Anda di halaman 1dari 40

PANDUAN TEKNIS

PENANAMAN MANGROVE
BERSAMA MASYARAKAT

Oleh:
M. Khazali

Bogor, April 1999

Indonesia Programme

Panduan Teknis Penanaman Mangrove

Panduan ini dibuat bagi para praktisi lapangan yang akan


merencanakan dan melaksanakan kegiatan rehabilitasi
mangrove dengan melibatkan masyarakat.

ii

Wetlands International Indonesia Programme

TIM PRODUKSI
Penulis

M. Khazali

Editor

Laksmi A. Savitri

Desain & Tata letak

Triana

Ilustrasi

Wahyu Gumelar

Wetlands International - Indonesia Programme, 1999


Panduan ini dapat diperoleh di:
Wetlands International - Indonesia Programme
Jl. Arzimar III No. 17 Bogor 16152
PO. Box 254/Boo Bogor 16002
Ditjen. Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
Gd. Manggala Wanabakti Blok I Lt. 12
Jl. Gatot Subroto, Jakarta 10270
Pencetakan buku ini atas kerjasama WI-IP dengan:

Ditjen. Rehabilitasi Lahan dan


Perhutanan Sosial

Canada Fund

Pustaka:
Khazali, M. 1999. Panduan Teknis: Penanaman Mangrove
bersama Masyarakat. Wetlands International Indonesia
Programme, Bogor.

Panduan Teknis Penanaman Mangrove

iii

iv

Wetlands International Indonesia Programme

KATA PENGANTAR
Rehabilitasi mangrove adalah suatu kegiatan yang sudah
dilakukan oleh berbagai pihak sejak bertahun-tahun yang lalu.
Namun ternyata laju perbaikan tidak pernah bisa mengejar atau
bahkan menyejajarkan diri dengan laju kerusakannya.
Pertanyaannya kemudian adalah KENAPA ?
Mangrove sebagai bagian ekosistem dari keseluruhan ekosistem
pesisir tidak pernah berdiri sendiri, sebagaimana hakekatnya
keberadaan seluruh alam ini. Sering terlupakan bahwa manusia
merupakan bagian dari kehadiran suatu bentukan alam, yang justru
memiliki pengaruh paling besar. Pada saat berbagai permasalahan
lingkungan muncul dalam beberapa dekade terakhir ini, awalnya
manusia lupa bahwa sumber permasalahan adalah manusia.
Akibatnya penanganan kerusakan lingkungan tidak bertumpu pada
akar penyebabnya itu sendiri tapi lebih mencoba mengatasi
dampak sampingan saja. Demikian pula halnya dengan upayaupaya pelestarian ataupun penanaman kembali hutan mangrove.
Tanpa mendudukkan manusia sebagai fokus perhatian, sebagai
pelaku aktif perbaikan (sebagaimana ia pula berperan sebagai
pelaku aktif perusakan), usaha untuk mengembalikan jajaran hijau
mangrove di pesisir akan sia-sia.
Masyarakat pesisir adalah komunitas terpenting yang telah
menjadi bagian dari ekosistem mangrove. Bekerja di lapangan
tanpa filosofi berpikir seperti ini adalah langkah awal menuju kerja
keras tanpa hasil. Dalam jangka waktu 9 tahun (1987-1996)
paling tidak sudah 800.000 hingga 1.760.000 hektar hutan
mangrove hilang dari bumi Indonesia. Untuk itu buku ini ingin
menawarkan suatu teknik melakukan rehabilitasi mangrove
dengan memposisikan masyarakat sebagai pelaku dan penerima
keuntungan langsung dari penanaman mangrove sebagai aktor
penting dari kegiatan, terutama bagi praktisi di lapangan.

Panduan Teknis Penanaman Mangrove

vi

Wetlands International Indonesia Programme

UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih
dan Pemurah atas terselesaikannya buku .
Kegiatan yang menjadi sumber inspirasi dari buku ini beserta
penulisan dan pencetakannya dapat terwujud karena bantuan
berbagai pihak yang memiliki visi yang sama, yaitu bahwa
kegiatan rehabilitasi mangrove adalah kegiatan penting yang jadi
bermakna karena dilakukan oleh semua pihak dan untuk
kepentingan semua pihak, terutama masyarakat pesisir. Oleh
karena itu kami mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya
bagi Yang Mulia Duta Besar Canada yang telah memberikan
bantuan dana untuk kegiatan Silvofishery Ponds in Wetlands
Area, Indramayu-West Java melalui Canada Fund; serta seluruh
staf Canada Fund yang telah mendukung kami dalam berbagai
kegiatan konservasi lahan basah.
Ucapan terimakasih yang tulus juga kami sampaikan kepada
Bapak Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan
Sosial, Departemen Kehutanan dan Perkebunan atas kesediaan
beliau untuk mendukung pencetakan buku ini dan khususnya
kepada Bapak Ir. Suhardijono, MF yang telah membantu segala
proses hingga buku ini dapat tercetak.
Buku ini juga adalah hasil kerja keras banyak teman di Wetlands
International - Indonesia Programme (WI-IP) yang terlibat mulai
dari kegiatan di lapangan, pencetusan ide, proses penulisan dan
penataletakan, penyuntingan, pemilihan gambar, serta semua hal
yang menyusun seluruh puzzle sehingga buku ini dapat
terselesaikan dengan baik. Untuk itu ucapan terimakasih dan
penghargaan atas dedikasi semua teman dan manajemen WI-IP
kami haturkan sepenuh hati.
Semoga buku ini dapat memberikan informasi yang dibutuhkan
terutama bagi para praktisi lapangan yang bergelut dengan
usaha-usaha konservasi ekosistem mangrove.

Panduan Teknis Penanaman Mangrove

vii

viii

Wetlands International Indonesia Programme

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................v


Ucapan Terimakasih ................................................................. vii
Daftar Isi.....................................................................................ix
Pendahuluan .............................................................................. 1
Pemahaman Kondisi Wilayah .................................................... 2
Penentuan Lokasi Penanaman.................................................. 4
Pengumpulan Buah ................................................................... 5
Pembibitan ................................................................................. 7
Penanaman.............................................................................. 11
Pemeliharaan ........................................................................... 20
Penutup.................................................................................... 29
Pustaka .................................................................................... 30

Panduan Teknis Penanaman Mangrove

ix

PENDAHULUAN
Hutan mangrove biasanya juga disebut hutan payau karena tumbuh
di daerah payau atau juga disebut hutan bakau apabila jenis ini
dominan di suatu daerah. Namun, istilah hutan bakau kurang tepat
untuk hutan mangrove karena bakau merupakan salah satu nama
kelompok jenis tumbuhan yang ada di mangrove.
Saat ini luas hutan mangrove Indonesia tinggal 3.5 juta ha, dimana
kondisi mangrove yang masih baik hanya ada di Irian Jaya saja.
Sedangkan di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan
Maluku dan Nusa Tenggara menunjukkan sebagian besar
mangrove telah mengalami kerusakan, baik karena konversi
menjadi tamba, tambak garam, pemukiman, pertanian, industri
maupun penebangan secara berlebihan.
Hilangnya/rusaknya mangrove ini menimbulkan berbagai
permasalahan terutama abrasi yang terjadi hampir di seluruh
pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera (seperti pantai timur
Lampung) dan pantai Sulawesi Selatan.
Abrasi ini
mengakibatkan beberapa desa terpaksa direlokasi ke daerah
yang lebih aman dan juga menyebabkan lahan usaha masyarakat
seperti tambak banyak yang hilang menjadi lautan. Selain itu
telah terjadi penurunan produksi udang alam di laut seperti yang
terjadi di pantai utara Jawa dan juga penurunan produksi ikan
seperti yang terjadi di Bagan Siapi-api yang dulunya merupakan
penghasil ikan utama di Indonesia.
Mengingat besarnya kerugian akibat hilangnya/rusaknya
mangrove, maka penting dikembangkan kegiatan penanaman
mangrove, terutama diluar kawasan hutan. Agar penanaman ini
berjalan dengan baik dan berhasil, masyarakat setempat haruslah
terlibat secara penuh mulai dari perencanaan kegiatan sampai
pada pemeliharaan tanaman. Keterlibatan masyarakat ini penting
karena merekalah yang sehari-hari berada dan berinteraksi
dengan tanaman dan lokasi penanaman.

Panduan Teknis Penanaman Mangrove

PEMAHAMAN KONDISI WILAYAH


Sebelum rangkaian kegiatan penanaman mangrove bersama
masyarakat dilakukan, terutama untuk penanaman mangrove di
luar kawasan hutan, kondisi pantai dan kondisi masyarakat harus
diketahui terlebih dahulu. Kondisi pantai yang baik untuk ditumbuhi
mangrove adalah pantai yang mempunyai sifat-sifat:

air tenang/ombak tidak besar

air payau

mengandung endapan lumpur

lereng endapan tidak lebih dari 0.25 % - 0.50 %.

Dengan demikian, tempat ideal untuk perkembangan mangrove


terdapat di pantai-pantai pada teluk yang dangkal, muara sungai,
delta, bagian terlindung dari tanjung, selat yang terlindung dan
tempat-tempat yang serupa. Adapun luas mangrove di suatu
tempat dipengaruhi oleh tinggi pasang surut yang menentukan
jauhnya jangkauan air pasang. Semakin jauh jangkauan air
pasang di suatu daerah, semakin luas mangrove yang dapat
dikembangkan atau ditanam.
Kondisi masyarakat yang perlu diketahui terutama adalah:
Pertama, struktur sosial dan bentuk pemanfaatan serta intensitas
interaksi wilayah pesisir oleh masyarakat. Dari sini, kelompok
target masyarakat yang terlibat dalam kegiatan penanaman, baik
prioritas maupun bukan prioritas, dapat ditentukan. Biasanya
kelompok target prioritas adalah tokoh masyarakat, petambak,
nelayan, dan lain-lain. Kedua, per-sepsi masyarakat terhadap
mangrove dan rencana penanaman yang akan dilaksanakan.
Jika persepsi masyarakat terhadap mangrove negatif atau tidak
mendukung terhadap rencana kegiatan penanaman mangrove,
maka pertama sekali yang harus dilakukan adalah membangun
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya mangrove dan
pentingnya manfaat pena-naman mangrove bagi mereka.

Wetlands International Indonesia Programme

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam membangun


kesadaran masyarakat antara lain: diskusi bersama masyarakat
untuk memahami kondisi pantai saat ini dan dulu, mengidentifikasi dan menyadari bersama dampak hilang/rusaknya
mangrove, menentukan dan menyepakati bersama solusi
mengatasi masalah akibat hilang/rusaknya mangrove, studi
banding untuk meyakini dan memperluas wawasan tentang
manfaat mangrove, perencanaan dan pelaksanaan bersama
penanaman mangrove, dan pembentukan kelompok masyarakat
pengelola dan pelestari mangrove (upaya membangun kesadaran
masyarakat dalam pelestarian mangrove secara rinci dapat dilihat
di Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Wilayah
Pesisir: pengalaman pelaksanaan pengembangan tambak
ramah lingkungan dan penanaman mangrove di Karangsong,
Indramayu) .

Gambar 1. Mangrove dengan lingkungannya

Panduan Teknis Penanaman Mangrove

PENENTUAN LOKASI PENANAMAN


Lokasi penanaman perlu ditentukan terlebih dahulu terutama
untuk penanaman di luar kawasan hutan. Di pantai utara Jawa
atau daerah lainnya, dimana sebagian besar mangrove diluar
kawasan hutan telah di konversi menjadi tambak udang/ikan,
lokasi penanaman dapat dilakukan di pinggir laut, pinggir sungai,
di tanggul atau di tengah tambak dan saluran-saluran air ke
tambak. Lokasi-lokasi ini bisa merupakan milik negara/pemda,
masyarakat atau swasta.
Dalam perencanaan dan penentuan lokasi penanaman (dengan
difasilitasi), sebaiknya ditentukan oleh masyarakat sendiri.
Daerah pinggir laut dan tepi sungai diusahakan menjadi lokasi
prioritas utama untuk ditanam agar menjadi jalur hijau pantai dan
sungai.

Gambar 2. Lokasi penanaman mangrove

Wetlands International Indonesia Programme

Guna mendapatkan bantuan/dukungan dan untuk menghindari


konflik kepentingan, sebaiknya rencana dan lokasi penanaman
ini diinformasikan dan dikoordinasikan dengan pemda setempat.
Tanggapan positif dari pemda ini akan turut berpengaruh
terhadap keberlanjutan dan keberhasilan kegiatan penanaman.

PENGUMPULAN BUAH
Dalam rangkaian kegiatan penanaman mangrove, masing-masing
jenis mangrove memiliki karakter yang berbeda. Jenis mangrove
yang dibahas dalam panduan ini adalah jenis-jenis mangrove
utama dan yang biasanya ditanam seperti api-api (Avicennia),
pedada/prepat
(Sonneratia),
bakau
(Rhizophora),
tumu/tanjang/bius (Bruguiera).
Pengumpulan buah mangrove akan mudah dan dalam jumlah
banyak apabila dilakukan di musim puncaknya. Musim puncak
berbuah ini berbeda-beda, tergantung pada jenis dan lokasi. DI
Jawa Barat dan Jawa Tengah, puncak musim berbuah
Rhizophora sp bulan September sampai November.
Buah yang dikumpulkan haruslah buah yang tua dan tidak
terkena serangan hama penggerek. Buah bakau dan buah tumu
biasanya dipetik dari pohon dengan memanjat atau
menggunakan galah. Kedua buah ini apabila dipungut dari yang
jatuh biasanya banyak yang sudah terkena serangan hama
penggerek.
Pohon bakau yang baik sebagai sumber buah berasal dari
tegakan berumur 10 tahun keatas, sedangkan pohon
tumu/prepat/bius dari tegakan berumur sekitar 8 - 10 tahun.
Ciri-ciri buah bakau besar/ bakau laki (Rhizophora mucronata)
yang tua berwarna hijau tua atau kecoklatan dengan kotiledon
(cincin) sudah memanjang. Buah bakau kecil/bakau bini (R.
apiculata) yang tua berwarna hijau tua dengan kotiledon (cincin)

Panduan Teknis Penanaman Mangrove

sudah memanjang.
Buah tumu/tanjang/bius
gymnorrhiza) yang tua berwarna hijau tua.

(Bruguiera

Pohon api-api (Avicennia) dan pedada/prepat (Sonneratia) yang


baik sebagai sumber buah berasal dari tegakan 5 tahun lebih.
Kedua buah ini biasanya dipungut dari buah yang jatuh dari
pohon. Ciri-ciri api-api (Avicennia marina) yang tua berwarna
putih kekuningan dengan kulit buah sedikit mulai mengelupas,
sedang api-api (A. alba) berwarna coklat kekuningan. Buah
prepat (Sonneratia alba) yang tua berwarna hijau tua,
sedangkan pedada (S. caseolarist) berwarna kekuningkuningan.
Dalam pengumpulan buah, mulai dari mengumpulkan sampai
memilah, sebaiknya dilakukan dengan melibatkan masyarakat.
Dengan demikian mereka akan mengerti buah seperti apa yang
layak untuk ditanam.

d
a

e
b
c

Gambar 3.

Beberapa buah mangrove: (a) bakau besar/laki (R.


mucronata), (b) tumu/ tanjang/bius (B. gymnorrhiza), (c)
bakau kecil/bini (R. apiculata), (d) api-api (Avicennia sp.),
(e) pedada (Sonneratia sp.).

Wetlands International Indonesia Programme

PEMBIBITAN
Dalam penanaman mangrove, kegiatan pembibitan dapat
dilakukan dan dapat tidak dilakukan.
Apabila keberadaan
pohon/buah mangrove disekitar lokasi penanaman banyak,
kegiatan pembibitan dapat tidak dilakukan. Apabila keberadaan
pohon/buah disekitar lokasi penanaman sedikit atau tidak ada,
kegiatan pembibitan sebaiknya dilaksanakan.
Adanya kebun pembibitan akan menguntungkan terutama bila
penanaman dilaksanakan pada saat tidak musim puncak berbuah
atau pada saat dilakukan penyulaman tanaman.
Selain itu,
penanaman melalui buah yang dibibitkan akan menghasilkan
persentase tumbuh yang tinggi. Bibit/benih yang akan ditanam
harus sudah tersedia satu hari sebelum diadakan penanaman.
Buah bakau dan tumu bisa disemaikan terlebih dahulu sebelum
ditanam dan bisa ditanam tanpa persemaian. Buah api-api dan
prepat sebelum ditanam sebaiknya disemaikan terlebih dahulu.
Penanaman secara langsung, terutama di pinggir laut, sulit
dilaksanakan karena buah/bijinya terlalu kecil sehingga mudah
dibawa arus.
Penanaman dengan sistem puteran dari
permudaan alam, untuk kedua jenis ini dapat dilakukan dan
berhasil dengan baik.
1.

Pemilihan lokasi persemaian


Lokasi persemaian diusahakan pada tanah lapang dan datar.
Selain itu, hindari
lokasi persemaian di daerah
ketam/kepiting atau mudah dijangkau kambing. Lokasi
persemaian diusahakan sedekat mungkin dengan lokasi
penanaman dan sebaiknya terendam air pasang lebih
kurang 20 kali/bulan agar tidak dilakukan kegiatan
penyiraman bibit.

Panduan Teknis Penanaman Mangrove

2.

Pembangunan tempat dan bedeng persemaian


Dari luas areal yang ditentukan untuk tempat persemaian,
sekitar 70 % dipergunakan untuk keperluan bedeng
pembibitan, sisanya 30 % digunakan untuk jalan inspeksi,
saluran air, gubuk kerja dan bangunan ringan lainnya.
Ukuran tempat persemaian tergantung kepada kebutuhan
jumlah buah yang akan dibibitkan. Bahan tempat persemaian
dapat menggunakan bambu. Atap/naungan dapat menggunakan daun nipah atau alang-alang dengan ketinggian antara
1-2 meter. Apabila disekitar lokasi persemaian terdapat banyak
kambing, maka bangunan persemaian harus dirancang agar
kambing tidak dapat masuk.

Gambar 4. Tempat persemaian

Bedeng persemaian dibuat dengan ukuran bervariasi sesuai


kebutuhan, tetapi umumnya berukuran 5 x 1 m.
Dengan
bedeng berukuran 5 x 1 meter dapat memuat kurang lebih
1200 kantong plastik (polybag) ukuran 15 x 20 cm, dimana
masing-masing kantong memuat satu benih. Selain kantong
plastik (polybag), untuk penghe-matan dapat digunakan botol
air mineral bekas. Dalam ukuran bedeng yang sama dapat
memuat 1280 botol air mineral bekas ukuran 500 ml,
dimana masing-masing botol memuat satu benih.

Wetlands International Indonesia Programme

Bedeng persemaian dapat dibuat dengan mencangkul tanah


dengan kedalaman 5 - 10 cm atau tanah yang datar diberi
batas berupa bambu agar kantong plastik atau botol air
mineral bekas tidak jatuh. Antar bedeng sebaiknya ada jalan
inspeksi untuk memudahkan peme-riksaan tanaman.

Gambar 5. Bedeng persemaian: (a) tanah yang didalami,


(b) tanah yang diberi batas bambu

3.

Pembuatan bibit
Dalam pembibitan, terlebih dahulu harus dipersiapkan media
tanam yaitu tanah lumpur dari sekitar persemaian. Untuk
buah jenis bakau dan tengar, benih dapat langsung di
semaikan dan sekaligus disapih pada kantong plastik atau
botol air mineral bekas yang telah dilubangi bawah-nya dan
diisi media tanam.
Jenis api-api dan prepat benih harus disemaikan terlebih
dahulu. Buah api-api, benih dapat ditebarkan langsung di
bak persemaian atau kulit buah dibelah dua terlebih dahulu
sebelum disemaikan di bak persemaian. Untuk buah prepat,
dari satu buah dapat berisi lebih dari 150 benih. Namun
seringkali ditemukan sebagian benih-benih ini telah diserang
hama.

Panduan Teknis Penanaman Mangrove

Untuk mendapatkan benih prepat, buah yang sudah tua


direndam di dalam air selama 1 - 2 hari hingga benihnya
benar-benar terpisah. Benih-benih ini kemudian disemaikan di bak semai yang berisi tanah lumpur. Apabila semai
kedua jenis ini telah berumur kurang lebih 1 bulan atau
ditandai dengan keluarnya daun 5 - 6 helai, semai
dipindahkan ke kantong plastik atau botol air mineral bekas
untuk disapih di bedeng persemaian.
Penyiraman bibit
hanya dilakukan apabila air pasang tidak sampai
membasahi bibit.

Setelah bibit bakau atau tumu


berumur sekitar 3 - 4 bulan, bibit
siap untuk ditanam di lapangan.
Sedangkan bibit api-api atau
prepat siap ditanam setelah
berumur sekitar 5 - 6 bulan.

Gambar 6. Bibit bakau yang siap


ditanam

Apabila kelompok masyarakat sudah terbentuk, kegiatan


pembibitan dapat dilakukan dan dilanjutkan seterusnya oleh
kelompok. Selain bermanfaat untuk kegiatan penyu-laman
atau penanaman baru, juga dapat menjadi alternatif
penghasilan bagi kelompok. Saat ini permintaan terhadap
bibit mangrove cukup banyak karena sudah berjalannya
beberapa program penanaman mangrove diberbagai tempat.

10

Wetlands International Indonesia Programme

PENANAMAN
1.

Faktor Penunjang Keberhasilan


Sebelum melakukan penanaman, harus diperhatikan beberapa faktor fisik penunjang keberhasilan penanaman: keadaan pasang surut, musim ombak dan kesesuaian jenis
tanaman dengan lingkungannya. Selain itu, faktor pelibatan
masyarakat (termasuk perempuan dan anak-anak) dalam
kegiatan penanaman juga menentukan keberhasilan
penanaman. Dengan keterlibatan ini akan timbul rasa
memiliki dan keinginan menjaga dan memelihara tanaman.
Penanaman sebaiknya dilakukan pada saat air laut surut
agar memudahkan penanaman dan jarak antar tanaman
dapat segera diketahui apakah seragam atau tidak. Untuk
mengetahui kondisi pasang surut air laut ini, beberapa hari
sebelum penanaman perlu diamati waktu dan lama pasang
dan surut. Informasi dari masyarakat tentang kondisi ini
akan sangat bermanfaat.
Untuk penanaman dipinggir laut, terutama di daerah pantai
yang menghadap laut terbuka, musim ombak besar perlu
diketahui agar setelah penanaman bibit/benih tidak hilang
diterjang ombak. Untuk daerah-daerah pantai penanaman
sebaiknya tidak dilakukan pada musim barat karena saat
tersebut ombaknya besar. Penanaman pada musim timur
akan lebih baik karena ombaknya relatif kecil sehingga
resiko bibit/benih hilang diterjang gelombang laut kecil.
Waktu penanaman ini sebaiknya didiskusikan dan
disepakati bersama dengan masyarakat karena merekalah
yang lebih menguasai kondisi setempat.
Kesesuaian jenis tanaman dengan lingkungannya perlu
diperhatikan karena akan mempengaruhi tingkat keberhasilan penanaman. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
untuk kesesuaian jenis ini adalah salinitas, frekuensi

Panduan Teknis Penanaman Mangrove

11

penggenangan, tekstur tanah (kandungan pasir dan


lumpur), dan kekuatan ombak dan angin (Kusmana dan
Onrizal, 1998).

Tabel 1. Kesesuaian jenis mangrove dengan faktor-faktor


lingkungan

No.

Jenis

Rhizophora
mucronata
R. apiculata
R. Stylosa
Bruguiera
parviflora
B. gymnorrhiza
B. sexangula
Sonneratia alba
S. caseolaris
Avicennia spp.

2
3
4
5
6
7
8
9

Toleransi
Toleransi
Toleransi
terhadap
terhadap
Frekuensi
Salinitas
terhadap
ombak dan kandungan
penggenangan
lumpur
angin
pasir
10 - 30

sesuai

sedang

sesuai

20 hari/bulan

10 - 30
10 - 30
10 - 30

sedang
sedang
tidak sesuai

sedang
sesuai
sedang

sesuai
sesuai
sesuai

20 hari/bulan
20 hari/bulan
10-19 hari/bln

10 - 30
10 - 30
10 - 30
10 - 30
10 - 30

tidak sesuai
tidak sesuai
sedang
sedang
sedang

tidak sesuai
sedang
sesuai
sedang
sesuai

sedang
sesuai
sesuai
sedang
sesuai

10-19 hari/bln
10-19 hari/bln
20 hari/bulan
20 hari/bulan
20 hari/bulan

Bakau laki/bakau besar (R. mucronata) dapat tumbuh baik


pada lumpur yang dalam dan tahan terhadap ombak dan
angin. Jenis ini cocok ditanam di bagian depan garis pantai,
terutama di pantai yang ombaknya cukup besar. Bakau (R.
stylosa) dapat ditanam pada lokasi-lokasi yang banyak
mengandung pasir dan pecahan koral.
Api-api (Avicennia
spp.) dan prepat (S. alba) cocok ditanam di daerah yang
didominasi pasir tapi mengandung lumpur dan terkena
pasang surut rata-rata 20 hari/bulan. Kedua jenis ini sangat
kuat untuk menahan ombak karena sifat akarnya yang
muncul dari bawah keatas seperti pasak sehingga keduanya
cocok ditanam di bagian terdepan garis pantai.
Tumu/tanjang (Bruguiera spp.) dan pedada (S. caseolaris)
12

Wetlands International Indonesia Programme

dapat ditanam lebih kearah darat yang tanahnya lebih keras


di ekosistem mangrove.
2.

Penentuan jarak tanam


Jarak tanam tergantung lokasi dan tujuan penanaman.
Penanaman di pinggir laut dengan tujuan melindungi pantai
dari abrasi atau sebagai jalur hijau, jarak tanamnya adalah 1
x 1 meter. Jumlah baris tanaman tergantung kondisi pantai,
namun diusahakan sebanyak mungkin. Dengan semakin
banyaknya tegakan tanaman akan semakin besar
kemampuannya untuk melindungi pantai dari abrasi,
semakin besar kemampuannya menyuburkan pantai, dan
semakin banyak ruang untuk perlindungan dan tumbuh bagi
biota air seperti ikan dan udang.
Penanaman di pinggir sungai atau saluran-saluran air
menuju tambak dengan tujuan melindungi tanggul atau jalur
hijau, apabila hanya 1 baris, jarak antar tanaman dapat 1
meter atau 1.5 meter. Apabila lebih dari 1 baris, jarak tanam
dapat 1 x 1 meter atau 1.5 x 1.5 meter. Apabila dilokasi
penanaman banyak penjala, pencari udang atau kepiting,
maka jarak antar tanaman sebaiknya diperbesar menjadi 2
meter atau 2 x 2 meter. Hal ini untuk memberi ruang bagi
mereka dan alat yang digunakan agar tidak merusak
tanaman.
Jarak antar tanaman di tambak dengan tujuan untuk
melindungi tanggul dapat 1 meter, 1.5 meter atau 2 meter.
Setelah tanaman membesar dan dirasakan terlalu rapat,
dapat dilakukan penjarangan sehingga jarak antar tanaman
menjadi 2 meter atau 3 meter.
Penanaman di tengah
tambak (terutama tambak bandeng) jarak tanaman dapat 1.5
x 1.5 meter, 2 x 2 meter atau 2 x 3 meter. Setelah tanaman
membesar, dapat dijarangkan menjadi 3 x 3 meter, 2 x 4
meter atau 4 x 3 meter.

Panduan Teknis Penanaman Mangrove

13

3.

Persiapan Peralatan
Setelah mengetahui kondisi pasang surut, musim ombak dan
kesesuaian jenis, serta jarak tanam ditentukan, selanjutnya
dipersiapkan beberapa peralatan penanaman, yaitu:
a. Tali pengatur jarak tanaman
Agar jalur tanaman dan jarak antar tanaman yang
diinginkan seragam, maka diperlukan tali tambang ukuran
10 m atau 20 m.
Kedua ujung tali ini diikat dengan
sepotong bambu atau kayu dan pada jarak tanam yang
diinginkan diberi tanda (cat atau tali plastik yang diikat)
sebagai titik-titik penanaman. Tali pengatur jarak tanaman
ini dapat dibuat satu atau lebih tergantung kepada jumlah
orang yang akan ikut menanam.
b. Ajir
Ajir diperlukan terutama untuk penanaman di pantai yang
menghadap laut lepas yang ombaknya cukup besar. Bibit
atau benih diikat ke ajir agar tidak hanyut dibawa ombak.
Selain itu, ajir juga dapat digunakan untuk penanaman di
sungai atau saluran air. Penggunaan ajir ini bertujuan
sebagai tanda adanya tanaman baru.
Tanda ini
diharapkan agar orang-orang yang sering memanfaatkan
daerah pantai, sungai atau saluran air tambak seperti
penjala ikan, pencari udang, pencari kepiting atau orangorang yang sedang rekreasi/bermain ke daerah pantai,
dan lain-lainnya tidak merusak atau mencabut tanaman
baik dengan sengaja maupun tidak sengaja.

14

Wetlands International Indonesia Programme

c. Tugal
Tugal digunakan untuk membuat lubang tanaman dan
dibutuhkan sewaktu menanam di tanah lumpur yang agak
keras. Tugal dapat terbuat dari sepotong kayu atau
bambu bulat. Jumlah tugal yang dibuat tergantung dari
jumlah orang yang menanam, idealnya 1 tugal untuk 5 - 6
orang.
d. Ember dan parang
Ember digunakan untuk mengangkut bibit atau benih
sewaktu diadakan penanaman.
Parang digunakan
apabila di lokasi penanaman banyak tumbuhan liar atau
ranting. Kedua peralatan ini sebaiknya dibawa oleh
masing-masing orang yang akan menanam.

a
c
b

Gambar 7. (a) tali pengatur jarak tanaman, (b) ajir, (c) tugal

Panduan Teknis Penanaman Mangrove

15

4.

Pembagian Kelompok
Sebelum pelaksanaan penanaman sebaiknya diketahui
jumlah orang yang akan terlibat dalam penanaman.
Pelibatan dan penentuan orang yang akan ikut menanam ini
akan lebih baik dan mudah apabila dikoordinir sendiri oleh
tokoh-tokoh
masyarakatnya.
Kemudian
dilakukan
pembagian kelompok yaitu kelompok penanam dan
kelompok pendistribusi bibit/benih.
Kelompok penanam
dapat berjumlah 10 - 20 orang dan dapat terdiri dari 1 atau
lebih kelompok, tergantung jumlah bibit/benih yang akan
ditanam atau luasnya areal penanaman. Kelompok
pendistribusi bibit/benih dapat berjumlah 5 - 10 orang dan
hanya terdiri dari 1 kelompok saja.
Setelah kelompok dibagi, selanjutnya dijelaskan teknis
penanaman oleh masyarakat yang telah dikader dan
berperan sebagai koordinator kelompok. Kemudian setiap
orang di kelompok dibagi-bagi tugas, seperti: 2 orang
pembawa tali pengatur jarak tanaman, 2 atau 3 orang
pembawa tugal, dan selebihnya penanam. Setelah itu,
setiap kelompok dibagikan peralatan penanaman dan
menuju ke lokasi penanaman dengan membawa bibit/benih
di ember masing-masing. Bibit/benih sisanya dibawa oleh
kelompok pendistribusi bibit/benih.

5.

Pelaksanaan Penanaman
Setelah tiba dilokasi, kelompok-kelompok penanam segera
disebar. Dimulai dari titik awal penanaman, tali direntang-kan
dan ditancapkan di lumpur. Setelah itu, kelompok penanam
segera menanam bibit/benih di titik-titik yang sudah ditandai.
Apabila lumpurnya cukup keras, maka terlebih dahulu harus
dilubangi oleh pembawa tugal. Bila persedian bibit/benih
habis, kelompok pendistribusi bibit/benih harus segera
mendistribusikan bibit/benih ke masing-masing penanaman.

16

Wetlands International Indonesia Programme

Penanaman dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu bibit dan


benih.
a. Penanaman dengan benih
Pada lokasi penanaman berlumpur lembek atau dalam,
sekitar sepertiga dari panjang buah/benih (terutama
bakau dan tumu) ditancapkan ke dalam lumpur secara
tegak dengan bakal kecambah menghadap keatas. Pada
lokasi penanaman berlumpur agak keras, terlebih dahulu
dibuat lubang baru buah/benih dimasukkan kedalam
lubang secara tegak. Setelah itu lubang ditutup kembali
dengan tangan sehingga benih dapat berdiri tegak
dengan baik. Apabila ingin memasang ajir sebagai tanda
adanya tanaman baru, maka ajir ditanam disamping
buah/benih. Untuk melindungi buah agar tidak hanyut
terbawa ombak, sebaiknya buah diikatkan pada ajir.

Gambar 8. Penanaman dengan benih yang diikat dengan ajir

Panduan Teknis Penanaman Mangrove

17

Setelah buah ditanam, terutama di daerah terbuka,


sebaiknya dinaungi atau diberi penutup dengan pakispakisan, piyai, daun nipah, ranting atau lainnya. Hal ini
untuk menghindari sengatan matahari langsung (sesuai
dengan sifatnya yang toleran) dan untuk menghindari
serangan ketam/kepiting.
Apabila terkena matahari
langsung sebagian buah akan kering. Ketam/kepiting
biasanya mengganggu tanaman apabila penanaman
dilakukan di daerah pertambakan. Penanaman buah tanpa
naungan biasanya dilakukan diareal yang tidak terbuka
sama sekali.
Secara umum terdapat kelebihan dan
kekurangan penanaman dengan dan tanpa naungan.

Tabel 2. Perbedaan penanaman buah dengan dan tanpa naungan


No.

Kelebihan dan
Kekurangan

Penanaman dengan
Naungan

Penanaman tanpa
Naungan

Persen tumbuh

tinggi

rendah

Prestasi kerja

rendah

tinggi

Bahan naungan

sulit untuk diperoleh

tidak diperlukan

b. Penanaman dengan bibit


Penanaman dengan bibit sebaiknya membuat lubang
terlebih dahulu. Kantong plastik atau botol air mineral
bekas dilepaskan secara hati-hati agar tidak merusak
perakarannya.
Kantong plastik atau botol ini dikumpulkan untuk digunakan lagi pada kegiatan
pembibitan selanjutnya.
Bibit dimasukkan kedalam
lubang secara tegak sebatas leher akar dan ditutup
kembali dengan lumpur. Bila ingin memasang ajir sebagai
tanda adanya tanaman baru, maka ajir ditanam
disamping bibit. Bila untuk melindungi bibit agar tidak
hanyut dibawa ombak, bibit diikatkan pada ajir.

18

Wetlands International Indonesia Programme

Gambar 9.

Penanaman dengan bibit, dimana kantong plastik


atau botol air mineral bekas dikumpulkan untuk
digunakan
lagi
pada
kegiatan
pembibitan
selanjutnya.

Secara umum terdapat kelebihan dan kekurangan penanaman mangrove melaui bibit dan benih. Lebih rinci dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Perbedaan penanaman mangrove dengan bibit dan benih


No.
1
2
3
4
5
6

6.

Kelebihan dan Kekurangan

Faktor Penentu
Persiapan pendahuluan
Pengangkutan bibit
Hasil penanaman
Persen tumbuh
Kebutuhan tenaga
penanam
Waktu penanaman

Bibit

Buah

lama
sulit dan sedikit
segera dilihat
tinggi
banyak

pendek
mudah dan banyak
lama dapat dilihat
rendah
sedikit

lama

singkat

Tingkat keberhasilan tumbuh


Penanaman melalui bibit umumnya akan menghasilkan tingkat
keberhasilan yang tinggi dibandingkan melalui buah.
Penanaman melalui buah yang baru dipetik atau dipungut dan

Panduan Teknis Penanaman Mangrove

19

langsung ditanam umumnya akan menghasilkan tingkat


keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan buah yang sudah
disimpan lebih dari beberapa hari. Berikut disajikan tingkat
persen tumbuh tanaman (Mulia dan Sumardjani dalam Khazali,
dkk, 1996).

Tabel 4. Persen tumbuh tanaman dengan berbagai cara


penanaman di Tembilahan, Riau
No.

Cara Penanaman

Persentase Tumbuh (%)

Bibit

85

Buah dengan pelindung

70

Buah tanpa pelindung

55

PEMELIHARAAN
Keberhasilan kegiatan penanaman sangat ditentukan oleh kegiatan
pemeliharaan tanaman.
Dilain pihak, keberhasilan kegiatan
pemeliharaan ditentukan oleh berhasil/tidaknya dalam menimbulkan
kesadaran masyarakat untuk terlibat dan melakukannya secara
mandiri.
1.

Penyiangan dan penyulaman


Penyiangan/penebasan dilakukan terhadap tumbuhan pengganggu (gulma). Kegiatan Penyiangan/penebasan gulma ini
harus mendapat perhatian khusus dalam pemeliharaan apabila
penanaman dilakukan pada daerah terbuka dan lokasinya lebih
ke arah darat (kadar lumpurnya tipis). Lokasi seperti ini sangat
cepat ditumbuhi piyai (Acanthus ilicifolius) atau paku-pakuan
(Acrosthicum aereum). Selain itu, perhatian khusus juga harus

20

Wetlands International Indonesia Programme

dilakukan apabila penanaman di lakukan di areal bekas piyai


atau paku-pakuan. Piyai atau paku-pakuan akan menjadi
pesaing bagi bibit/benih mangrove yang baru ditanam. Pakupakuan atau piyai setelah ditebang dalam waktu yang tidak
terlalu lama sekitar 5 bulan akan tumbuh kembali, terutama di
musim hujan.
Pemeliharaan dilakukan dengan cara penebasan piyai atau
pakis-pakisan secara teratur sampai bibit/benih mangrove
yang ditanam menjadi besar dan cukup kuat bersaing
dengan piyai atau pakis-pakisan ini.

Gambar 10. Pemeliharaan tanaman dengan menebang


piyai/pakis-pakisan disekitar tanaman

Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati.


Penyulaman dapat dilakukan dengan benih atau bibit.
Penyulaman sebaiknya dilakukan dengan bibit yang umurnya sama dengan tanaman yang mati agar umur tegakan
tetap seragam.
Cara penyulaman sama dengan cara
penanaman.

Panduan Teknis Penanaman Mangrove

21

2.

Perlindungan tanaman
a. Ketam/kepiting
Penanaman di daerah pertambakan atau bekas tambak
biasanya sering diganggu oleh ketam/kepiting. Ketam/
kepiting ini biasanya menyerang tanaman mangrove
sampai berumur 1 tahun. Caranya dengan menggigit
batang anakan mangrove secara melingkar sehingga
suplai makan terputus.
Akibatnya lama-kelamaan
tanaman akan mati.
Ada beberapa cara untuk mengatasi gangguan ini.
Pertama, bibit/benih mangrove ditanam lebih banyak atau
rapat-rapat
di
daerah
yang
sering
diganggu
ketam/kepiting. Harapannya sebagian dari bibit/benih ini
akan lolos dari gangguan dan dapat tumbuh dengan baik.
Kedua, benih ditanam sekaligus dua dan rapat dalam
satu lubang. Dengan demikian ketam tidak dapat
memanjat dan mengigit benih yang rapat ini. Ketiga,
membungkus bibit/benih dengan bambu yang telah
dilubangi ruas dalamnya dan diperuncing bagian
bawahnya. Cara yang ketiga ini akan menambah
pekerjaan dan hasilnya belum begitu efektif.

Gambar 11. Perlindungan tanaman dari ketam/kepiting: (a)


penanaman yang rapat, (b) penanaman dua benih dalam satu
lubang, (c) bibit/benih yang dibungkus dengan bambu

22

Wetlands International Indonesia Programme

b. Kambing
Gangguan lain yang sering merusak tanaman mangrove
adalah kambing.
Kambing ini biasanya memakan
tanaman yang telah berdaun sampai kepangkal daun.
Akibatnya tanaman tidak dapat menghasilkan daun
kembali dan mati.
Cara untuk mengatasi gangguan kambing ini adalah
dengan membuat kesepakatan diantara masyarakat
apakah kambing dikandangkan atau menentukan daerah
penggembalaan dan kambing harus digembala atau diikat
diareal tersebut. Cara lain dengan me-nanam bibit/benih
di daerah diluar jangkauan kambing, yaitu tempat yang
selalu tergenang air atau selalu berlumpur.
c. Hama
Hama yang sering menyerang tanaman mangrove dikenal
dengan scale inset dan kutu lompat (Mealy bug). Ciriciri serangan hama ini daun menjadi kuning dan
kemudian rontok kemudian tanaman menjadi mati. Cara
mengatasinya dengan pemusnahan tanaman yang
terkena serangan hama ini.
d. Manusia
Dampak kerusakan terhadap tanaman yang diakibatkan
oleh manusia dapat lebih besar dan luas dibandingkan
dengan ketiga yang disebut diatas.
Bentuk-bentuk
kegiatan yang dapat merusak tanaman antara lain:

Menjala ikan
Bibit/benih mangrove tersangkut dan tercabut
sewaktu jala diangkat dari air. Selain itu, si penjala
secara tidak sengaja dapat menginjak bibit/benih.

Panduan Teknis Penanaman Mangrove

23

Menyudu udang
Alat sudu dapat mencabut benih yang ditanam apabila
penyuduan dilakukan disekitar tanaman. Selain itu, si
penyudu dapat mencabut bibit/benih apabila merasa
terganggu sewaktu melakukan penyuduan atau
secara tidak sengaja menginjak bibit/benih apabila
penyuduan dilakukan malam hari.

Mencari kepiting
Kegiatan mencari kepiting pada siang hari dengan
membongkar lubang kepiting dapat mencabut
bibit/benih, sedangkan kegiatan mencari kepiting
pada malam hari dapat mengakibatkan tanaman
terinjak secara tidak sengaja oleh pencari kepiting.
a
c

Gambar 12. Bentuk aktivitas manusia yang dapat merusak


tanaman: (a) orang yang menjala ikan, (b) menyudu udang, (c)
mencari kepiting

24

Wetlands International Indonesia Programme

Mendaratkan perahu
Perahu nelayan yang mendarat disekitar penanaman, serta jalan masuk atau keluar yang dibuat
menuju perahu dapat merusak tanaman. Selain itu,
pada musim barat atau ombak besar, perahu
nelayan sering dinaikkan ke darat. Pendaratan ini
akan merusak tanaman apabila terletak dilokasi
penanaman.

Gambar 13. Perahu yang didaratkan dilokasi


penanaman

Rekreasi/bermain di pantai
Orang yang sedang berekreasi atau sedang
bermain-main ke pantai dapat merusak tanaman
dengan cara mencabut atau menginjak dengan
sengaja atau tidak sengaja.

Panduan Teknis Penanaman Mangrove

25

Untuk melindungi tanaman dari gangguan manusia dapat


dilakukan dengan beberapa cara:

Pendekatan intensif, dan pembuatan dan penegakan aturan


Pertama sekali harus diketahui kepada siapa
penyuluhan harus dilakukan. Untuk itu perlu diidentifikasi orang-orang yang memanfaatkan dan
sering ke daerah pantai dan ke lokasi penanaman,
serta bentuk kegiatannya. Kepada mereka dilakukan pendekatan intensif dan diberi pengertian
tentang pentingnya penanaman mangrove dan
manfaatnya bagi kelangsungan usaha mereka di
masa mendatang. Kemudian mereka diajak serta
dan dilibatkan dalam pengawasan dan pemeliharaan tanaman.
Bagi para pendatang dari luar, sebaiknya kelompok
masyarakat didorong untuk membentuk aturanaturan dan sanksi mulai dari teguran sampai dengan
denda, serta dikuatkan oleh desa. Juga kelompok
didorong untuk aktif melakukan sistem pengawasan
mandiri.

Memperlebar jarak tanam


Apabila lokasi penanaman merupakan tempat
menjala, menyudu udang atau mencari kepiting,
maka jarak tanam dapat di lebarkan. Jarak tanam 1
x 1 meter atau 1.5 x 1.5 meter dapat menjadi 2 x 2
meter. Jarak tanam yang lebar akan memberi ruang
bagi kegiatan-kegiatan diatas sehingga tidak
mengganggu tanaman. Untuk tempat pendaratan
perahu, sebaiknya tidak dilakukan penanaman.
Untuk itu perlu diidentifikasi terlebih dahulu lokasilokasi pendaratan perahu.

26

Wetlands International Indonesia Programme

Gambar 14. Jarak tanam yang diperlebar sehingga tidak


mengganggu aktivitas penjala ikan, penyudu udang, dan
pencari kepiting

Gambar 15. Lokasi pendaratan perahu yang tidak ditanami


tanaman

Papan pengumuman
Papan pengumuman pelarangan perusakan tanaman dapat dibuat dan di tancapkan di daerah-daerah
penanaman yang sering dilalui orang.
Papan
pengumuman ini sebaiknya atas nama masyarakat
setempat.

Panduan Teknis Penanaman Mangrove

27

3.

Pemangkasan
Pemangkasan tanaman biasanya dilakukan terhadap
tanaman yang ditanam di tambak, pinggir sungai atau
saluran air. Biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 5
tahun keatas. Tujuan pemangkasan ini terutama untuk
membuat pohon kelihatan lebih rapi, memudahkan melihat
orang di tambak terutama pada malam hari, dan bahanbahan hasil pangkasan seperti daun dapat menjadi makanan
kambing, akar dan ranting menjadi kayu bakar. Bagianbagian yang dipangkas adalah ranting daun sebelah bawah
dan akar-akar tunjang bakau paling atas.

Gambar 17. (atas) bakau yang tidak dipangkas, (sampng)


bakau yang dipangkas

28

Wetlands International Indonesia Programme

4.

Penjarangan
Penjarangan dilakukan dengan menebang sebagian pohon
untuk memberi ruang tumbuh yang ideal bagi pohon lainnya
atau memperpanjang jarak tanam. Penjarangan biasanya
dilakukan terhadap tanaman di tambak, teru-tama di bagian
tengah, dan biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 5
tahun keatas.
Penjarangan ditengah tambak ini bertujuan
untuk memperluas ruang budidaya ikan dan sekaligus
memperkecil resiko pembusukan air tambak apabila sirkulasi
airnya tidak lancar.
Hasil pen-jarangan ini dapat
dimanfaatkan untuk bahan bangunan atau kayu bakar.

PENUTUP
Dengan berkembangnya kegiatan-kegiatan penanaman mang-rove
yang direncanakan dengan baik serta melibatkan masya-rakat
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan,
diharapkan akan diperoleh tingkat keberhasilan tumbuh tanaman
yang tinggi. Dengan keberhasilan penanaman, maka manfaat dan
fungsi mangrove diharapkan dapat berjalan dan diperoleh kembali.

Panduan Teknis Penanaman Mangrove

29

PUSTAKA
Khazali, M. Soemodihardjo, S. Wiroatmodjo, P. Mulia, P. 1996.
Restoration of Mangrove in Indonesia: a case study of
Tembilahan, Sumatra.
In: Restoration of Mangrove
Ecosystems. ITTO and ISME: 97 110.
Kusmana, C dan Onrizal. 1998.
Evaluasi Kerusakan Kawasan
Mangrove dan Arahan Teknik Rehabilitasinya di Pulau Jawa.
Dalam: Lokakarya Jaringan Kerja Pelestari Mangrove. 12 13 Agustus 1998, Pemalang, Jawa Tengah: 1 26.

30

Wetlands International Indonesia Programme

Anda mungkin juga menyukai