagai kafanatikan. (Zarkasyi, 2012)

Referensi
Jones, Pip. 2003. Pengantar Teori-Teori Sosial: Dari Teori
Fungsionalisme hingga
Post-modernisme. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta:
Rajawali Press.

Zarkasyi, Hamid Fahmy. 2012. Misykat: Refleksi Tentang Westernisasi,


Liberaliasi, dan
Islam. Jakarta: INSIST MIUIMI.

Anda mungkin juga menyukai