Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Parotitis merupakan penyakit infeksi pada anak-anak yang pada 30-40 %
kasusnya merupakan infeksi asimptomatik. Infeksi ini disebabkan oleh virus.
Infeksi terjadi pada anak-anak kurang dari 15 tahun sebelum penyebaran
imunisasi. Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah,
bahan mentah mungkin dengan urin. Sekarang penyakit ini sering terjadi pada
orang dewasa muda sehingga menimbulkan epidemi secara umum.
Parotitis yang tidak ditangani dengan tepat dan segera dapat menimbulkan
berbagai komplikasi serius yang akan menambah resiko terjadinya kematian.
Insidensi parototis epidemika dengan ketulian adalah 1 : 15.000. Meningitis yang
terjadi berupa Meningitis aseptik. Insidensi atau komplikasi dari parotitis
Meningoencephalitis sekitar 250/100.000 kasus. Sekitar 10% dari kasus ini
penderitanya berumur kurang dari 20 tahun. Angka rata-tata kematian akibat
parotitis Meningoencephalitis adalah 2%. Kelainan pada mata akibat komplikasi
parotitis dapat berupa neutitis opticus, dacryoadenitis, uveokeratitis, scleritis dan
trombosis vena central retina. Gangguan pendengaran akibat parotitis epidemika
biasanya unilateral, namun dapat pula bilateral. Gangguan ini seringkali bersifat
permanen.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar
saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar
parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis.
Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara
bilateral di depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus
dengan bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar
parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis
melintas horizontal dari tepi kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran
parotis berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga
mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas.
Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua
setelah parotis, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula. Saluran
submandibularis bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada
satu papil kecil di samping frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah
terlihat, bahkan seringkali dapat terlihat saliva yang keluar.
Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak
paling dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak
pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing
kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk membentuk massa
kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis.
Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis,
kelenjar labialis, kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal. Kelenjar lingualis
terdapat bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis
anterior berada di permukaan inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan
terbagi menjadi kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar
lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah.
Kelenjar ini bersifat murni mukus.

Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar
ini bersifat mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak
pada palatum lunak dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras.
Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar
palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan glossopalatinal.

Gambar 2.1 Kelenjar saliva


2.2 Definisi
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit
menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang
kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga
menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah.
Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik
atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15
tahun (sekitar 85% kasus).
2.3 Epidemiologi
Parotitis merupakan penyakit endemik pada populasi penduduk urban.
Virus menyebar melalui kontak langsung, air ludah, muntah yang bercampur
dengan saliva, dan urin.

Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya

imunisasi, bukan pada menyusutnya imunitas.

Dalam setahun, parotitis banyak terjadi pada musim dingin. Golongan


umur yang terkena 5 15 tahun. Juga ditemukan pada usia dibawah 30 tahun.
Parotitis kadang juga terjadi pada usia dibawah 4 tahun dan diatas 40 tahun.
Namun meskipun demikian, pada daerah yang terisolasi atau daerah yang tidak
ada sejarah pernah endemik parotitis ditemukan kejadian parotitis pada usia
dibawah 1 tahun sebesar 17% dan umur 3 4 tahun sebesar 70% - 80%. Gender
juga berpengaruh terhadap angka kejadian parotitis. Laki-laki lebih sering terkena
parotitis dibandingkan perempuan.
2.4 Etiologi
Agen penyebab parotitis

epidemika adalah anggota dari group

paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan


virus newcastle disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 300
m.

Virus ini mempunyai dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu :

antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan
antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.
2.5 Patogenesis
Virus masuk melalui saluran nafas selama periode inkubasi 12 sampai 25
hari. Virus ini bereplikasi di saluran nafas atas dan limfonodus servikalis yang
berlangsung selama 3-5 hari, dari sini menyebar melalui aliran darah ke jaringan
sasaran seperti kelenjar parotis dan meningen. Setelah bereplikasi awal di tempattempat ini terjadi viremia sekunder. Hal ini menyebabkan terkenanya berbagai
organ, seperti gonad, pancreas, tiroid, mammae, hati, jantung, dan ginjal. Adenitis
kelenjar liur diduga oleh beberapa orang sebagai akibat sekunder viremia awal,
tetapi penyebaran langsung dari saluran nafas tidak dikesampingkan sebagai
mekanisme alternative. Viremia biasanya terjadi hampir di seluruh infeksi disertai
gangguan fungsi ginjal yang dapat diketahui. Virus masuk ke sistem saraf pusat
melalui pleksus koroideus lewat infeksi pada sel mononuklear. Virus
bermultiplikasi pada koroid dan sel ependim pada permukaan epitel ventrikel dan

sel ini mengalami deskuamasi ke cairan serebrospinal dan menyebabkan


meningitis. Pada ensefalitis selain terjadi demielinasi periventrikular juga terjadi
infiltrasi perivaskuleroleh sel mononuklear dan proliferasi dari mikrogial rod-cel.
Berbagai mekanisme patogenesis diperkirakan terjadi pada jaringan yang
terinfeksi virus ini. Teori apoptosis menjelaskan terjadinya apoptosis pada sel
yang terinfeksi virus. Sel akan menjadi mudah mengalami apoptosis setelah
mendapatkan stress dari luar.
Paramyxovirus

menyebabkan peningkatan IgG dan IgM yang dapat

terdeteksi dengan ELISA ( enzyme linked immunosorbent assay ). IgM meningkat


pada stadium awal infeksi ( hari kedua sakit ), mencapai puncaknya dalam minggu
pertama dan bertahan 5-6 bulan. Immunoglobulin G muncul pada akhir minggu
pertama, mencapai puncaknya hingga 3 minggu dana bertahan seumur hidup.
Imuglobulin A juga meningkat saat terjadinya infeksi.
Imunitas dihubungkan dengan adanya antibodi yang menetralkan.
Mekanisme imun seluler diduga mendukung pathogenesis penyakit akut dan
kesembuhan. Seperti infeksi virus sistemik lainnya, parotitis dapat menyebabkan
supresi sementara hipersensitivitas jenis lambat terhadap antigen yang telah
dikenal sebelumnya, seperti protein tuberkulin
2.5 Klasifikasi Parotitis
a. Parotitis Kambuhan
Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia
antara 1 bulan hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya
anak telah terinfeksi virus kemudian kambuh lagi.
b. Parotitis Akut
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan
pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah
yang dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia lanjut,
5

khususnya apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya gangguan


dehidrasi.
Tabel 2.1 Perbedaan Parotitis Akut dan Parotitis Berulang

Parotitis

Parotitis berulang

Demam,Lesu, nyeri, pada otot Klinis kadang terlihat, kadang


terutama otot leher, sakit kepala, tidak,
pembengkakan

pembengkakan

yang

kelenjar parotis frekuen dari kelenjar parotis,

bilateral/unilateral, serta kelenjar dapat

unilateral/

bilateral,

ludah yang lain seperti sublingual biasanya

tidak

diikuti

atau submaksila, dapat terjadi pembesaran

kelenjar

ludah

edema laring, dan palatum mole yang lain.


sehingga

mendorong

tonsil

ke

tengah. Pada anak laki-laki dapat


diikuti

dengan

pembengkakan

pada testis.
Gangguan

saat

berbicara,

mengunyah dan menelan


Penyebab : Virus RNA rantai Penyebab tidak jelas
tunggal Rubulavirus, subfamili
Paramyxovirinae,

family

Paramyxoviridae
Pengobatan simptomatis

Pengobatan simptomatik.

2.6 Manifestasi Klinis


Kejadian Parotitis terbagi menjadi dua stadium, yaitu Stadium Prodromal
yang muncul pada 1sampai 2 hari dan Stadium Pembengkakan yang muncul 7
sampai 9 hari. Gejala pertama dari parotitis adalah nyeri ketika mengunyah atau
menelan, terutama jika menelan cairan asam. Jika kelenjar liur disentuh, maka

akan timbul nyeri. Gejala parotitis muncul dalam waktu 12 sampai 24 hari setelah
terinfeksi.
Mulainya parotitis biasanya tiba-tiba, meskipun mungkin didahului oleh
periode prodromal seperti malaise, anoreksia, rasa menggigil, demam, nyeri
tenggorokan, dan nyeri pada sudut rahang. Akan tetapi, pada beberapa kasus,
pembengkakan parotis merupakan petunjuk penyakit pertama. Kelenjar membesar
secara progresif dalam waktu 1 sampai 3 hari, dan pembengkakan menghilang
dalam satu minggu setelah pembengkakan maksimal. Kelenjar yang membengkak
meluas dari telinga sampai bagian bawah ramus mandibula dan sampai bagian
inferior arkus zygomaticus, seringkali menggeser telinga ke atas dan keluar. Kulit
di atas kelenjar biasanya tidak hangat atau eritema, berlawanan dengan tanda yang
ditunjukkan oleh bakteri parotitis.
Edema parotitis dijelaskan sebagai elatoinosa dan jika kelenjar yang
terkena terpuntir, maka kelenjar menggulung seperti jelli. Pembengkakan dapat
hannya mengenai kelenjar submaksilaris dan sublingualis dan dapat meluas
sampai bagian anterior dada, menimbulkan edema parasternal. Terkenanya
kelenjar submaksilaris saja sudah dapat menyebabkan kesulitan dalam
membedakan parotitis dari adenitis servikal akut. Pembengkakan glottis jarang
terjadi, tetapi jika terjadi akan membutuhkan trakeostomi. Umumnya, parotitis
disertai dengan temperature 37,8 sampai 39,4 0C (100 sampai 1030F), malaise,
sakit kepala, dan anoreksia, tetapi gejala sistemik mungkin tidak ada, khususnya
pada anak. Pada sebagian besar pasien, keluhan utama adalah kesulitan makan,
menelan, dan berbicara.
2.7 Diagnosis
a. Darah rutin
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia
ringan dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan
leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.
b. Amilase serum

Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan


pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih
2 minggu.
c. Pemeriksaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan
adanya infeksi virus, yaitu:
Hemaglutination inhibition (HI) test
Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset
cepat dan serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika
perbedaan titer spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka
kemungkinannya parotitis.
Neutralization (NT) test
Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk
biakan fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah
terjadi hemadsorpsi.

Pengenceran serum yang mencegah

terjadinya hemadsorpsi dinyatakan oleh titer antibodi parotitis


epidemika. Uji netralisasi asam serum adalah metode yang paling
dapat dipercaya untuk menemukan imunitas tetapi tidak praktis dan
tidak mahal.
Complement Fixation (CF) test
Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah
respon antibodi terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa
infeksi parotitis epidemika akut.

Antibodi terhadap antigen V

mencapai titer puncak dalam 1 bulan dan menetap selama 6 bulan


berikutnya dan kemudian menurun secara lambat 2 tahun sampai
suatu jumlah yang rendah dan tetap ada. Peningkatan 4 kali lipat
dalam titer dengan analisis standar apapun menunjukan infeksi
yang baru terjadi. Antibodi terhadap antigen S timbul cepat, sering
mencapai maksimum dalam satu minggu setelah timbul gejala,
hilang dalam 6 sampai 12 minggu.
d. Pemeriksaan Virologi

Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis.

Isolasi virus

dilakukan dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor
serebrospinal atau darah.
Biakan dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang
diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum
hiperimun.
2.8 Komplikasi
1. Meningoensepalitis
Dapat terjadi sebelum dan sesudah atau tanpa pembengkakan kelenjar
parotis. Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan,
yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh
yang tinggi (hiperpireksia).
Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak
Insiden yang sebenarnya sukar diperkirakan karena infeksi subklinis
sistem syaraf sentral.
Manifestasi klinis terjadi pada lebih dari 10% penderita patogenesis
meningoensefalitis parotitis diuraikan sebagai berikut:
a) Infeksi primer neuron : parotitis sering muncul bersamaan atau
menyertai encephalitis
b) Ensefalitis pasca infeksi dengan demielinasi.

Ensefalitis

menyertai parotitis pada sekitar 10 hari.


Meningoencepalitis parotitis secara klinis tidak dapat dibedakan dengan
meningitis sebab lain, ada kekakuan leher sedang, tetapi pemeriksaan
lain biasanya normal. Pemeriksaan pungsi lumbal menunjukan tekanan
yang meninggi, pemeriksaan Nonne dan Pandy positif, jumlah sel
terutama limfosit meningkat, kadar protein meninggi, glukosa dan
Cairan cerebrospinal baisanya berisi sel kurang dari 500 sel/mm
walaupun kadang-kadang jumlah sel dapat melebihi 2.000.

Selnya

hampir selalu limfosit, berbeda dengan meningitis aseptik enterovirus

dimana leukosit polimorfonuklear sering mendominasi pada awal


penyakit.
2. Ketulian
Tulisaraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensinya
rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral,
kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen.
3. Orkitis
Parotitis disertai komplikasi orkitis pada 20 sampai 30 persen laki-laki
pasca-pubertas. Terkenanya testis biasanya tampak 7 sampai 10 hari
setelah mulainya parotitis, maskipun mungkin terjadi lebih dahulu atau
muncul secara bersamaan. Terkenanya gonad terjadi bilateral pada 3
sampai 17 persen pasien dengan epididimoorkitis. Orkitis ditandai
dengan timbulnya lagi malaise dan rasa menggigil, sakit kepala, nausea,
dan muntah. Testis menjadi sangat membengkak dan nyeri akut. Kadang
terdapat epididimitis tanpa orkitis. Pembengkakan, nyeri, dan peka
menetap selama 3 sampai 7 hari dan berkurang secara bertahap, lisis
demam biasanya paralel dengan berkurangnya pembengkakan. Suhu
tubuh kadang turun dengan krisis. Orkitis parotitis diikuti dengan atrofi
testis yang progresif pada sebagian kasus. Bahkan setelah orkitis
bilateral, strilitas tidak biasa terjadi, menyatakan atrofi yang signifikan
tidak terjadi. Akan tetapi, jika atrofi testis bilateral terjadi setelah
parotitis, sterilitas atau jumlah sperma di bawah normal cukup sering
terjadi. Infark paru terjadi setelah orkitis parotitis. Hal ini terjadi akibat
thrombosis vena dalam prostat dan pleksus pelvikus bersamaan dengan
inflamasi testis.
4. Ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada
penderita wanita pasca pubertas.
5. Pankreatitis
Terserangnya pancreas merupakan manifestasi parotitis yang berbahaya
dan jarang disertai komplikasi renjatan atau pembentukan pseudokista.

10

Pancreatitis diduga pada pasien dengan nyeri abdominal an sensitivitas


yang abnormal bersamaan dengan tanda klinis atau epidemiologic
parotitis. Hal ini sulit dibuktikan, karena hiperamilasemia, tanda
pankretitis juga sering terdapat pada parotitis. Beberapa kali gejalanya
menyerupai gastroenteritis. Meskipun diabetes atau indufisiensi pancreas
jarang terjadi setelah pancreatitis parotitis, beberapa anak menderita
diabetes yang sulit dikontrol beberapa minggu setelah parotitis.
6. Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita dan
viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anakanak belum diketahui.

Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari

sesudah parotitis. Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat


sembuh sempurna tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal.
7. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat
terjadi pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan
perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.
8. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi
ringan miokardium mungkin lebih sering dari pada yang diketahui.
Miokarditis ringan dapat terjadi dan muncul 5 10 hari pada parotitis.
Gambaran elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi segmen ST, flattening atau inversi gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi,
pembesaran jantung dan bising sistolik.
9. Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak.

Atralgia yang disertai dengan

pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya


sempurna. Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis
adalah poliarteritis yang sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi
mulai 1 sampai 2 minggu setelah berkurangnya parotitis. Biasanya yang

11

terkena adalah sendi besar khususnya paha atau lutut.

Penyakit ini

berakhir 1 sampai 12 minggu dan sembuh sempurna.


10. Kelainan pada mata
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri,
biasanya bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis)
dengan gejala-gejala bervariasi dari kehilangan pengelihatan sampai
kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 10 20 hari;
uveokeratitis, biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar air mata,
kehilangan penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari; skleritis,
tenonitis, dengan akibat eksoftalmus ; trombosis vena sentral.
11. Embriopati parotitis
Tidak terdapat bukti yang kuat bahwa infeksi ibu menciderai janin,
kemungkinan hubungan endokardial fibroelastosis belum ditegakkan.
Parotitis pada awal kehamilan kemungkinan dapat terjadi abortus.
2.9 Tatalaksana
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang
sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi
spesifik bagi infeksi virus Mumps oleh karena itu pengobatan parotitis
seluruhnya simptomatis dan suportif.
1. Penderita rawat jalan.
Penderita baru dapat dirawat jalan bila : tidak ada komplikasi, keadaan
umum cukup baik.
a. Istirahat yang cukup
b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c. Medikamentosa
Analgetik-antipiretik bila perlu
-

metampiron : anak > 6 bulan 250 500 mg/hari maksimum 2 g/hari

parasetamol : 7,5 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

2. Penderita rawat inap.


Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala

12

hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi


a. Diit lunak, cair dan TKTP
b. Analgetik-antipiretik
c. Penanganan komplikasi tergantung jenis komplikasinya.
3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi
a. Encephalitis
- simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk
mengurangi sakit kepala.
b. Orkhitis
- istrahat yang cukup
- pemberian analgetik
- sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral,
selama 2-4 hari.
c. Pankreatitis dan ooporitis
- Simptomatik saja.
2.10 Pencegahan
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika
yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme)
diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan. Vaksin ini tidak menyebabkan
panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular.
Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak
dan rubella.
Pemberian vaksinasi dengan virus mumps, sangat efektif dalam
menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi mumps pada individu yang
seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %.
Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu
vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang
diberikan serentak.
Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal;
Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam

13

akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma; sedang diberi obatobat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat radiasi.
Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah
pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin Mumps
dalam situasi ini.
2.11 Prognosis
Parotitis merupakan penyakit self-limited, dapat sembuh sendiri. Prognosis
parotitis adalah baik, dapat sembuh spontan dan komplit serta jarang berlanjut
menjadi kronis.

BAB III
KESIMPULAN

14

Penyakit parotitis yang lebih awam disebut gondongan (mumps)


merupakan suatu penyakit menular dimana seseorang terinfeksi oleh virus
(Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara
telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas
atau pipi bagian bawah. Virus menyebar melalui kontak langsung, air ludah,
muntah yang bercampur dengan saliva, dan urin. Epidemi tampaknya terkait
dengan tidak adanya imunisasi, bukan pada menyusutnya imunitas.
Gejala yang ditimbulkan berupa pembengkakan, rasa sakit, kemerahan,
dan kelembutan pada saluran kelenjar ludah, namun juga terjadi kelainan berupa
pelebaran dan penyumbatan saluran. Gangguan parotitis cenderung menyerang
anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).

15

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen15 halaman
    Bab I
    Nova Maya
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Nova Maya
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Nova Maya
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Nova Maya
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    Nova Maya
    Belum ada peringkat