Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

TUNAGRAHITA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase anak
di SLB Garut Kota Kabupaten Garut

OLEH:
WILDAN YAHDIAN ROSYADI
KHG.D15055

PROGRAM PROFESI NERS


ANGKATAN V
STIKes KARSA HUSADA GARUT

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Istilah untuk anak tunagrahita bervariasi, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
nama : lemah pikiran, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita. Dalam bahasa
Inggris dikenal dengan nama Mentally Handicaped, Mentally Retardid. Anak tunagrahita
adalah anak yang mempunyai kekurangan atau keterbatasan dari segi mental
intelektualnya, dibawah rata-rata normal, sehingga mengalami kesulitan dalam tugastugas akademik, komunikasi, maupun sosial, dan karenanya memerlukan layanan
pendidikan khusus (Sumarno, 2008)
Keterbelakangan Mental atau Retardasi Mental (RM) adalah suatu keadaan yang
ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata disertai dengan
berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri (berpelilaku adaptif), yang mulai
timbul sebelum usia 18 tahun.

Orang-orang yang secara mental mengalami

keterbelakangan, memiliki perkembangan kecerdasan (intelektual) yang lebih rendah dan


mengalami kesulitan dalam proses belajar serta adaptasi sosial, sejumlah 3% dari seluruh
penduduk Indonesia mengalami keterbelakangan mental (Kaplan dan Saddock, 1994 ).
Berbagai definisi telah dikemukakan oleh para ahli.Salah satu definisi yang
diterima secara luas dan menjadi rujukan utama ialah definisi yang dirumuskan
Grossman (1983) yang secara resmi digunakan AAMD (American Association on
Mental Deficiency) sebagai berikut.
Mental retardaction refers to significantly subaverage general Intellectual
functioning resulting in or adaptive behavior and manifested during the
developmental period. Artinya, ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual
umum yang secara nyata (signifikan) berada di bawah rata-rata (normal) bersamaan
dengan kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian diri dan semua ini berlangsung
(termanifestasi) pada masa perkembangannya.
Sejalan dengan definisi tersebut, AFMR (1987) menggariskan bahwa
seseorang yang dikategorikan tunagrahita harus melebihi komponen keadaan
kecerdasannya yang jelas-jelas di bawah rata-rata, adanya ketidakmampuan dalam
menyesuaikan diri dengan norma dan tuntutan yang berlaku di masyarakat.

B. Etiologi

Pada sebagian besar kasus RM, penyebabnya tidak diketahui; hanya 25% kasus yang
memiliki penyebab yang spesifik. Secara kasar, penyebab RM dibagi menjadi beberapa
kelompok (Medicastore, 2009):
1. Trauma (sebelum dan sesudah lahir)

a. Perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir


b. Cedera hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama atau sesudah lahir
c. Cedera kepala yang berat
2. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)

a. Rubella kongenitalis
b. Meningitis
c. Infeksi sitomegalovirus bawaan
d. Ensefalitis
e. Toksoplasmosis kongenitalis
f. Listeriosis
g. Infeksi HIV
C. Kelainan kromosom

a. Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindroma Down)


b. Defek pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindroma Angelman,
sindroma Prader-Willi)
c. Translokasi kromosom dan sindroma cri du chat
D. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan

a. Galaktosemia
b. Penyakit Tay-Sachs
c. Fenilketonuria
d. Sindroma Hunter
e. Sindroma Hurler
f. Sindroma Sanfilippo
g. Leukodistrofi metakromatik
h. Adrenoleukodistrofi
i. Sindroma Lesch-Nyhan
j. Sindroma Rett

k. Sklerosis tuberosa
E. Metabolik
a. Sindroma Reye
b. Dehidrasi hipernatremik
c. Hipotiroid kongenital
d. Hipoglikemia (diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik)
F. Keracunan
a. Pemakaian alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada ibu hamil
b. Keracunan metilmerkuri
c. Keracunan timah hitam
G. Gizi
a. Kwashiorkor
b. Marasmus
c. Malnutrisi
H. Lingkungan
a. Kemiskinan
b. Status ekonomi rendah
c. Sindroma deprivasi.
I. Tanda dan Gejala
Beberapa Bentuk Kelainan Pada Anak Dengan retardasi mental menurut Sumarno
(2008):
1.

Sutura sagitalis yang terpisah

2.

plantar crease jari kaki I dan II

3.

Hyperfleksibilitas

4.

Peningkatan jaringan sekitar leher

5.

Bentuk palatum yang abnormal

6.

Hidung hipoplastik

7.

Kelemahan otot dan hipotonia

8.

Bercak brushfield pada mata, mata sipit.

9.

Mulut terbuka dan lidah terjulur

10.

Lekukan epikantus (lekukan kulit yang berbentuk bundar) pada sudut mata

sebelah dalam
11.

Single palmar crease pada tangan kiri dan kanan

12.

Jarak pupil yang lebar

13.

Tangan dan kaki yang pendek serta lebar

14.

Bentuk / struktur telinga yang abnormal, telinga letak rendah

15.

Kelainan mata, tangan, kaki, mulut, sindaktili

Gejala-Gejala Lain :
1.

Anak-anak yang menderita retardasi mental ini umumnya lebih pendek dari
anak yang umurnya sebaya.

2.

Kepandaiannya lebih rendah dari normal.

3.

Lebar tengkorak kepala pendek, mata sipit dan turun, dagu kecil yang mana
lidah kelihatan menonjol keluar dan tangan lebar dengan jari-jari pendek.

J. Patofisiologi
Terdapat beberapa faktor penybab yang dinyatakan sebagai dasar terjadinya retardasi
mental, misalnya faktor cedera yang terjadi di dalam rahim, saat bayi tersebut masih
berbentuk janin. Selain itu dapat pula terjadi sedera pada saat kelahiran (persalinan).
Ada teori lain yang menyebutkan adanya variasi somatik yang dikarenakan perubahan
fusngsi kelenjar internal dari ibu selama kehamilan, dan hal ini belum diketahui
mekanismenya. Demikian pula dengan faktor prenatal yang dialami oleh ibu-ibu yang
hamil, misalnya ibu terkena penyakit campak (Rubella) sering anak yang dikandungnya
akan mengalami retardasi mental.
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh ganngguan metabolisme
(misalnya metabolisme karbohodrat, protein dan lemak), sindrome reye, dehidrasi
hipernatrenik, hipotiroid kongenital, hipoglikemia dan malnutrisi dapat mengakibatkan
retardasi mental.
Penyakit otak yang nyata juga dapat menyebabkan retardasi mental, misalnya akibat
neoplasma otak akan mengakibatkan reaksi sel otak yang bersifat degenaratif, inflamatif,
proliferatif ataupun sklerotik yang menyebabkan disfungsi otak.
Retardasi mental juga dapat disebabkan oleh kesalahan jumlah kromosom (sindroma
down), defek pada kromosom dan translokasi kromosom. Kelainan genetik dan kelaianan
metabolik yang diturunkan juga dapat menyebabkan retardasi mental seperti
galaktosemia dan fenilketonuria.
Prematuritas dan kehamilan wanita diatas 40 tahun juga dapat menjadi penyebab
kasus retardasi mental. Hal ini berhubungan dengan keadaan bayi waktu lahir yaitu
dengan berat badan rendah kurang dari 2500 gram, imaturitas karena persalinan prematur
dan ketidakseimbangan hormon ibu hamil yang tua (diatas 40 tahun) (Salmiah, 2010).

K. Pathway
intranatal
Cidera

Penyebab

antenatal
saat

lahir
Cidera kepala
Kerusakan

jaringan otak

langsung
Infiltrasi sel

Kehamilan tua > 40 tahun


Konsusmsi
obat
yang
meracuni janin
Keracunan timbal
Infeksi ibu saat hamil
Translokasi
kromosom
(CMV).
Kelaianan
metabolisme
protein,
lemak
dan
karbohidrat
fenilketonuria
Defek pada otak

kanker ke otak

Retardasi mental

Gangguan fungsi
kognitif

Ggn fungsi sosial

Ggn perkembangan
fisik

Sulit mempelajari hal-hal

Bergaul dengan anak

akademik.
yang lebih muda.

Anak tunagrahita ringan,

Suka menyendiri

kemampuan belajarnya paling

Mudah dipengaruhi
tinggi setaraf anak normal usia 12

Kurang dinamis

tahun dengan IQ antara 50 70,

Kurang
Tunagrahita sedang setaraf anak
pertimbangan/kontrol diri
normal usia
7, 8 tahun IQ antara 30
(Salmiah,
2010)

Kurang konsentrasi
50, tunagrahita berat kemampuan
L. Komplikasi

Mudah dipengaruhi
belajarnya
setaraf
anak normal
Komplikasi
penyakit
padausia
tunagrahita
yangTidak
seringkali
menyertai adalah:

dapat memimpin
3 4 tahun, dengan IQ 30 ke
1. Penyakit Alzheimers (penyakit kemunduran
susunan
syaraf pusat)
dirinya maupun
orang lain.
bawah.

Hampir sama dengan anak


normal
Kematangan motorik
lambat
Koordinasi gerak kurang

2. Leukimia (penyakit dimana sel darah putih melipat ganda tanpa terkendalikan).

M. Pemeriksaan Penunjang
1. Seorang anak RM menunjukkan perkembangan yang secara signifikan lebih lambat
dibandingkan dengan anak lain yang sebaya.

Tingkat kecerdasan yang berada

dibawah rata-rata bisa dikenali dan diukur melalui tes kecerdasan standar (tes IQ),
yang menunjukkan hasil kurang dari 2 SD (standar deviasi) dibawah rata-rata
(biasanya dengan angka kurang dari 70, dari rata-rata 100).
2. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan brachyaphalic sutura dan frontale yang
terlambat menutup. Tulang ileum dan sayapnya melebar disertai sudut asetabular yang
lebar.
3. Pemeriksaan kariotiping untuk mencari adanya translokasi kromosom.
4. Diagnosis antenatal dengan pemeriksaan cairan amnion atau vili karionik, dapat
dilakukan secepatnya pada kehamilan 3 bulan atau pada ibu yang sebelumnya pernah

melahirkan anak dengan syndrom down yang nantinya akan menjadi retardasi mental.
Bila didapatkan janin yang dikandung menderita syndrom down dapat ditawarkan
terminasi kehamilan kepada orang tua.
5. Pada anak dengan Sindrom Down mempunyai jumlah kromosom 21 yang berlebih (3
kromosom) di dalam tubuhnya yang kemudian disebut trisomi 21. Adanya kelebihan
kromosom

menyebabkan

perubahan

dalam

proses

normal

yang

mengatur

embriogenesis. Materi genetik yang berlebih tersebut terletak pada bagian lengan
bawah dari kromosom 21 dan interaksinya dengan fungsi gen lainnya menghasilkan
suatu perubahan homeostasis yang memungkinkan terjadinya penyimpangan
perkembangan fisik (kelainan tulang), SSP (penglihatan, pendengaran) dan
kecerdasan yang terbatas (Salmiah, 2010).

N. Penatalaksanaan
1. Penanganan Secara Medis
a. Pendengarannya : sekitar 70-80 % anak retardasi mental terdapat gangguan
pendengaran dilakukan tes pendengaran oleh THT sejak dini.
b. Penyakit jantung bawaan
c. Penglihatan : perlu evaluasi sejak dini.
d. Nutrisi : akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi / prasekolah.
e. Kelainan tulang : dislokasi patela, subluksasio pangkal paha / ketidakstabilan
atlantoaksial. Bila keadaan terakhir ini sampai menimbulkan medula spinalis atau
bila anak memegang kepalanya dalam posisi seperti tortikolit, maka perlu
pemeriksaan radiologis untuk memeriksa spina servikalis dan diperlukan konsultasi
neurolugis.
2. Pendidikan
a. Intervensi Dini
Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi
lingkungan yang memeadai bagi anak dengan retardasi mental, bertujuan untuk
latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa. Selain

itu agar anak mampu mandiri seperti berpakaian, makan, belajar, BAB/BAK,
mandi.
b. Taman Bermain
Misal dengan peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus melalui bermain
dengan temannya, karena anak dapat melakukan interaksi sosial dengan temannya.
c. Pendidikan Khusus (SLB-C)
Anak akan mendapat perasaan tentang identitas personal, harga diri dan
kesenangan. Selain itu mengasah perkembangan fisik, akademis dan dan
kemampuan sosial, bekerja dengan baik dan menjali hubungan baik.
3. Penyuluhan Pada Orang Tua

O. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji meliputi (Doenges, 1999) :
1. Selama Masa Neonatal Yang Perlu Dikaji :
a. Keadaan suhu tubuh terutama masa neonatal
b. Kebutuhan nutrisi / makan
c. Keadaan indera pendengaran dan penglihatan
d. Pengkajian tentang kemampuan kognitif dan perkembangan mental anak
e. Kemampuan anak dalam berkomunikasi dan bersosialisasi
f. Kemampuan motorik
g. Kemampuan keluarga dalam merawat anak denga syndrom down terutama
tentang kemajuan perkembangan mental anak
2. Pengkajian terhadap kemampuan motorik kasar dan halus
3. Pengkajian kemampuan kognitif dan perkembangan mental

4. Pengkajian terhadap kemampuan anak untuk berkomunikasi


5. Tes pendengaran, penglihatan dan adanya kelainan tulang
6. Bagaimana penyesuaian keluarga terhadap diagnosis dan kemajuan perkembangan
mental anak.

P. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri: Mandi, berpakaian, makan dan eliminasi b.d. gangguan
kognitif.
2. Kurang pengetahuan (pada keluarga tentang penyakit) b.d. kurang pajanan informasi
3. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan dan hospitalisasi.
4. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskul
5. Defisit perawatan diri b/d immobilisasi diri, kerusakan persepsi dan kognitif

Q. Perencanaan keperawatan
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Defisit
perawatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien tidak mengalami
Monitor kemampuan anak untuk perawatan diri
defisit perawatan diri dengan kriteria hasil:
yang
mandiri.
diri:
Mandi,
Indikator:

Monitor kebutuhan anak untuk alat-alat bantu untuk


berpakaian, makan 1. kebersihan diri adekuat
kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan
2. mampu melakukan ADL dibantu ataupun mandiri
makan.
dan eliminasi b.d.

Sediakan bantuan sampai anak mampu secara utuh


gangguan kognitif.
untuk melakukan self-care.

Dorong anak untuk melakukan aktivitas sehari-hari


yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.

Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri


bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.

Ajarkan anak/ keluarga untuk mendorong


kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika
anak tidak mampu untuk melakukannya.

Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai


kemampuan.

Pertimbangkan fungsi mental anak jika mendorong


pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengetahuan keluarga
tentang retardasi mental meningkat, dengan kriteria hasil:
(pada
keluarga
tentang

penyakit)

b.d. kurang pajanan


informasi

Indikator:
1. mengetahui etiologi penyakit
2. mengetahui prognosis penyakit
3. mengetahui tindakan medis/non medis untuk mengatasi
kekurangan

Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang retardasi


mental
Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal
ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan
cara yang tepat.
Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang tepat
Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
tepat
Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan
cara yang tepat

Kecemasan
berhubungan dengan
kurang pengetahuan
dan hospitalisasi

Gangguan
mobilitas fisik b/d
kerusakan
neuromuskul

NOC :
Anxiety control
Coping
Kriteria Hasil :
Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan
gejala cemas
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan
tehnik untuk mengontol cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan

NOC :
Joint Movement : Active
Mobility Level

Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan


anak dengan cara yang tepat
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
Gunakan pendekatan yang menenangkan
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
selama prosedur
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut
Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
tindakan prognosis
Dorong keluarga untuk menemani anak
Lakukan back / neck rub
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

NIC :
Exercise therapy : ambulation

Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon

Self care : ADLs


Transfer performance
Kriteria Hasil :
Klien meningkat dalam aktivitas fisik
Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan
dan kemampuan berpindah
Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi
(walker)

Defisit perawatan
diri

b/d

immobilisasi

diri,

kerusakan
persepsi

dan

kognitif

Resiko

tinggi

NOC :
Self care : Activity of Daily Living (ADLs)
Kriteria Hasil :
Klien terbebas dari bau badan
Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk
melakukan ADLs

Dapat melakukan ADLS dengan bantuan

NOC:

pasien saat latihan


Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi
sesuai dengan kebutuhan
Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan
cegah terhadap cedera
Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik
ambulasi
Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara
mandiri sesuai kemampuan
Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs ps.
Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
NIC :

Self Care assistance : ADLs


Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk
kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan.
Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk
melakukan self-care.
Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang
normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan
ketika klien tidak mampu melakukannya.
Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan.
Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.
NIC :

trauma

fisik

b/d

gangguan mental,
delirium/psikosis

Knowlwdge : personel safety


Safety behavior : falls Prevention
Safety Behavior : Falls Occurance
Safety behavior : Physical injury

Environmental Management safety

Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien


Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan
kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan riwayat
penyakit terdahulu pasien
Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya
memindahkan perabotan)
Memasang side rail tempat tidur
Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah
dijangkau pasien.
Membatasi pengunjung
Memberikan penerangan yang cukup
Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
Mengontrol lingkungan dari kebisingan
Memindahkan
barang-barang
yang
dapat
membahayakan
Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit

DAFTAR PUSTAKA

McCloskey dan Bulechek 2000. Nursing interventions classification (NIC). United States
of America: Mosby.
Meidean, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America:
Mosby.
NANDA Internasional. 2014. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:
EGC.
Nanda. 2015. APLIKASI NANDA, NIC & NOC. Yogyakarta : action publishing media
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Salmiah, S. 2010. Retardasi Mental. Departemen Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran
Gigi: Universitas Sumatera Utara.
Sumarno, A. 2008. Karakteristik Anak Tunagrahita. Didapat dari URL: www.
Elearning.unesa.ac.id. diakses tanggal 20 Februari 2012.

Anda mungkin juga menyukai