Anda di halaman 1dari 4

Fakta Mengapa Harga BBM Harus Naik

JAKARTA, KOMPAS.com Polemik tentang rencana kenaikan harga bahan


bakar minyak (BBM) terus bergulir. Beberapa fraksi ada yang menolak, tapi
tak sedikit pula yang mendukung.
Salah satu pendukung rencana kenaikan harga BBM ini adalah fraksi Partai
Persatuan Pembangunan (PPP). Apa pertimbangan harga BBM harus
dinaikkan?
Sekretaris Jenderal PPP M Romahurmuzy mengungkapkan, setidaknya ada
lima alasan mengapa subsidi BBM harus dikurangi dengan konsekuensi
harga yang menjadi lebih mahal.
Pertama, harga BBM bersubsidi Rp 4.500 terlalu murah, jauh berbeda
dengan harga BBM industri yang mencapai Rp 9.300. Harga BBM Indonesia
juga termurah di kawasan ASEAN. Harga BBM Indonesia sangat murah jika
dibandingkan misalnya dengan Vietnam (RON 92) Rp 15.553; Laos Rp
13.396; Kamboja Rp 13.298; dan Myanmar Rp 10.340.
"Bahkan harga BBM bersubsidi Indonesia adalah yg termurah di dunia untuk
ukuran negara net importer. Hal ini merangsang penyelundupan, baik
kepada sektor industri/pertambangan, maupun penyelundupan ke luar
negeri," kata Romahurmuzy dalam siaran persnya, Selasa (4/6/2013).
Romy, panggilan Romahurmuzy, menjelaskan, kuota BBM bersubsidi yang
ditetapkan DPR bersama pemerintah setiap tahunnya selalu terlampaui
sehingga disinyalir jebolnya kuota ini karena penyelundupan di mana-mana.
"Alasan kedua, harga BBM fosil yang murah, menghambat munculnya energi
alternatif. Bahan bakar nabati, baik berbasis etanol maupun CPO, tidak bisa
bersaing. Bahan bakar alternatif seperti gas tidak berkesempatan tumbuh
karena harganya relatif dekat dengan BBM bersubsidi," ungkap Romy.
Ketiga, lanjutnya, sejak awal dekade 2000, Indonesia telah beralih status dari
negara eksportir menjadi net importir minyak. Dengan importasi BBM dan

minyak mentah yang mencapai lebih sepertiga dari kebutuhan nasional,


harga BBM nasional sangat bergantung pada harga internasional.
"Akibat impor BBM yang terus naik, defisit fiskal membengkak sehingga
mengancam neraca pembayaran," ujarnya.
Keempat, Romy memaparkan, subsidi BBM yang berlangsung selama ini
tidak sesuai ketentuan UU 30/2007 tentang Energi. Di dalam Pasal 7 Ayat (2)
disebutkan bahwa subsidi disediakan untuk kelompok masyarakat tidak
mampu. Namun kenyataannya, subsidi BBM dinikmati lebih 70 persen oleh
kelas menengah pemilik mobil pribadi dan sepeda motor bersilinder tinggi.
"Pengurangan subsidi BBM yang disertai kompensasi kepada masyarakat
golongan ekonomi terlemah dimaksudkan untuk membenahi subsidi yang
salah sasaran itu," imbuh Romy.
Pendapat Pribadi :
Melihat dari fakta yang tertuang diatas saya berpendapat bahwa
kenaikan harga BBM ini merupakan langkah terbaik saat ini yang bisa di
tempuh, bukan tanpa alasan tapi pernyaataan di bawah ini yang akan
menjelaskan semuanya.
1.Subsidi salah tembak
Ya, kebanyakan pamakai bbm adalah orang-orang kaya yang punya
banyak mobil. Rakyat menikmati bbm hanya dan jika hanya menikmati
fasilitas tranportasi umum. Di negara ini lebih banyak penduduk yang tinggal
di desa ketimbang di kota. Dan lihatlah penduduk desa, mereka hanya
menikmati bbm jika bepergian saja, dan jarak tempuh mereka bepergianpun
juga tak jauh.
Benar-benar menjijikan jika orang-orang kaya memakan dengan rakus
subsidi yang bukan untuk mereka.
2.Langkah melakukan konversi energi
Mengurangi subsidi BBM dan mengarahkannya ke sektor lain menjadi
sebuah pilihan yang harus diambil dan diakui sulit.

BBM adalah salah satu komponen pembentuk harga kebutuhan pokok. Biaya
produksi dan distribusi dipengaruhi harga BBM. Kalau harga BBM naik,
otomatis harga kebutuhan pokok naik. Masih untung kalau begitu, kadangkadang baru ada isu BBM mau naik, harga kebutuhan pokok bisa naik
duluan. Oleh karena itu, kalau memang harus naik, lebih baik jangan raguragu dalam mengambil keputusan.
Secara

jangka

panjang

memang

kita

harus

mengurangi

ketergantungan terhadap energi fosil, melakukan konversi energi ke gas di


jangka menengah, mencari alternatif energi lain, membangun infrastruktur
transportasi massal, dll. Banyak pakar yang kita miliki terkait ini. Tapi dalam
jangka pendek ini apa? Ya, saya kira mengalihkan alokasi dana subsidi ke
sektor yang tepat seperti kesehatan dan pendidikan adalah pilihan. Pilihan
yang harus diambil, dan kalau memang sudah diwacanakan jangan berlarutlarut.
Ini bukan kebijakan populis bagi sebuah pemerintahan yang baru sekitar dua
bulan bekerja. Saya menempatkan diri sebagai rakyat, juga tidak senang.
Tapi saya, tanpa mencoba mewakili rakyat yang lain, mencoba mengerti
kondisinya, dan memberi kesempatan pada pemerintahan yang baru ini
kalau memang mau mengatur distribusi subsidi.
Maka koalisi di parlemen, pemerintah, ormas, dan semua elemen, kita punya
musuh yang lebih nyata: krisis energi. Tanpa bertengkar satu sama lain pun
kita sedang menghadapi kesulitan yang nyata. Ya kalau mau disambi
berantem, berarti memang kita kelebihan energi, hahahaha.
Hal sederhana yang kemudian dikeluhkan rakyat adalah, rakyat
memang terbiasa susah, tapi ya sangat tidak adil adalah kalau kemudian
lapisan terbawah masyarakat yang kemudian paling menderita akibat

kenaikan BBM bersubsidi. Sementara mafia migas merajalela, oknum alat


negara terlibat pula. Tidak ada rasa kebersamaan, susah-senang sebagai
bangsa dijalani bersama. Oke, kalau memang menaikkan harga BBM
bersubsidi ini pilihan yang harus diambil, lakukan jangan ragu. Tapi jangan
ragu juga untuk: berantas mafia migas!!!

Anda mungkin juga menyukai