Pleno 2
Pleno 2
MABUK TIDAK
MENYELESAIKAN MASALAH
Seorang pasien laki-laki berusia 50 tahun dirujuk oleh
Puskesmas Pantoloan ke Instalasi gawat darurat RS Undata
menggunakan ambulans. Pada surat rujukan tertulis
keadaan pasien: GCS E3V5M6 dan bloody otorrhea profus
dextra dan sinistra. Menurut cerita keluarga, sekitar 1 jam
yang lalu, pasien pulang ke rumah babak belur dan
sempoyongan. Ternyata pasien dikeroyok oleh temantemannya karena tidak membayar hutang. Pasien dan
teman-temannya saat itu sedang dalam keadaan mabuk.
Setibanya di unit gawat darurat, pasien mengalami
kejang dan penuruan kesadaran. Saat diperiksa, GCS
E1V1M3, bradikardi, dan pupil anisokor, pupil kiri lebih
besar dari pupil kanan. Pasien langsung diintubasi dan
diusulkan segera melakukan CT Scan.
MABUK TIDAK
MENYELESAIKAN MASALAH
Seorang pasien laki-laki berusia 50 tahun dirujuk oleh
Puskesmas Pantoloan ke Instalasi gawat darurat RS Undata
menggunakan ambulans. Pada surat rujukan tertulis
keadaan pasien: GCS E3V5M6 dan bloody otorrhea
profus dextra dan sinistra. Menurut cerita keluarga, sekitar
Keadaan
keluarnya
1 jam yang lalu, pasien pulang
ke rumah
babak belur dan
sempoyongan. Ternyata sekret
pasien dari
dikeroyok
telingaoleh
yangtemantemannya karena tidak membayar
hutang.
berupa
darah Pasien dan
teman-temannya saat itu sedang dalam keadaan mabuk.
Setibanya di unit gawat darurat, pasien mengalami
kejang dan penuruan kesadaran. Saat diperiksa, GCS
E1V1M3, bradikardi, dan pupil anisokor, pupil kiri lebih
besar dari pupil kanan. Pasien langsung diintubasi dan
diusulkan segera melakukan CT Scan.
MABUK TIDAK
MENYELESAIKAN MASALAH
Seorang pasien laki-laki berusia 50 tahun dirujuk oleh
Puskesmas Pantoloan ke Instalasi gawat darurat RS Undata
menggunakan ambulans. Pada surat rujukan tertulis
keadaan pasien: GCS E3V5M6 dan bloody otorrhea profus
dextra dan sinistra. Menurut cerita keluarga, sekitar 1 jam
yang lalu, pasien pulang ke rumah babak belur dan
sempoyongan. Ternyata pasien dikeroyok oleh temanPerbedaan
ukuran
temannya karena tidak
membayar
hutang. Pasien dan
diameter
pupil
yang
teman-temannya saat
itu sedang
dalam
keadaan mabuk.
berbeda
lebih
dari 1cm
Setibanya di unit
gawat
darurat,
pasien mengalami
kejang dan penuruan kesadaran. Saat diperiksa, GCS
E1V1M3, bradikardi, dan pupil anisokor, pupil kiri lebih
besar dari pupil kanan. Pasien langsung diintubasi dan
diusulkan segera melakukan CT Scan.
MABUK TIDAK
MENYELESAIKAN MASALAH
Seorang pasien laki-laki berusia 50 tahun dirujuk oleh
Puskesmas Pantoloan ke Instalasi gawat darurat RS Undata
menggunakan ambulans. Pada surat rujukan tertulis
keadaan pasien: GCS E3V5M6 dan bloody otorrhea profus
dextra dan sinistra. Menurut cerita keluarga, sekitar 1 jam
yang lalu, Skala
pasien
pulang
ke rumah babak belur dan
untuk
menilai
sempoyongan. Ternyata pasien dikeroyok oleh temantingkat kesadaran
temannya karena tidak membayar hutang. Pasien dan
teman-temannyaseseorang
saat itu sedang dalam keadaan mabuk.
Setibanya di unit gawat darurat, pasien mengalami
kejang dan penuruan kesadaran. Saat diperiksa, GCS
E1V1M3, bradikardi, dan pupil anisokor, pupil kiri lebih
besar dari pupil kanan. Pasien langsung diintubasi dan
diusulkan segera melakukan CT Scan.
MIND MAPING
TRAUMA
NEUROGE
NIK
Trauma
Kapitis
Fraktur
Basis
Cranii
Commusio
Cerebri
Primary
Survey
(ABC)
Transport
Secondary
Survey
Pemeriksa
an Fisik
Perawatan
Definitive
Care
Medikament
osa
Perdaraha
n
Intrakrania
l
1. Perdarahan Epidural
2. Perdarahan Subdural
3. Perdarahan
Subarachnoid
4. Perdarahan
Intracerebral
5. Perdarahan
Intraventikular
Pemriksaa
n
Pembedah
an
FRAKTUR CRANIUM
Fraktura Fossa
Cranii Anterior
Epistaxis
Rhinorrhea
cerebrospinalis
Exopthalmus
Fraktura Fossa
Cranii Media
Fraktura Fossa
Cranii Posterior
Bocornya likuor
cerebroospinalis
Keluarnya darah
dari meatus akustikus
eksternus
N. VII dan VIII dapat
cedera
N. III, IV, VI dapat
ccedera bila dinding
lateral sinus
cavernosus robek
Darah dan liquor
cerebrospinalis dapat
merembes masuk ke
dalam sinus
sphenoidalis dan
mengalir ke hidung
Darah ditemukan di
antara otot-otot dan
muncul di trigonum
posterior, dekat
processus mastoideus
Darah mengakir
keluar akibat
membrana mucosa
atap nasopharynx
robek
N. IX, X, XI dapat
cedera jika mengenai
foramen jugularis
FRAKTUR Os
PETROSUM
Fraktur basis cranii
yang mengenai
telinga tengah pada
os petrosum, os
temporale.
PENANGANAN FRAKTUR Os
PETROSUM
LAPISAN OTAK
EPIDURAL
HEMORAGIK
Perdarahan antara
dura mater dan Os
Cranii
PATOFISIOLOGI EPIDURAL
HEMORAGIK
PATOFISIOLOGI EPIDURAL
HEMORAGIK
Tekanan pada saraf ini mengakibatkan dilatasi pupil dan ptosis kelopak mata.
Tekanan pada lintasan kortikospinalis yang berjalan naik pada daerah ini,
menyebabkan kelemahan respons motorik kontralateral, refleks hiperaktif
atau sangat cepat, dan tanda babinski positif.
Dengan makin membesarnya hematoma, maka seluruh isi otak akan
terdorong kearah yang berlawanan, menyebabkan tekanan intracranial yang
besar. Timbul tanda-tanda lanjut peningkatan tekanan intracranial antara lain
kekakuan deserebrasi dan gangguan tanda-tanda vital dan fungsi pernafasan.
Karena perdarahan ini berasal dari arteri, maka darah akan terpompa terus
keluar hingga makin lama makin besar. Ketika kepala terbanting atau
terbentur mungkin penderita pingsan sebentar dan segera sadar kembali.
Dalam waktu beberapa jam , penderita akan merasakan nyeri kepala yang
progersif memberat, kemudian kesadaran berangsur menurun. Masa antara
dua penurunan kesadaran ini selama penderita sadar setelah terjadi
kecelakaan di sebut interval lucid. Fenomena lucid interval terjadi karena
cedera primer yang ringan pada Epidural hematom.
SUBDURAL
HEMORAGIK
Perdarahan antara
dura mater dan
arachnoid mater
PATOFISIOLOGI SUBDURAL
HEMORAGIK
Perdarahan dapat terjadi akibat
robeknya vena jembatan
(bridging veins) yang
menghubungkan vena di
permukaan otak dan sinus venosus
di dalam duramater atau karena
robeknya araknoidea. berpindahnya
posisi otak yang terjadi pada
trauma, dapat merobek beberapa
vena halus pada tempat di mana
menembus duramater. Perdarahan
yang besar akan menimbulkan
gejala-gejala akut menyerupai
hematoma epidural.
PENATALAKSANAAN
SUBDURAL HEMORAGIK
Sebaiknya pemberian pengobatan
dengan medikamentosa untuk
menurunkan peningkatan tekanan
intrakranial (PTIK). Seperti
pemberian manitol 0,25gr/kgBB, atau
furosemid 10 mg intravena,
dihiperventilasikan.
ARACHNOID
HEMORAGIK
Perdarahan pada
ruang
subarachnoid
PENATALAKSANAAN
ARACHNOID HEMORAGIK
Pembedahan mungkin dilakukan untuk
PENATALAKSANAAN
ARACHNOID HEMORAGIK
1
PENATALAKSANAAN
ARACHNOID HEMORAGIK
INTRACEREBRAL
HEMORAGIK
Perdarahan yang
terjadi pada
jaringan otak,
biasanya akibat
robekan pembuluh
darah yang ada
dalam jaringan
otak
PATOFISIOLOGI INTRACEREBRAL
HEMORAGIK
Etiologi:
- Trauma kepala
- Hipertensi
- Malformasi
arteri venosa
- Aneurisma
Metabolisme
anaerob
Vasodilatasi
pembuluh
darah
Impuls ke
pusat nyeri di
thalamaus
Nyeri
Pecahnya
pembuluh darah
Darah masuk
kedalam jaringan
otak
Hematom
a
Peningkatan
TIK
Gangguan aliran
darah & O2 ke
otak
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
cerebral
Fungsi otak
menurun
Kerusakan
neuromotor
ik
Refleks
menelan
menurun
Kelemahan otot
progresif
Kerusakan
mobilitas
fisik
Anoreks
ia
Ketidakseimban
gan kebutuhan
nutrisi
CONTUSIO
CEREBRI
EDEMA
CEREBRI
Adalah terjadinya
peningkatan volume
air di otak
Edema cerebri
Nyeri kepala
hebat
muntah
bradikardi
hipertensi
Penurunan
frekuensi dan
kedalaman
pernafasan
PATOFISIOLOGI CONTUSIO
CEREBRI
Gangguan
gangguan
Gangguan
Volume
pernapasan
sirkuasi
vegetatif
susunan
bertambah
kardiopulmonal
PATOFISIOLOGI EDEMA
CEREBRI
Berdasarkan Klasifikasinya
Edeme
cerebri
vasogenik
Gangguan utama
padablood brain
barrier(sawar darah-otak).
Permeabilitas sel endotel
kapiler meningkat
sehingga air dan
komponen yang terlarut
keluar dari kapiler masuk
ruangan ekstraseluler,
sehingga cairan
ekstraseluler bertambah.
Edeme
cerebri
Sitotoksik
Edeme
cerebri
Hidrostatik
Tatalaksana
Kontusio
cerebri
Perbaiki ABC
Profilaksis
antibiotik
Bidai untuk
fiksasi
Infus bertahap
Manitol jika
perdarahan
hebat
Edema cerebri
Osmotik diuretik
steroid
COMMOTIO CEREBRI
adalah trauma
kepala ringan yang
dimana terjadi
penuruanan
kesadaran kurang
dari 10 menit
PENANGANANCOMMOTIO
CEREBRI
Dirawat selama 3-5 hari untuk mengobservasi
kemungkinan terjadinya komplikasi dan
mobilisasi bertahap. Dengan memeriksa 5B
PENANGANGAN KASUS
TRAUMA
AIRWAY
Sumber
Arif, et al, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Media
Aesculapius, Jakarta
Sidharta, P. dan Mardjono, M. 2006. Neurologi Klinis Dasar.
Jakarta: Dian Rakyat.
Ariwibowo Haryo et all, 2008, Art of Therapy: Sub Ilmu Bedah.
Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press of Yogyakarta
Dr. dr A. Yuda Handaya, SpB, FINACS, 2010. Cedera atau Trauma
Kepala. Bagian Ilmu Bedah dan Laparoscopic, Malang. Jawa
Timur
Harsono, 2009. The Characteristics of Subarachnoid
Hemorrhage, Department of Neurology, Faculty of Medicine
Gadjah Mada University, Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta,
Indonesia. Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 1.
Sjamsuhidrajat, R., & Jong, D. 2013. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
III. EGC, Jakarta.
Snell, RS. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.
Edisi 6. EGC, Jakarta.
PERTANYAAN
PERTANYAAN
1. Ihwan: gambaran khas pada
perdarahan intrakranial? Dan
pembuluh darah mana saja yang
mengalami perdarahan?