Oleh:
Aprilina Kartini (N1.15.010)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dunia telah terdapat tanda tanda yang menunjukkan bahwa pada waktu
tertentu manusia sudah mengenal dan berusaha mengobati gangguan jiwa.
Pada zaman modern ini ternyata pengobatan dengan model keagamaan masih
ada di negara kita dan di negara berkembang lainnya. Secara garis besar
sejarah perkembangan keperawatan kesehatan mental, psikiatri di luar negeri
sekarang dapat dikelompokkan ke dalam priodisasi yaitu perawat sebagai
profesi dalam keperawatan, sebagai elemen inti dari semua praktek
keperawatan (Widodo, 2005)
Program kesehatan jiwa di Indonesia bermula dari program pelayanan pasien
gangguan jiwa berat (psikosis) di dalam RSJ yang boleh dikaji hanya berupa
pelayanan kuratif dengan perawat inap saja yang masih constudial bersifat
tertutup dan isolative. Hal ini disebabkan karena pelayanan kuratif dengan
perawat inap saja yang masih terbatas karena obat psikotropika belum ada,
psikoterapi belum ada, sedangkan waktu terapi belum dapat dikasihkan
sebagai okupasi terapi atau kegiatan yang bertujuan rehabilitasi, karena
biasanya tinggal di RSJ sampai meninggal (Widodo, 2005)
Menurut Harwati (2008) skizofrenia merupakan penyakit otak yang sanggup
merusak dan menganjurkan emosi, selain karena faktor genetik penyakit ini
juga bias muncul akibat tekanan darah tinggi. Gangguan menjadi masalah di
seluruh dunia. WHO tahun 2007, menyatakan paling tidak 1 dari 4 orang atau
sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya. Di Indonesia berdasarkan survey
kesehatan RT, pada setiap 1000 anggota RT terdapat 185 orang mengalami
waham
kebesaran
serta
kasus
yang
telah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Masalah Utama:
Perubahan persepsi sensori: halusinasi
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan
dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara
internal atau eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih
Halusinasi
merupakan
gangguan
persepsi
dimana
klien
2)
3)
4)
Bicara lambat
5)
Gejala klinis :
1)
Cemas
2)
Konsentrasi menurun
3)
2)
3)
4)
2. Penyebab
Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara lain
klien menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya
keterampilan berhubungan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan.
Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal
menjadi lebih dominan dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama
kelamaan kehilangan kemampuan membedakan stimulus internal dengan
stumulus eksternal. Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi.
Tanda dan gejalanya dilihat dari beberapa aspek, yaitu :
a. Aspek fisik :
1) Makan dan minum kurang
2) Tidur kurang atau terganggu
3) Penampilan diri kurang
4) Keberanian kurang
b. Aspek emosi :
3. Akibat
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga
bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan
(risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika
halusinasi sudah sampai fase ke IV, di mana klien mengalami panik dan
perilakunya
dikendalikan
Klien benar-benar
Muka merah
b.
Pandangan tajam
c.
Otot tegang
d.
e.
Berdebat
f.
C. Pohon Masalah
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Perubahan sensori perseptual: halusinasi
Isolasi sosial : menarik diri
Harga diri rendah
D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1.
2.
Masalah keperawatan
a.
b.
c.
2)
3)
Data Objektif :
1)
2)
3)
4)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Data Objektif :
1)
2)
3)
4)
Disorientasi
2.
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
c. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
1) Katakan saya tidak mau dengar
2) Menemui orang lain
3) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
4) Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak
bicara sendiri
d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara
bertahap
e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
f. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
g. Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :
a. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan
rumah):
1) Gejala halusinasi yang dialami klien
2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk memutus halusinasi
3) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
4) Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan :
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain
c. Keluarga dapat menyebutkan jenis, dosis, waktu, pemberian, manfaat dan
efek samping obat
1) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan
manfaat minum obat
2) Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
3) Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping
minum obat yang dirasakan
4) Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV
PEMBAHASAN
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam
jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau
eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih lebihan, distorsi atau
ditempat jualan mie ayam tetangganya, pasien mengatakan bahwa dirinya adalah
laki-laki, Peran diri pasien mengatakan merasa bahagia dengan keadaan dirinya,
Ideal diri pasien mengatakan dirinya berharap segera sembuh dari penyakitnya, dan
ingin kembali pulang kerumah dan berkumpul dengan keluarganya serta bisa bekerja
lagi seperti biasanya. Harga diri : Pasien mengatakan merasa senang dengan
dirinya,namun pasien sering merasa kurang berutung dan merasa malu karena belum
mendapatkan pekerjaan yang diinginkan dan layak sehingga sering diomongin oleh
tetangga dan membuat pasien merasa malu
Dari hasil pengkajian data yang didapat adalah alam sehari pasien sering sekali
mendengarkan bisikan-bisikan. Dalam sehari pasien sering sekali mendengarkan
bisikan-bisikan tersebut waktunya malam hari, kata-kata yang dibisikan adalah
bahwa pasien tidak berguna karena dari tamat dari SMA sampai sekarang belum
mendapatkan pekerjaan yang diinginkan dan layak, dari data bobjektif data yang
didapat adalah pasien tampak menceritakan dengan semangat dan sesekali pasien
memegang telinga mempraktekan saat dibisikan suara-suarra pasien kooperatif dan
dapat mempertahankan kontak mata
Intervensi yang dilakukan adalah dengan 4 sp yaitu sp ke-1 Mendiskusikan jenis
halusinasi pasien, mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi
dengan menghardik, mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi
dengan menghardik, dan bercakap-cakap dengan orang lain, Mengevaluasi
kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan menghardik, bercakapcakap, kegiatan teratur.
Setelah dilakukan intervensi, didapatkan evaluasi hari pertama Pasien mengatakan
senang karena dapat berbagi cerita, Pasien mampu mengenal halusinasi dan
mempraktikkan cara menghardik, Halusinasi pasien masih ada.dan planning untuk
pasien adalah latihan menghardik dua kali sehari yaitu pukul 07.00 dan 20.00.
Evaluasi hari kedua diapatkan Pasien mengatakan senang karena mengetahui cara
mengontrol halusinasi, Pasien mampu mengetahui manfaat bercakap cakap dan
melakukan kegiatan harian saat halusinas Halusinasi masih ada
planning yang
didapat adalah latihan bercakap cakap saat halusinasi dua kali sehari pukul 08.00
dan 11.00. Dan hari evaluasi hari ke-3 adalah Pasien mengatakan senang karena
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam
jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal
atau eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih lebihan, distorsi
atau kelainan berespon terhadap semua stimulus (Towsend, 2003). Halusinasi
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi Ana. 2000. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi I. Jakarta : EGC
Keliat BA. 2000. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta :
FIK UI
Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Bandung :
RSJP Bandung