Anda di halaman 1dari 17

KELAINAN PATOLOGIS THT

A. TELINGA
1. FISTULA PREAURIKULAR
Kegagalan penggabungan tuberkel ke-1 dan ke-2
Gejala:
- Obstruksi
- Abses -> Terapi: drainase
- Keluar cairan putih dan berbau
- Bisa meluas ke retroaurikuler
Px :
- Radiologi
- Fistulografi
Terapi
:
- Ekstirpasi -> bila cairan keluar terus menerus / infeksi berulang
- Infeksi: Antibiotika
2. PSEUDOHEMATOM (isi: serum)
Etiologi : Trauma
Gejala
:
- Daun telinga terasa tebal
- Benjolan lunak di daun telinga
- Fluktuasi
- Dipijat -> membesar
3. OTHEMATOM (isi: darah)
Etiologi : Trauma

Gejala
:
- Bengkak daun telinga
- Benjolan merah kebiruan
- Panas (-)
- Nyeri tekan (-)
- Tembus sinar (-)
- Benjolan lunak / keras
- Sakit (+)/(-)
Terapi
:
3-5 hari -> aspirasi -> perban tekan
Bila keras/lama -> insisi -> kuret ->jahit -> perban
Antibiotik oral / anti inflamasi
Fiksasi dengan gips

4. PERIKONDRITIS
Etiologi:
- Trauma / inflamasi
- Post OP telinga (mastoiditis)
- Komplikasi Pseudokista
- Furunkel yang tidak diobati dengan adekuat
Gejala:
- Aurikula bengkak
- Panas (+)

- Merah (+)
- Nyeri tekan (+)
Terapi:
- Antibiotik sesuai kultur
- Analgesic
- Anti inflamasi
- Insisi -> drainase
- Eksisi -> kartilago diangkat
Komplikasi:
Cauli flower ear
5. OTOMIKOSIS
Etilologi:
- Aspergilus niges
- C. Albicans
Gejala : Gatal

Dx:
Serbuk kebiruan -> skuama
Lab. Dengan kolt -> micros mycellum
Kultur
Terapi:
Pembersihan debris / ear toilet
As. Asetat 2% dalam alcohol
Nystatin zalf
Ketokonazol zalf

6. OTITIS EKSTERNA FURUNKULOSA


(S. aureus , S. albus)
Letak: 1/3 lateral MAE
Etiologi:
- Dikorek
- Lingkungan lembab
Gejala:
- Nyeri hebat -> karena berkurangnya jaringan ikat longgar -> kulit melekat pada perikondrium
-> tension -> sakit
- Posterior : retroaurikula, mastoid pain.
- Anterior: tragus pain
- Nyeri pada saat membuka mulit (temporo mandibula)
- Partial eafness
- Tinnitus
Terapi :
- Antibiotik lokal
- Analgesic
- Insisi
- Abses-> aspirasi steril
- Antiseptic -> As. Asetat 2-5% dalam alcohol.
Pencegahan: hindari dikorek

Komplikasi:

Furunkel -> abses -> inisi / aspirasi


Selulitis -> meluas 1/3 lateral
OE maligna pada DM

7. OTITIS EKSTERNA HERPETIKA


Etiologi:
- Virus menyerang sepanjang truncus N.V sampai ganglion genuculatum.
Gejala:
- Stadium Prodomal : malaise, nyeri kepala, demam
- Stadium Klinis : tampak erupsi di arurikula & kanalis yang dipersyarafi n. auriculo temporalis
N.V
- Ipsilateral facial palsy
- Auricular panas seperti terbakar
- Tinnitus
- Pendengaran menurun
- Gangguan keseimbangan
Terapi:
- Antiviral
- Analgesik
- Steroid dosis tinggi
- Antipiretik
- Vitamin neurotropik
Komplikasi : facial palsy
8. OTITIS EKSTERNA DIFUSA (Swimmer ear)
Letak : 2/3 medial MAE
Etiologi:
- Lingkungan lembab
- Mengorek telinga

Gejala:
Otalgia
Discharge serous
Tragus pain (+)
Penurunan pendengaran (CHL)
Canalis menyempit
Membran timpani sulit di evaluasi
Terapi:
Ear toilet
Tampon antibiotik
Tampon zalf : antiseptic dan antibiotic
Hindari suasana lembab

9. OTITIS EKSTERNA MALIGNA


Kriteria: difus dan merusak sekitar telinga
Predisposisi :
- DM
- Imunosupresi
- Aterosklerosis
- Akut limfoblastik leukimia

Etiologi
Pseodomonas aeruginosa
- Neuro toxin : menyebabkan cranial neuropathy
- Exotoxin : menyebabkan nekrosis jaringan lunak
Gejala
- Gatal -> nyeri hebat -> secret banyak -> liang telinga bengkak
- Granulasi pada isthmus
- Segging sign (+) (telinga bagian posterior menonjol dan nyeri)
- Parese pada wajah
Terapi
- Antibiotic dosis tinggi
- Debridement
10. OTITIS MEDIA AKUT
Onset : kurang dari 6 minggu
Etiologi : karena ISPA
Gejala
- Stadium oklusi (membrane timpani retrkaksi akibat tekanan negative pada cavum timpani,
telinga terasa penuh)
- Stadium hiperemis (membrane timpani merah karena vasodilatasi vaskuler)
- Stadium supurasi (otalgia, membrane timpani bulging)
- Stadium perforasi (rasa sakit mulai menurun) . terjadi dorongan di membrane timpani ->
iskemik pada vasa darah membrane timpani -> tromboflebitis -> nekrosis -> ruptur -> nanah
keluar
- Stadium resolusi (tergantung keadaan membrane timpani. Utuh : bisa sembuh / tidak sembuh
jadi glue ear. Perforasi: bisa sembuh menutup sendiri dan timbul sikatrik, tidak sembuh jadi
dry ear bisa juga jadi OMSK
- Stadium oklusi
HCL efedrin 0,5% utk usia < 12th berupa tetes hidung
HCL efedrin 1% utk usia >12th
Antibiotic
Anti histamine
Mukolitik
-

Stadium hiperemis
Antibiotic selama 7 hari golongan penisislin
Beri tetes hidung
Antihistamin
Analgetik
Mukolitik
Stadium supurasi
Antibiotik
Miringotomi
Stadium perforasi
Cuci telinga dengan H2O2 3% selama 3-5 hari
Antibiotic adekuat selama 7-10 hari

Stadium resolusi
Biasanya menutup sendiri selama 7-10 hari
Antibiotic dilanjutkan sampai 3 minggu bila secret masih mengalir.
Pada kasus OMA yg reccuren dilakukan kemoprofilaksis dengan cara miringotomi + pasang
gommel dan adenotonsilektomi

.
11. OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
Kriteria
- Lebih dari 8 minggu membrane telinga perforasi
Etiologi : kelanjutan dari OMA dengan virulensi yang tinggi serta lingkungan buruk dan host
imunocompromised
Jenis
- Benigna
- Maligna (ada kolesteatom, jaringan granulasi, bau busuk khas, fistel/abses retroaurikuler,
mastoiditis berat, perforasi atik atau marginal)
Stadium
- Tenang
- Aktif

Pemeriksaan
- Audiometric
- Kultur dan uji sensitifitas kuman
- Rontgen schuller (mastoid)
Terapi
- OMSK Benigna
H2O2 3& selama 3-5 hari
Antibiotic
Tetes telinga (antibiotic + steroid)
-

OMSK Maligna
Mastoidektmi dengan / tanpa timpanoplasti

OMSK Tenang
Miringo plasti
Timpani plasti
Paper patch

OMSK Aktif
Adeno tonsilektomi

12. OTITIS MEDIA EFUSI


Etiologi:
- Obstruksi tuba kronis
- Alergi
- Trauma

Gejala:
- Tinnitus
- Penurunan pendengaran (CHL)

Membrane telinga retraksi


Keluar cairan dari telinga tengah

B. HIDUNG
1. POLIP
Kelainan masa hidung berupa massas lunak yang bertangkai, bentuk bulat/lonjong, warna putih
keabuan, permukaan licin, banyak cairan, tidak nyeri.
Etiologi
- Peradangan kronik berulang di mukosa hidung dan sinus akibat udara yang berturbulensi
- Gangguan keseimbangan vasomotor
- Peningkatan cairan interstisial dan edema mukosa hidung
Gejala
- Hidung tersumbat (menetap dan progresif)
- Gejala alergi (hidung gatal, berisin, rhinorea, kongesti, riwayat atopi)
- Anomia / hiposmia
- Nyeri hidung dan nyeri bagian frontal
- Suara sengau
- Gejala sekunder: PND, sakit kepala, gangguan tidur dll
- Pemeriksaan fisik: deformitas hidung luar
Stadium
- stadium 1
polip terbatas di meatus medius
- stadium 2
keluar dari meatus medius tampak di rongga hidung tapi blm memenuhi seluruhnya
- stadium 3
masif
Diagnosis Banding
- Keganasan
- Hipertrofi konka
- Defiasi septum
- Massa sinonasal
Tempat asal polip
- KOM (Kompleks Osteo Meatal)
- Meatus medius
- Sinus etmoid
Pemeriksaan penunjang
- Nasal Endoskopi
- Rontgen Sinus para nasal (ditemukan penebalan mukosa dan batas udara-cairan didalam
sinus)
- CT Scan
Terapi
- Kortikosteroid
- Polipektomi
- Etmoidektomi
- Cald well luc -> sinus maxila
- Functional Endoscopic Sinus Surgery
2. SEPTUM DEFIASI
Etiologi
- Trauma
- Kelainan pertumbuhan

Gejala
- Hidung tersumbat
- Nyeri kepala di sekitar mata
- Anosmia / hiposmia
- Konka hipotrofi pada sisi yang defiasi
- Konka hipertrofi pada sisi kontra lateral
Terapi
- Reseksi sub mukosa
- Septoplasi
3. RHINITIS ALERGI
Inflamasi oleh karena reaksi alergi pada pasien atopi yang tersensitasi oleh alergen yang sama
Gejala:
- bersin > 5x
- rinorea
- gatal
- hidung tersumbat
Tanda:
- Rhinoskopi anterior: mukosa edema, basah, livid, konka hipertrofi, secret cair banyak dan
bening
- Allergic shiner
- Allergic salute
- Allergic crease
- Facies adenoid
- Cobble stone appearance pada DPD
- Geographic tongue pada lidah
Pemeriksaan penunjang
- AE untuk hitung leukosit
- IgE total
- IgE spesifik
- Skin prick test
Terapi
- Menghindari allergen
- Anti histamine
- Dekongestan oral/topical
- Steroid oral/topical
- Sodium kromoglikat
- Antikolinergik topical
- Imuno terapi
- Operatif ( pemotongan konka inferior)
4. RHINITIS VASOMOTOR
Etiologi: rangsangan non spesifik (asap, bau menyengat, parfum, alcohol, stres perubahan suhu)
Gejala:
- hidung tersumbat
- rinorea mukoid/serous
- memburuk di pagi hari
- edema mukosa hidung
- konka merah gelap
- permukaan licin berbenjol benjol

Terapi :
- menghindari allergen
- dekkongestan oral
- cuci hidung dengan nacl 0,9 %
- kortikosteroid topical 100-200mg
- kauterisasi AgNO3 25%
- operatif: elektrokauter, pemotongan konka, neuroktomi n.vidianus

5. RHINITIS ATROFI
Etiologi
- Klebsiella ozaena
- Defisiensi Fe
- Defisiensi vit A
- Rhinosinusitis kronis
- Kelainan hormonal
- Penyakit kolagen
Gejala
- Nafas bau
- secret kental hijau purulen
- krusta hijau
- anosmia
- nyeri kepala
- hidung tersumbat
- rongga hidung sangat lapang
- atrofi konka
Pemeriksaan:
- Kultur + uji sensitivitas kuman
- CT scan sinus paranasal
- PA
Terapi:
- Antibiotic
- Cuci hidung dengan Nacl+NAHCO3+aquades atau 100cc air + 1 Sdm betadin
- Vit A 3x 50.000 IU selama 2 minggu
- Suplemen Fe selama 2 minggu
- Operatif
6. RHINITIS MEDIKA MENTOSA
Etiologi
- Pemakaian vasokonstriktor topical (adrenalin) dalam jangka waktu lama
- Kadar agonis alfa adrenergic meningkat
- Penurunan reseptor alfa adrenergic pada vasa darah
- Hilangnya aktivitas simpatis
Dilatasi dan kongesti jaringan mukosa hidung (Rebound congestion)
Gejala
- Hidung tersumbat dan berair
- Hipertrofi konka dengan sekret hidung berlebih
- Edema tidak berkurang dengan tampon adrenalin
Terapi
- Menghentikan obat vasokonstriktor topical
- Steroid dosis tinggi jangka pendek dengan tapering off atau steroid topical selama 2 minggu
- Dekongestan oral

7. RHINOSINUSITIS
Etiologi
Rhinogen (alergi, non alergi), dentogen
Gejala
Mayor:
- Facial pain
- Facial congestion
- Nasal obstruction
- Post nasal drip
- Demam
- Terdapat pus saat pemeriksaan hidung
Minor:
- Nyeri kepala
- Demam
- Halitosis
- Fatigue
- Dental pain
- Batuk
- Nyeri telinga (nyeri tekan/terasa penuh/ otalgia)
kriteria diagnosis
2 mayor atau 1 mayor 2 minor
klasifikasi berdasarkan gejala
- akut < 4minggu
- sub akut 4-12 minggu
- kronis > 12 minggu
- akut rekuren > 4 episode akut dalam 1 tahun
Pemeriksaan penunjang
- CT scan sinus paranasal (gold standar)
- Foto polos sinus paranasal (posisi waters PA lateral)
- Biopsy
- Nasal endoskopi
- Kultur+ uji sensitivitas
- Sinuskopi
Terapi
- Antbiotik 10-14 hari
- Dekongestan oral/topical
- Analgesic
- Mukolitik
- Steroid oral dan topical
- Cuci hidung dengan Nacl 0,9 %
- Jika etiologine alergi anti histamine
- Operatif (CWL atau FESS)
8. EPISTAKSIS
Etiologi
Sistemik
- Infeksi
- Hormonal
- Tekanan atmosfer
- Gangguan kardiovaskular (hipertensi)

- Kelainan darah
- Congenital
Lokal
- Kelainan anatomi
- Trauma
- Kelainan pembuluh darah setempat
Letak
Anterior
- Plexus kiesselbach (a.sfenopalatina, a.etmoidalis anterior, a.labialis superior, a.palatina
mayor)mor
- Penyebabnya karena trauma atau proses radang
- Mudah dihentikan
Posterior
- A.etmoidalis posterior, a.sfenopalatina
- Penyebabnya karena kelainan vascular, trauma, radang, massa tu
Terapi
Anterior
- penekanan hidung 10-15menit
- cuci dengan larutan AgNO3 25-30% jika masih berdarah
- tampon kasa gulung + antibiotic zalf dipertahanka 2x24 jam
Posterior
- pasang tampon bellocq
C. HIDUNG
1. FARINGITIS AKUT
VIRAL
Etiologi
Gejala

-Demam
-Rinore
-Nyeri tenggorokan
-Sulit menelan
-Limfadenopati
akut di leher

Terapi

-istirahat
-minum cukup
-kumur air hangat
-analgesik
-pemberian
antiviral

BAKTERI
Streptococcus beta
hemoliticus grup A
-Nyeri kepala hebat
-Muntah
-Demam tinggi
-Hipertrofi tonsil
-Faring dan tonsil
hiperemis disertai
eksudat
-Peteki pada
pallatum dan faring
-Limfadenopati di
leher
- Jika diduga krn
bakteri S. beta
hemoliticus grup A
Inj. Penisilin G
benzatin 50.000
unit/KgBb atau
diberikan
Amoxixilin
3x500mg selama 6-

10 hari atau
eritromisin
4X500mg /hari
-Kortikosteroid 816mg IM
-analgesik
-kumur air hangat
dengan antiseptik
2. FARINGITIS KRONIS
HIPERTROFI
Gejala -tenggorokan
keing gatal
-batuk berdahak
-DPP granulasi
-Kripte melebar
disertai detritus
-Sulit menelan
-Pembesaran
KGB

ATROFI
-Tenggorokan
kering
-Bau mulut
-Mukosa tertutup
lender kental, bia
diangkat mukosa
kering

LEUTIKA
Penyebab:
Treponema
palidum
-Primer
Bercak/ulkus
pada
pallatum
mole, DPP
dan tonsil,
nyeri (-)
-Sekunder
Eritema dari
faring
sampai
dengan
laring
-Tersier
Terdapat
guma di
tonsil dan
palatum

Terapi

-Obat Kumur
-Ekspektoran
-larutan Nitrat
Argenti

-Antibiotic
Penisilin
-Cuci hidung
dosis tinggi
dgn Nacl +
NAHCO3 +
aquades atau
100cc air + 1
Sdm betadin
-Vit A 3x 50.000
IU selama 2
minggu
-Suplemen Fe
selama 2 minggu

- Operatif

3. TONSILITIS AKUT
a. VIRAL
Gejala
- Demam
- Nyeri tenggorokan
- Luka-luka kecil pada faring dan tonsil
- Nyeri telinga
Terapi
- Istirahat
- Minum cukup
- Jika berat diberikan antiviral
b. BAKTERI
Tonsilitis parenkimatosa:
Membengkak dan hiperemis
Tonsilitis folikularis:
Bintik-bintik kecil warna putih pada tonsil
Tonsilitis membranosa:
Membrane/eksudat warna putih pada permukaan tonsil biasanya pada kasus difteri
Gejala:
- Tonsil membesar dan hiperemis
- Terdapat detritus/folikularis/membrane
- Nyeri tenggorokan
- Nyeri telan
- Demam tinggi
- Nyeri telinga
- Gangguan nafsu makan
- Kelenjar sub mandibula bengkak dan nyeri
- Kelenjar limfe di leher benggak (bullneck)
- fatigue
Terapi:
- Antibiotic
- Antipiretik
- Obat kumur
4. TONSILITIS KRONIS
a. Tonsilitis Folikularis:
Detritus didalam kripte
b. Tonsilitis hipertrofikan:
Tonsil hipertrofi
c. Tonsillitis fibrotikan:
Tonsil mengecil dan mengkerut krn jaringan digantikan oleh jaringan fibrous yang kental dan padat.
Hiperemis pada arcus anterior dan jika ditekan terdapat pus
Gejala:
- Tonsil membesar permukaan tidak rata
- Kripte melebar disertai detritus
- Rasa mengganjal di tenggorokan
- Nafas bau

Terapi
- Obat kumur
- Obat hisap
Indikasi Tonsilektomi
ABSOLUTE
- Obstruksi saluran nafas
- Disfagia berat
- Gangguan tidur
- Komplikasi kardio pulmonal
- Rhinosinusitis kronis yang tidak membaik dengan boat-obatan
- Tonsillitis yang menimbulkan kejang demam
- Curiga keganasan
RELATIF
- Terjadi 3x episode kekambuhan atau lebih dalam 1 tahun dengan terapi yang adekuat
- Bakteri streptococcus
5. HIPERTROFI ADENOID
Bisa timbul submatan di coana dan tuba eustachii. Biasanya pasien bernafas melalui mulut -> otitis
media.
Adenoid -> jaringan limfoid yang terletak di dinding posterior nasofaring.
Gejala:
- Faringitis dan bronchitis
- Facies adenoid
- Ganguan drainase sinus paranasal / sinusitis
- Pallatum mole tidak terangkat saat fonasi

Pemeriksaan penunjang:
- Foto lateral kepala
- Palatal phenomenom

Terapi: Adenoidektomi

Indikasi adenoidektomi:
- Sumbatan
Bernafas lewat mulut
OSAS (Obstructive Sleep Apnea Syndrome)
Gangguan menelan
Gangguan bicara
Facies adenoid
-

Infeksi
Adenoiditis berulang
OME/OMA berulang

Curiga keganasan

6. ABSES PERITONSIL
Etiologi: komplikasi dari tonsillitis
Gejala:
- Odinofagi hebat
- Otalgia
- Muntah
- Mulut bau
- Hipersalivasi
- Trismus
- Pallatumbengkak
- Tonsil bengkak satu sisi
- Uvula bengkak + edem
- Uvula terdorong ke kontraleteral
Terapi
- Antibiotik dosis tinggi
- Anti inflamasi
- Fluktuasi (+) -> pungsi -> insisi
Komplikasi
- Pecah spontan -> perdarahan -> aspirasi
- Perjalanan infeksi -> mediasitinis -> gangguan perngembangan paru -> apneu
- Ke cranial -> abses otak

7. ABSES RETROFARING
Sering terjadi pada anak-anak
Etiologi:
- ISPA
- Adenoidektomi
- Corpal
- ET

Gejala
- Odinofagi

Disfagia
Demam
Lerher kaku dan nyeri
Sesak nafas jika sumbatan di hipofaring
Stridorjika meluas ke laring
Suara sengau
Benjolan pada DPP -> konsistensi lunak

Terapi
- Antibitik IV dosis tinggi
- Pungsi dan insisi -> posisi trendelenburg

Diagnosis banding
- Adenoiditis
- Tumor
- Aneurisma aorta

8. ABSES PARAFARING
Etiologi:
Perjalanan infeksi dari peritonsil, retrofaring ke sub mandibula.

Gejala
- Trismus
- Bengkak pada angulus mandibula
- Demam
- Bengkak pada dinding lateral faring
- Otalgia, odinofagi, disfagi
- Edema musculus sternocleidomastoideus

Pemeriksaan penunjang
- Rontgen jaringan lunak lat/AP
- CT scan

9. ABSES SUBMANDIBULA
Etiologi
Infeksi gigi, dasar mulit, faring, kelenjar limfe

Gejala
- Demam
- Nyeri di leher bawah mandibula, di bawah lidah
- Trismus

Terapi
- Antibiotik IV
- Evakuasi abses

10. ANGINA LUDOVICI


Infeksi ruang sub mandibula berupa selulitis dengan tanda khas pembengkakan seluruh ruang sub
mandibula, tidak bentuk abses -> keras diraba

Etiologi
Infeksi gigi, peradangan dasar mulut
Gejala:
- Odinofagi dan nyeri pada leher
- Bengkak sub mandibula dank eras
- Sesak nafas
Terapi
- Antibiotic
- Evakuasi abses
Komplikasi
- Sumbatan jalan nafas
- Mediastinitia
- Sepsis
11. CA LARING
Karsinoma sel squamosa 95%
Letak tumor:
- Supraglotis
- Glottis
- Sub glottis
- Transglotis
Gejala
- Serak oleh karena gangguan fonasi laring
- Suara bergumam
- Dispnea dan stridor
- Nyeri tenggorok
- Disfagia
- Odinofagi
- Batuk & hemoptisis
- Nyeri alih ke telinga
- Halitosis
- BB menurun
- Pembesaran KGB
- Nyeri tekan laring

Diagnosa
- Kaca laring
- CT scan
- Pemeriksaan PA dan biobsi (diagnose pasti)

Terapi
- Stadium 1
Radiasi
- Stadium 2 & 3
OP -> laringektomi total persial + diseksi lerher radikal bila menjalar ke limfe
- Stadium 4
OP + rekonstruksi + radiasi

12. PRESBIAKUSIS
Definisi
Penurunan pendengaran sensori neural yang simetris berkaitan dengan usia (>50 tahun)

Klasifikasi
- Sensoris
Degenerasi organ corti, dimulai dari basal lalu ke apex
-

Neural
Degenerasi sel gln.Spiral dari basal ke apex

Strial / metabolic
Atrofi dari stria vaskularis pada seluruh koklea

Koklear konduktif
Kekakuan membrane basilar yang memperngaruhi pergerakan
Etiologi: multi faktorial
- Proses penuaan sel (rambut,syaraf) dan organ corti
- Perdisposisi genetic
- Fungsi endogen yang merusak pendengaran

Gejala
- Penurunan pendengaran
- Sulit mengenali percakapan jika berada pada keadaan bising
- Bisa timbul tinnitus

Diagnose
- Gambaran otoskop -> normal
- PTA: tuli sensori neural simetris

Diagnosis banding
- Sensorineural simetris
- Chronic NIHL
- Penurunan pendengaran krn metabolic / substansi ototoksik
Terapi
- Tidak ada terapi yg spesifik
- Rehabilitasi

Anda mungkin juga menyukai