Anda di halaman 1dari 10

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen pengampu : Siska Diana Sari, M.H

Oleh :
ANDI VERA DWI PRAKASARI
NIA KURNIATI
MARATUSH SHOLECHAH
NURUL NUR AGUSTINA
TERRY PRAMESWARI

12411079
12411082
12411087
12411098
12411102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI MADIUN
MADIUN
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi
karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup
keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana
guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.
Albertus (2010:03) menyatakan bahwa pendidikan karakter terdiri dari dua kata yang apabila
dipisahkan memiliki makna masing-masing. Pendidikan adalah selalu berkaitan dengan hubungan
social manusia, manusia sejak lahir tidak dapat hidup sendiri tetapi membutuhkan orang lain,
sedangkan karakter bersifat lebih subjektif hal tersebut dikatakan demikian karena berkaitan dengan
struktur antopologis manusia dan tindakannya dalam memaknai kebebasan.
Pendidikan karakter harus diberikan pada pendidikan formal khususnya lembaga pendidikan
TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, MAK dan Perguruan Tinggi melalui pembelajaran, dan
ekstrakurikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan
formal adalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.
Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan
pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya
menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria
manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu

masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi
oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam
konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang
bersumber dari budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi
muda.
Jadi dapat disimpulkan pendidikan karakter adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan
kesosialan, dengan tujuan membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga
masyarakat, dan warga negara yang baik, serta dapat mempengaruhi diri sendiri dan orang lain
apabila diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

B.
1.
2.
3.
4.

Tujuan
Mengetahui pengertian pendidikan karakter
Memahami fungsi dan tujuan dari pendidikan karakter
Mengetahui nilai pendidikan karakter dalam matematika
Menerapkan nilai pendidikan karakter dalm pembelajaran matematika

BAB II
PERMASALAHAN

A. Masalah
Masalah yang akan kita bahas dalam bab ini adalah :

1.
2.
3.
4.

Apakah fungsi dari pendidikan karakter ?


Apakah tujuan adanya pendidikan karakter ?
Apa sajakah nilai karakter bangsa yang dapat dikembangkan melalui pelajaran matematika?
Bagaimana implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika?

BAB III
PEMBAHASAN

A.

Fungsi Pendidikan Karakter


Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan karakter
dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran
baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur; (3)
meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter
dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil,
masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
DIKTI (2010) menyatakan bahwa secara khusus pendidikan karakter memiliki tiga fungsi
utama, yaitu :

1. Pembentukan dan Pengembangan Potensi


Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga
negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan
falsafah hidup Pancasila.
2. Perbaikan dan Penguatan
Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter manusia dan warga negara Indonesia
yang bersifat negatif dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan
pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi
manusia atau warga negara menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiri, dan sejahtera.
3. Penyaring
Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan
menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter manusia dan
warga negara Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat.
Sedangkan menurut salah seorang pakar pendidikan Darmawan Iskandar (2010)
Menyatakan bahwa pendidikan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus (abadi) dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental,
yang bebas dan sadar kepada Tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional
dan kemanusiaan dari manusia.
Nilai-nilai pendidikan sendiri adalah suatu makna dan ukuran yang tepat dan akurat yang
mempengaruhi adanya pendidikan itu sendiri. diantara Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa,
ada 18 unsur dan nilai yang mana diantaranya adalah
1. Religius
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3.

Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja Keras
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
6. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah
dimiliki.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
12. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
14. Cinta Damai
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
15. Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
16. Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya,
dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.

18. Tanggung Jawab


Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya
dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya),
negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Sedangkan menurut UU No 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan pendidikan nasional


berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter bangsa yang bermartabat. Ada 9
pilar pendidikan berkarakter, diantaranya adalah:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Cinta Tuhan dan segenap ciptaannya


Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian
Kejujuran /amanah dan kearifan
Hormat dan santun
Dermawan, suka menolong dan gotong royong/ kerjasama
Percaya diri, kreatif dan bekerja keras
Kepemimpinan dan keadilan
Baik dan rendah hati
Toleransi kedamaian dan kesatuan

B. Tujuan Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,
berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada
Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.
DIKTI (2010) menyatakan bahwa Pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui
pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai
karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah,
yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang
dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan
ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh Sekolah di Indonesia baik negeri maupun swasta.
Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan
sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan
pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices yang menjadi contoh untuk
disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya. Melalui program ini diharapkan lulusan memiliki
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kompetensi akademik
yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya
Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya
sekolah.
Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke
pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai
secara nyata. Pendidikan karakter yang selama ini ada perlu segera dikaji, dan dicari altenatifalternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah
diimplementasikan di sekolah.

Pendidikan karakter pada dasarnya dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap
mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata
pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi
menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di
masyarakat.

C. Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika


Seperti yang telah termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan


konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah
Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika tersebut terdapat beberapa nilai karakter
bangsa yang dapat dikembangkan melalui pelajaran matematika diantaranya adalah disiplin, jujur,
kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, mandiri, komunikatif dan tanggung jawab.
Disiplin, Karakter disiplin dapat terbentuk dalam mempelajari matematika, karena dalam
matematika peserta didik diharapkan mampu mengenali suatu keteraturan pola, memahami aturanaturan dan konsep-konsep yang telah disepakati. Nilai karakter yang diharapkan dalam belajar
matematika adalah seseorang diharapkan mampu bekerja secara teratur dan tertib dalam
menggunakan aturan-aturan dan konsep-konsep. Dalam matematika konsep-konsep tersebut tidak
boleh dilanggar karena dapat menimbulkan salah arti.
Jujur, Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif) walaupun
pada tahap-tahap awal contoh-contoh khusus dan ilustrasi geometris diperlukan, tetapi untuk
generalisasi harus berdasarkan pembuktian deduktif. Karakter yang dapat membentuk jiwa
seseorang, bahwa seseorang tidak akan mudah percaya pada isu-isu yang tidak jelas sebelum ada
pembuktian. Hal ini tentunya sesuai dengan azas yang dianut oleh hukum di negara kita, azas
praduga tak bersalah. Kepribadian yang terbentuk diharapkan adalah sesorang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaannya, karena selalu dapat menunjukkan
pembuktian dari setiap perkataan dan tindakannya.
Kerja Keras, karakter yang ingin dibentuk adalah tidak mudah putus asa. Belajar
matematika, seseorang harus teliti, tekun dan telaten, dalam memahami yang tersirat dan tersurat.
Ada kalanya seseorang keliru dalam pengerjaan suatu perhitungan, namun belum mencapai hasil
yang benar, maka seseorang diharapkan dapat dengan sabar melihat kembali (looking back) apa
yang telah dikerjakan secara runut dengan teliti, tidak mudah menyerah terus berjuang untuk
menghasilkan suatu jawaban yang benar.

Kreatif, seseorang yang belajar matematika akan terbiasa untuk kreatif dalam
menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Dalam menyelesaikan persoalan ada yang dapat
menyelesaikan dengan cara yang panjang, namun ada pula yang mampu mengerjakan dengan
singkat. Bila seseorang terbiasa menyelesaikan permasalahan matematika, maka orang tersebut
akan terbiasa memunculkan ide yang kreatif yang dapat membantunya menjalani kehidupan secara
lebih efektif dan efisien.
Rasa ingin tahu, memunculkan rasa ingin tahu dalam matematika akan mengakibatkan
seseorang terus belajar dalam sepanjang hidupnya, terus berupaya menggali informasi-informasi
terkait lingkungan di sekitarnya, sehingga menjadikannya kaya akan wawasan dan ilmu
pengetahuan. Rasa ingin tahu membuat seseorang mampu menelaah keterkaitan, perbedaan dan
analogi, sehingga diharapkan mampu menjadi a good problems solver (mampu menyelesaikan
masalah dengan baik).
Mandiri; dalam pelajaran matematika kita senantiasa menghadapi tantangan, berbagai
permasalahan yang menuntut kita untuk menemukan solusi atau penyelesaiannya. Untuk itu peserta
didik harus mampu memiliki sikap yang tidak mudah bergantung pada orang lain, namun berupaya
secara mandiri untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi dengan baik.
Komunikatif; matematika merupakan suatu bahasa, sehingga seseorang harus mampu
mengkomunikasikannnya baik secara lisan maupun tulisan, sehingga informasi yang disampaikan
dapat diketahui dan dipahami oleh orang lain.
Tanggung Jawab; Kebiasaan disiplin dalam bernalar yang terbentuk dalam mempelajari
matematika melahirkan suatu sikap tanggung jawab atas pelaksanaan kewajiban yang seharusnya
dilakukan, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

D. Implementasi Pendidikan Berkarakter Bangsa dalam Pelajaran Matematika


Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yang telah diuraikan sebelumnya, maka
guru matematika sebaiknya dapat mengimplementasikan dan memasukkan pendidikan berkarakter
bangsa, mulai dari Silabus, RPP, dan dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas.
Pembelajaran matematika yang kering nilai dapat dikembangkan guru matematika dengan
mengintegrasikan dan/atau menekankan pentingnya nilai-nilai positif dari budaya dan karakter
bangsa dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai contoh, guru dapat memulai dengan merencanakan
proses pembelajaran matematika yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
dalam penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Nilai-nilai itu dapat diintegrasikan
dalam rancangan kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, dan/atau tujuan
pembelajaran.
Pengintegrasian nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat ditempuh dengan
langkah-langkah berikut:

a.

Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk
menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercakup
di dalamnya;
b. Menggunakan nilai-nilai budaya dan karakter yang memperlihatkan keterkaitan antara SK
dan KD dengan nilai dan indicator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan;
c. Mencantumkan nilai-nilai budaya dan karakter itu ke dalam silabus;
d. Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP;

e.

Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan peserta
didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam
perilaku yang sesuai;
f. Memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk
menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.

BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi
karakter peserta didik. Pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif,
berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,
berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada
Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam
matematika diantaranya : disiplin, jujur, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, mandiri, komunikatif dan
tanggung jawab.

B.

Saran
Nilai-nilai pendidikan karakter pada hakekatnya tidak hanya diberikan dalam mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, namun secara tidak langsung nilai-nilai pendidikan karakter tersebut
telah tersirat dalam setiap mata pelajaran. Sebaiknya setiap guru menyisipkan nilai-nilai pendidikan
karakter dalam setiap Rencana Proses Pembelajaran dan mengimplementasikannya dalam setiap
proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai