Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
SKENARIO 2
BLOK REPRODUKSI
KEHAMILAN
KELOMPOK A 6
Ketua
: Inez Talitha
(1102013134)
Sekretaris
Anggota
(1102012028)
Ayu Mulyalestari
(1102012037)
Khalida Handayacita
(1102012140)
(1102013002)
(1102013005)
(1102013034)
(1102013043)
(1102013149)
SKENARIO 2
KEHAMILAN
Seorang pasien 27 tahun G1P1A0HO datang ke RSUD pada 12 September 2014 dengan
keluhan keluar air-air yang banyak dari kemaluan sejak 8 jam yang lalu tanppa disertai mules.
Pasien mengaku HPHT nya 15 Desember 2013. Paiesn belum pernah memeriksa
kehamilannya. Dari pemeriksaan fisik didapatkan satus generalis dalam batas normal, hanya
konjungtiva yang ditemukan anemis. Pada palpasi abdomen didapatkan tinggi fundus uteri
32cm, his masih hilang timbul. Dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan porsio lunak.
Medial, pembukaan 1-2cm, selaput ketuban (-), sisa jernih, kepala H1-2. Pada pemeriksaan
laboratorium darah rutin didapatkan Hb 9,2 gr%. Direncanakan dilakukan induksi persalinan.
2. His
3. H 1 2
panggul
4. Selaput Ketuban
5. Induksi Persalinan
adanya
PERTANYAAN
1. Faktor apa yang mempengaruhi induksi persalinan?
2
HIPOTESIS
Relaxin
Oksitosin&Prostaglandi
n
Anemia
Terjadinya hemodilusi
Berkurangnya asam folat
- Berkurangnya nutrisi & zat
Fe
3
- Fisiologis
- Perdarahan akut
Porsio
Lunak
His
Hodge 1-2
Ketuban Pecah
Induksi Peralinan
Untuk membuahi sebuah ovum, sebuah sperma mula-mula harus melewati korona
radiata dan zona pelusida. Enzim-enzim akrosom, yang terpajan saat membran
akrosom rusak saat sperma berkontak dengan korona radiata, memungkinkan sperma
membuat terowongan menembus sawar-sawar protektif tersebut. Sperma pertama
yang mencapai ovum itu sendiri berfusi dengan membran plasma ovum, memicu
suatu perubahan kimiawi di membran yang mengelilingi ovum sehingga lapisan ini
tidak lagi dapat ditembus sperma lain (Fenomena Black To Polyspermy).
Kepala sperma yang berfusi tertarik dan ekor lenyap. Penetrasi sperma ke dalam
sitoplasma memicu pembelahan meiosis akhir oosit sekunder. Nucleus sperma dan
ovum menyatu membentuk zigot lalu menjadi morula dan masuk uterus setelah uterus
sudah bisa dimasuki oleh morula, lalu manjadi blastokista dan terjadi implantasi di
dinding endometrium.
Fertilisasi berlangsung di oviduktus ketika telur yang dilepaskan dan sperma yang
diletakkan di vagina bertemu di tempat ini. Ovum yang telah dibuahi mulai membelah
diri secara mitosis. Dalam waktu seminggu ovum tumbuh dan berdiferensiasi menjadi
sebuah blastokista yang dapat melakukan implantasi. Sementara itu, endometrium
telah mengalami peningkatan vaskularisasi dan dipenuhi oleh simpanan glikogen di
bawah pengaruh progesterone fase luteal. Blastokista terbenam di lapisan yang telah
dipersiapkan tersebut melalui kerja enzim-enzim yang dikeluarkan oleh lapisan luar
blastokista. Enzim ini mencernakan jaringan endometrium kaya nutrient,
melaksanakan dua fungsi yaitu membuat lubang di endometrium untuk implantasi
blastokista sementara pada saat yang sama membebaskan nutrient dari sel
endometrium agar dapat digunakan oleh mudigah yang sedang berkembang.
IMPLANTASI
6
Ovum yang sudah dibuahi membelah dengan cepat selama perjalannya dalam tuba
falopii.
Bila kelompok sel yang dsebut sebagai morula mencapai cavum uteri maka
terbentuklah inner cell mass.
Pada stadium Blastosis , mass tersebut di bungkus dengan sel trofoblas primitif.
Didalam sel tersebut terjadi produksi hormon secara aktif sejak awal kehamilan dan
juga membentuk EPF (early pregnancy factor ) yang mencegah rejeksi hasil
konsepsi .
Pada stadium ini, zygote harus mengadakan implantasi untuk memperoleh nutrisi dan
oksigen yang memadai. Terjadi perkembangan inner cell mass kedalam lapisan
ektodermal dan endodermal. Diantara kedua lapisan tersebut terbentuk lapisan
mesodermal yang akan tumbuh keluar untuk membentuk mesoderm ekstra embrionik.
Pada stadium ini terbentuk 2 rongga yaitu yolc sac dan cavum amnion. Kantung
amnion berasal dari ektoderm dan yolc sac dari endoderm. Pada stadium ini, cavum
amnion masih amat kecil.
PLASENTASI
Villi terdapat di seluruh permukaan blastosis. Dengan demikian membesarnya
blastosis, desidua superfisial (desidua kapsularis) akan tertekan dan kehamilan akan
semakin mengembang ke arah dalam cavum uteri.
10
11
Struktur dan hubungan villi terminalis dapat dipelajari dengan melihat gambar
penampangnya. Dengan semakin lajutnya kehamilan, hubungan antara vaskularisasi
trofoblas dan maternal menjadi semakin erat. Trofoblas mengalami migrasi kedalam
arteri spiralis maternal yang berasal dari ruang intervillous
Perubahan fisiologi yang berakibat dilatasi arteri maternal 1/3 bagian dalam
miometrium. Perubahan ini berakibat konversi pasokan darah uteroplasenta kedalam
vaskularisasi yang bersifat low resistance high flow vascular bed yang diperlukan
untuk tumbuh kembang janin intra uterin.
12
1.2.
Uterus/Rahim
Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat pertumbuhan isi hasil
pembuahan dalam rahim (intrauterin). Estrogen menyebabkan hiperplasi jaringan,
progesterone berperan untuk elastisitas / kelenturan uterus.
kehamilan 20 minggu
kehamilan 24 minggu
kehamilan 28 minggu
kehamilan 32 minggu
36-42 minggu
Sistem gastrointestinal
Estrogen dan hCG meningkat dengan efek samping mual dan muntah-muntah, selain
itu terjadi juga perubahan peristaltik dengan gejala sering kembung, konstipasi (susah
BAB), lebih sering lapar / perasaan ingin makan terus (mengidam), juga terjadi
peningkatan asam lambung. Pada keadaan patologik tertentu dapat terjadi muntahmuntah banyak sampai lebihdari 10 kali per hari (hiperemesis gravidarum).
Kulit
Peningkatan aktifitas melanophore stimulating hormone menyebabkan perubahan
berupa hiperpigmentasi pada wajah (kloasma gravidarum), payudara, striae lividae
pada perut, dsb. Terdapat linea nigra dibagian perut.
Fisiologi Janin
Organ
Pembentukan hidung, dagu, palatum, dan tonjolan paru. Jari-jari telah
berbentuk, namun masih tergenggam. Jantung telah terbentuk penuh
Mata tampak pada muka. Pembentukan alis dan lidah
Mirip bentuk manusia, melalui pembentukan genital eksterna.
Sirkulasi melalui tali pusat dimulai. Tulang mulai terbentuk
Kepala meliputi separuh besar janin, terbentuk muka janin ; kelopak
mata terbentuk namun tak akan membuka sampai 28 minggu
Janin berukuran 15 cm. ini merupakan awal dari trimester ke-2. Kulit
janin masih transparan, telah mulai tumbuh lanugo(rambut janin).
16
17-24
25-28
29-32
33-36
38-40
Janin bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban. Telah
terbentuk meconium (feses) dalam usus. Jantung berdenyut 120150/menit
Komponen mata terbentuk penuh,juga sidik jari.seluruh tubuh diliputi
oleh verniks kaseosa (lemak). Janin mempunyai reflex
Saat ini disebut permulaan trimester ke-3, dimana terdapat
perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan gerakan
dan fungsi tubuh, mata sudah membuka. Kelangsungan hidup pada
periode ini sangat sulit bila lahir
Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup (50-70%). Tulang
telah terbentuk sempurna, gerakan nafas telah regular,suhu relative
stabil
Berat janin 1500-2500 gram. Bulu kulit janin (lanugo) mulai
berkurang.pada saat 35 minggu paru telah matur. Janin akan dapat
hidup tanpa kesulitan.
Sejak 38 minggu kehamilan disebut atrem, dimana bayi akan meliputi
seluruh uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi masih dalam batas
normal
Pembentukan germ
Ektoderm : membentuk keseluruhan sistem saraf,indera khusus,kulit dan beberapa
kelenjar endokrin
Mesoderm : membentuk sistem rangka, sistem urinaria, sistem sirkulasi, dan sistem
reproduksi
Endoderm : membentuk saluran cerna dan pernafasan serta bagian2 sistem reproduksi
Pembentukan membran janin (ekstra-embrionik) :
lapisan2 sel yang tidak bergabung dalam tubuh embrio.Fungsinya melindungi &
memberi nutrisi embrio dan janin yg sedang berkembang
Plasenta
17
Berasal dari penggabungan vili chorionik dan endometrium uterus. Plasenta berperan
dalam fungsi pencernaan, pernafasan, ekskretori, dan fungsi metabolik, serta
merupakan organ endokrin
C Tahap Perkembangan Janin (akhir minggu ke-8 trimester 1/minggu pertama-12 dan
berlanjut hingga partus) semua sistem tubuh terbentuk setelah minggu ke-8
Sistem kardiovaskular
18
Tali pusat terdiri dari satu vena dan 2 arteri. Vena ini menyalurkan oksigen dan
makanan dari plasenta ke janin. Sebaliknya, kedua arteri menjadi pembuluh balik
yang menyalurkan darah kea rah plasenta untuk dibersihkan dari sisa metabolisme.
Perjalanan darah dari plasenta melalui vena umbilical adalah sebagai berikut. Setalah
melewati dinding abdomen, pembuluh vena umbilical mengarah ke atas menuju hati,
membagi menjadi 2, yaitu sinus porta ke kanan- memasok darah ke hati- dan ductus
venosus yang berdiameter lebih besar, akan bergabung dengan vena cava inferior
masuk ke atrium kanan. Darah yang masuk ke jantung kanan ini mempunyai kadar
oksigen seperti arteri meski bercampur sedikit dengan darah dari vena kava.
Darah ini akan langsung menyemprot melalui foramen ovale pada septum , masuk ke
atrium kiri dan selanjutnya melalui ventrikel kiriakan menuju aorta dan seluruh tubuh.
Darah yang berisi banyak oksigen itu terutama akan memperdarahi organ vital jantung
dan otak.
Adanya krista dividens sebagai pembatas pada vena cava memungkinkan sebagian
besar darah bersih dariduktus venosus langsung akan mengalir kearah foramen ovale.
Sebaliknya, sebgaian kecilakan mengalir ke ventrikel kanan.
Darah dari ventrikel kanan akan mengalir kearah paru. Karena paru belum
berkembang, sebagain besar darah dari jantung kanan melalui arteri pulmonalis akan
dialirkan ke aorta melalui suatu pembuluh ductus arteriosus. Darah itu akan
bergabung di aorta desending, bercampur dengan darah bersih yang akan dialirkan ke
seluruh tubuh
Setelah bayi lahir, semua pembuluh umbilical, ductus venosus, dan ductus arteriosus
akan mengerut. Pada saat lahir akan terjadi perubahan sirkulasi, dimana terjadi
pengembangan paru dan penyempitan tali pusat. Akibat peningkatan kadar oksigen
pada sirkulasi paru dan vena pulmonalis, ductus arteriosus akan menutup dalam 3 hari
dan total pada minggu ke-2. Pada situasi diamana kadar oksigen kurang yaitu pada
gagal nafas, ductus akan relative membuka.
Sistem respirasi
Gerakan napas janin telah dapat dilihat sejak kehamilan 12 minggu dan pada 34
minggu secara regular gerakan nafas adalah 40-60/menit dan diantara jeda adalah
periode apnea. Cairan ketuban akan masuk sampai bronkioli, sementara didalam
alveolus terdapat cairan alveoli. Gerakna napas janin dirangsang oleh kondisi
hiperkapnia dan penigkatan kadar glukosa. Sebaliknya, kondisi hipoksia akan
menurunkan frekuensi napas. Pada aterm normal, gerak nafas akan berkurang dan
dapat apnea selama 2jam. Alveoli terdiri atas dua lapis sel epitel yang mengandung sel
tipe I dan II. Sel tipe II membuat skresi fosfolipid suatu surfaktan yang penting untuk
fungsi pengembangan nafas. Surfaktan yang utam ialah sfinngomielin dan lesitin serta
fosfatidil gliserol. Produksi sfingomielin dan fosfatidil gliserol akan memuncak pada
32 minggu,sekalipun sudah dihasilkan sejak 24 minggu.
Sistem saraf
19
Sistem ginjal
Pada 22 minggu akan tampak pembentukan kopuskel ginjal di zona
jukstaglomerularis yang berfungsi filtrasi. Ginjal terbentuk sempurna pada minggu
ke-36. Pada janin hanya 2% dari curah jantung mengalir ke ginjal, mengingat
sebagian besar sisa metabolism dialirkan ke plasenta. Sementara itu, tubuli juga
mampu filtrasi sebelum glomerulus berfungsi penuh. Urin janin menyumbang cukup
banyak pada volume cairan amnion.bila terdapat kondisi oligohiromion itu merupakan
pertanda penuruna fungsi ginjal atau kelainan sirkulasi.
Sistem gastrointestinal
Pada 26 minggu enzim sudah terbentuk meskipun amilasi baru nyata pada periode
neonatal. Janin meminum air ketuban dan akan tampak gerakan peristaltik usus.
Protein dan cairan amnion yang ditelan akan menghasilkan meconium didalam usus.
Meconium ini akan tetap tersimpan sampai partus, kecuali pada kondisi hipoksia dan
stress, akan tampak cairan amnion bercampur meconium.
Pembentukan kelamin
Kelamin janin sudah ditentukan sejak konsepsi. Apabila terdapat kromosom Y , akan
terbentuk testis. Selbenih primordial yang berasal dari yolk sac bermigrasi ke lekukan
bakal gonad. Perkembangan testis diatur oleh gen testis determinating factor(TDF)
atau disebut sex determining region(SRY). Sel sertoli pada testis mengeluarkan zat
mullerian inhibiting substance yang berfungsi represi ductus muller. Testosterone
diproduksi oleh testis akibat rangsangan HCG dan LH. Sebaliknya ,apabila tidak
terdapat testis , akan terbentuk gonad dan fenotip perempuan. Pada kondisi janin
perempuan, akibat terpapar androgen berlebihan, akan timbul genital ambiguitas;
misalnya pada hyperplasia adrenal, luteoma,arenoblastoma atau ibu memakai steroid.
2. Memahami dan Menjelaskan Anemia pada Ibu Hamil
2.1.
Klasifikasi Anemia Terhadap
Kehamilan
KLASIFIKASI
a
defisiensi besi, maka suplai ke sumsum tulang juga berkurang sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan basal produksi Hb. Hal ini menyebabkan setiap sel darah merah
yang terbentuk mengandung sedikit Hb sehingga menjadi mikrositosis dan hipokrom.
Proliferasi prekursor eritroid juga terhambat pada saat defisiensi besi.
Keperluan besi bertambah dalam kehamilan terutama dalam trimester terakhir.
Apabila masuknya besi tidak ditambah dalam kehamilan maka mudah terjadi
defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar. Lagi pula di daerah khatulistiwa
besi lebih banyak ke luar melalui air peluh dan kulit. Di Indonesia asupan besi per hari
untuk wanita tidak hamil (12 mg), wanita hamil (17 mg), wanita menyusui (17 mg).
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak.
Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasi.
Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat menyebabkan abortus,
dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan postpartum,
dan infeksi. Walaupun bayi yang dilahirkan tidak menunjukkan Hb yang rendah,
namun cadangan besinya kurang sehingga beberapa bulan kemudian tampak sebagai
anemia infantum.
Anemia Megablostik
Disebabkan karena defisiensi asam folat, jarang sekali karena defisiensi vitamin B12.
Diagnosis dibuat bila ditemukan megaloblas atau promegaloblas dalam darah atau
sumsum tulang. Sifat khas sebagai anemia makrositer dan hiperkrom tidak selalu
dijumpai kecuali anemia berat. Seringkali anemia bersifat normositer dan normokrom
karena defisiensi asam folat sering berdampingan dengan defisiensi besi dalam
kehamilan. Perubahan-perubahan dalam leukopoesis seperti metamielosit datia dan sel
batang datia yang kadang-kadang disertai vakuolisasi dan hipersegmentasi granulosit,
terjadi lebih dini pada defisiensi asam folat dan vitamin B12 bahkan sebelum terdapat
megaloblastosis. Diagnosis pasti baru dapat dibuat dengan percobaan penyerapan dan
pengeluaran asam folik. Pada pengobatan percobaan asam folat menunjukkan naiknya
jumlah retikulosit dan kadar Hb.
Pada anemia ini, terjadi hambatan sintesis DNA menyebabkan pertumbuhan sel yang
tidak seimbang. Namun ketika pembelahan sel terhambat, sintesis RNA tidak
terpengaruh. Hasilnya adalah komponen sitoplasma terutama hemoglobin disintesis
dalam jumlah berlebihan selama penundaan pembelahan sel. Akhirnya terjadi
peningkatan dalam ukuran sel.
Anemia megaloblastik dalam kehamilan umumnya mempunyai prognosis yang cukup
baik. Pengobatan dengan asam folat hampir selalu berhasil. Apabila penderita
21
mencapai masa nifas dengan selamat dengan atau tanpa pengobatan maka anemianya
akan sembuh dan tidak akan timbul lagi. Hal ini disebabkan karena dengan lahirnya
anak keperluan akan asam folik jauh berkurang. Sebaliknya anemia pernisiosa
memerlukan pengobatan terus-menerus juga di luar kehamilan. Anemia megaloblastik
dalam kehamilan yang berat tidak diobati mempunyai prognosis kurang baik. Angka
kematian bagi ibu mendekati 50% dan anak 90%.
c
Anemia Hipoplastik
Disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
Sumsum tulang bersifat normoblastik dengan hipoplasia eritropoesis yang nyata.
Dapat disebabkan karena kerusakan sumsum tulang, defisiensi besi, atau stimulus
eritropoetin yang inadekuat. Hal terakhir dapat disebabkan karena supresi EPO oleh
sitokin misalnya IL-1, gangguan fungsi ginjal, atau penurunan kebutuhan O2 jaringan
akibat penyakit metabolik seperti hipotiroid. Perbandingan mielosit : eritrosit yang
diluar kehamilan 5 : 1 dan kehamilan 3 : 1 atau 2 : 1 berubah menjadi 10 : 1 atau 20 :
1. Ciri lain ialah bahwa pengobatan dengan segala macam obat penambah darah tidak
memberi hasil. Satu-satunya cara memperbaiki keadaan penderita adalah transfusi
darah yang sering perlu diulang sampai beberapa kali.
Biasanya anemia hipoplastik karena kehamilan apabila selamat mencapai masa nifas
akan sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan berikutnya biasanya wanita
menderita anemia hipoplastik lagi. Pada kondisi yang berat jika tidak diobati
mempunyai prognosis yang buruk bagi ibu maupun anak.
Anemia Hemolitik
Pada anemia ini terjadi penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari
pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil
maka anemia menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin bahwa kehamilan
menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia.
Gejala-gejala yang lazim dijumpai ialah gejala proses hemolitik seperti anemia,
hemoglobinemia, hemoglobinuria, hiperbilirubinemia, hiperurobilinuria, dan
sterkobilin lebih banyak dalam feses. Disamping itu terdapat tanda regenerasi darah
seperti retikulositosis dan normoblastemia serta hiperplasia eritropoesis sumsum
tulang. Pada hemolisis yang berlangsung lama dijumpai pembesaran limpa dan pada
kasus herediter kadang disertai kelainan radiologis pada tengkorak dan tulang lain.
Perbandingan mielosit:eritrosit biasanya 3 : 1 atau 2 : 1 dalam kehamilan berubah
menjadi 1 : 1 atau 1 : 2. Frekuensi pada kehamilan tidak tinggi, biasanya terjadi pada
sel sabit dan thalasemia.
TATALAKSANA
22
Anemia ini adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah.
Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam
laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
a
b
Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat
atau Na-fero bisirat
Terapi Parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan zat besi per oral,
dan adanya gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan atau masa
kehamilannya tua (Wiknjosastro, 2002). Pemberian preparat parenteral dengan ferum
dextran sebanyak 1000 mg (20 mg) intravena atau 2 x 10 ml/ IM pada gluteus, dapat
meningkatkan Hb lebih cepat yaitu 2 gr% (Manuaba, 2001)
Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekatai 800 mg. Kebutuhan
ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi
digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal.
PENCEGAHAN
23
1.
A.
B.
C.
2.
A.
B.
C.
D.
E.
3.
A.
B.
C.
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan, persalinan maupun masa nifas. Komplikasi anemia pada ibu hamil dapat
berupa :
Komplikasi selama kehamilan
Ancaman timbulnya abortus
Mudah lelah dan turunnya immature dan premature
Ancaman timbulnya persalinan immature dan premature
Komplikasi selama persalinan
Partus lama karena inersia uteri
Pendarahan pasca persalinan
Atonia uteri
Hipoksia yang dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan
Infeksi persalinan dan setelah persalinan
Komplikasi terhadap janin
Kematian prenatal
Prematuritas
Cacat bawaan
Komplikasi anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh langsung terhadap janin,
sedangkan pengaruh komplikasi pada kehamilan dapat diuraikan, sebagai berikut :
1. Bahaya Pada Trimester I
Pada trimester I, anemia dapat menyebabkan terjadinya missed abortion, kelainan
congenital, abortus / keguguran.
2. Bahaya Pada Trimester II
Pada trimester II, anemia dapat menyebabkan terjadinya partus premature,
perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia
intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi
kordis hingga kematian ibu.
24
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya
kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau
kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang
disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan
murah.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau
Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut
adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%.
Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan
mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro,
2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja
jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002).
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1
Kurang gizi(malnutrisi)
Malabsorpsi
Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
Gejala Klinis
Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing,
mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia),
konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih
hebat pada hamil muda.
25
Efek Anemia
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus
selalu diwaspadai. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat
mengakibatkan: Abortus, Missed Abortus dan kelainan kongenital. Anemia pada
kehamilan trimester II dapat menyebabkan: Persalinan prematur, perdarahan
antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai
kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa
mengakibatkan kematian. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik
primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan
tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat
menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi
febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri.
Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas
panggul terutama pada primigravida.
Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
Perasaan sering atau susah kencing (polikisuria) karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawah janin.
Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah uterus,
kadang disebut false labor pains.
Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bias bercampur
darah (bloody show).
Tanda-tandaInpartu
Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering, dan teratur.
Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak robekan-robekan kecil pada
serviks.
Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
Pada pemeriksaan dalam :serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
Tahap Tahap Persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu :
1
2
a
b
c
27
1
a
His pengeluaran = his yang mendorong anak keluar. His pengeluaran biasanya disertai
dengan keinginan mengejan.
His pelepasan uri yang melepaskan uri.
His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus yang dimulai dari
daerah fundus uteri pada daerah di mana tuba falopii memasuki dinding uterus, awal
gelombang tersebut didapat dari pacemaker yang terdapat di dinding uterus daerah
tersebut. Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam keadaan normal mengarah ke
daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis (jalan laihir) yang membuka,
untuk mendorong isi uterus ke luar. His dapat terjadi sebagai akibat dari :
Kerja hormon oksitosin
Regangan dinding uterus oleh isi konsepsi
Rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi.
berhasil, kalau pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim.
Tenaga ini juga melahirkan placenta setelah placenta lepas dari dinding rahim.
2
3
1
2
Turunnya kepala
Bila his cukup kuat kepala akan turun, dan mulai masuk kedalam rongga panggul.
Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat terbagi atas dua keadaan
Sinklitismus, yaitu bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas
panggul.
Asinklitismus ialah, yaitu arah sumbu kepala janin miring dengan bidang pintu atas
panggul.
Asinklitismus terbagi atas dua bagian :
Asinklitismus anterior: menurut Naegele ialah apabila arah sumbu kepala membuat
sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul.
Asinklitismus posterior: menurut Litzman; yaitu keadaan sebaliknya dari
asinklitismus anterior.
Defleksi / ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil dibawah simfisis,
maka dengan suboksipot sebagai hipomoklion, kepala akan mengadakan gerakan
defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his, vulva lebih membuka dan kepala janin
makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding
30
31
32
3.2.
A.
1.
2.
3.
4.
B.
1.
2.
3.
( bila langka episiotomi diperlukan, lanjutkan ke langkah D dan bila episiotomi tidak
diperlukan, lanjutkan ke langkah E )
D. EPISIOTOMI
Episiotomy adalah sebuah irisan bedah melalui perineum yang dilakukan unuk
memperlebar vagina dengan maksud untuk membantu proses kelahiran bayi.
Perlebaran ini dapat dilakukan di garis tengah ("midline") atau dari sebuah sudut dari
ujung belakang dari vulva, dijahit kembali setelah melahirkan.Ini merupakan suatu
prosedur umum dalam kedokteran yang dilakukan kepada wanita.
E. EKSPULSI KEPALA
1.
Pada his berikut minta pasien untuk untuk mengait lipat lutut, pimpin untuk
mengedan sekuat mungkin.
2.
Dengan satu tangan, tahan belakang kepala (untuk mengatur defleksi kepala),
letakkan telapak tangan lain pada perineum dengan membentangkan telunjuk dan ibu
jari sehingga bagian di antara kedua jari tersebut, dapat mendorong perineum untuk
membantu lahirnya berturut-turut UUB, mata,hidung, mulut dan dagu (hilangkan
tahanan pada belakang kepala secara bertahap).
3. Lepaskan pegangan pada belakang kepala dan perineum, perhatikan proses putaran
paksi luar (UUK kembali kearah punggung bayi).
4. Ambil kain/handuk bersi, seka muka, mulut, hidung dan kepala bayi dari dara, air
ketuban atau ferniks kaseosa. Bersikan pula lipat paha, perineum dan daerah di sekitar
bokong ibu.
F.MELAHIRKAN BAYI.
1. Dengan tangan kiri dan kanan, pegang kepala bayi secara biparietal (ibu jari pada
pipi depan, jari telunjuk dan tengah pada bawah dagu, jari manis dan kelingking pada
belakang leher dan bawah kepala). Sambil meminta ibu untuk mengedan, gerakan
bayi kebawah sehingga lahir bahu depan.
2. Gerakan bayi keatas sehingga lahir bahu belakang.
Kembalikan bayi pada posisi sejajar lantai, lahirkan berturut-turut dada dan lengan,
perut, pinggul dan tungkai.
Perhatikan:
Pada pertolongan persalinan dengan meja/ranjang persalinan yang dapat dilepas atau
meja ginokologi ( bagian bokong atau kaki), setelah kedua bahu lahir, topangkan
badan bayi pada lengan bawa kanan, tangan kiri memegang bagian belakang tubuh
bayi).
Letakan bayi di antara kedua paha ibu (untuk ranjang atau meja ginekologi, letakan
bayi di atas perut ibu dan minta asisten untuk memegangnya agar tidak terjatuh).
34
G. MANAJEMEN AKTIF KALA III (lihat prosedur manajemen aktif kala III).
Bila plasenta telah lepas, lahirkan plasenta secara BRANDT ANDREW:
1. Penolong pada sisi kanan ibu.
2. Regangkan tali pusat dengan menarik klem penjepit dengan salah satu tangan.
3. Dengan 4 jari tangan lain, dorong korpus uteri ke dorsokranial hingga plasenta
masuk ke segmen bawah rahim dan lumen vagina.
4. Regangkan lagi tali pusat,tekan suprasimfisis secara simultan agar plasenta
terdorong keluar.
5. Lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat. Tampung plasenta dengan tangan kiri
(atau mangkok logam).
Penegangan Tali Pusat Terkendali
1. Memindahkan klem pada tali pusat.
2. Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang pubis dan
menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
3. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah
pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian
bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial)
dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta
tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
kontraksi berikut mulai.
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seseorang anggota keluarga untuk
melakukan rangsangan puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
1. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke
arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm
dari vulva.
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit:
Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M
Menilai kandungan kemih dan lakukan kateterisasi kandung kemih dengan
menggunakan teknik aseptik jika perlu.
Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
2. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hatihati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan
melahirkan selaput ketuban tersebut.
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril
dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan
atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian
selaput yang tertinggal.
35
Pemijatan Uterus
1. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, meletakkan
telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
Menilai pendarahan
1. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput
ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil
tindakan yang sesuai.
2. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi
yang mengalami pendarahan aktif.
H. PENJAHITAN LUKA EPISIOTOMI
MENJAHIT LASERASI PERINEUM ATAU EPISIOTOMI
Tujuan menjahit laserasi atau episiotomi adalah untuk menyatukan kembali
jaringan tubuh (mendekatkan) dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu
(memastikan hemostasis). Ingat bahwa setiap kali jarum masuk ke dalam jaringan
tubuh, jaringan akan terluka dan menjadi tempat yang potensial untuk timbulnya
infeksi. Oleh sebab itu pada saat menjahit laserasi atau episiotomi gunakan benang
yang cukup panjang dan gunakan sesedikit mungkin jahitan untuk mencapai tujuan
pendekatan dan hemostasis.
Keuntungan-keuntungan teknik penjahitan jelujur:
Mudah dipelajari (hanya perlu belajar satu jenis penjahitan dan satu atau dua jenis
simpul)
Tidak terlalu nyeri karena lebih sedikit benang yang digunakan
Menggunakan lebih sedikit jahitan
Mempersiapkan penjahitan:
Bantu ibu mengambil posisi litotomi sehingga bokongnya berada di tepi tempat tidur
atau meja. Topang kakinya dengan alat penopang atau minta anggota keluarga untuk
memegang kaki ibu sehingga ibu tetap berada dalam posisi litotomi.
Tempatkan handuk atau kain bersih di bawah bokong ibu.
Jika mungkin, tempatkan lampu sedemikian rupa sehingga perineum bisa dilihat
dengan jelas.
Gunakan teknik aseptik pada saat memeriksa robekan atau episiotomi, memberikan
anestesi lokal dan menjahit luka (Lihat Bab 1).
Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih yang mengalir.
Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau yang steril.
Dengan menggunakan teknik aseptik, persiapkan peralatan dan bahan-bahan
disinfeksi tingkat tinggi untuk penjahitan (peralatan dan bahan-bahan ini tercantum
di lampiran 5)
Duduk dengan posisi santai dan nyaman sehingga luka bisa dengan mudah dilihat
dan penjahitan bisa dilakukan tanpa kesulitan.
36
Gunakan kain/kasa disinfeksi tingkat tinggi atau bersih untuk menyeka vulva, vagina
dan perineum ibu dengan lembut, bersihkan darah atau bekuan darah yang ada
sambil menilai dalam dan luasnya luka.
Periksa vagina, serviks dan perineum secara lengkap. Pastikan bahwa
laserasi/sayatan perineum hanya merupakan derajat satu atau dua (lihat Bab 5). Jika
laserasinya dalam atau episiotomi telah meluas, periksa lebih jauh untuk memeriksa
bahwa tidak terjadi robekan derajat tiga atau empat. Masukkan jari yang bersarung
tangan ke dalam anus dengan hati-hati dan angkat jari tersebut perlahan-lahan untuk
mengidentifikasi sfingter ani. Raba tonus atau ketegangan sfingter. Jika sfingter
terluka, ibu mengalami laserasi derajat tiga atau empat dan harus dirujuk segera. Ibu
juga dirujuk jika mengalami laserasi serviks.
Ganti sarung tangan dengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril yang
baru
setelah melakukan pemeriksaan rektum.
Berikan anestesia lokal (kajilah teknik untuk memberikan anestesia lokal di bawah
ini.
Siapkan jarum (pilih jarum yang batangnya bulat, tidak pipih) dan benang. Gunakan
benang kromik 2-0 atau 3-0. Benang kromik bersifat lentur, kuat, tahan lama dan
paling sedikit menimbulkan reaksi jaringan.
Tempatkan jarum pada pemegang jarum dengan sudut 90 derajat, jepit dan jepit
jarum tersebut.
Jelaskan pada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantu ibu merasa santai.
Hisap 10 ml larutan lidokain 1% ke dalam alat suntik sekali pakai ukuran 10 ml
(tabung suntik yang lebih besar boleh digunakan, jika diperlukan). Jika lidokain 1 %
tidak tersedia, larutkan 1 bagian lidokain 2% dengan 1 bagian normal salin atau air
steril yang sudah disuling.
Tempelkan jarum ukuran 22 sepanjang 4 cm ke tabung suntik tersebut.
Tusukkan jarum ke ujung atau pojok laserasi atau sayatan lain tarik jarum sepanjang
tepi luka (ke arah bawah di antara mukosa dan kulit perineum).
37
Aspirasi (tarik pendorong tabung suntik) untuk memastikan bahwa jarum tidak berada
di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk ke tabung suntik, jangan suntikkan
lidokain dan tarik jarum seluruhnya. Pindahkan posisi jarum dan suntikkan kembali.
Alasan:Ibu bisa mengalami kejang dan kematian bisa terjadi jika lidokain
disuntikkan ke dalam pembuluh darah.
Suntikkan anestesia sejajar dengan permukaan luka pada saat jarum suntik ditarik
perlahan-lahan.
Tarik jarum hingga sampai ke bawah tempat di mana jarum tersebut disuntikkan.
Arahkan lagi jarum ke daerah di atas tengah luka dan ulangi langkah ke-4. Tusukkan
jarum untuk ketiga kalinya seperti yang ditunjukkan di Gambar L-4.1 dan sekali lagi
ulangi langkah ke-4 sehingga tiga garis di satu sisi luka mendapatkan anestesia lokal.
Ulangi proses ini di sisi lain dari luka tersebut. Setiap sisi luka akan memerlukan
kurang lebih 5 ml lidokain 1% untuk mendapatkan anestesia yang cukup.
Tunggu selama dua menit dan biarkan anestesia tersebut bekerja dan kemudian uji
daerah yang dianestesia dengan cara dicubit dengan forseps atau disentuh dengan
jarum yang tajam. Jika ibu merasakan jarum atau cubitan tersebut, tunggu dua menit
lagi dan kemudian uji kembali sebelum mulai menjahit luka.
Penjahitan laserasi pada perineum
Cuci tangan secara seksama dan gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau
steril. Ganti sarung tangan jika sudah terkontaminasi, atau jika tertusuk jarum maupun
peralatan tajam lainnya.
Pastikan bahwa peralatan dan bahan-bahan yang digunakan untuk melakukan
penjahitan sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril.
Setelah memberikan anestesia lokal dan memastikan bahwa daerah tersebut sudah di
anestesi, telusuri dengan hati-hati menggunakan satu jari untuk secara jelas
menentukan batas-batas luka. Nilai kedalaman luka dan lapisan jaringan mana yang
terluka. Dekatkan tepi laserasi untuk menentukan bagaimana cara menjahitnya
menjadi satu dengan mudah.
Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm di atas ujung laserasi di bagian dalam vagina.
Setelah membuat tusukan pertama, buat ikatan dan potong pendek benang yang lebih
pendek dan ikatan.
Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin himen.
Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke bawah
cincin himen sampai jarum ada di bawah laserasi. Periksa bagian antara jarum di
perineum dan bagian atas laserasi. Perhatikan seberapa dekat jarum ke puncak luka.
Teruskan ke arah bawah tapi tetap pada luka, menggunakan jahitan jelujur, hingga
mencapai bagian bawah laserasi. Pastikan bahwa jarak setiap jahitan sama dan otot
yang terluka telah dijahit. Jika laserasi meluas ke dalam otot, mungkin perlu untuk
melakukan satu atau dua lapis jahitan terputus-putus untuk menghentikan perdarahan
dan/atau mendekatkan jaringan tubuh secara efektif.
Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan jarum ke atas dan teruskan penjahitan,
menggunakan jahitan jelujur untuk menutup lapisan subkutikuler. Jahitan ini akan
menjadi jahitan lapis ke dua Periksa lubang bekas jarum. Jahitan lapis kedua ini akan
meninggalkan luka yang tetap terbuka berukuran 0,5 cm atau kurang. Luka ini akan
menutup dengan sendirinya pada saat penyembuhan luka.
38
Tusukkan jarum dan robekan perineum ke dalam vagina. Jarum harus keluar dari
belakang cincin himen.
Ikat benang dengan membuat simpul di dalam vagina. Potong ujung benang dan
sisakan sekitar 1,5 cm. Jika ujung benang dipotong terlalu pendek, simpul akan
longgar dan laserasi akan membuka.
Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak ada kasa
atau peralatan yang tertinggal di dalam.
Dengan lembut masukkan jari paling kecil ke dalam anus. Raba apakah ada jahitan
pada rektum. Jika ada jahitan yang teraba, ulangi pemeriksaan rektum enam minggu
pascapersalinan. Jika penyembuhan belum sempurna (misalkan jika ada fistula
rektovaginal atau jika ibu melaporkan inkontinensia alvi atau feses), ibu segera
dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
Cuci daerah genital dengan lembut dengan sabun dan air disinfeksi tingkat tinggi,
kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang lebih nyaman.
Nasehati ibu untuk:
menjaga perineumnya selalu bersih dan kering
hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya
cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih yang mengalir tiga sampai empat kali
per hari
kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan lukanya. Ibu harus kembali
lebih awal jika ia mengalami demam atau mengeluarkan cairan yang berbau busuk
dari daerah lukanya atau jika daerah tersebut menjadi lebih nyeri.
Ingat:
Tidak usah menjahit laserasi derajat satu yang tidak mengalami perdarahan dan mendekat dengan baik.
Gunakan sesedikit mungkin jahitan untuk mendekatkan jaringan dan memastikan
hemostasis.
Selalu gunakan teknik aseptik.
Jika ibu mengeluh sakit pada saat penjahitan dilakukan, berikan lagi anestesia lokal
untuk memastikan kenyamanan ibu, inilah yang disebut asuhan sayang ibu.
Penjahitan episiotomy
Secara umum prosedur untuk menjahit episiotomi sama dengan menjahit laserasi
perineum. Jika episiotomi sudah dilakukan, lakukan penilaian secara hati-hati untuk
memastikan lukanya tidak meluas.Sedapat mungkin, gunakan jahitan jelujur.Jika ada
sayatan yang terlalu dalam hingga mencapai lapisan otot, mungkin diperlukan
penjahitan secara terputus untuk merapatkan jaringan.
I. PEMANTAUAN KALA IV.
- Ganti baju ibu dengan baju bersi dan kering. Pasang pispot datar dan lebar pada
bagian bokong untuk memantau dara yang keluar.
- Tutup perut bawah dan tungkai dengan selimut.
- Pantau tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan tiap 15 menit hingga 2 jam pasca
kala III.
- Beri obat-obatan yang di perlukan dan minum secukupnya.
- Bila setelah 2 jam kondisi ibu stabil dan tidak ada komplikasi, pasangkan kasa
penyerap dan celana. Pakaikan kain dan selimut ibu. Bawa keruang perawatan dan
lakukan rawat gabung sesegera mungkin.
39
40
Sedangkan timbunan lemak ditubuh ibu sekitar 3-3,5 kg. Sehingga pada umumnya
kenaikan berat badan ibu selama kehamilan dinegara maju berkisar 10-12,5 kg,
sedangkan dinegara berkembang berkisar antara 5-7 kg.
4.2.
Bila ibu mengalami kekuragan gizi selama hamilakan menimbulkan masalah, baik
pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini.
1. Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara
lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena
penyakit infeksi.
2. Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan suit
dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan,
serta persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
3. Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian nenonatal, caat bawaan,
anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat
badan yang rendah.
5. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam tentang Hukum Puasa
Ramadhan pada Ibu Hamil
Hamil dan menyusui adalah dua kondisi berat yang dialami hampir semua
wanita. Dalam hal inilah kewajiban berpuasa bagi wanita hamil dan menyusui agak
berbeda dari kaum muslimin pada umumnya. Kesukaran yang mereka hadapi
diibaratkan orang yang sakit ditengah ketidakberdayaanya melawan penyakit. Sebab
itu, wanita hamil dan menyusui diberikan keringanan (rukhshah) untuk tidak
berpuasa.
41
Diwajibkan bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka
tidak berpuasa) untuk membayar fidyah, yaitu dengan memberi makan seorang
miskin. (QS. Al- Baqarah : 184).
Sedang hadist Nabi SAW, Sesungguhnya Allah telah memaafkan setengah
nilai shalat dari para musafir serta memberikan kemurahan bagi wanita hamil dan
menyusui. Demi Allah. Rasulullah telah mengatakan keduanya, salah satu atau
keduanya. (HR. Nasai dan Tirmidzi).
Hukumnya kembali ke asal, yakni wajib. Sepanjang mereka tidak merasa
berat, yakin sanggup menjalani serta tidak sampai membahayakan kondisi kesehatan
diri dan janinnya.
Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini, yang secara garis besar terbagi
menjadi empat pandangan :
Keduanya (wanita hamil maupun menyusui) harus mengganti puasa dan tidak
perlu membayar fidyah. Ini adalah pendapat Mazhab Hanafi , Abu Tsaur dan Abu
Ubaid. Dalilnya adalah mengqiyaskan wanita hamildan menyusui dengan orang sakit.
Orang sakit boleh tidak puasa, dan harus meng-qadha (mengganti) di hari lain,
sebagaimana jelas dalam Al- Quran surah Al- Baqarah ayat 184 dan 185. Pendapat
ini disokong oleh ulama asal Mekkah, Syekh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin.
Menurutnya penjelasan tentang membayar fidayah bagi yang meningglakan puasa
karena uzur tidak ada dalam Al- Quran maupun Sunnah (Hadist).
Bila dia hanya khawatir akan dirinya saja, maka dia harus meng-qadha, tapi
bila mengkhawatirkan pula keselamatan bayinya kalau berpuasa, maka dia harus
meng-qadha plus membayar fidyah.
DAFTAR PUSTAKA
42
43