TUNAGRAHITA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase anak
di SLB Garut Kota Kabupaten Garut
OLEH:
WILDAN YAHDIAN ROSYADI
KHG.D15055
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Istilah untuk anak tunagrahita bervariasi, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
nama : lemah pikiran, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita. Dalam bahasa
Inggris dikenal dengan nama Mentally Handicaped, Mentally Retardid. Anak tunagrahita
adalah anak yang mempunyai kekurangan atau keterbatasan dari segi mental
intelektualnya, dibawah rata-rata normal, sehingga mengalami kesulitan dalam tugastugas akademik, komunikasi, maupun sosial, dan karenanya memerlukan layanan
pendidikan khusus (Sumarno, 2008)
Keterbelakangan Mental atau Retardasi Mental (RM) adalah suatu keadaan yang
ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata disertai dengan
berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri (berpelilaku adaptif), yang mulai
timbul sebelum usia 18 tahun.
B. Etiologi
Pada sebagian besar kasus RM, penyebabnya tidak diketahui; hanya 25% kasus yang
memiliki penyebab yang spesifik. Secara kasar, penyebab RM dibagi menjadi beberapa
kelompok (Medicastore, 2009):
1. Trauma (sebelum dan sesudah lahir)
a. Rubella kongenitalis
b. Meningitis
c. Infeksi sitomegalovirus bawaan
d. Ensefalitis
e. Toksoplasmosis kongenitalis
f. Listeriosis
g. Infeksi HIV
C. Kelainan kromosom
a. Galaktosemia
b. Penyakit Tay-Sachs
c. Fenilketonuria
d. Sindroma Hunter
e. Sindroma Hurler
f. Sindroma Sanfilippo
g. Leukodistrofi metakromatik
h. Adrenoleukodistrofi
i. Sindroma Lesch-Nyhan
j. Sindroma Rett
k. Sklerosis tuberosa
E. Metabolik
a. Sindroma Reye
b. Dehidrasi hipernatremik
c. Hipotiroid kongenital
d. Hipoglikemia (diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik)
F. Keracunan
a. Pemakaian alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada ibu hamil
b. Keracunan metilmerkuri
c. Keracunan timah hitam
G. Gizi
a. Kwashiorkor
b. Marasmus
c. Malnutrisi
H. Lingkungan
a. Kemiskinan
b. Status ekonomi rendah
c. Sindroma deprivasi.
I. Tanda dan Gejala
Beberapa Bentuk Kelainan Pada Anak Dengan retardasi mental menurut Sumarno
(2008):
1.
2.
3.
Hyperfleksibilitas
4.
5.
6.
Hidung hipoplastik
7.
8.
9.
10.
Lekukan epikantus (lekukan kulit yang berbentuk bundar) pada sudut mata
sebelah dalam
11.
12.
13.
14.
15.
Gejala-Gejala Lain :
1.
Anak-anak yang menderita retardasi mental ini umumnya lebih pendek dari
anak yang umurnya sebaya.
2.
3.
Lebar tengkorak kepala pendek, mata sipit dan turun, dagu kecil yang mana
lidah kelihatan menonjol keluar dan tangan lebar dengan jari-jari pendek.
J. Patofisiologi
Terdapat beberapa faktor penybab yang dinyatakan sebagai dasar terjadinya retardasi
mental, misalnya faktor cedera yang terjadi di dalam rahim, saat bayi tersebut masih
berbentuk janin. Selain itu dapat pula terjadi sedera pada saat kelahiran (persalinan).
Ada teori lain yang menyebutkan adanya variasi somatik yang dikarenakan perubahan
fusngsi kelenjar internal dari ibu selama kehamilan, dan hal ini belum diketahui
mekanismenya. Demikian pula dengan faktor prenatal yang dialami oleh ibu-ibu yang
hamil, misalnya ibu terkena penyakit campak (Rubella) sering anak yang dikandungnya
akan mengalami retardasi mental.
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh ganngguan metabolisme
(misalnya metabolisme karbohodrat, protein dan lemak), sindrome reye, dehidrasi
hipernatrenik, hipotiroid kongenital, hipoglikemia dan malnutrisi dapat mengakibatkan
retardasi mental.
Penyakit otak yang nyata juga dapat menyebabkan retardasi mental, misalnya akibat
neoplasma otak akan mengakibatkan reaksi sel otak yang bersifat degenaratif, inflamatif,
proliferatif ataupun sklerotik yang menyebabkan disfungsi otak.
Retardasi mental juga dapat disebabkan oleh kesalahan jumlah kromosom (sindroma
down), defek pada kromosom dan translokasi kromosom. Kelainan genetik dan kelaianan
metabolik yang diturunkan juga dapat menyebabkan retardasi mental seperti
galaktosemia dan fenilketonuria.
Prematuritas dan kehamilan wanita diatas 40 tahun juga dapat menjadi penyebab
kasus retardasi mental. Hal ini berhubungan dengan keadaan bayi waktu lahir yaitu
dengan berat badan rendah kurang dari 2500 gram, imaturitas karena persalinan prematur
dan ketidakseimbangan hormon ibu hamil yang tua (diatas 40 tahun) (Salmiah, 2010).
K. Pathway
intranatal
Cidera
Penyebab
antenatal
saat
lahir
Cidera kepala
Kerusakan
jaringan otak
langsung
Infiltrasi sel
kanker ke otak
Retardasi mental
Gangguan fungsi
kognitif
Ggn perkembangan
fisik
akademik.
yang lebih muda.
Suka menyendiri
Mudah dipengaruhi
tinggi setaraf anak normal usia 12
Kurang dinamis
Kurang
Tunagrahita sedang setaraf anak
pertimbangan/kontrol diri
normal usia
7, 8 tahun IQ antara 30
(Salmiah,
2010)
Kurang konsentrasi
50, tunagrahita berat kemampuan
L. Komplikasi
Mudah dipengaruhi
belajarnya
setaraf
anak normal
Komplikasi
penyakit
padausia
tunagrahita
yangTidak
seringkali
menyertai adalah:
dapat memimpin
3 4 tahun, dengan IQ 30 ke
1. Penyakit Alzheimers (penyakit kemunduran
susunan
syaraf pusat)
dirinya maupun
orang lain.
bawah.
2. Leukimia (penyakit dimana sel darah putih melipat ganda tanpa terkendalikan).
M. Pemeriksaan Penunjang
1. Seorang anak RM menunjukkan perkembangan yang secara signifikan lebih lambat
dibandingkan dengan anak lain yang sebaya.
dibawah rata-rata bisa dikenali dan diukur melalui tes kecerdasan standar (tes IQ),
yang menunjukkan hasil kurang dari 2 SD (standar deviasi) dibawah rata-rata
(biasanya dengan angka kurang dari 70, dari rata-rata 100).
2. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan brachyaphalic sutura dan frontale yang
terlambat menutup. Tulang ileum dan sayapnya melebar disertai sudut asetabular yang
lebar.
3. Pemeriksaan kariotiping untuk mencari adanya translokasi kromosom.
4. Diagnosis antenatal dengan pemeriksaan cairan amnion atau vili karionik, dapat
dilakukan secepatnya pada kehamilan 3 bulan atau pada ibu yang sebelumnya pernah
melahirkan anak dengan syndrom down yang nantinya akan menjadi retardasi mental.
Bila didapatkan janin yang dikandung menderita syndrom down dapat ditawarkan
terminasi kehamilan kepada orang tua.
5. Pada anak dengan Sindrom Down mempunyai jumlah kromosom 21 yang berlebih (3
kromosom) di dalam tubuhnya yang kemudian disebut trisomi 21. Adanya kelebihan
kromosom
menyebabkan
perubahan
dalam
proses
normal
yang
mengatur
embriogenesis. Materi genetik yang berlebih tersebut terletak pada bagian lengan
bawah dari kromosom 21 dan interaksinya dengan fungsi gen lainnya menghasilkan
suatu perubahan homeostasis yang memungkinkan terjadinya penyimpangan
perkembangan fisik (kelainan tulang), SSP (penglihatan, pendengaran) dan
kecerdasan yang terbatas (Salmiah, 2010).
N. Penatalaksanaan
1. Penanganan Secara Medis
a. Pendengarannya : sekitar 70-80 % anak retardasi mental terdapat gangguan
pendengaran dilakukan tes pendengaran oleh THT sejak dini.
b. Penyakit jantung bawaan
c. Penglihatan : perlu evaluasi sejak dini.
d. Nutrisi : akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi / prasekolah.
e. Kelainan tulang : dislokasi patela, subluksasio pangkal paha / ketidakstabilan
atlantoaksial. Bila keadaan terakhir ini sampai menimbulkan medula spinalis atau
bila anak memegang kepalanya dalam posisi seperti tortikolit, maka perlu
pemeriksaan radiologis untuk memeriksa spina servikalis dan diperlukan konsultasi
neurolugis.
2. Pendidikan
a. Intervensi Dini
Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi
lingkungan yang memeadai bagi anak dengan retardasi mental, bertujuan untuk
latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa. Selain
itu agar anak mampu mandiri seperti berpakaian, makan, belajar, BAB/BAK,
mandi.
b. Taman Bermain
Misal dengan peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus melalui bermain
dengan temannya, karena anak dapat melakukan interaksi sosial dengan temannya.
c. Pendidikan Khusus (SLB-C)
Anak akan mendapat perasaan tentang identitas personal, harga diri dan
kesenangan. Selain itu mengasah perkembangan fisik, akademis dan dan
kemampuan sosial, bekerja dengan baik dan menjali hubungan baik.
3. Penyuluhan Pada Orang Tua
O. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji meliputi (Doenges, 1999) :
1. Selama Masa Neonatal Yang Perlu Dikaji :
a. Keadaan suhu tubuh terutama masa neonatal
b. Kebutuhan nutrisi / makan
c. Keadaan indera pendengaran dan penglihatan
d. Pengkajian tentang kemampuan kognitif dan perkembangan mental anak
e. Kemampuan anak dalam berkomunikasi dan bersosialisasi
f. Kemampuan motorik
g. Kemampuan keluarga dalam merawat anak denga syndrom down terutama
tentang kemajuan perkembangan mental anak
2. Pengkajian terhadap kemampuan motorik kasar dan halus
3. Pengkajian kemampuan kognitif dan perkembangan mental
P. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri: Mandi, berpakaian, makan dan eliminasi b.d. gangguan
kognitif.
2. Kurang pengetahuan (pada keluarga tentang penyakit) b.d. kurang pajanan informasi
3. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan dan hospitalisasi.
4. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskul
5. Defisit perawatan diri b/d immobilisasi diri, kerusakan persepsi dan kognitif
Q. Perencanaan keperawatan
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Defisit
perawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien tidak mengalami
Monitor kemampuan anak untuk perawatan diri
defisit perawatan diri dengan kriteria hasil:
yang
mandiri.
diri:
Mandi,
Indikator:
penyakit)
Indikator:
1. mengetahui etiologi penyakit
2. mengetahui prognosis penyakit
3. mengetahui tindakan medis/non medis untuk mengatasi
kekurangan
Kecemasan
berhubungan dengan
kurang pengetahuan
dan hospitalisasi
Gangguan
mobilitas fisik b/d
kerusakan
neuromuskul
NOC :
Anxiety control
Coping
Kriteria Hasil :
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan
gejala cemas
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan
tehnik untuk mengontol cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan
NOC :
Joint Movement : Active
Mobility Level
NIC :
Exercise therapy : ambulation
Defisit perawatan
diri
b/d
immobilisasi
diri,
kerusakan
persepsi
dan
kognitif
Resiko
tinggi
NOC :
Self care : Activity of Daily Living (ADLs)
Kriteria Hasil :
Klien terbebas dari bau badan
Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk
melakukan ADLs
NOC:
trauma
fisik
b/d
gangguan mental,
delirium/psikosis
DAFTAR PUSTAKA
McCloskey dan Bulechek 2000. Nursing interventions classification (NIC). United States
of America: Mosby.
Meidean, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:
Mosby.
NANDA Internasional. 2014. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:
EGC.
Nanda. 2015. APLIKASI NANDA, NIC & NOC. Yogyakarta : action publishing media
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Salmiah, S. 2010. Retardasi Mental. Departemen Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran
Gigi: Universitas Sumatera Utara.
Sumarno, A. 2008. Karakteristik Anak Tunagrahita. Didapat dari URL: www.
Elearning.unesa.ac.id. diakses tanggal 20 Februari 2012.