Anda di halaman 1dari 16

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Ginjal adalah salah satu organ tubuh yang erat hubungannya dengan
peredaran darah manusia. Ginjal manusia memiliki panjang kurang lebih sepuluh
sentimeter. Ginjal berbentuk seperti biji kacang dan berjumlah dua buah. Masingmasing ginjal terletak di bagian kanan dan kiri tulang punggung agak ke bawah.
Ginjal adalah organ tubuh yang sangat penting bagi sistem pengeluaran (ekskresi)
manusia.
Kedua ginjal bersama-sama mengandung kira-kira 2.400.000 nefron
dantiap nefron dapat membentuk urine sendiri. Pada dasarnya nefron terdiri
darisuatu glomerulus dimana cairan difiltrasikan, dan suatu tubulus panjang
tempatcairan yang difiltrasikan tersebut diubah menjadi urine dalam perjalanan
kepelvis ginjal. Glomerulus merupakan suatu jalinan dari sampai 50 kapiler
sejalaryang

dilapisi

oleh

sel-sel

epitel.

Tekanan

darah

didalam

glomerulusmenyebabkan cairan difiltrasikan ke dalam kapsula bowman, dari situ


diamengalir pertama ke dalam tubulus proksimal. Kedua ginjal bersama-sama
mengandung kira-kira 2.400.000 nefron dantiap nefron dapat membentuk urine
sendiri. Pada dasarnya nefron terdiri darisuatu glomerulus dimana cairan
difiltrasikan, dan suatu tubulus panjang tempatcairan yang difiltrasikan tersebut
diubah menjadi urine dalam perjalanan kepelvis ginjal. Glomerulus merupakan
suatu jalinan dari sampai 50 kapiler sejalaryang dilapisi oleh sel-sel epitel.
Tekanan darah didalam glomerulusmenyebabkan cairan difiltrasikan ke dalam
kapsula bowman, dari situ diamengalir pertama ke dalam tubulus proksimal.
Fungsi ginjal adalah mengeluarkan bahan dan sisa metabolisme yang
tidak diperlukan oleh tubuh lagi. Ginjal membuang zat-zat yang tidak diperlukan
lagi dan mengambil zat-zat yang masih diperlukan tubuh. Ginjal juga bertugas
mengatur kadar air dan bahan lainnya di dalam tubuh. Kelainan fungsi kerja ginjal
dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit seperti nefritis, diabetes
melitus dan batu ginjal.

Menurut Encyclopedia Britanica, pada bagian luar ginjal terdapat


pembuluh kecil darah yang diujungnya terdapat bagian yang menyerupai bola-bola
bertutup lapisan halus. Pada setiap ginjal terdapat satu juta bola yang disebut
glomeruli. Lebih banyak darah mengalir melalui ginjal setiap menit daripada
melalui organ-organ lain di dalam tubuh. Dari glomeruli tersebut mengalir darah
yang membawa zat-zat penting melalui sebuah lapisan tipis.
Ginjal Memproses Sisa Cairan Tubuh Menjadi Urine
Cairan yang terbuang melalui glomeruli disebut urine. Ia terkumpul pada
bagian yang menyerupai cawan dan menutup setiap glomerulus. Suatu pipa yang
disebut tubule bertugas mengosongkan mangkuk-mangkuk tadi. Bahan-bahan
yang diperlukan tubuh dikembalikan ke dalam darah untuk diserap kembali
menjadi sari-sari makanan. Dengan demikian, zat gula tidak hilang begitu saja dari
dalam tubuh.

Banyak volume air di dalam tubule yang akhirnya dikembalikan ke dalam


peredaran darah. Dengan demikian, ginjal membantu memelihara keseimbangan
tubuh agar tetap cukup mengandung air. Apabila seseorang berkeringat atau tidak
meminum air yang cukup banyak, ginjal akan mengirim lebih banyak cairan ke
dalam tubuh sehingga volume air kencing pun akan berkurang.

II. DEFINISI
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua
ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir
balik sehingga tekanan diginjal meningkat (Smeltzer dan Bare, 2002).

Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung


kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal
dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Sylvia,
1995).
Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik
akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter
akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.
III. EPIDEMIOLOGI
Semarang : 51,9 dari 10.000 penduduk
Surabaya (RSUD dr.soetomo):
1) pria : wanita = 5:1
2) rerata usia 41,5 th
3) Pria : batu ureter & buli-buli
4) Wanita : batu ginjal & piala ginjal
IV. ETIOLOGI
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan
ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis):
a.

Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis

terlalu tinggi
b. Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
c. Batu di dalam pelvis renalis
d. Penekanan pada ureter oleh:
- jaringan fibrosa
- arteri atau vena yang letaknya abnormal
- tumor.

Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan dibawah sambungan


ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari kandung kemih:
a. Batu di dalam ureter
b. Tumor di dalam atau di dekat ureter
c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau
pembedahan
d. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat
pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)
f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)
g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya
h. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat
pembesaran prostat, peradangan atau kanker
i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera
j. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi
kontraksi ureter.
Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan karena pembesaran rahim menekan
ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini karena mengurangi
kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih.
Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir, meskipun sesudahnya pelvis
renalis dan ureter mungkin tetap agak melebar.
Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot
ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa
lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter
sehingga terjadi kerusakan yang menetap.
V. PATOFISIOLOGI
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga
tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih,
tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah
satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.

Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di
piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan
oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau
inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat
dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang
menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah
obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis
juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus.
Apapun

penyebab

dari

hidronefrosis,

disebabkan

adanya

obstruksi

baik

parsialataupun intermitten mengakibatkan terjadinya akumulasi urin di piala ginjal.


Sehinggamenyebabkan disertasi piala dan kolik ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal
terjadi ketikasalah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap maka ginjal
yang lain akan membesar secara bertahap (hipertrofi kompensatori), akibatnya fungsi
renal terganggu(Smeltzer dan Bare, 2002).
VI. MANIFESTASI KLINIS
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akutdapat
menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maja
disuria,menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan
piuriamungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal
kronik akan muncul, seperti:
1.Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
2.Gagal jantung kongestif.
3.Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
4.Pruritis (gatal kulit).
5.Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
6.Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
7.Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
8.Amenore, atrofi testikuler.

(Smeltzer dan Bare, 2002)


VII.PEMERIKSAAN DIAGNOSA
Dokter bisa merasakan adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang
pinggul, terutama jika ginjal sangat membesar.
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea yang tinggi karena ginjal
tidak mampu membuang limbah metabolik ini.
Beberapa prosedur digunakan utnuk mendiagnosis hidronefrosis:
USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih
Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal
Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung.
VIII.

PENATALAKSANAAN

Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab darihidronefrosis


(obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsiginjal.Untuk
mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomiatau tipe
disertasi lainnya. Infeksi ditangani dengan agen anti mikrobial karena sisa urindalam
kaliks

akan

menyebabkan

infeksi

dan

pielonefritis.

Pasien

disiapkan

untuk pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi ureter). Jika
salah satufungsi ginjal rusak parah dan hancur maka nefrektomi (pengangkatan
ginjal) dapatdilakukan (Smeltzer dan Bare, 2002).
Pada hidronefrosis akut:
- Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air
kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui
sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit).
- Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa
dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu.

Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi


penyumbatan air kemih.
Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujungujungnya disambungkan kembali.
Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan
fibrosa.
Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan
untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih
yang berbeda.
Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi: terapi hormonal untuk kanker
prostat
- pembedahan
- melebarkan uretra dengan dilator.
IX. PROGNOSIS
Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya berhasil jika infeksi dapat dikendalikan
dan ginjal berfungsi dengan baik.
Prognosis untuk hidronefrosis kronis belum bisa dipastikan.
X. ASPEK LEGAL ETIK PERAWAT
1. Accountability
Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap segala tindakan
yangdilakukan. Pada kasus semua kasus, perawat bertanggung jawab atas mulai dari
prosespengkajian, membuat diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan hingga
segalainformasi mengenai asuhan keperawatan yang di lakukan, baik sebelum,
saatdan pascaintervensi yaitu evaluasi. Tanggung jawab mengacu pada pelaksanaan
tugas yang dikaitkan dengan peran tertentu perawat. sebagai contoh, ketika
memberikan medikasi,perawat bertanggung jawab dalam mengkaji kebutuhan klien
terhadap obat-obatan,memberikannya dengan benar dan dalam dosis yang aman serta

mengevaluasi responnya.seseorang perawat yang bertindak secara bertanggung jawab


akan meningkatkan rasapercaya klien. Seorang perawat yang bertanggung jawab akan
tetap kompeten dalam pengetahuan dan kemampuan, serta menunjukkan keinginan
untuk bertindak menurutpanduan etik profesi.Tanggung gugat artinya dapat
memberikan alasan atas tindakannya.seorang perawatbertanggung gugat atas dirinya
sendiri, klien, profesi, atasan, dan masyarakat.jika dosismedikasi salah di berikan,
perawat bertanggung gugat pada klien yang menerimamedikasi tersebut. Untuk
melakukan tanggung gugat, perawat harus bertindak menurutkode etik professional.
Jika suatu kesalahan terjadi, perawat melaporkannya dan memulaiperawatan untuk
mencegah trauma lebih lanjut. Tanggung jawab memicu evaluasiefektivitas perawat
dalam praktik. Tanggung gugat professional memiliki tujuan sebagaiberikut:
a.

Untuk mengevaluasi praktisi professional baru dan mengkaji ulang yang telah

ada
b. Untuk mempertahankan standar perawatan kesehatan
c. Untuk memudahkan refleksi pribadi, pemikiran etis, dan pertumbuhan pribadi pada
pihak professional perawatan kesehatan
d. Untuk memberikan dasar pengambilan keputusan etis
2. Confidentiality
Prinsip

etika

dasar

yang

menjamin

kemandirian

klien.

Perawat

menghindaripembicaraan mengenai kondisi klien dengan siapapun yang tidak secara


langsung terlibatdalam perawatan klien. Perawat selelu menjaga kerahasiaan info
yang berkaitan dengankesehatan pasien termasuk info yang tertulis, verbal dsb. Jika
anggota keluarganyamenanggung perawatan klien perawat mungkin merasa bahwa
mereka memiliki hak untuk di beri tau.
3. Respect for autonomi( penentuan pilihan)
Perawat

yang

mengikuti

prinsip

autonomi

menghargai

hak

klien

untuk

mengambilkeputusan sendiri. Dengan menghargai hak autonomi berarti perawat


menyadari keunikaninduvidu secara holistik Setiap individu harus memiliki

kebebasan untuk memilih rencana mereka sendiri. Sebagai contoh, perawat


memberikan inform consen tentangasuhan yang akan diberikan, tujuan , manfaat dan
prosedur tindakan. Sehingga, perawatsemestinya tidak marah saat keluarga
menanyakan status kesehatan klien, karena itumerupakan kebebasan keluarga untuk
mengetahui semua tindakan yang akan dilakukan.Inform consent dilakukan saat
pengkajian, sebelum pengobatan, saat akan di obati dansetelah pengobatan.Penting
bagi perawat juga untuk memberikan health education dalam mendukung
prosespenyembuhan klien.
4. Beneficience( do good)
Beneficence

berarti

untuk melakukan

melakukan

dengan

baik,

yang

baik.

yaitu,

Perawat

memiliki

mengimplemtasikan

kewajiban

tindakan

yang

mengutungkan kliendan keluarga Meningkatkan kesejahteraan klien dengan cara


melindungi hk-hak klien.Dalam kasus, perawat dapat berkolaborasi dengan tim
kesehatan lainnya untuk menentukan terapi farmakologik, nutrisi yang diberikan baik
sebelum pengobatanmaupun setelah pengobatan.
5. Non-malefisience( do no harm/tidak membahayakan klien)
Non Maleficence berarti tugas yang dilakukan perawat tidak menyebabkanbahaya
bagi kliennya. Prinsip ini adalah prinsip dasar sebagaian besar kode etik keperawatan.
Bahaya dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resikomembahayakan, dan
bahaya yang tidak disengaja. Kewajiban bagi perawat untuk tidak menimbulkan
injury pada klien. Dalam kasus, perawat perlu melakukan pengkajian fisik,terapi
farmakologik

yang

benar,

nutrisi

dan

segala

tindakan

selama

proses

pengobatanhingga setelah pengobatan


6. Justice ( perlakuan adil)
Prinsip keadilan menuntut perlakuan terhadap orang lain yang adil danmemberikan
apa yang menjadi kebutuhanan mereka. Ketika ada sumber untuk di berikandalam

perawatan, perawat dapat mengalokasikan dalam cara pembagian yang adil


umtuk setiap penerima atau bagaimana supaya kebutuhan paling besar dari apa yang
merekabutuhkan untuk bertahan hidup. Perawat sering mengambil keputusan
denganmenggunakan rasa keadilan. Pada kasus, perawat tidak boleh membedabedakanpengobatan antara klien yang satu dengan yang lain, namun disesuaikan
dengan kondisiklien saat ini.
7. Fidelity (Setia)
Prinsip kesetiaan menyatakan bahwa perawat harus memegang janji yang dibuatnya
kepada klien. Jadi, ketika seseorang jujur dan memegang janji yang di buatnya,rasa
percaya yang sangat penting dalam hubungan perawat-klien akan terbentuk.
Fidelityberarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimikili oleh
seseorangperawat. Pada kasus , perawat harus memegang janji yang telah di
bicarakan sebelumnyakepada klien.
8. Veracity (Kebenaran)
Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Prinsip mengatakan yangsebenarnya
mengarahkan praktisi untuk menghindari melakukan kebohongan pada klienatau
menipu merekan. Pada kasus, perawat harus berkata jujur.
XI. PERAN ADVOKASI PERAWAT
1. Membina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien . supaya dapat
membantu melancarkan prosedur-prosedur dan tindakan keperawatan.
2.
Memahami klien sewaktu-waktu untuk menguatkan pasien terhadap
penyakitnya.
3. Mendorong pasien untuk mengungkapkan rasa takut dan cemasnya menghadapi
proses penyakitnya agar dapat membantu pasien menyadari keadaan dirinya.
XII.ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji
adalah:

1.
a.

Aktivitas/istirahat:
Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk

b. Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi


c.

Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera

serebrovaskuler, tirah baring lama)


2.
a.

Sirkulasi
Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)

b. Kulit hangat dan kemerahan atau pucat


3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
5.
a.

Eliminasi
Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
Penrunan volume urine
Rasa terbakar, dorongan berkemih
Diare
Oliguria, hematuria, piouria
Perubahan pola berkemih
Makanan dan cairan:
Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
Muntah
Nyeri dan kenyamanan:
Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu (batu

ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)


b. Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
c. Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
6.

Keamanan:

a. Penggunaan alkohol
b. Demam/menggigil
7.
a.

Penyuluhan/pembelajaran:
Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout,

ISK kronis
b. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme

c.

Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat,

tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.


Diagnosa keperawatan dan intervensi:
1. Gangguan keseimbangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan cairan.
Tujuan: Volume cairan seimbang
Kriteria hasil:
a. RR dan TTV normal/stabil
b. Turgor baik, mukosa lembab
c. Intake dan output seimbang
Intervensi:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Timbang BB tiap tiga hari.


Observasi TTV
Beri posisi trendelenberg
Pantau intake dan output
kolaborasi pemberian diuresis
Cek laboratorium darah lengkap/rutin

2. Resiko infeksi berhubungan dengan akses haemodialise


Tujuan: Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. Tidak ada sepsis dan pus
Tindakan:
a.
b.
c.
d.
e.

Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan


Tutup luka dengan teknik aseptik
Monitor jika ada peradangan
Monitor TTV
Kolaborasi pemberian antibiotik

3. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan obstruksi akut.


Tujuan: Nyeri berkurang sampai hilang
Kriteria hasil:
a. Pasien tampak rileks
b. Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
Intervensi:
a.
b.
c.

Kaji tingkat nyeri


Beri penjelasan penyebab nyeri
Ajarkan relaksasi dan distraksi

d.

Kolaborasi pemberian analgetik

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia


Tujuan: Kebutuhan aktivitas terpenuhi
Kriteria hasil:
a. Meningkatkan kemampuan mobilitas
b. Melaporkan penurunan gejala-gejala intoleransi aktivitas
Intervensi:
a. Kaji respon individu terhadap aktivitas, nyeri, dispnea, vertigo
b. Meningkatkan aktivitas klien secara bertahap
c. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah
Tujuan: Nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil:
a. Masukan per oral meningkat
b. Berat badan dalam rentang normal
Intervensi
a.
b.
c.
d.

Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat.


Berikan porsi makan kecil tapi sering
Ciptakan suasanya yang menyenangkan
Dukung klien untuk makan bersama anggota keluarga

XIII.

PENDIDIKAN KESEHATAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Tema

: Hidronefrosis

Sub Tema

: Pencegahan Hidronefrosis

Waktu Pertemuan

: 60 menit

Hari, Tanggal

: Kamis, 29 Oktober 2012

Pukul

: 08.00 WIB- 09.00 WIB

Sasaran

: Ny .Toni

Tempat

: Kediaman Ny. Toni

I.
Tujuan Instruksional Umum :
Setelah malakukan penyuluhan diharapkan Ny.Toni dapat mengerti tentang
Hidronefrosis
II.

Tujuan Instruksional Khusus :

a.
b.
c.
d.

Ny.Toni mengetahui definisi Hidronefrosis dengan benar


Ny.Toni jelas terhadap penyebab Hidronefrosis dengan benar
Ny.Toni dapat memahami tanda dan gejala Hidronefrosis dengan benar
Ny.Toni dapat mengetahui cara pencegahan Hidronefrosis dengan benar

III.

Pokok materi

a.
b.
c.
d.

Definisi Hidronefrosis
Penyebab Hidronefrosis
Tanda dan gejala Hidronefrosis
Pencegahan Hidronefrosis

IV.

Metode

V.

Kegiatan penyuluhan:

Kegiatan
Pendahuluan
dan Apresiasi
Isi

Penutup

: Ceramah dan tanya jawab

Penyuluh
Audience
waktu
Memperkenalkan
diri
dan Memberikan pendapat yang 10 Menit
memberikan kesempatan audience diketahuinya
memberikan pendapatnya
Materi tentang Hidronefrosis:
Mendengarkan
35 Menit
a. Definisi Hidronefrosis
b. Penyebab Hidronefrosis
c. Tanda dan gejala Hidronefrosis
d. Pencegahan Hidronefrosis

Evaluasi kesimpulan pemberian pesan Mendengarkan dan bertanya


dan
mengucapkan
salam

15 menit

penutup/tahapan terminasi
VI.
VII.
-

Media
Evaluasi

: Power Point
: Memberikan pertanyaan kepada Ny.Toni secara lisan.

Bagaimana pencegahan penyakit Hidronefrosis?

Pembimbing

Diah Pujiastuti S. Kep . Ns

Yogyakarta, 06 Oktober 2012


Penyuluh

Windayona Hadi Prasetya

XIV. JURNAL
Hydronephrosis and renal failure following inadequate management of
neuropathic bladder in a patient with spinal cord injury
Patient Safety in Surgery 2012, 6:22 doi:10.1186/1754-9493-6-22
Published: 26 September 2012
Background
Condom catheters are indicated in spinal cord injury patients in whom intravesical
pressures during storage and voiding are safe. Unmonitored use of penile sheath
drainage can lead to serious complications.
Case report
A 32-year old, male person, sustained complete paraplegia at T-11 level in 1985. He
had been using condom catheter. Eleven years after sustaining spinal injury,
intravenous urography showed no radio-opaque calculus, normal appearances of
kidneys, ureters and bladder. Blood urea and Creatinine were within reference range.

A year later, urodynamics revealed detrusor pressure of 100 cm water when detrusor
contraction was initiated by suprapubic tapping. This patient was advised intermittent
catheterisation and take anti-cholinergic drug orally; but, he wished to continue penile
sheath drainage. Nine years later, this patient developed bilateral hydronephrosis and
renal failure. Indwelling urethral catheter drainage was established. Five months later,
ultrasound examination of urinary tract revealed normal kidneys with no evidence of
hydronephrosis.
Conclusion
Spinal cord injury patients with high intravesical pressure should not have penile
sheath drainage as these patients are at risk for developing hydronephrosis and renal
failure. Intermittent catheterisation along with antimuscarinic drug should be the
preferred option for managing neuropathic bladder.
XV.SUMBER PUSTAKA
1.

http://medicastore.com/penyakit/604/Hidronefrosis.html diakses tanggal 26

Oktober 2012
2.

http://id.scribd.com/doc/45030170/SKENARIO-B diakses tanggal 26 Oktober

2012
3.

http://id.scribd.com/doc/96413002/A3-Hidronefrosis-LP diakses tanggal 26

Oktober 2012
4. http://id.scribd.com/doc/76132504/5/Anatomi-Fisiologi-Ginjal diakses tanggal 26
Oktober 2012
5. http://www.pssjournal.com/content/6/1/22/ diakses tanggal 26 Oktober 2012
Diposkan 9th November 2012 oleh Windayona Hadi Prasetya

Anda mungkin juga menyukai