Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


PADA TN. F DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN
DIRUANG VI GATOTO KOCO RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO

Oleh:
Aprilina Kartini (N1.15.010)

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dunia telah terdapat tanda tanda yang menunjukkan bahwa pada waktu
tertentu manusia sudah mengenal dan berusaha mengobati gangguan jiwa.
Pada zaman modern ini ternyata pengobatan dengan model keagamaan masih
ada di negara kita dan di negara berkembang lainnya. Secara garis besar
sejarah perkembangan keperawatan kesehatan mental, psikiatri di luar negeri
sekarang dapat dikelompokkan ke dalam priodisasi yaitu perawat sebagai
profesi dalam keperawatan, sebagai elemen inti dari semua praktek
keperawatan (Widodo, 2005)
Program kesehatan jiwa di Indonesia bermula dari program pelayanan pasien
gangguan jiwa berat (psikosis) di dalam RSJ yang boleh dikaji hanya berupa
pelayanan kuratif dengan perawat inap saja yang masih constudial bersifat
tertutup dan isolative. Hal ini disebabkan karena pelayanan kuratif dengan
perawat inap saja yang masih terbatas karena obat psikotropika belum ada,
psikoterapi belum ada, sedangkan waktu terapi belum dapat dikasihkan
sebagai okupasi terapi atau kegiatan yang bertujuan rehabilitasi, karena
biasanya tinggal di RSJ sampai meninggal (Widodo, 2005)
Menurut Harwati (2008) skizofrenia merupakan penyakit otak yang sanggup
merusak dan menganjurkan emosi, selain karena faktor genetik penyakit ini
juga bias muncul akibat tekanan darah tinggi. Gangguan menjadi masalah di
seluruh dunia. WHO tahun 2007, menyatakan paling tidak 1 dari 4 orang atau
sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya. Di Indonesia berdasarkan survey
kesehatan RT, pada setiap 1000 anggota RT terdapat 185 orang mengalami

gangguan terkait masalah kejiwaan. Jumlah penderita skizofrenia di


Indonesia adalah 3,5 per 1000. Penduduk mayoritas penderita berada di kom
besar. Ini terkait dengan tingginya stress yang muncul di daerah perkotaan
(Halwan, 2007).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang

waham

kebesaran

serta

kasus

yang

telah

diaplikasikan dalam asuhan keperawatan jiwa.


2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui masalah utama
b. Mengetahui proses terjadinya masalah
c. Mengetahui pohon masalah
d. Mengetahui masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
e. Mengetahui diagnosa keperawatan
f. Mengetahui rencana tindakan keperawatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Masalah Utama:
Perubahan persepsi sensori: halusinasi
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan
dalam jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara
internal atau eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih

lebihan, distorsi atau kelainan berespon terhadap semua stimulus (Towsend,


2003).

Halusinasi

merupakan

gangguan

persepsi

dimana

klien

mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan


panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 2003).
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana
terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik. Individu yang mengalami
halusinasi seringkali beranggapan sumber atau penyebab halusinasi itu
berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah
kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik
sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan
oleh orang yang diicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran
dan perasaannya sendiri. (Budi Anna Keliat, 2000)
Jadi dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa ada
rangsangan dari luar.
Tanda dan Gejala:
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau
berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah,
melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari
pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar
atau dirasakan).
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi:
a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis :
1)

Menyeriangai / tertawa tidak sesuai

2)

Menggerakkan bibir tanpa bicara

3)

Gerakan mata cepat

4)

Bicara lambat

5)

Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan

Gejala klinis :
1)

Cemas

2)

Konsentrasi menurun

3)

Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata

c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan


Gejala klinis :
1) Cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk)
d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis :
1)

Pasien mengikuti halusinasi

2)

Tidak mampu mengendalikan diri

3)

Tidak mamapu mengikuti perintah nyata

4)

Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Budi Anna


Keliat, 1999).

2. Penyebab
Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara lain
klien menarik diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya
keterampilan berhubungan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan.
Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya. Stimulus internal
menjadi lebih dominan dibandingkan stimulus eksternal. Klien lama
kelamaan kehilangan kemampuan membedakan stimulus internal dengan
stumulus eksternal. Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi.
Tanda dan gejalanya dilihat dari beberapa aspek, yaitu :
a. Aspek fisik :
1) Makan dan minum kurang
2) Tidur kurang atau terganggu
3) Penampilan diri kurang
4) Keberanian kurang
b. Aspek emosi :

1) Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil


2) Merasa malu, bersalah
3) Mudah panik dan tiba-tiba marah
c. Aspek sosial
1) Duduk menyendiri
2) Selalu tunduk
3) Tampak melamun
4) Tidak peduli lingkungan
5) Menghindar dari orang lain
6) Tergantung dari orang lain
d. Aspek intelektual
1) Putus asa
2) Merasa sendiri, tidak ada sokongan
3) Kurang percaya diri

3. Akibat
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga
bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan
(risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika
halusinasi sudah sampai fase ke IV, di mana klien mengalami panik dan
perilakunya

dikendalikan

oleh isi halusinasinya.

Klien benar-benar

kehilangan kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi


ini klien dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak
lingkungan.
Tanda dan gejala:
a.

Muka merah

b.

Pandangan tajam

c.

Otot tegang

d.

Nada suara tinggi

e.

Berdebat

f.

Sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas


makanan, memukul jika tidak senang.

C. Pohon Masalah
Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Perubahan sensori perseptual: halusinasi
Isolasi sosial : menarik diri
Harga diri rendah
D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
1.

2.

Masalah keperawatan
a.

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

b.

Perubahan sensori perseptual : halusinasi

c.

Isolasi sosial : menarik diri


Data yang perlu dikaji

a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan


Data Subyektif :
1)

Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

2)

Klien suka membentak dan menyerang orang yang


mengusiknya jika sedang kesal atau marah.

3)

Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif :
1)

Mata merah, wajah agak merah.

2)

Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,


menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.

3)

Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan


tajam.

4)

Merusak dan melempar barang-barang.

b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi


Data Subjektif :
1)

Klien mengatakan mendengar bunyi yang


tidak berhubungan dengan stimulus nyata

2)

Klien mengatakan melihat gambaran tanpa


ada stimulus yang nyata

3)

Klien mengatakan mencium bau tanpa


stimulus

4)

Klien merasa makan sesuatu

5)

Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya

6)

Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang


dilihat dan didengar

7)

Klien ingin memukul/melempar barangbarang

Data Objektif :
1)

Klien berbicara dan tertawa sendiri

2)

Klien bersikap seperti mendengar/melihat


sesuatu

3)

Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk


mendengarkan sesuatu

4)

Disorientasi

c. Isolasi sosial : menarik diri


Data Subyektif :
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
Data Obyektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi
sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada
saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan
E. Diagnosa Keperawatan
1.

Perubahan sensori persepsi : halusinasi

2.

Isolasi sosial : menarik diri

F. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya


Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
a. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
b. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan
tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah
ada teman bicara
c. Bantu klien mengenal halusinasinya
1) Tanyakan apakah ada suara yang didengar
2) Apa yang dikatakan halusinasinya
3) Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat
sendiri tidak mendengarnya.
4) Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
5) Katakan bahwa perawat akan membantu klien
d. Diskusikan dengan klien :
1) Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
2) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
e. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah,
takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)

b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
c. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
1) Katakan saya tidak mau dengar
2) Menemui orang lain
3) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
4) Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak
bicara sendiri
d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara
bertahap
e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
f. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
g. Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :
a. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan
rumah):
1) Gejala halusinasi yang dialami klien
2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk memutus halusinasi
3) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
4) Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan :
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain
c. Keluarga dapat menyebutkan jenis, dosis, waktu, pemberian, manfaat dan
efek samping obat
1) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan
manfaat minum obat
2) Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
3) Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping
minum obat yang dirasakan
4) Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
5) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.

Diagnosa II : isolasi sosial


Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.
b. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
c. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
a. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
2) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
lain
3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.

b. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan


orang lain
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
2) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
Tindakan :
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap :
KP
K P P lain
K P P lain K lain
K Kel/Klp/Masy
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang
lain
Tindakan :
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :

a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :


1) Salam, perkenalan diri
2) Jelaskan tujuan
3) Buat kontrak
4) Eksplorasi perasaan klien
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
1) Perilaku menarik diri
2) Penyebab perilaku menarik diri
3) Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
4) Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
c. Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
d. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien
minimal satu kali seminggu
e. Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga
7. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan :
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat
minum obat
b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping
minum obat yang dirasakan
d. Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
e. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

BAB IV
PEMBAHASAN
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam
jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal atau
eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih lebihan, distorsi atau

kelainan berespon terhadap semua stimulus (Towsend, 2003). Halusinasi merupakan


gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 2003
Tanda dan Gejala pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering
didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum
atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah,
melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien
sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau
dirasakan).
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (risiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah
sampai fase ke IV, di mana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh
isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian realitas
terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan bunuh diri, membunuh
orang lain bahkan merusak lingkungan.
Kurang lebih 1 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien sulit tidur, gelisah, sering
mengamuk , pasien juga sering mendengarkan mendengarkan bisikan-bisikan. Dalam
sehari pasien sering sekali mendengarkan bisikan-bisikan tersebut waktunya malam
hari, kata-kata yang dibisikan adalah bahwa pasien tidak berguna karena dari tamat
dari SMA sampai sekarang belum mendapatkan pekerjaan yang diinginkan dan
layak.
Pasien belum pernah masuk RSJD, pasien tinggal serumah dengan ibu, bapak, 2
saudara perempuannya .Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
dan pasien tidak pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan. Pasien tidak mengalami hambatan tumbuh kembang.
Konsep diri pasien Gambaran diri atau citra tubuh pasien mengatakan tidak ada yang
tidak disukai dari anggota tubuhnya, Identitas diri pasien adalah anak ke-4 dari 6
bersaudara, pasien berusia 32 tahun. Berasal dari kendal tepatnya diWeleri, belum
menikah dan sebelum masuk RSJ pasien bekerja sebagai tuakang bantu-bantu

ditempat jualan mie ayam tetangganya, pasien mengatakan bahwa dirinya adalah
laki-laki, Peran diri pasien mengatakan merasa bahagia dengan keadaan dirinya,
Ideal diri pasien mengatakan dirinya berharap segera sembuh dari penyakitnya, dan
ingin kembali pulang kerumah dan berkumpul dengan keluarganya serta bisa bekerja
lagi seperti biasanya. Harga diri : Pasien mengatakan merasa senang dengan
dirinya,namun pasien sering merasa kurang berutung dan merasa malu karena belum
mendapatkan pekerjaan yang diinginkan dan layak sehingga sering diomongin oleh
tetangga dan membuat pasien merasa malu
Dari hasil pengkajian data yang didapat adalah alam sehari pasien sering sekali
mendengarkan bisikan-bisikan. Dalam sehari pasien sering sekali mendengarkan
bisikan-bisikan tersebut waktunya malam hari, kata-kata yang dibisikan adalah
bahwa pasien tidak berguna karena dari tamat dari SMA sampai sekarang belum
mendapatkan pekerjaan yang diinginkan dan layak, dari data bobjektif data yang
didapat adalah pasien tampak menceritakan dengan semangat dan sesekali pasien
memegang telinga mempraktekan saat dibisikan suara-suarra pasien kooperatif dan
dapat mempertahankan kontak mata
Intervensi yang dilakukan adalah dengan 4 sp yaitu sp ke-1 Mendiskusikan jenis
halusinasi pasien, mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi
dengan menghardik, mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi
dengan menghardik, dan bercakap-cakap dengan orang lain, Mengevaluasi
kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan menghardik, bercakapcakap, kegiatan teratur.
Setelah dilakukan intervensi, didapatkan evaluasi hari pertama Pasien mengatakan
senang karena dapat berbagi cerita, Pasien mampu mengenal halusinasi dan
mempraktikkan cara menghardik, Halusinasi pasien masih ada.dan planning untuk
pasien adalah latihan menghardik dua kali sehari yaitu pukul 07.00 dan 20.00.
Evaluasi hari kedua diapatkan Pasien mengatakan senang karena mengetahui cara
mengontrol halusinasi, Pasien mampu mengetahui manfaat bercakap cakap dan
melakukan kegiatan harian saat halusinas Halusinasi masih ada

planning yang

didapat adalah latihan bercakap cakap saat halusinasi dua kali sehari pukul 08.00
dan 11.00. Dan hari evaluasi hari ke-3 adalah Pasien mengatakan senang karena

mengetahui cara mengontrol halusinasi.Pasien mampu mengetahui manfaat bercakap


cakap dan melakukan kegiatan harian saat halusinasi Halusinasi masih ada
Planning yang direncanakan adalah latihan bercakap cakap saat halusinasi dua kali
sehari pukul 08.00 dan 11.00. Latihan melakukan kegiatan harian saat halusinasi dua
kali sehari pukul 07.00 dan 20.00

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam
jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat (yang diprakarsai secara internal
atau eksternal) disertai dengan suatu pengurangan, berlebih lebihan, distorsi
atau kelainan berespon terhadap semua stimulus (Towsend, 2003). Halusinasi

merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang


sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan
dari luar (Maramis, 2003).
Tanda dan Gejala pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering
didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu,
tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang
lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga
keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang
dilihat, didengar atau dirasakan).
Intervensi yang dilakukan adalah dengan 4 sp yaitu sp ke-1 Mendiskusikan jenis
halusinasi pasien, mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol
halusinasi dengan menghardik, mengevaluasi kemampuan pasien dalam
mengontrol halusinasi dengan menghardik, dan bercakap-cakap dengan orang
lain, Mengevaluasi kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi dengan
menghardik, bercakap-cakap, kegiatan teratur.
B. Saran
Bermutu atau tidaknya pelayanan Keperawatan di suatu Rumah Sakit sangat
bergantung pada kerjasama antar Perawat itu sendiri. Apabila tidak adanya suatu
hubungan yang baik antara sesama anggota dan klien maka akan sulit
membangun kepercayaan masyarakat dalam Asuhan Keperawatan yang
diberikan. Agar kinerja dalam keperawatan berjalan dengan efektif maka
seorang perawat juga perlu memahami setiap karakter yang berbeda dari setiap
klien. Selain dapat memberikan hasil kerja yang terbaik, dalam memberikan
Asuhan Keperawatan juga dapat dilakukan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi Ana. 2000. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi I. Jakarta : EGC
Keliat BA. 2000. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta :
FIK UI

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Bandung :
RSJP Bandung

Anda mungkin juga menyukai