Anda di halaman 1dari 3

PENGGOLONGAN ASET TAKBERWUJUD DAN PERLAKUAN

PERLAKUAN

AKUNTANSINYA
Sebagai tujuan dari PSAK 19 (Revisi 2010) yaitu untuk menentukan pelakuan akuntasi
untuk aset takberwujud yang tidak di atur sejara khusus dalam PSAK lain. Pernyataan dimaksud
menyaratkan kepada entitas mengakui asset takterwujud jika, dan hanya jika, kriteria tertentu
terpenuhi.Pada pernyataan PSAK 19 juga mengaturcara mengukur jumlah tercatat dari asset
takberwujud dan menentukan pengungkapan yang disyaratkan tentang asset takberwujud.
Apabila PSAK lain telah mengatur jenis asset takberwujud tertentu, sebagai
kosekuensinya ensitas bukan dengan menerapkan PSAK No 19 dimaksud, sebagai contoh
pernyataan tidak diterapkan untuk :
a. Aset takberwujud yang dimiliki untuk di jual dalam kegiatan usaha normal (perhatikan
PSAK No. 14/ Rvensi2008: Persediaan, DAN psak No. 34 tentang akuntansi kontrak
kontruksi);
b. Aset pajak tangguhan ( perhatikan PSAK No. 46 tentang akutansi pajak penghasilan ) :
c. Sewa dalam ruang lingkup PSAK No. 30 ( revisi 2007 ) tentang sewa :
d. Aset yang timbul dalam lingkungan kerja ( perhatikan PSAK No 24 tentang imbalan kerja ) :
e. Aset keuangan yang didevinisikan dalam PSAK No. 55(revisi 2006) tentang instrument
keuangan : pengakuan dan pengukuran ( direvisi dan telah ada revisi PSAK No. 55 revisi
2011 per desember 2011). Pengakuan dan pengukuran dari beberapa asset keuangan dalam
PSAK No. 4 ( revisi 2009) PSAK 12 ( revisi 2009 dan PSAK No. 15 (revisi 2009 ):
f. Goodwill yang timbul dari kombinasi bisnis ( Perhatikan PSAK No. 22Revisi 2010:
Kombinasi Bisnis);
g. Biaya akuisisi yang ditangguhkan dan asset takBerwujud yang timbul dari hak kontraktual
penjamin berdasarkan kontrak asuran dalam PSAK No. 38 dan PSAK No. 36.
h. Aset takBerwujud tidak lancer yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual ( atau
termasuk dalam kelompok asset lapangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual
) sesuai dengan PSAK No. 58 ( revisi 2009 ).

Pengertian asset takberwujud diberikan batasan yaitu asset nonmoneter teridentifikasi


tanpa wujud fisik.

Selanjutnya paragraph 09 PSAK No. 19 memberikan ilustrasi dengan

pemikiran bahwa entitas sering kali mengeluarkan sumber daya maupun menciptakan liabilitas
dalam perolehan, pengembangan, pemeliharaan atau peningkatan sumber daya tidak berwujud
sebagai conto ilmu pengetahuan atau tehnologi, desain dan implementasi system atau proses
baru, lisensi hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merek dagang (
termasuk merek produk dan judul publisitas). Bebertapa contoh yang dapat dilihat pada umum
lainnya seperti peranti lunak komputer, paten, hak cipta, film, daftar pelanggan, hak pelayanan
jaminan, izin penangkapan ikan, waralaba dan lain sebagainya.Tetapi tidaklah semua unsure
pada paragraph 09 PSAK No. 19 memenuhi criteria derfinisi asset takberwuud ataupun criteria
dimasud, yaitu sebagai berikut.
1. Keteridentifikasian
Pengertian keteridentifikasian tersebut bahwa aset takberwujud dapat dibedakan secara jelas
dengan goodwill. Suatu aset dikatakan teridentifikasi apabila :
a. Dapat dipisahkan yaitu dapat dipisahkan atau dibedakan entitas dan dijual, dialihkan,
dilisensikan disewakan atau ditukaran baik secara individual atau bersama. Dengan
kontrak terkait, aset teridentifikasi, terlepas apakah entitas bermaksud untuk melakukan
hal tersebut; atau
b. Timbul dari hak kontraktual atau hak legal lain, terlepas apakah hak tersebut dapat
dialihkan atau dipisahkan dari entitas atau dari hal dan kewajiban lain.
2. Manfaat ekonomi masa depan
Terhadap manfaat ekonomi masa depan dapat timbul dari pengetahuan atas pasar atau
pengetahuan teknis. Tentu saja entitas akan mengendalikan manfaat ekonomi masa depan
bila adanya perlindungan hukum seperti hak cipta, perjanjian dagang terbatas, atau
perjanjian hukum bagi pegawai untuk menjaga kerahasiaan.
Dengan demikian manfaat ekonomi masa depan yang timbul dari aset takberwujud dapat
mencakup pendapatan dari penjualan barang atau jasa, penghematan biaya, atau manfaat lain
yang berasal dari penggunaan aset oleh entitas. Sebagai penggunaan hak kekayaan intelektual
suatu proses produksi tidak meningkatkan pendapatan masa depan, tetapi mengurangi biaya
produksimasa depan.

Daftar Pustaka :
Waluyo. (2014). Akuntansi Pajak. Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai