Tunica mucosa
Vaskularisasi
1. Arteri berasal dari cabang truncus coeliacus.
- Arteria gastrica sinistra berasal dari truncus coeliacus. Arteri ini berjalan
ke atas dan kiri untuk mencapai oesophagus dan kemudian berjalan turun
sepanjang curvatura minor gaster. Arteria gastrica sinistra mendarahi 1/3
bawah oesophagus dan bagian atas kanan gaster.
- Arteria gastrica dextra berasal dari arteria hepatica communis pada
pinggir atas pylorus dan berjalan ke kiri sepanjang curvatura minor. Arteria
ini mendarahi bagian kanan bawah gaster.
- Arteriae gastricae breves berasal dari arteria lienalis pada hilum lienale
dan berjalan ke depan di dalam ligamentum gastrosplenicum untuk
mendarahi fundus.
- Arteria gastroomentalis sinistra berasal dari arteria splenica pada hilum
lienale dan berjalan ke depan di dalam ligamentum gastrolienale untuk
mendarahi gaster sepanjang bagian atas curvatura major.
- Arteria gastroomentalis dextra berasal dari arteria gastroduodenalis
yang merupakan cabang arteria hepatica communis. Arteria ini berjalan
ke kiri dan mendarahi gaster sepanjang bawah curvatura major
2. Venae. Vena-vena ini mengalirkan darah ke dalam sirkulasi portal. Vena gastrica
sinistra dan dextra bermuara langsung ke vena porta hepatis. Venae gastricae
breves dan vena gastroomentalis sinistra bermuara ke dalam vena lienalis.
Vena gastroomentalis dextra bermuara ke dalam vena mesentrica superior.
Persarafan
Persyarafan ini termasuk serabut-serabut simpatis yang berasal dari plexus
coeliacus dan serabut-serabut parasimpatis dari nervus vagus dextra dan sinistra.
Truncus vagalis anterior
- Di bentuk di dalam thorax
- Berasal dari nervus vagus sinistra
- Cabang-cabangnya mempersyarafi permukaan anterior gaster
HISTOLOGI
kardia
Esofagus
di cardia, di sebelah epitel berlapis gepeng oesophagus, dan pada pylorus melanjutkan
diri menjadi epitel usus (epitel selapis silindris). Pada tepian muka yang menghadap
lumen, terdapat mikrovili gemuk dan pendek-pendek. Mukus glikoprotein netral yang
disekresikan oleh sel-sel epitel permukaan membentuk lapisan tipis, melindungi
mukosa terhadap asam. Tanpa adanya mukus ini, mukosa akan mengalami ulserasi.
b. Sel zimogen (Chief cell)
Sel utama, terdapat dalam jumlah besar, terutama di korpus kelenjar
Sel serosa, berwarna basofil, terdapat granula zymogen pada daerah apikal sel
Mensintesa protein, granula berisi enzim pepsinogen dalam bentuk in aktiv
Pada manusia menghasilkan
o pepsin (proteolitik aktiv)
o lipase (enzim lipolitik
c. Sel parietal (oksintik)
Terdapat pada setengah bagian atas kelenjar, jarang pada basis
Tersisip antara sel-sel mukus leher, berbentuk piramid, inti sferis ditengah,
berwarna eosinofil
Menghasilkan
o HCl
o Gastric intrinsic factor, penting untuk absorbsi vit B 12
Defisiensi menimbulkan anemia pernisiosad.
d. Sel mukus isthmus
Pada bagian atas kelenjar
Merupakan peralihan sel gastric pit dan bagian leher kelenjar
Sel rendah, granula mukus lebih sedikit, mensekresi mukus netral
Mungkin berasal dari mitosis small undifferentiated cell pada daerah leher
kelenjar
e. Sel mukus leher
Pada leher kelenjar, berupa kelompokan sel maupun tunggal diantara sel parietal
Mensekresi mukus asam, kaya glikosaminoglikans, berbeda dengan mukus
permukaan yang netral
Bentuk tidak teratur, inti pada basis sel, granula ovoid/sferis pada apikal sel
Terwarna kuat dengan PAS atau mucicarmine
f. Sel Argentaffin (enterochromaffin)
Terdapat pada dasar kelenjar, terselip diantara chief cell
Granula padat terdapat di basal sel
Merupakan kelenjar endokrin uniselular
Mensekresi serotonin (5 hiroksi triptamin / 5-Ht)
g. Sel APUD
Amine Precursor Uptake and Decarboxyltion cells
Mensintesa polipeptida
Dengan mikroskop elektron: granula sekresi sangat halus (100-200 nm), retikulun
endoplasmik jarang dan apparatus Golgi sedikit
Sel APUD gastro intestinal terdapat pada fundus, antrum pilorikum, duodenum,
yeyunum, ileum dan colon
Mensekresi: gastrin, sekretin, kolesistokinin, glukagon and somatostatin like
substance
APUD sel pada manusia:
o Sel C dan M pada hipofisis (adrenokorticotropin dan melanotropin)
o Sel A pulau Langerhans (glukagon)
o Sel non-B pulau Langerhans (insulin)
o Sel D pulau Langerhans (somatostatin)
o Sel AL lambung (glukagon)
o Sel G lambung (gastrin)
o Sel EG usus (glukagon)
o Sel S usus (sekretin)
o Sel D usus (somatostatin)
o Sel parafolikular tiroid (kalsitonin)
Pylorus
Merupakan 20 % dari lambung, berlanjut dengan duodenum
Gastric pit lebih dalam, bercabang dan bergelung
Kelenjar pilorus menyerupai kelenjar cardia
Mensekresi enzim lisosom
Antara sel mukus terdapat sel gastrin, yang merangsang pengeluaran asam pada
kelenjar lambung
Peralihan Gaster-Duodenum
Perubahan histologis dari dinding gaster pylorus ke dinding duodenum. Tunica
mucosa epitel toraks, yang pada bagian duodenum mulai terdapat sel goblet. Pada
duodenum mulai terdapat tonjolan ke permukaan villus intestinal yang gemuk atau lebar
dengan sel goblet dan criptus atau sumur Lieberkuhn. Pada pylorus terdapat kelenjar
pylorus.
Ciri khas duodenum adalah adanya kelenjar Brunner atau mucu. Tunica
adventitia pada duodenum, tidak terbungkus peritoneum.
kontraksi otot polos sirkuler lambunggelombang peristaltik dan menyapu isi lambung
dalam bentuk kimus. Gelombang peristaltik pada fundus lemah sehingga fundus dan
korpus banyak berperan utk menampung makanan. Sedangkan pada daerah antrum kimus
didorong lebih kuat kebagian sfingter pylorus. Sfingter pylorus yang tidak terbuka
seluruhnya menyebabkan kimus tertolak kembali ke antrum mekanisme pencampuran
(retropulsi)
Fungsipengosongan:
terbukanya
sfingter
pylorus
yang
dipengaruhi
keasaman,viskositas,volume,keadaan fisik,emosi dan obat-obatan. Pengosongan lambung
dipengaruhi oleh faktor saraf dan hormona seperti kolesistokinin
Fase lambung terjadi saat makanan mencapai lambung dan berlangsung selama
makanan masih ada.
Peregangan dinding lambung merangsang reseptor saraf dalam mukosa
lambung dan memicu refleks lambung. Serabut aferen menjalar ke medula
melalui saraf vagus. Serabut eferen parasimpatis menjalar dalam vagus menuju
kelenjar lambung untuk menstimulasi produksi HCl, enzim-enzim pencernaan,
dan gastrin.
Fungsi gastrin:
- merangsang sekresi lambung,
- meningkatkan motilitas usus dan lambung,
- mengkonstriksi sphincter oesophagus bawah dan merelaksasi sphincter
pylorus,
- efek tambahan: stimulasi sekresi pancreas.
Pengaturan pelepasan gastrin dalam lambung terjadi melalui penghambatan
umpan balik yang didasarkan pada pH isi lambung.
c.
Fase usus terjadi setelah kimus meninggalkan lambung dan memasuki usus halus
yang kemudian memicu faktor saraf dan hormon.
Sekresi lambung distimulasi oleh sekresi gastrin duodenum sehingga dapat
berlangsung selama beberapa jam. Gastrin ini dihasilkan oleh bagian atas
duodenum dan dibawa dalam sirkulasi menuju lambung.
Sekresi lambung dihambat oleh hormon-hormon polipeptida yang dihasilkan
duodenum. Hormon ini dibawa sirkulasi menuju lambung, disekresi sebagai
respon terhadap asiditas lambung dengan pH di bawah 2, dan jika ada
makanan berlemak. Hormon-hormon ini meliputi gastric inhibitory
polipeptide (GIP), sekretin, kolesistokinin (CCK), dan hormon pembersih
enterogastron.
Tabel 2-1. Stimulasi Sekresi Lambung
Penyimpanan lambung
Sebagian otot polos mampu mengalami depolarisasi parsial yang autonom dan
berirama. Salah satu kelompok sel-sel pemacu tersebut terletak di lambung di
daerah fundus bagian atas. Sel-sel tersebut menghasilkan potensial gelombang
lambat yang menyapu ke bawah di sepanjang lambung menuju sphincter pylorus
dengan kecepatan tiga gelombang per menit. Pola depolarisasi spontan ritmik
tersebut, yaitu irama listrik dasar atau BER (basic electrical rhythm) lambung,
berlangsung secara terus menerus dan mungkin disertai oleh kontraksi lapisan
otot polos sirkuler lambung.Setelah dimulai, gelombang peristaltik menyebar ke
seluruh fundus dan corpus lalu ke antrum dan sphincter pylorus. Karena lapisan
otot di fundus dan corpus tipis, kontraksi peristaltik di kedua daerah tersebut
lemah. Pada saat mencapai antrum, gelombang menjadi jauh lebih kuat
disebabkan oleh lapisan otot di antrum yang jauh lebih tebal.Karena di fundus
dan corpus gerakan mencampur yang terjadi kurang kuat, makanan yang masuk
ke lambung dari oesophagus tersimpan relatif tenang tanpa mengalami
pencampuran. Daerah fundus biasanya tidak menyimpan makanan, tetapi hanya
berisi sejumlah gas. Makanan secara bertahap disalurkan dari corpus ke antrum,
tempat berlangsungnya pencampuran makanan.
3.
Pencampuran lambung
Kontraksi peristaltik lambung yang kuat merupakan penyebab makanan
bercampur dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus. Setiap gelombang
peristaltik antrum mendorong kimus ke depan ke arah sphincter pylorus. Sebelum
lebih banyak kimus dapat diperas keluar, gelombang peristaltik sudah mencapai
sphincter pylorus dan menyebabkan sphincter tersebut berkontraksi lebih kuat,
menutup pintu keluar dan menghambat aliran kimus lebih lanjut ke dalam
duodenum. Bagian terbesar kimus antrum yang terdorong ke depan, tetapi tidak
dapat didorong ke dalam duodenum dengan tiba-tiba berhenti pada sphincter yang
tertutup dan tertolak kembali ke dalam antrum, hanya untuk didorong ke depan
dan tertolak kembali pada saat gelombang peristaltik yang baru datang. Gerakan
maju-mundur tersebut, yang disebut retropulsi, menyebabkan kimus bercampur
secara merata di antrum.
Pengosongan lambung
4.
MEKANISME MUNTAH
Muntah, atau emesis, yaitu ekspulsi secara paksa isi lambung keluar melalui mulut,
secara umum dianggap disebabkan oleh motilitas lambung yang abnormal. Namun,
muntah tidak ditimbulkan oleh peristalsis terbalik (reverse peristalsis), seperti yang
semula diperkirakan. Sebenarnya, lambung itu sendiri tidak berpartisipasi aktif
dalam tindakan muntah. Lambung, oesophagus, sphincter gastroesophagus, dan
sphincter pylorus semua melemas sewaktu muntah. Gaya utama yang mendorong
keluar isi lambung, secara mengejutkan, datang dari kontraksi otot-otot pernapasan
yaitu diaphragma (otot inspirasi utama) dan otot abdomen (otot ekspirasi aktif).
Muntah diawali oleh inspirasi dalam dan penutupan glottis. Diaphragma yang
berkontraksi turun menekan lambung sementara kontraksi otot-otot abdomen secara
stimultan menekan rongga abdomen, sehingga tekanan intra-abdomen meningkat
dan isi abdomen terdorong ke atas. Karena lambung yang lunak itu tertekan antara
diaphragma dari atas dan tekanan rongga abdomen dari bawah, isi lambung
terdorong ke dalam oesophagus dan keluar dari mulut. Glottis tertutup, sehingga
muntahan tidak masuk ke saluran pernapasan. Uvula juga terangkat untuk menutupi
rongga hidung.Tindakan muntah yang kompleks tersebut dikoordinasikan oleh pusat
muntah di medula oblongata. Mual, retching, dan muntah dapat dimulai oleh
masukan aferen ke pusat muntah dari sejumlah reseptor di seluruh tubuh.
LI.3. Memahami & Menjelaskan Biokimia Gaster
Getah Lambung
-
Cairan jernih
Berwarna kuning pucat
Mengandung HCl 0,2 0,5 %
PH sekitar 1.0
Terdiri atas sekitar 97-99% air. Sisanya terdiri atas musin (lendir) serta garam
anorganik, enzim pencernaan (pepsin serta renin) dan lipase
HCl
Pepsin
Pepsin dihasilkan oleh chief cell sebagai zimogen yang inaktif, yaitu
pepsinogen
Pepsinogen ini diaktifkan menjadi pepsin oleh H+, yang memecah suatu
polipeptida pelindung untuk memajan pepsin aktif, dan oleh pepsin itu sendiri,
yang secara cepat engaktifkan molekul pepsinogen (autokatalis)
Pepsin memecah protein yang terdenaturasi menjadi derivat polipeptida
berukuran besar
Merupakan enzim endopeptidase yang menghidrolisis ikatan peptida untuk
terletak di dalam struktur polipeptida utama
Renin
Berperan penting pada proses pencernaan pada bayi karena mencegah susu
melintas secara cepat dari dalam lambung
Dengan ada Ca, renin mengubah kasein di dalam susu secara ireversibel
menjadi parakasein. Peptida kemudian bekerja pada parakasein ini.
Lipase
1.DIGESTI PROTEIN
Pepsin mengawali pencernaan protein. Peristiwa ini merupakan fungsi pencernaan utama
lambung. Pepsin dihasilkan oleh chief cell sebagai zimogen yang inaktif, pepsinogen.
Pepsinogen ini diaktifkan menjadi pepsin oleh H +, yang memecah suatu polipeptida
pelindung untuk memajan pepsin aktif; dan oleh pepsin itu sendiri, yang secara cepat
mengaktifkan molekul pepsinogen (autokatalisis).
Pepsin memecah protein yang
terdenaturasi menjadi derivat polipeptida berukuran besar. Pepsin merupakan enzim
endopeptidase karena menghidrolisis ikatan peptida yang terletak di dalam struktur
polipeptida utama, bukan yang terletak di dekat residu terminal-amino atau karboksil, yang
merupakan ciri khas eksopeptidase. Enzim ini bersifat spesifik untuk ikatan peptida yang
dibentuk oleh asam-asam amino aromatik (misal, tirosin) atau asam-asam amino
dikarboksilat (misal, glutamat).
Renin (kimosin, rennet) mengkoagulasi susu.Renin memiliki peran penting pada proses
pencernaan oleh bayi karena mencegah susu melintas secara cepat dari dalam lambung.
Dengan adanya kalsium, renin mengubah kasein di dalam susu secara ireversibel menjadi
parakasein. Pepsin kemudian bekerja pada parakasein ini. Renin dilaporkan tidak ada pada
lambung orang dewasa. Enzim ini digunakan dalam pembuatan keju.
2.DIGESTI LIPID
Lipase melanjutkan pencernaan triasilgliserol. Panas lambung merupakan
faktor penting untuk mencairkan massa lemak yang berasal dai makanan; proses
emulsifikasi
terjadi
dengan
bantuan
kontraksi
peristaltik.
Lambung
mensekresikan lipase lambung (lipase gastrik) yang pada manusia
merupakan lipase praduodenal utama. Lipase lingual dan gastrik memulai
pencernaan lemak dengan menghidrolisis triasilgliserol yang mengandung asam
lemak rantai pendek, sedang, dan umumnya asam lemak tak jenuh rantai
panjang, untuk membentuk terutama asam lemak bebas serta 1,2-diasilgliserol,
dengan ikatan sn-3 ester sebagai tempat hidrolisis utamanya. Enzim ini hancur
pada nilai pH rendah, tetapi bekerja aktif sesudah makan karena kerja
pendaparan yang dimiliki protein makanan di dalam lamung. Nilai pH optimal
cukup luas, mulai dari 3,0 hingga 6,0
3.Digesti karbohidrat.
Amilase dalam saliva yang menghidrolisis zat tepung bekerja pada pH netral. Enzim ini
terbawa bersama bolus dan tetap bekerja dalam lambung sampai asiditas lambung menembus
bolus. Lambung tidak mensekresi enzim yang mencerna karbohidrat.
Sindroma dispepsia ini biasanya diderita sudah beberapa minggu atau bulan,
yang sifatnya hilang timbul atau terus-menerus. Karena banyaknya penyebab
yang menimbulkan kumpulan gejala tersebut, maka sindroma dispepsia dapat
diklasifikasian menjadi (1) dispepsia organik dan (2) dispepsia non-organik atau
dispepsia fungsional.
a.Dispepsia organik
Dispepsia organik jarang ditemukan pada usia muda, tetapi banyak ditemukan
pada usia lebih dari 40 tahun. Istilah dispepsia organik baru dapat digunakan bila
penyebabnya sudah jelas, antara lain:
Esofago-gastro-duodenal
Obat-obatan
Antiinflamasi non-steroid,
teofilin, digitalis, antibiotik
Hepatobilier
Pancreas
Pankreatitis, keganasan
Diabetes melitus, penyakit tiroid,
gagal ginjal, kehamilan, penyakit
jantung koroner atau iskemik
b.Dispepsia non-organik/fungsional
Dispepsia fungsional atau dispepsia non-organik merupakan dispepsia yang tidak
ada kelainan organik, tetapi merupakan kelainan dari fungsi saluran makanan.
Yang termasuk dispepsia fungsional adalah:
PATOFISIOLOGI
Proses patofisiologi yang paling banyak dibicarakan dan potensial berhubungan
dengan dispepsia fungsional adalah hipersekresi asam lambung, infeksi Helicobacter
pylori, dismotilitas gastrointestinal, dan hipersensitivitas viseral.
a.
Lingkungan : OAINS,as.lambung,empedu dan faktor iritan ainnya
c. Dismotilitas gastrointestinal. Berbagai studi melaporkan bahwa pada dispepsia
fungsional terjadi perlambatan pengosongan lambung dan adanya hipomotilitas
antrum. Tapi harus dimengerti bahwa proses motilitas gastrointestinal merupakan
proses yang sangat kompleks, sehingga gangguan pengosongan lambuk tidak
dapat mutlak mewakili hal tersebut.
d. Ambang rangsang persepsi. Dinding usus mempunyai berbagai reseptor, termasuk
reseptor kimiawi, reseptor mekanik, dan nociceptor. Berdasarkan studi,
tampaknya kasus dispepsia ini mempunyai hipersensitivitas viseral terhadap
disetensi balon di gaster atau duodenum.
e. Disfungsi autonom. Disfungsi persarafan vagal diduga berperan dalam
hipersensitivitas gastrointestinal pada kasus dispepsia fungsional. Adanya
neuropati vagal juga diduga berperan dalam kegagalan relaksasi bagian proximal
lambung waktu menerima makanan, sehingga menimbulkan gangguan akomodasi
lambung dan rasa cepat kenyang.
f. Aktivitas mioelektrik lambung. Adanya disritmia mioelektrik lambung pada
pemeriksaan elektrogastrografi dilaporkan terjadi pada beberapa kasus dispepsia
fungsional, tetapi hal ini bersifat inkonsisten.
g. Hormonal. Peran hormonal belum jelas dalam patogenesis fungsional. Dilaporkan
adanya penurunan kadar hormon motilin yang menyebabkan gangguan motilitas
antroduodenal. Dalam beberapa percobaan, progesteron, estradiol, dan prolaktin
mempengaruhi kontraktilitas otot polos dan memperlambat waktu transit
gastrointestinal.
h. Diet dan faktor lingkungan. Adanya intoleransi makanan dilaporkan lebih sering
terjadi pada kasus dispepsia fungsional dibandingkan kasus kontrol.
i. Psikologis. Adanya stres akut dapat mempengaruhi fungsi gastrointestinal dan
mencetuskan keluhan pada orang sehat. Dilaporkan adanya penurunan
kontraktilitas lambung yang mendahului keluhan mual setelah stimulus stres
sentral. Korelasi antara faktor psikologis stres kehidupan, fungsi autonom, dan
motilitas tetap masih kontroversial. Tidak didapatkan kepribadian yang
karakteristik untuk kelompok dispepsia fungsional ini, walaupun dilaporkan
dalam studi terbatas adanya kecenderungan masa kecil yang tidak bahagia,
adanya sexual abuse, atau adanya gangguan psikiatrik pada kasus dispepsia
fungsional.
MANIFESTASI KLINIS
Keluhan yang sering diajukan pada sindroma dispepsia ini adalah:
a.
b.
c.
Dispepsia fungional tipe ulkus : nyeri ulu hati dominan dan nyeri pada malam
hari
Dispepsia fungsional tipe dismotilitas : kembung,mual,cepat kenyang
Dispepsia non spesifik : gejala tidak ada yang bersifat dominan
Ulkus Peptik
Gejala muncul pertama
kali di usia >55 th
Rasa sakit timbul sesudah makan
Rasa
sakit
di sebelah
kiri
Ada keluarga
dgn
kanker
lambung
Sering terjadi anoreksia
Nyeri waktu malam dapat terjadi
Turun berat badan tanpa sebab yang jelas
Ulkus duodenum
Nyeri menelan
Rasa sakit timbul sebelum makan
sakit
kanan
AnemiaRasa
kurang
zatdisebelah
besi yg tdk
jelas
Gizi
pasien
baik
sebabnya
Sering terjadi nyeri waktu malam
Muntah yang terus menerus
DIAGNOSIS
Anamnesis
Nyeri ulu hati
BAB berwarna hitam
Pemeriksaan Fisik
Adanya penurunan BB
Nyeri tekan epigastrium,perut diam tanpa peristaltik usus peritonitis
Goncangan perut (succusion splashing) setelah 4-5jam makan disertai muntahmuntah menunjukkan adanya stenosis pylorus
Takikardi,syok hipovolemiktanda pendarahan
Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, seperti pemeriksaan
darah, urine, dan tinja secara rutin.
I.
Darah
Dari pemeriksaan darah, bila ditemukan leukositosis berarti ada tanda-tanda
infeksi.
Ini
adalah tes
laboratorium non invasif
untuk antibodi
terhadap H.
pylori.Berbagai metode ada, termasuk:
- Elisa
- melengkapi fiksasi
- aglutinasi lateks.
Pengujian antibodi IgG adalah yang paling sensitif seperti pernah terinfeksi
dengan organisme respon IgG terlihat pada 95%, respon IgA dalam 68-80% dan
respon IgM dalam hanya 14% pasien yang terinfeksi.
II.
Tinja
Pada pemeriksaan tinja, jika tampak cair berlendir atau banyak mengandung
lemak, berarti kemungkinan pasien menderita malabsorbsi. Seseorang yang
diduga menderita dispepsi tukak, sebaiknya diperiksa asam lambungnya
Pengujian antigen tinja mengidentifikasi pylori infeksi aktif H dengan
mendeteksi adanya antigen H pylori dalam feses. Tes ini lebih akurat
dibandingkan tes antibodi dan lebih murah daripada tes napas urea.
III.
Biopsi Lambung
- Invasive Test :
Rapid Urea Test : Tes kemampuan H.pylori untuk menghidrolisis urea. Enzim
urea katalase menguraikan urea menjadi amonia bikarbonat,membuat suasana
menjadi basa,yang diukur dengan indikator pH. Spesimen biopsi dari mukosa
lambung diletakkan pada tempat yang berisi cairan atau medium padat yang
mengandung urea dan pH indikator, jika terdapat H.Pylori pada spesimen
tersebut maka akan diubah menjadi ammonia,terjadi perubahan pH dan
perubahan warna.
Histologi: Biopsi diambil dari pinggiran dan dasar tukak min.4 sampel untuk 2
kuadran, bila ukuran tukak besar diambil sampel dari 3 kuadran dari
dasar,pinggir dan sekitar tukak (min. 6 sampel).
Kultur : Untuk kultur tidak biasa dilakukan pada pemeriksaan rutin
IV. Nafas
CUBT (Carbon Urea Breath Test)
Tes napas, yang tergantung pada degradasi urease urea untuk menghasilkan
karbon dioksida yang kemudian muncul dalam menghembuskan nafas yang
merupakan terapi non-invasif.
Dua metode telah digunakan dengan baik 14C (dosis radioaktif kecil, tapi
murah) atau 13C (a, stabil non-radioaktif dosis tetapi lebih mahal).
Indikasi : Tes ini dapat memastikan sukses pemberantasan dengan syarat
pasien tidak menggunakan inhibitor pompa proton (PPI), bismut atau dalam
waktu 4 minggu penggunaan antibiotik. Tes yang paling akurat untuk
H.Pylori adalah tes napas urea.
b.
c.
Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi dari saluran cerna bagian atas akan banyak
membantu menentukan diagnosis. Yang perlu diperhatikan adalah ada-tidaknya
kelainan di oesophagus, lambung, duodenum. Di tempat tersebut perlu
diperhatikan warna mukosa, lesi, tumor (jinak atau ganas).
Ultrasonografi (USG) merupakan sarana diagnostik yang non-invasif. Akhirakhir ini makin banyak dimanfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik
dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat
digunakan setiap saat, dan pada kondisi pasien yang berat sekalipun dapat
dimanfaatkan. Pemanfaatan alat USG pada sindroma dispepsia terutama bila ada
dugaan kelainan di tractus biliaris, pancreas, kelainan di tiroid, bahkan juga ada
dugaan di oesophagus dan lambung.
Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapat
dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan
berat badan ataumengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita
makan.
d.
e.
DIAGNOSIS BANDING
Penyakit jantung iskemik sering memberi keluhan nyeri ulu hati, panas di dada, perut
kembung, perasaan lekas kenyang. Penderita infark miokard dinding inferior juga sering
memberikan keluhan rasa sakit perut di atas, mual, kembung, kadang-kadang penderita
angina mempunyai keluhan menyerupai refluks gastroesofageal.
Penyakit vaskular kolagen, terutama pada sklerodema di lambung atau usus halus, akan
sering memberi keluhan sindroma dispepsia. Rasa nyeri perut sering ditemukan pada
penderita SLE, terutama yang banyak mengkonsumsi kortikosteroid.
PENATALAKSANAAN
A.TERAPI FARMAKOLOGIS
a. Antasid Sistemik
Natrium bikarbonat
Natrium bikarbonat cepat menetralkan HCl lambung karena daya larutnya tinggi.
Karbon dioksida yang terbentuk dalam lambung dapat menimbulkan sendawa.
Distensi lambung dapat terjadi dan dapat menimbulkan perforasi. Selain
menimbulkan alkalosis metabolik, obat ini dapat menyebabkan retensi natrium
dan edema. Natrium bikarbonat sudah jarang digunakan sebagai antasid. Obat ini
digunakan untuk mengatasi asidosis metabolik, alkalinisasi urin, dan pengobatan
lokal pruritus. Natrium bikarbonat tersedia dalam bentuk tablet 500-1000 mg.
Satu gram natrium bikarbonat dapat menetralkan 12 mEq asam. Dosis yang
dianjurkan 1-4 gram. Pemberian dosis besar NaHCO 3 atau CaCO3 bersama susu
atau krim pada pengobatan tukak peptik dapat menimbulkan sindrom alkali susu
(milk alkali syndrom)
b.
Antasid Non-sistemik
Aluminium hidroksida-- Al(OH)3
Daya menetralkan asam lambungnya lambat, tetapi masa kerjanya paling
panjang. Al(OH)3 bukan merupakan obat yang unggul dibandingkan dengan
obat yang tidak larut lainnya. Al(OH)3 dan sediaanya Al (aluminium) lainnya
dapat bereaksi dengtan fosfat membentuk aluminium fosfat yang sukar
diabsorpsi di usus kecil, sehingga eksresi fosfat melalui urin berkurang
sedangkan melalui tinja bertambah. Ion aluminium dapat bereaksi dengan
protein sehingga bersifat astringen. Antasid ini mengadsorbsi pepsin dan
menginaktivasinya. Absorsi makanan setelah pemberian Al tidak banyak
dipengaruhi dan komposisi tinja tidak berubah. Aluminium juga bersifat
demulsen dan adsorben.
Efek samping: Al(OH)3 yang utama ialah konstipasi. Ini dapat diatasi dengan
memberikan antasid garam Mg. Mual dan muntah dapat terjadi. Gangguan
absorbsi fosfat dapat terjadi sehingga menimbulkan sindrom deplesi fosfat
disertai osteomalasia. Al(OH)3 dapat mengurangi absorbsi bermacam-macam
vitamin dan tetrasiklin. Al(OH)3 lebih sering menyebabkan konstipasi pada
usia lanjut.
Indikasi :Aluminium hidroksida digunakan untuk tukak peptik, nefrolitiasis
fosfat dan sebagai adsorben pada keracunan. Antasid Al tersedia dalam bentuk
suspensi Al(OH)3 gel yang mengandung 3,6-4,4% Al2O3. Dosis yang
Kalsium karbonat
Kalsium karbonat merupakan antasid yang efektif karena mula kerjanya cepat,
maka daya kerjanya lama dan daya menetralkannya cukup lama.
Kalsium karbonat dapar menyebabkan konstipasi, mual, muntah, pendarahan
saluran cerna dan disfungsi ginjal, dan fenomena acid rebound. Fenomena
tersebut bukan berdasarkan daya netralisasi asam, tetapi merupakan kerja
langsung kalsium di antrum yang mensekresi gastrin yang merangsang sel
parietal mengeluarkan HCl (H+). Sebagai akibatnya sekresi asam pada malam
hari akan sangat tinggi yang akan mengurangi efek netralisasi obat ini.
Efek samping : hiperkalsemia, kalsifikasi metastatik, alkalosis, azotemia,
terutama terjadi pada penggunaan kronik kalisium karbonat bersama susu dan
antasid lain (milk alkali syndrom).Kalsium karbonat tersedia dalam bentuk
tablet 600 mg dan 1000 mg. Satu gram kalsium karbonat dapat menetralkan 21
mEq asam. Dosis yang dianjurkan 1-2 gram.
Magnesium trisiklat
Magnesium trisiklat (Mg2Si3O8H2O) sebagai antasid non sistemik, bereaksi
dalam lambung sebagai berikut:
Silikon dioksid berupa gel yang terbentuk dalam lambung diduga berfungsi
menutup tukak. Sebanyak 7% silika dari magnesium trisiklat akan diabsorbsi
melalui usus dan dieksresi dalam urin. Silika gel dan megnesium trisiklat
merupakan adsorben yang baik; tidak hanya mengadsorbsi pepsin tetapi juga
protein dan besi dalam makanan. Mula kerja magnesium trisiklat lambat,
untuk menetralkan HCl 30% 0,1 N diperlukan waktu 15 menit, sedangkan
untuk menetralkan HCl 60% 1,1 N diperlukan waktu satu jam.
Efek samping :Dosis tinggi magnesium trisiklat menyebabkan diare. Banyak
dilaporkan terjadi batu silikat setelah penggunaan kronik magnesium trisiklat.
Ditinjau dari efektivitasnya yang rendah dan potensinya yang dapat
menimbulakan toksisitas yang khas, kurang beralasan mengunakan obat ini
sebagai antasid.
Magnesium trisiklat tersedia dalam bentuk tablet 500mg; dosis yang
dianjurkan 1-4 gram. Tersedia pula sebagai bubuk magnesium trisiklat yang
mengandung sekurang-kurangnya 20% MgO dan 45% silikon dioksida. Satu
gram magnesium trisiklat dapat menetralkan 13-17 mEq asam.
c.
lambung lebih baik pada AH2 pada dosis yang efek sampingnya tidak terlalu
mengganggu.
Efek samping. Efek samping yang umum terjadi adalah mual, nyeri perut,
konstipasi, flatulence, dan diare. Dilaporkan pula terjadi miopati subakut, atralgia,
sakit kepala, dan ruam kulit.
Sediaan dan posologi. Omeprazol tersedia dalam bentuk kapsul 10 mg dan 20
mg, diberikan 1 kali/hari selama 8 minggu. Esomeprazol tersedia dalam bentuk
salut enterik 20 mg dan 40 mg, serta sediaan vial 40 mg/10 ml. Pantoprazol
tersedia dalam bentuk tablet 20 mg dan 40 mg.
d.
Antagonis Reseptor H2
Antagonis reseptor H2 bekerja menghambat sekresi asam lambung. Burinamid
dan metiamid merupakan antagonis reseptor H2 yang pertama kali ditemukan,
namun karena toksik tidak digunakan di klinik. Antagonis reseptor H2 yang ada
saat ini adalah simetidin, ranitidin, famotidin, dan nizatidin.
Farmakodinamik : Simetidine dan ranitidine menghambat reseptor H2 secara
selektif dan reversibel. Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi cairan
lambung, sehingga pada pemberian simetidin atau ranitidin sekresi cairan
lambung dihambat.
Farmakokinetik : Bioavaibilitas oral simetidin sekitar 70%, sama dengan setelah
pemberian IV atau IM. Absorpsi simetidin diperlambat oleh makanan. Absorpsi
terjadi pada menit ke 60-90. Masa paruh eliminasi sekitar 2jam. Bioavaibilitas
ranitidin yang diberikan secara oral sekitar 50% dan meningkat pada pasien
penyakit hati. Pada pasien penyakit hati masa paruh ranitidin juga memanjang
meskipun tidak sebesar pada gagal ginjal. Kadar puncak plasma dicapai dalam 13 jam setelah pengguanaan 150 mg ranitidin secara oral, dan yang terikat protein
plasma hanya 15%.Sekitar 70% dari ranitidin yang diberikan IV dan 30% dari
yang diberikan secara oral diekskresi dalam urin
Indikasi :Simetidin dan ranitidin diindikasikan untuk tukak peptik. Antihistamin
H2 sama efektif dengan pengobatan itensif dengan antasid untuk penyembuhan
awal tukak lambung dan duodenum. Juga bermanfaat untuk hipersekresi asam
lambung pada sindrom Zollinger-Ellison.Penggunaan antihistamin H2 dalam
bidang dermatologi seringkali digunakan ranitidin atau simetidin untuk
pengobatan gejala dari mastocytosis sistematik, sperti urtikaria dan pruritus. Pada
beberapa pasien pengobatan digunakan dosis tinggi.
e.
Prokinetik
Yang termasuk obat golongan ini adalah bathanecol, metoklopramid, domperidon,
cisapride.
Bathanecol
Termasuk obat kalinomimetik yang menghambat asetilkolin esterase. Obat ini
dipakai untuk mengobati penderita dengan refluks gastroesophageal, makanan
yang dirasa tidak turun, transit oesophageal yang melantur, gastroparesis, kolik
empedu. Efek sampingnya cukup banyak, terutama pada aksi parasimpatis
sistemik, di antaranya adalah sakit kepala, mata kabur, kejang perut, nausea
dan vomitus, spasme kandung kemih, berkeringat. Oleh karena itu, obat ini
mulai tidak digunakan lagi.
Metoklopramid
Secara kimia, obat ini ada hubungannya dengan prokainamid yang mempunyai
efek anti-dopaminergik dan kolinomimetik. Jadi, obat ini berkhasiat sentral
maupun perifer. Khasiat metoklopramid antara lain:
-
Domperidon
Domperidon merupakan derivat benzimidazol. Karena domperidon merupakan
antagonis dopamin perifer dan tidak menembus sawar darah otak, maka tidak
mempengaruhi reseptor dopamin saraf pusat, sehingga mempunyai efek
samping yang rendah daripada metoklopramid.
Pemberian obat ini akan meningkatkan tonus sphincter oesophagus bagian
bawah sehingga mencegah terjadinya refluks gastroesophagus. Obat ini akan
meningkatkan koordinasi antroduodenal, dan memperbaiki motilitas lambung
yang sedang terganggu, yaitu dengan jalan meningkatkan kontraktiliitas serta
menghambat relaksasi lambung sehingga pengosongan lambung akan lebih
cepat.
Indikasi :Domperidon bermanfaat untuk pengobatan dispepsia yang disertai
masa pengosongan yang lambat, refluks gastroesophagus, anoreksia nervosa,
gastroparesis. Demikian pula bermanfaat sebagai obat antiemetik pada
penderita pasca-bedah, bahkan efektif sebagai pencegah muntah pada
penderita yang mendapat kemoterapi.
Efek samping :lebih rendah daripada metoklopramid, yaitu mulut kering, kulit
gatal, diare, pusing. Pada pemberian jangka panjang atau dosis tinggi, efeknya
akan meningkatkan sekresi prolaktin, dan dapat menimbulkan ginekomasti
pada pria, serta galaktore dan amenore pada wanita.
Cisapride
Cisapride merupakan derivat benzidamide dan tergolong obat prokinetik baru
yang mempunyai khasiat memperbaiki motilitas seluruh saluran cerna. Obat
ini mempunyai spektrum yang luas.
Efek samping: yang ditimbulkannya yaitu borborigmi, diare, dan rasa kejang
di perut yang sifatnya sementar.
f.
Sitoprotektive agent
Agen Cytoprotective merangsang produksi lendir dan meningkatkan aliran darah
ke seluruh lapisan saluran pencernaan. Agen ini juga bekerja dengan membentuk
lapisan yang melindungi jaringan ulserasi. Contoh agen Cytoprotective termasuk
misoprostol dan sukralfat.
Misoprostol (Cytotec)
Misoprostol merupakan analog prostaglandin yang dapat digunakan untuk
menurunkan kejadian tukak lambung dan komplikasi jangka panjang pengguna
NSAID yang berisiko tinggi.
Sukralfat (Carafate)
Sukralfat mengikat dengan protein bermuatan positif dalam eksudat dan
membentuk zat perekat kental yang melindungi lapisan GI terhadap pepsin,
asam lambung, dan garam empedu. Hal ini digunakan untuk jangka pendek
pengelolaan bisul.
g.
Antibiotik H pylori
PPI rejimen berbasis terapi tiga untuk H pylori terdiri dari PPI, amoksisilin, dan
clarithromycin selama 7-14 hari. Sebuah durasi yang lebih lama tampaknya
menjadi lebih efektif dan saat ini perawatan yang dianjurkan.Amoksisilin harus
diganti dengan metronidazol dalam penisilin-alergi pasien saja, karena tingginya
tingkat resistensi metronidazol. Pada pasien dengan ulkus rumit disebabkan
oleh H pylori, pengobatan dengan PPI di luar kursus 14-hari antibiotik dan
sampai konfirmasi pemberantasan H pylori dianjurkan.
Pembedahan
a.
Vagotomi
- Pemotongan n.vagus menghilangkan fase sefalik
- Vagotomi trunkus konvensional: mengurangi sekresi lambung dan
motilitas serta pengosongan
- Vagotomi selektif : n.vagus cabang lambung saja yang dipotong
- Vagotomi superselektif: potong yang mempersarafi daerah penyekresi
asam di lambung
b.
c.
KOMPLIKASI
dan
piloroplasti
Perdarahan
- Ditemukan sekitar 15-25%
- Tempat perdarahan tersering
ialah
dinding
posterior
bulbus
hitam (melena)
Perdarahan masif dapat menyebabkan hematemesis,menimbulkan syok
dan perlu transfusi darah
Perforasi
- Disebabkan oleh berlebihnya sekresi asam dan akibat OAINS yang
-
PROGNOSIS
Dispepsia fungsional yang ditegakkan setelah pemeriksaan klinis dan penunjang
yang akurat mempunyai prognosis yang baik.
PENCEGAHAN