Anda di halaman 1dari 16

TINDAK PIDANA

KORUPSI
JENIS DAN SANKSI PIDANA KORUPSI
Oleh :
1.Fajarrulloh Akbar (03)
2.Ismail Wahyudi
(07)
3.Mareta Prabawati (12)
4.M Maulana Habibi (14)
5.Syefira Ryan P
(22)
6.Tommy Anggara (23)

JENIS DAN
SANKSI TINDAK
PIDANA KORUPSI

Korupsi dan koruptor berasal dari bahasa latin corruptus,


yakni berubah dari kondisi yang adil, benar dan jujur menjadi
kondisi yang sebaliknya (Azhar, 2003:28). Sedangkan kata
corruptio berasal dari kata kerja corrumpere, yang berarti
busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok,
orang yang dirusak, dipikat, atau disuap (Nasir, 2006:281282).
Korupsi
adalah
penyalahgunaan
amanah
untuk
kepentingan pribadi (Anwar, 2006:10). Masyarakat pada
umumnya menggunakan istilah korupsi untuk merujuk
kepada serangkaian tindakan-tindakan terlarang atau
melawan hukum dalam rangka mendapatkan keuntungan
dengan
merugikan
orang
lain.
Hal
yang
paling
mengidentikkan perilaku korupsi bagi masyarakat umum
adalah penekanan pada penyalahgunaan kekuasaan atau
jabatan
publik
untuk
keuntungan
pribadi.

JENIS KORUPSI
Tindak pidana korupsi dalam berbagai bentuk
mencakup pemerasan, penyuapan dan gratifikasi
pada dasarnya telah terjadi sejak lama dengan
pelaku mulai dari pejabat negara sampai pegawai
yang paling rendah. Korupsi pada hakekatnya
berawal dari suatu kebiasaan (habit) yang tidak
disadari oleh setiap aparat, mulai dari kebiasaan
menerima upeti, hadiah, suap, pemberian fasilitas
tertentu ataupun yang lain dan pada akhirnya
kebiasaan tersebut lama-lama akan menjadi bibit
korupsi yang nyata dan dapat merugikan keuangan
negara.

Penyuapan
(bribery)mencakup
tindakan
memberi dan menerima suap, baik berupa uang
maupun barang.
Embezzlement, merupakan tindakan penipuan
dan pencurian sumber daya yang dilakukan oleh
pihak-pihak tertentu yang mengelola sumber daya
tersebut, baik berupa dana publik atau sumber
daya alam tertentu.
Fraud, merupakan suatu tindakan kejahatan
ekonomi yang melibatkan penipuan (trickery or
swindle). Termasuk didalamnya proses manipulasi
atau mendistorsi informasi dan fakta dengan tujuan
mengambil keuntungan-keuntungan tertentu.

Extortion, tindakan meminta uang atau sumber


daya lainnya dengan cara paksa atau disertai
dengan intimidasi-intimidasi tertentu oleh pihak
yang memiliki kekuasaan. Lazimnya dilakukan
oleh mafia-mafia lokal dan regional.
Favouritism, adalah mekanisme penyalahgunaan
kekuasaan yang berimplikasi pada tindakan
privatisasi sumber daya. Melanggar hukum yang
berlaku
dan
merugikan
negara.
Serba
kerahasiaan, meskipun dilakukan secara kolektif
atau korupsi berjamaah.

Jenis korupsi yang lebih operasional juga


diklasifikasikan oleh tokoh reformasi, M. Amien Rais
yang menyatakan sedikitnya ada empat jenis korupsi,
yaitu (Anwar, 2006:18):
Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang
dilakukan pengusaha kepada penguasa.
Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang
memiliki kepentingan ekonomi kepada eksekutif atau legislatif
untuk membuat peraturan atau UU yang menguntungkan
bagi usaha ekonominya.
Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada
ikatan kekeluargaan, pertemanan, dan sebagainya.
Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan
negara secara sewenang-wenang untuk dialihkan ke pihak
asing dengan sejumlah keuntungan pribadi.

SANKSI KORUPTOR
Dampak korupsi bagi negara-negara dengan kasus
korupsi berbeda-beda bentuk, luas dan akibat yang
ditimbulkannya, walaupun dampak pada akhirnya
menimbulkan kesengsaraan rakyat. Di negara miskin
korupsi mungkin meruntuhkan pertumbuhan ekonomi,
menghalangi
perkembangan
ekonomi
dan
menghancurkan keabsahan politik yang akibat itu
dapat memperburuk kemiskinan dan ketidakstabilan
politik. Di negara maju korupsi mungkin tidak terlalu
berpengaruh terhadap perekonomian negaranya, tetapi
juga korupsi dapat menggerogoti keabsahan politik di
negara demokrasi yang maju industrinya, sebagaimana
juga terjadi di negara berkembang. Korupsi mempunyai
pengaruh yang paling menghancurkan di negaranegara yang sedang mengalami transisi seperti
Indonesia.

Pasal 28
Barangsiapa melakukan tindak pidana korupsi yang dimaksud
Pasal 1 ayat (1) sub a, b, c, d, e dan ayat (2)Undang-undang
ini, dihukum dengan hukuman penjara seumur hidup atau
penjaraselama-lamanya 20 tahun dan/ atau denda setinggitingginya 3 0 (tiga puluh) juta rupiah. Selain dari pada itu
dapat dijatuhkan juga hukuman tambahan tersebut dapat
Pasal 34 sub a, b, dan c Undang-undang ini.
Pasal 29
Barang siapa dengan sengaja menghalangi, mempersulit,
secara langsung tidak langsung penyidikan, penuntutan dan
pemeriksaan dimuka Pengadilan terhadap terdakwa
maupun para saksi dalam perkara korupsi diancam dengan
hukuman penjara selama-lamanya 12 tahun dan/atau denda
setinggi-tingginya 5 (lima)juta rupiah.

Pasal 30
Barang siapa yang menurut Pasal 6, 7, 8, 9, 18, 20,
21, dan 22 Undang-undang ini wajib memberi
keterangan dengan sengaja tidak member
keterangan atau memberi keterangan yang tidak
benar, diancam dengan hukuman penjara selamalamanya 12 tahun dan/atau denda setinggitingginya
5 (lima) juta rupiah.
Pasal 31
Saksi yang tidak memenuhi ketentuan termaksud
Pasal 10 dan 19 Undang-undang ini diancam dengan
hukuman penjara selama-lamanya 3 tahun dan/atau
denda setinggi-tingginya 2 (dua) juta rupiah.

Pasal 32
Pelanggaran Pasal 220, 231, 421,422, 429 dan
Pasal 430 K.U.H.P. dalamperkara korupsi diancam
dengan hukuman penjara selama-lamanya 6
(enam) tahundan/atau denda setinggi-tingginya 4
(empat)juta rupiah.
Pasal 33
Perbuatan-perbuatan yang diancam dengan
hukuman yang tersebut dalam Pasal 28 sampai
dengan Pasal 32 Undang-undang ini adalah
kejahatan.

Pasal 34
Selain ketentuan-ketentuan Pidana yang dimaksud dalam K.U.H.P.
maka sebagai hukuman tambahan adalah:
a. perampasan barang-barang tetap maupun tak tetap yang
berujud dan yang tak berujud, dengan mana atau mengenai mana
tindak pidana itu dilakukan atau yang seluruhnya atau sebagian
diperolehnya dengan tindak pidana korupsi itu, begitu pula harga
lawan barang-barang yang menggantikan barang-barang itu, baik
apakah barang-barang atau harga lawan itu kepunyaan si
terhukum ataupun bukan;
b. Perampasan barang-barang tetap maupun tak tetap yang
berujud dan tak berujud yangtermaksud perusahaan si terhukum,
dimana tindak pidana korupsi itu dilakukan begitu pula harga lawan
barang-barang yang menggantikan barang-barang itu, baik apakah
barang-barang atau harga lawan itu kepunyaan si terhukum
ataupun bukan,akan tetapi tindak pidananya bersangkutan dengan
barang-barang yang dapat dirampas menurut ketentuan tersebut
sub a pasal ini.

c. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya


sebanyak-banyaknya sama dengan harta-benda
yang diperoleh dari korupsi.

Pasal 35
(1) Perampasan barang-barang bukan kepunyaan
si terhukum tidak dijatuhkan, apabila hak-hak
pihak ketiga dengan iktikad baik akan terganggu.
(2) Jika didalam putusan perampasan barangbarang
itu
termasuk
juga
barang-barang
pihakketiga yang mempunyai iktikad baik, maka
mereka ini dapat mengajukan suratkeberatan
terhadap perampasan barangbarangnya kepada
Pengadilan yangbersangkutan, dalam waktu tiga
bulan setelah pengumuman Hakim.

#
korupsi sudah di atur oleh undang-undang Negara
Indonesia. Namun kasus korupsi tidak ada
habisnya. Jadi sebaiknya untuk para jaksa
sebaiknya dengan tegas dan cepat dalam
menuntaskan kasus tindak pidana korupsi. Dengan
adanya pasal-pasal tentang pidana korupsi lebih
bisa untuk membuat politik yang jujur dan terbuka
keapada rakyat sehingga dapat mengurai penyebab
korupsi.

SARAN
Dari pembahasan di atas diharapkan para tikus
Negara sebaiknya menghentikan korupsi karena
pasal dan sangsi yang di berikan oleh Negara
sangat berat. Di himbau untuk masyarakat juga ikut
mengawasi partai politik dan politik pemerintahan
di Indonesia. Pemerintah juga sebaiknya trasparan
terhadap raknyanya supaya mengurangi celah
untuk para sang koruptor beraksi.
Kita sebagai mahasiswa seharusnya lebih aktif
mengawal proses kegiatan berpolitik di Indonesia.
Agar masyarakat merasakan kegiatan berpolitik
yang aman dan bersih dari koruptor untuk
selanjutnya negara kita bisa maju.

Anda mungkin juga menyukai