Panduan Penanaman Mangrove 1999 PDF
Panduan Penanaman Mangrove 1999 PDF
PENANAMAN MANGROVE
BERSAMA MASYARAKAT
Oleh:
M. Khazali
Indonesia Programme
ii
TIM PRODUKSI
Penulis
M. Khazali
Editor
Laksmi A. Savitri
Triana
Ilustrasi
Wahyu Gumelar
Canada Fund
Pustaka:
Khazali, M. 1999. Panduan Teknis: Penanaman Mangrove
bersama Masyarakat. Wetlands International Indonesia
Programme, Bogor.
iii
iv
KATA PENGANTAR
Rehabilitasi mangrove adalah suatu kegiatan yang sudah
dilakukan oleh berbagai pihak sejak bertahun-tahun yang lalu.
Namun ternyata laju perbaikan tidak pernah bisa mengejar atau
bahkan menyejajarkan diri dengan laju kerusakannya.
Pertanyaannya kemudian adalah KENAPA ?
Mangrove sebagai bagian ekosistem dari keseluruhan ekosistem
pesisir tidak pernah berdiri sendiri, sebagaimana hakekatnya
keberadaan seluruh alam ini. Sering terlupakan bahwa manusia
merupakan bagian dari kehadiran suatu bentukan alam, yang justru
memiliki pengaruh paling besar. Pada saat berbagai permasalahan
lingkungan muncul dalam beberapa dekade terakhir ini, awalnya
manusia lupa bahwa sumber permasalahan adalah manusia.
Akibatnya penanganan kerusakan lingkungan tidak bertumpu pada
akar penyebabnya itu sendiri tapi lebih mencoba mengatasi
dampak sampingan saja. Demikian pula halnya dengan upayaupaya pelestarian ataupun penanaman kembali hutan mangrove.
Tanpa mendudukkan manusia sebagai fokus perhatian, sebagai
pelaku aktif perbaikan (sebagaimana ia pula berperan sebagai
pelaku aktif perusakan), usaha untuk mengembalikan jajaran hijau
mangrove di pesisir akan sia-sia.
Masyarakat pesisir adalah komunitas terpenting yang telah
menjadi bagian dari ekosistem mangrove. Bekerja di lapangan
tanpa filosofi berpikir seperti ini adalah langkah awal menuju kerja
keras tanpa hasil. Dalam jangka waktu 9 tahun (1987-1996)
paling tidak sudah 800.000 hingga 1.760.000 hektar hutan
mangrove hilang dari bumi Indonesia. Untuk itu buku ini ingin
menawarkan suatu teknik melakukan rehabilitasi mangrove
dengan memposisikan masyarakat sebagai pelaku dan penerima
keuntungan langsung dari penanaman mangrove sebagai aktor
penting dari kegiatan, terutama bagi praktisi di lapangan.
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih
dan Pemurah atas terselesaikannya buku .
Kegiatan yang menjadi sumber inspirasi dari buku ini beserta
penulisan dan pencetakannya dapat terwujud karena bantuan
berbagai pihak yang memiliki visi yang sama, yaitu bahwa
kegiatan rehabilitasi mangrove adalah kegiatan penting yang jadi
bermakna karena dilakukan oleh semua pihak dan untuk
kepentingan semua pihak, terutama masyarakat pesisir. Oleh
karena itu kami mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya
bagi Yang Mulia Duta Besar Canada yang telah memberikan
bantuan dana untuk kegiatan Silvofishery Ponds in Wetlands
Area, Indramayu-West Java melalui Canada Fund; serta seluruh
staf Canada Fund yang telah mendukung kami dalam berbagai
kegiatan konservasi lahan basah.
Ucapan terimakasih yang tulus juga kami sampaikan kepada
Bapak Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan
Sosial, Departemen Kehutanan dan Perkebunan atas kesediaan
beliau untuk mendukung pencetakan buku ini dan khususnya
kepada Bapak Ir. Suhardijono, MF yang telah membantu segala
proses hingga buku ini dapat tercetak.
Buku ini juga adalah hasil kerja keras banyak teman di Wetlands
International - Indonesia Programme (WI-IP) yang terlibat mulai
dari kegiatan di lapangan, pencetusan ide, proses penulisan dan
penataletakan, penyuntingan, pemilihan gambar, serta semua hal
yang menyusun seluruh puzzle sehingga buku ini dapat
terselesaikan dengan baik. Untuk itu ucapan terimakasih dan
penghargaan atas dedikasi semua teman dan manajemen WI-IP
kami haturkan sepenuh hati.
Semoga buku ini dapat memberikan informasi yang dibutuhkan
terutama bagi para praktisi lapangan yang bergelut dengan
usaha-usaha konservasi ekosistem mangrove.
vii
viii
DAFTAR ISI
ix
PENDAHULUAN
Hutan mangrove biasanya juga disebut hutan payau karena tumbuh
di daerah payau atau juga disebut hutan bakau apabila jenis ini
dominan di suatu daerah. Namun, istilah hutan bakau kurang tepat
untuk hutan mangrove karena bakau merupakan salah satu nama
kelompok jenis tumbuhan yang ada di mangrove.
Saat ini luas hutan mangrove Indonesia tinggal 3.5 juta ha, dimana
kondisi mangrove yang masih baik hanya ada di Irian Jaya saja.
Sedangkan di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan
Maluku dan Nusa Tenggara menunjukkan sebagian besar
mangrove telah mengalami kerusakan, baik karena konversi
menjadi tamba, tambak garam, pemukiman, pertanian, industri
maupun penebangan secara berlebihan.
Hilangnya/rusaknya mangrove ini menimbulkan berbagai
permasalahan terutama abrasi yang terjadi hampir di seluruh
pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera (seperti pantai timur
Lampung) dan pantai Sulawesi Selatan.
Abrasi ini
mengakibatkan beberapa desa terpaksa direlokasi ke daerah
yang lebih aman dan juga menyebabkan lahan usaha masyarakat
seperti tambak banyak yang hilang menjadi lautan. Selain itu
telah terjadi penurunan produksi udang alam di laut seperti yang
terjadi di pantai utara Jawa dan juga penurunan produksi ikan
seperti yang terjadi di Bagan Siapi-api yang dulunya merupakan
penghasil ikan utama di Indonesia.
Mengingat besarnya kerugian akibat hilangnya/rusaknya
mangrove, maka penting dikembangkan kegiatan penanaman
mangrove, terutama diluar kawasan hutan. Agar penanaman ini
berjalan dengan baik dan berhasil, masyarakat setempat haruslah
terlibat secara penuh mulai dari perencanaan kegiatan sampai
pada pemeliharaan tanaman. Keterlibatan masyarakat ini penting
karena merekalah yang sehari-hari berada dan berinteraksi
dengan tanaman dan lokasi penanaman.
air payau
PENGUMPULAN BUAH
Dalam rangkaian kegiatan penanaman mangrove, masing-masing
jenis mangrove memiliki karakter yang berbeda. Jenis mangrove
yang dibahas dalam panduan ini adalah jenis-jenis mangrove
utama dan yang biasanya ditanam seperti api-api (Avicennia),
pedada/prepat
(Sonneratia),
bakau
(Rhizophora),
tumu/tanjang/bius (Bruguiera).
Pengumpulan buah mangrove akan mudah dan dalam jumlah
banyak apabila dilakukan di musim puncaknya. Musim puncak
berbuah ini berbeda-beda, tergantung pada jenis dan lokasi. DI
Jawa Barat dan Jawa Tengah, puncak musim berbuah
Rhizophora sp bulan September sampai November.
Buah yang dikumpulkan haruslah buah yang tua dan tidak
terkena serangan hama penggerek. Buah bakau dan buah tumu
biasanya dipetik dari pohon dengan memanjat atau
menggunakan galah. Kedua buah ini apabila dipungut dari yang
jatuh biasanya banyak yang sudah terkena serangan hama
penggerek.
Pohon bakau yang baik sebagai sumber buah berasal dari
tegakan berumur 10 tahun keatas, sedangkan pohon
tumu/prepat/bius dari tegakan berumur sekitar 8 - 10 tahun.
Ciri-ciri buah bakau besar/ bakau laki (Rhizophora mucronata)
yang tua berwarna hijau tua atau kecoklatan dengan kotiledon
(cincin) sudah memanjang. Buah bakau kecil/bakau bini (R.
apiculata) yang tua berwarna hijau tua dengan kotiledon (cincin)
sudah memanjang.
Buah tumu/tanjang/bius
gymnorrhiza) yang tua berwarna hijau tua.
(Bruguiera
d
a
e
b
c
Gambar 3.
PEMBIBITAN
Dalam penanaman mangrove, kegiatan pembibitan dapat
dilakukan dan dapat tidak dilakukan.
Apabila keberadaan
pohon/buah mangrove disekitar lokasi penanaman banyak,
kegiatan pembibitan dapat tidak dilakukan. Apabila keberadaan
pohon/buah disekitar lokasi penanaman sedikit atau tidak ada,
kegiatan pembibitan sebaiknya dilaksanakan.
Adanya kebun pembibitan akan menguntungkan terutama bila
penanaman dilaksanakan pada saat tidak musim puncak berbuah
atau pada saat dilakukan penyulaman tanaman.
Selain itu,
penanaman melalui buah yang dibibitkan akan menghasilkan
persentase tumbuh yang tinggi. Bibit/benih yang akan ditanam
harus sudah tersedia satu hari sebelum diadakan penanaman.
Buah bakau dan tumu bisa disemaikan terlebih dahulu sebelum
ditanam dan bisa ditanam tanpa persemaian. Buah api-api dan
prepat sebelum ditanam sebaiknya disemaikan terlebih dahulu.
Penanaman secara langsung, terutama di pinggir laut, sulit
dilaksanakan karena buah/bijinya terlalu kecil sehingga mudah
dibawa arus.
Penanaman dengan sistem puteran dari
permudaan alam, untuk kedua jenis ini dapat dilakukan dan
berhasil dengan baik.
1.
2.
3.
Pembuatan bibit
Dalam pembibitan, terlebih dahulu harus dipersiapkan media
tanam yaitu tanah lumpur dari sekitar persemaian. Untuk
buah jenis bakau dan tengar, benih dapat langsung di
semaikan dan sekaligus disapih pada kantong plastik atau
botol air mineral bekas yang telah dilubangi bawah-nya dan
diisi media tanam.
Jenis api-api dan prepat benih harus disemaikan terlebih
dahulu. Buah api-api, benih dapat ditebarkan langsung di
bak persemaian atau kulit buah dibelah dua terlebih dahulu
sebelum disemaikan di bak persemaian. Untuk buah prepat,
dari satu buah dapat berisi lebih dari 150 benih. Namun
seringkali ditemukan sebagian benih-benih ini telah diserang
hama.
10
PENANAMAN
1.
11
No.
Jenis
Rhizophora
mucronata
R. apiculata
R. Stylosa
Bruguiera
parviflora
B. gymnorrhiza
B. sexangula
Sonneratia alba
S. caseolaris
Avicennia spp.
2
3
4
5
6
7
8
9
Toleransi
Toleransi
Toleransi
terhadap
terhadap
Frekuensi
Salinitas
terhadap
ombak dan kandungan
penggenangan
lumpur
angin
pasir
10 - 30
sesuai
sedang
sesuai
20 hari/bulan
10 - 30
10 - 30
10 - 30
sedang
sedang
tidak sesuai
sedang
sesuai
sedang
sesuai
sesuai
sesuai
20 hari/bulan
20 hari/bulan
10-19 hari/bln
10 - 30
10 - 30
10 - 30
10 - 30
10 - 30
tidak sesuai
tidak sesuai
sedang
sedang
sedang
tidak sesuai
sedang
sesuai
sedang
sesuai
sedang
sesuai
sesuai
sedang
sesuai
10-19 hari/bln
10-19 hari/bln
20 hari/bulan
20 hari/bulan
20 hari/bulan
13
3.
Persiapan Peralatan
Setelah mengetahui kondisi pasang surut, musim ombak dan
kesesuaian jenis, serta jarak tanam ditentukan, selanjutnya
dipersiapkan beberapa peralatan penanaman, yaitu:
a. Tali pengatur jarak tanaman
Agar jalur tanaman dan jarak antar tanaman yang
diinginkan seragam, maka diperlukan tali tambang ukuran
10 m atau 20 m.
Kedua ujung tali ini diikat dengan
sepotong bambu atau kayu dan pada jarak tanam yang
diinginkan diberi tanda (cat atau tali plastik yang diikat)
sebagai titik-titik penanaman. Tali pengatur jarak tanaman
ini dapat dibuat satu atau lebih tergantung kepada jumlah
orang yang akan ikut menanam.
b. Ajir
Ajir diperlukan terutama untuk penanaman di pantai yang
menghadap laut lepas yang ombaknya cukup besar. Bibit
atau benih diikat ke ajir agar tidak hanyut dibawa ombak.
Selain itu, ajir juga dapat digunakan untuk penanaman di
sungai atau saluran air. Penggunaan ajir ini bertujuan
sebagai tanda adanya tanaman baru.
Tanda ini
diharapkan agar orang-orang yang sering memanfaatkan
daerah pantai, sungai atau saluran air tambak seperti
penjala ikan, pencari udang, pencari kepiting atau orangorang yang sedang rekreasi/bermain ke daerah pantai,
dan lain-lainnya tidak merusak atau mencabut tanaman
baik dengan sengaja maupun tidak sengaja.
14
c. Tugal
Tugal digunakan untuk membuat lubang tanaman dan
dibutuhkan sewaktu menanam di tanah lumpur yang agak
keras. Tugal dapat terbuat dari sepotong kayu atau
bambu bulat. Jumlah tugal yang dibuat tergantung dari
jumlah orang yang menanam, idealnya 1 tugal untuk 5 - 6
orang.
d. Ember dan parang
Ember digunakan untuk mengangkut bibit atau benih
sewaktu diadakan penanaman.
Parang digunakan
apabila di lokasi penanaman banyak tumbuhan liar atau
ranting. Kedua peralatan ini sebaiknya dibawa oleh
masing-masing orang yang akan menanam.
a
c
b
Gambar 7. (a) tali pengatur jarak tanaman, (b) ajir, (c) tugal
15
4.
Pembagian Kelompok
Sebelum pelaksanaan penanaman sebaiknya diketahui
jumlah orang yang akan terlibat dalam penanaman.
Pelibatan dan penentuan orang yang akan ikut menanam ini
akan lebih baik dan mudah apabila dikoordinir sendiri oleh
tokoh-tokoh
masyarakatnya.
Kemudian
dilakukan
pembagian kelompok yaitu kelompok penanam dan
kelompok pendistribusi bibit/benih.
Kelompok penanam
dapat berjumlah 10 - 20 orang dan dapat terdiri dari 1 atau
lebih kelompok, tergantung jumlah bibit/benih yang akan
ditanam atau luasnya areal penanaman. Kelompok
pendistribusi bibit/benih dapat berjumlah 5 - 10 orang dan
hanya terdiri dari 1 kelompok saja.
Setelah kelompok dibagi, selanjutnya dijelaskan teknis
penanaman oleh masyarakat yang telah dikader dan
berperan sebagai koordinator kelompok. Kemudian setiap
orang di kelompok dibagi-bagi tugas, seperti: 2 orang
pembawa tali pengatur jarak tanaman, 2 atau 3 orang
pembawa tugal, dan selebihnya penanam. Setelah itu,
setiap kelompok dibagikan peralatan penanaman dan
menuju ke lokasi penanaman dengan membawa bibit/benih
di ember masing-masing. Bibit/benih sisanya dibawa oleh
kelompok pendistribusi bibit/benih.
5.
Pelaksanaan Penanaman
Setelah tiba dilokasi, kelompok-kelompok penanam segera
disebar. Dimulai dari titik awal penanaman, tali direntang-kan
dan ditancapkan di lumpur. Setelah itu, kelompok penanam
segera menanam bibit/benih di titik-titik yang sudah ditandai.
Apabila lumpurnya cukup keras, maka terlebih dahulu harus
dilubangi oleh pembawa tugal. Bila persedian bibit/benih
habis, kelompok pendistribusi bibit/benih harus segera
mendistribusikan bibit/benih ke masing-masing penanaman.
16
17
Kelebihan dan
Kekurangan
Penanaman dengan
Naungan
Penanaman tanpa
Naungan
Persen tumbuh
tinggi
rendah
Prestasi kerja
rendah
tinggi
Bahan naungan
tidak diperlukan
18
Gambar 9.
Secara umum terdapat kelebihan dan kekurangan penanaman mangrove melaui bibit dan benih. Lebih rinci dapat
dilihat pada tabel berikut.
6.
Faktor Penentu
Persiapan pendahuluan
Pengangkutan bibit
Hasil penanaman
Persen tumbuh
Kebutuhan tenaga
penanam
Waktu penanaman
Bibit
Buah
lama
sulit dan sedikit
segera dilihat
tinggi
banyak
pendek
mudah dan banyak
lama dapat dilihat
rendah
sedikit
lama
singkat
19
Cara Penanaman
Bibit
85
70
55
PEMELIHARAAN
Keberhasilan kegiatan penanaman sangat ditentukan oleh kegiatan
pemeliharaan tanaman.
Dilain pihak, keberhasilan kegiatan
pemeliharaan ditentukan oleh berhasil/tidaknya dalam menimbulkan
kesadaran masyarakat untuk terlibat dan melakukannya secara
mandiri.
1.
20
21
2.
Perlindungan tanaman
a. Ketam/kepiting
Penanaman di daerah pertambakan atau bekas tambak
biasanya sering diganggu oleh ketam/kepiting. Ketam/
kepiting ini biasanya menyerang tanaman mangrove
sampai berumur 1 tahun. Caranya dengan menggigit
batang anakan mangrove secara melingkar sehingga
suplai makan terputus.
Akibatnya lama-kelamaan
tanaman akan mati.
Ada beberapa cara untuk mengatasi gangguan ini.
Pertama, bibit/benih mangrove ditanam lebih banyak atau
rapat-rapat
di
daerah
yang
sering
diganggu
ketam/kepiting. Harapannya sebagian dari bibit/benih ini
akan lolos dari gangguan dan dapat tumbuh dengan baik.
Kedua, benih ditanam sekaligus dua dan rapat dalam
satu lubang. Dengan demikian ketam tidak dapat
memanjat dan mengigit benih yang rapat ini. Ketiga,
membungkus bibit/benih dengan bambu yang telah
dilubangi ruas dalamnya dan diperuncing bagian
bawahnya. Cara yang ketiga ini akan menambah
pekerjaan dan hasilnya belum begitu efektif.
22
b. Kambing
Gangguan lain yang sering merusak tanaman mangrove
adalah kambing.
Kambing ini biasanya memakan
tanaman yang telah berdaun sampai kepangkal daun.
Akibatnya tanaman tidak dapat menghasilkan daun
kembali dan mati.
Cara untuk mengatasi gangguan kambing ini adalah
dengan membuat kesepakatan diantara masyarakat
apakah kambing dikandangkan atau menentukan daerah
penggembalaan dan kambing harus digembala atau diikat
diareal tersebut. Cara lain dengan me-nanam bibit/benih
di daerah diluar jangkauan kambing, yaitu tempat yang
selalu tergenang air atau selalu berlumpur.
c. Hama
Hama yang sering menyerang tanaman mangrove dikenal
dengan scale inset dan kutu lompat (Mealy bug). Ciriciri serangan hama ini daun menjadi kuning dan
kemudian rontok kemudian tanaman menjadi mati. Cara
mengatasinya dengan pemusnahan tanaman yang
terkena serangan hama ini.
d. Manusia
Dampak kerusakan terhadap tanaman yang diakibatkan
oleh manusia dapat lebih besar dan luas dibandingkan
dengan ketiga yang disebut diatas.
Bentuk-bentuk
kegiatan yang dapat merusak tanaman antara lain:
Menjala ikan
Bibit/benih mangrove tersangkut dan tercabut
sewaktu jala diangkat dari air. Selain itu, si penjala
secara tidak sengaja dapat menginjak bibit/benih.
23
Menyudu udang
Alat sudu dapat mencabut benih yang ditanam apabila
penyuduan dilakukan disekitar tanaman. Selain itu, si
penyudu dapat mencabut bibit/benih apabila merasa
terganggu sewaktu melakukan penyuduan atau
secara tidak sengaja menginjak bibit/benih apabila
penyuduan dilakukan malam hari.
Mencari kepiting
Kegiatan mencari kepiting pada siang hari dengan
membongkar lubang kepiting dapat mencabut
bibit/benih, sedangkan kegiatan mencari kepiting
pada malam hari dapat mengakibatkan tanaman
terinjak secara tidak sengaja oleh pencari kepiting.
a
c
24
Mendaratkan perahu
Perahu nelayan yang mendarat disekitar penanaman, serta jalan masuk atau keluar yang dibuat
menuju perahu dapat merusak tanaman. Selain itu,
pada musim barat atau ombak besar, perahu
nelayan sering dinaikkan ke darat. Pendaratan ini
akan merusak tanaman apabila terletak dilokasi
penanaman.
Rekreasi/bermain di pantai
Orang yang sedang berekreasi atau sedang
bermain-main ke pantai dapat merusak tanaman
dengan cara mencabut atau menginjak dengan
sengaja atau tidak sengaja.
25
26
Papan pengumuman
Papan pengumuman pelarangan perusakan tanaman dapat dibuat dan di tancapkan di daerah-daerah
penanaman yang sering dilalui orang.
Papan
pengumuman ini sebaiknya atas nama masyarakat
setempat.
27
3.
Pemangkasan
Pemangkasan tanaman biasanya dilakukan terhadap
tanaman yang ditanam di tambak, pinggir sungai atau
saluran air. Biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 5
tahun keatas. Tujuan pemangkasan ini terutama untuk
membuat pohon kelihatan lebih rapi, memudahkan melihat
orang di tambak terutama pada malam hari, dan bahanbahan hasil pangkasan seperti daun dapat menjadi makanan
kambing, akar dan ranting menjadi kayu bakar. Bagianbagian yang dipangkas adalah ranting daun sebelah bawah
dan akar-akar tunjang bakau paling atas.
28
4.
Penjarangan
Penjarangan dilakukan dengan menebang sebagian pohon
untuk memberi ruang tumbuh yang ideal bagi pohon lainnya
atau memperpanjang jarak tanam. Penjarangan biasanya
dilakukan terhadap tanaman di tambak, teru-tama di bagian
tengah, dan biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 5
tahun keatas.
Penjarangan ditengah tambak ini bertujuan
untuk memperluas ruang budidaya ikan dan sekaligus
memperkecil resiko pembusukan air tambak apabila sirkulasi
airnya tidak lancar.
Hasil pen-jarangan ini dapat
dimanfaatkan untuk bahan bangunan atau kayu bakar.
PENUTUP
Dengan berkembangnya kegiatan-kegiatan penanaman mang-rove
yang direncanakan dengan baik serta melibatkan masya-rakat
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan,
diharapkan akan diperoleh tingkat keberhasilan tumbuh tanaman
yang tinggi. Dengan keberhasilan penanaman, maka manfaat dan
fungsi mangrove diharapkan dapat berjalan dan diperoleh kembali.
29
PUSTAKA
Khazali, M. Soemodihardjo, S. Wiroatmodjo, P. Mulia, P. 1996.
Restoration of Mangrove in Indonesia: a case study of
Tembilahan, Sumatra.
In: Restoration of Mangrove
Ecosystems. ITTO and ISME: 97 110.
Kusmana, C dan Onrizal. 1998.
Evaluasi Kerusakan Kawasan
Mangrove dan Arahan Teknik Rehabilitasinya di Pulau Jawa.
Dalam: Lokakarya Jaringan Kerja Pelestari Mangrove. 12 13 Agustus 1998, Pemalang, Jawa Tengah: 1 26.
30