Anda di halaman 1dari 6

Tujuan Pratikum

Mahasiswa dapat menghitung energi impak


Mahasiswa dapat mengetahui harga impak material
Mahasiswa dapat mengetahui temperatur transisi hasil pengujian
Menggambarkan kurva uji impak

Petunjuk K3
1. Pakaian labortorium
2. Sepatu kerja
3. Posisi pengujian harus ada di depan alat uji impak

Dasar Teori

1.
2.
3.

A.

Uji impak merupakan teknik yang digunakan untuk mengkarakterisasi patahan


material yang sulit dilakukan pada uji tarik khususnya untuk material yang memiliki transisi
deformasi yang sangat kecil.
Pemilihan uji impak penting karena:
Deformasi dapat dilakukan pada temperatur yang rendah
Laju deformasi yang tinggi
Adanya notch dapat didekati dengan tegangan triaxial
Ada dua metoda standar pengujian yang dapat dilakukan pada uji impak yaitu Metoda
Charpy dan Metoda Izod.
Ilustrasi pengujian impak dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Energi Impak
Energi impak diserap dihitung berdasarkan perbedaan ketinggian h dan h yang
menunjukkan ketangguhan material. Transisi ulet-getas material, merupakan fungsi utama
pemakaian uji impak. Pengujian dapat dilakukan dengan merubah atau mengatur temperatur
spesimen dengan cara pemanasan dan pendinginan. Hasil pengujian pengaruh temperatur
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Pada kurva A dan B menunjukkan adanya temperatur transisi dari ulet ke getas. Pada
temperatur yang tinggi material cenderung bersifat ulet begitu sebaliknya akan menjadi getas
bila temperaturnya rendah. Bentuk patahan spesimen uji impak memiliki permukaan fibruos
atau berserabut, flatness (rata) mengindikasi bahwa material tersebut bersifat ulet dan getas.
Pemilihan material hendaknya memperhatikan ketahanan terhadap temperatur transisi
(ulet-getas). Pada gambar di bawah ini, diperlihatkan temperatur transisi terhadap energi yang
diserap material.

Temperatur transisi logam biasanya terjadi pada (0,1-0,2) Tm di mana Tm adalah


temperatur melting absolut (K). Terlihat pada kurva bahwa logam-logam FCC kecenderungan
tidak memiliki daerah temperatur transisi.
Secara umum perpatahan dapat digolongkan menjadi 2 golongan umum yaitu :

Patah Ulet/ liat


Patah yang ditandai oleh deformasi plastis yang cukup besar, sebelum dan selama proses
penjalaran retak.
Patah Getas
Patah yang ditandai oleh adanya kecepatan penjalaran retak yang tinggi, tanpa terjadi
deformasi kasar, dan sedikit sekali terjadi deformasi mikro.
Terdapat 3 faktor dasar yang mendukung terjadinya patah dari benda ulet menjadi
patah getas :
1. Keadaan tegangan 3 sumbu/ takikan.
2. Suhu yang rendah.
3. Laju regangan yang tinggi/ laju pembebanan yang cepat.

B. Perhitungan Energi
Untuk menghitung energi yang diserap material dapat dihitung dengan persamaan energi
potensial sebagai berikut:

Alat yang Digunakan


1. Tipe mesin uji

: Charpy

2. Dimensi

: 7540100

3. Kapasitas

: 80 J

4. Berat gondam
5. Berat total

: 8 kg
: 120 kg

6. Jarak antara titik pusat ayun dengan titik pukul : 600 mm


7. Posisi awal pemukulan

: 130

8. Radius pisau pemukul

: 2.5 mm

9. Sudut sisi pisau pemukul

: 30

Bahan yang Diperlukan


1. Termometer atau termokopel
2. Bak air
3. Heater pemanas
4. Pendingin spesimen
5. Jangka sorong

Langkah kerja
1. Pemeriksaan alat atau mesin yang akan digunakan
2. Alat pengukuran dimensi spesimen
3. Kebutuhan alat pengukur temperatur seperti termometer dan alat pemanas
4. Spesimen uji minimal dua buah disesuaikan dengan kebutuhan
5. Menerima pengarahan dari instruktur tentang prosedur pengujian yang akan dilakukan
6. Melakukan pengukuran spesimen dengan menggunakan jangka sorong dan mencatat pada
lembar kerja
7. Melakukan pengujian
8. Memeriksa kelengkapan praktikum
9. Membersihkan kelengkapan alat yang digunakan
10. Menendatangankan kartu praktikum kepada instruktur
11. Menyerahkan kelengkapan praktikum kepada teknisi/administrasi

Data Percobaan
1. Baja
Dimensi penampang a
Luas penampang A
Berat bandul G
Panjang Lengan L
Sudut ayun
T
SPESIM (C E (
EN
)
J)
Baja

: 8 mm ; b : 10 mm
: 80 mm2
: 8 kg
: 0.6 m
: 130

()

77.3

84

25
95

77.3
77.3

72
0

2. Kuningan
Dimensi penampang a

H (
m)
0.53
7
0.41
4
0

: 8 mm ; b

E (
J)

E = EE (J)

HI =
E/A

42.1
32.4
5
0

35.2

0.44

44.85
77.3

0.56
0.96

: 10 mm

: 80 mm2
: 8 kg
: 0.6 m
: 130

Luas penampang A
Berat bandul G
Panjang Lengan L
Sudut ayun
T
SPESIM (C
EN
)
Kuninga
n
5

E (
J)

()

77.3

104

25

77.3

98

92

77.3

100

H (
m)
0.74
5
0.68
3
0.70
4

E (
J)

E = EE (J)

HI =
E/A

58.4

18.9

0.24

53.5

23.8

0.29

55.2

22.1

0.27

Analisis Data
Dari data percobaan diatas, maka didapatkan harga impak dari masing-masing spesimen,
berikut adalah kurva uji impak dari baja dan kuningan.

Dari kurva diatas didapatkan bahwa harga impak kuningan cenderung konstan
dibanding dengan baja, hal tersebut disebabkan oleh struktur material kuningan adalah FCC
sehingga tidak mempunyai temperature transisi. Dari kurva dapat kita lihat bahwa pada suhu
rendah, energi yang diperlukan untuk terjadinya perpatahan sangat sedikit. Hal ini terjadi
akibat pada suhu rendah perambatan retak terjadi lebih cepat daripada terjadinya deformasi
plastis. Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, energi yang dibutuhkan untuk terjadinya
fracture pun lebih besar karena pada suhu tinggi retakan didahului oleh deformasi plastis.
Dari hasil patahan terlihat bahwa spesimen yang dipanaskan memiliki permukaan patahan
yang berwarna gelap dan kasar. Sedangkan pada spesimen yang didinginkan, permukaan
patahannya cenderung lebih halus.
Pada baja terlihat bahwa kurva naik cukup tinggi, garis yang cukup tajam ini disebut
daerah temperature transisi. Daerah temperature transisi menunjukkan daerah dimana sifat
baja akan berubah pada temperature tertentu. Pada temperature sangat rendah, baja cenderung
getas, hal tersebut diakibatkan atom-atom pada baja tidak emngalami vibrasi dan membentuk
struktur BCC sehingga atom akan kesulitan bergeser ketika diberi beban impak, Hal ini
menyebabkan bentuk patahan baja berupa patahan getas. Pada temperature tunggi baja
cenderung bersifat ulet,hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya energi yang diserap dan
bentuk patahan yang kasar dan berserabut. Baja menjadi ulet meskipun struktur atomnya
BCC, karena atom-atom baja mengalami vibrasi sangat tinggi ketika dipanaskan sehingga
baja sempat mengalami deformasi plastis ketika diberi beban impak.

Evaluasi
1. Jelaskan terjadinya temperatur transisi
2. Jelaskan mengapa pada suhu tinggi energi impak tinggi
Jawab
1. Temperatur transisi adalah temperatur yang menunjukkan transisi perubahan jenis
perpatahan suatu bahan bila diuji pada temperatur yang berbeda-beda. Pada pengujian dengan
temperatur yang berbeda-beda maka akan terlihat bahwa pada temperatur tinggi material
akan bersifat ulet (ductile) sedangkan pada temperatur rendah material akan bersifat rapuh
atau getas (brittle). Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom bahan pada temperatur
yang berbeda dimana pada temperatur kamar vibrasi itu berada dalam kondisi kesetimbangan
dan selanjutnya akan menjadi tinggi bila temperatur dinaikkan (energi panas merupakan suatu
driving force terhadap pergerakan partikel atom bahan). Vibrasi atom inilah yang berperan
sebagai suatu penghalang (obstacle) terhadap pergerakan dislokasi pada saat terjadi
deformasi kejut/impak dari luar.

2. Dengan semakin tinggi vibrasi atom karena suhu yang semakin tinggi, maka pergerakan
dislokasi mejadi relatif sulit, mengingat bahwa vibrasi atom berperan sebagai suatu
penghalang (obstacle) terhadap pergerakan dislokasi pada saat terjadi deformasi kejut/impak
dari luar. sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk mematahkan benda uji, atau
dengan kata lain energi impak akan tinggi seiring dengan suhu yang bertambah tinggi.

Kesimpulan
Suhu mempengaruhi harga impak, semakin tinggi suhu semakin tinggi pula harga
impak.
Kuningan tidak mempunyai temperatur transisi, oleh karena itu harga impak kuningan
pada suhu rendah (=0.24), suhu kamar (=0.29), dan suhu tinggi (=0.27) cenderung sama,
tidak berbeda jauh, dan dari hasil patahan terlihat bahwa kuningan bersifat getas.
Baja memiliki temperatur transisi, oleh karena itu harga impaknya cenderung berbeda
jauh, harga impak pada suhu rendah (=0.44) sifat baja adalah getas, suhu kamar (=0.56), dan
suhu tinggi(=0.96) dimana sifat baja menjadi ulet . Hal ini terjadi karena adanya vibrasi atomatom yang terpengaruh dengan perubahan suhu.
Harga impak baja lebih tinggi daripada kuningan, menunjukkan bahwa ketangguhan
baja lebih tinggi jika dibandingkan dengan kuningan.
1. Patahan ulet ditunjukkan dengan permukaan patahan yang kasar, gelap
dan berserabut.Sedangkan patahan getas ditunjukkan dengan permukaan patahan
yangmengkilap, halus, dan tidak berserabut.
Read more at http://teknikmesin2011unila.blogspot.com/2013/02/ujiimpak.html#oIgRTx4xkLHlOpeP.99

Anda mungkin juga menyukai