Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
MJ MAROLOP NAIBAHO
97.117/TA
A.
Judul
ANALISIS KESTABILAN LERENG PADA TAMBANG EMAS DI PT.
NEWMONT FASIFIC NUSANTARA NUSA TENGGARA BARAT
B.
menarik, karena sifat-sifat dan perilakunya yang berbeda dengan kestabilan lerang
pada tanah. Kestabilan lereng pada batuan lebih ditentukan oleh adanya bidangbidang lemah yang disebut dengan bidang diskontinuitas, tidak demikian halnya
dengan lereng-lereng pada tanah.
Adanya kegiatan penambangan, seperti penggalian pada suatu lereng akan
menyebabkan terjadinya perubahan besarnya gaya-gaya pada lereng tersebut yang
mengakibatkan terganggunya kestabilan lereng dan pada akhirnya dapat
menyebabkan lereng tersebut longsor.
Dalam merancang suatu tambang terbuka dilakukan suatu analisis terhadap
kestabilan lereng yang terjadi karena proses penimbunan maupun penggalian
sehingga dapat memberikan kontribusi rancangan yang aman dan ekonomis.
Stabilitas
menjadi
masalah
yang
Dasar Teori
Kestabilan dari suatu jenjang individual dikontrol oleh kondisi geologi
daerah setempat, bentuk keseluruhan lereng pada daerah tersebut, kondisi air
tanah setempat, dan juga oleh teknik penggalian yang digunakan dalam
pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini jelas sangat berbeda untuk situasi
penambangan yang berbeda dan sangat penting untuk memberikan aturan yang
umum untuk menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai suatu lereng untuk
memastikan lereng itu akan stabil.
Apabila kestabilan dari suatu jenjang dalam operasi penambangan
meragukan, maka kestabilannya harus dinilai berdasarkan dari struktur geologi,
kondisi air tanah dan faktor pengontrol lainnya yang terjadi pada suatu lereng.
Kestabilan lereng pada batuan dipengaruhi oleh geometri lereng, struktur batuan,
sifat fisik dan mekanik batuan serta gaya-gaya luar yang bekerja pada lereng
tersebut.
Suatu cara yang umum untuk menyatakan kestabilan suatu lereng batuan
adalah dengan faktor keamanan. Faktor ini merupakan perbandingan antara gaya
penahan yang membuat lereng tetap stabil, dengan gaya penggerak yang
menyebabkan terjadinya longsor. Secara matematis faktor kestabilan lereng
dinyatakan sebagai berikut :
F = R / Fp
Dimana :
F = faktor kestabilan lereng
R = gaya penahan, berupa resultan gaya-gaya yang membuat lereng tetap stabil
Fp = gaya penggerak, berupa resultan gaya-gaya yang menyebabkan lereng
longsor
Pada keadaan :
F 1,0 = lereng dalam keadaan stabil
F = 1,0 = lereng dalam keadaan seimbang (akan longsor)
F 1,0 = lereng dalam keadaan tidak stabil.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng.
Umumnya stabil atau tidaknya suatu lereng tergantung dari beberapa faktor,
antara lain :
a. Geometri lereng
Kemiringan dan tinggi suatu lereng sangat mempengaruhi kestabilannya.
Semakin besar kemiringan dan ketinggian suatu lereng, maka kestabilan
semakin berkurang.
b.
Struktur batuan
Strukutur batuan yang sangat mempengaruhi kestabilan lereng adalah
bidang-bidang sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur batuan tersebut
merupakan bidang-bidang lemah (diskontinuitas) dan sekaligus sebagai
tempat merembesnya air, sehingga batuan lebih mudah longsor.
c.
C = kohesi (ton/m2)
= tegangan normal (ton/m2)
= sudut geser dalam (angle of internal friction)
3) Kandungan air dalam batuan
Semakin besar kandungan air dalam batuan, maka tekanan air pori
menjadi semakin besar juga. Dengan demikian berarti bahwa kuat
sebuah
bidang
miring.
Berdasarkan
bentuk
dan
proses
geometri lereng, struktur batuan serta sifat fisik dan mekanik batuan.
analisa vektor dan metode grafis. Tetapi yang mungkin akan digunakan adalah
metode Hoek dan Bray.
Metode Hoek dan Bray dapat digunakan untuk menganalisa keempat
macam longsoran pada lereng batuan.
1. Longsoran bidang
Dalam menganalisa, maka suatu lereng ditinjau dalam dua dimensi dengan
anggapan sebagai berikut :
a. semua syarat untuk terjadinya longsoran bidang terpenuhi.
b. terdapat regangan tarik tegak yang terisi air sampai kedalaman tertentu
(Zw), regangan tarik ini dapat terjadi pada muka lereng maupun di atas
lereng.
c. Tekanan air pori pada regangan tarik sepanjang bidang luncur tersebar
secara linier.
d. Semua gaya yang bekerja pada lereng melalui titik pusat massa batuan
yang akan longsor, sehingga tidak terjadi rotasi.
F = Gaya gayaPenggerak
F=
Dimana :
F = faktor kestabilan lereng
C = kohesi pada bidang luncur
A = panjang bidang luncur (A)
p = sudut kemiringan bidang luncur (o)
= sudut geser dalam batuan (o)
W = berat massa batuan yang akan longsor (ton)
U = gaya angkat yang ditimbulkan oleh tekanan air disepanjang bidang
luncur (ton)
= () w. Zw. (H Z) cosec p
V = gaya mendatar yang ditimbulkan oleh tekanan air pada regangan tarik
(ton)
= () w. Zw2
w = bobot isi air (ton/m3)
Zw = tinggi kolom iar yang mengisi regangan tarik (m)
Z = kedalaman regangan tarik (m)
H = tinggi lereng (m)
Jika terjadi getaran yang diakibatkan oleh adanya gempa, peledakan maupun
aktifitas manusia laninnya, maka persamaan diatas menjadi :
F=
Dimana :
= percepatan getaran pada arah mendatar
2. Longsoran baji
Dalam analisa menggunakan metode Hoek dan Bray, longsoran baji dapat
dianggap hanya akan terjadi pada garis perpotongan kedua bidang lemah.
X=
Sin 24
Sin 45.Cos 2na
Y=
Sin 13
Sin 35.Cos 1nb
A=
Cosa Cosb.Cosna.nb
Sin 5.Sin 2na.nb
B=
Cosb Cosa.Cosna.nb
Sin 5.Sin 2na.nb
3. Longsoran guling
Dengan metode Hoek dan Bray terjadinya longsoran guling dapat dianalisa
dengan menggunakan model yang sederhana. Dengan menggunakan model
ini digunakan untuk menganalisa kasus-kasus yang sederhana. Sedangkan
untuk menganalisa lereng yang sebenarnya dilakukan analogi dengan
mempertimbangkan variabel-variabel yang ada dilapangan.
4. Longsoran busur
Khusus untuk longsoran ini tidak ditampilkan disini, karena batuan yang akan
dianalisa diharapkan dalam keadaan segar.
F.
Pembahasan Masalah
Dalam analisa ini masalah yang akan dibahas adalah mengarah pada design
G.
Rencana Kegiatan
Bulan
Minggu
Studi Literatur
Observasi Lapangan
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Penyusunan Draft
H.
Februari
2002
III
IV
Maret
2002
II III
IV
April
2002
I
II
KATA PENGANTAR
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
Bab.
I.
II.
III.
PENDAHULUAN
TINJAUAN UMUM
A.
B.
C.
Iklim.
D.
Penambangan Batubara.
Struktur Geologi.
2.
3.
4.
5.
6.
Geometri lereng.
B.
Longsoran busur.
2.
Longsoran bidang.
3.
Longsoran baji.
4.
IV.
V.
Longsoran guling.
B.
PEMBAHASAN
A. Kekuatan batuan.
B. Struktur Geologi.
C. Geometri Lereng.
D. Air tanah.
E. Pengaruh getaran.
F. Usaha untuk menstabilkan lereng.
VI.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I. Daftar Pustaka
1. Hoek, E. and Bray, J.W., Rock Slope Engineering 3rd Ed., The Institution Of
Mining and Metallurgy London, !981.
2. Made Astawa Rai, Dr. Ir .Analisa Kemantapan Lereng : Proyeksi Stereografis
dan Metode Grafis, Kursus Geoteknik dan Perencanaan Tambang
Terbuka, 1993.
3. Made Astawa Rai, Dr. Ir. dan Anung Dri Prasetya, Ir Kemantapan Lereng
Batuan, Kursus Pengawas Tambang, 1993.
4. Gian Paolo Giani, Rock Slope Stability Analysis, A.A Balkema, Rotterdam,
Brookfield, 1992.