Anda di halaman 1dari 18

Laki-laki dengan Nyeri pada Bahu, Sulit Bernapas dan Lemas

Disusun Oleh
Ghereetha (102013158)
Email: ghereetha.2013fk158@civitas.ukrida.ac.id
Fakultas Kedokteran Umum Universitas Kristen Krida Wacana
Bab I
Pendahuluan
1.1; Latar

Belakang

Proses pernapasan adalah proses pengambilan gas Oksigen bebas dari lingkungan yang
masuk kedalam tubuh manusia melalui Paru-paru yang kemudian akan termetabolisme
menghasilkan gas CO2 yang nantinya akan dikeluarkan melalui ekspirasi keluar tubuh
individu tersebut. Proses masuknya oksigen dan pengeluaran sampah metabolisme dalam
hal ini adalah gas CO2 akan terjadi terus menerus selama manusia hidup. Mekanisme
pernapasan ini juga melibatkan kerja berbagai otot dan saraf yang berperan serta alat-alat
lainnya yang berperan, ini menunjukkan bahwa mekanisme ini sangat penting bagi
manusia. Bila terjadi ketidakseimbangan masuk dan keluarnya, bias terjadi berbagai
gangguan pernapasan.
1.2; Rumusan

Masalah

Laki-laki (20thn) mengalami nyeri bahu, sulit bernapas dan lemas pada saat menonton
Televisi.
1.3; Sasaran

Belajar

Sasaran pembelajaran pada kegiatan PBL kali ini adalah:


- Mahasiswa mengetahui mikro dan makro yang berperan dalam proses pernapasan
- Mahasiswa mengetahui dan mengerti proses difusi gas dan transport gas yang terjadi
- Mahasiswa mengetahui dan memahami mengenai faktor-faktor yang berperan dalam
proses pernapasan
- Mahasiswa mengetahui dan mengerti mengenai keseimbangan asam dan basa
- Mahasiswa mengetahui dan mengerti mengenai pengendalian pernapasan
- Mahasiswa mengetahui dan mengerti mengenai perubahan tekanan intrapleura, intra
pulmonal dan intratorak.
1.4; Skenario

Seorang laki-laki usia 20 tahun tengah menonton televisi ketika tiba-tiba merasa nyeri
pada bahu, sulit bernapas dan lemas. Ayahnya segera membawa putranya ke UGD.
Pemeriksaan radiologi Thorax memperlihatkan tanda Pneumothorax.

Bab II
Pembahasan
2.1; Pernapasan

Tujuan pernapasan adalah untuk menyediakan Oksigen bagi jaringan dan membuang
karbon dioksida.1Untuk mencapai tujuan ini, pernapasan dapat dibagi menjadi empat
peristiwa fungsional utama, yaitu:1 (1) Ventilasi paru yang berarti masuk dan keluarnya
udara antara atmosfer dan alveoli paru, (2) Difusi Oksigen dan karbondioksida antara
alveoli dan darah, (3) Transpor oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh
ke dan dari sel, dan (4) Pengaturan ventilasi dan lain-lain dari pernapasan.1

2.1.1. Saluran Napas Menghantarkan Udara Antara Atmosfer dan Alveolus


Sistem respirasi mencakup saluran napas yang menuju paru, paru itu sendiri dan
struktur-struktur thoraks (dada) yang berperan menyebabkan aliran udara masuk dan
keluar paru melalui saluran napas.2Saluran napas adalah tabung atau pipa yang
mengangkut udara antara atmosfer dan kantung udara (alveolus), alveolus merupakan
satu-satunya tempat pertukaran gas antara udara dan darah. 2Saluran napas berawal dari
saluran nasal (hidung). Saluran hidung membuka ke dalam faring (tenggorokan) yang
berfungsi sebagai saluran bersama untuk sistem pernapasan dan pencernaan. 2Terdapat
dua saluran yang berasal dari faring yaitu (1) Trakea, yang dilalui oleh udara untuk
menuju paru, dan (2) Esofagus yang dilalui oleh makanan untuk menuju
lambung.2Karena faring berfungsi sebagai saluran bersama untuk udara dan makanan

maka sewaktu menelan terjadi mekanisme refleks yang menutup trakea agar makanan
masuk ke esofagus dan bukan ke saluran napas, esofagus selaulu tertutup kecuali ketika
menelan untuk mencegah udara masuk ke lambung sewaktu bernapas.2Laring atau voice
box terletak di pintu masuk trakea. Tonjolan anterior laring membentuk jakun. Pita suara,
dua pita jaringan elastik yang melintang di pintu masuk laring dapat diregangkan dan
diposisikan dalam berbagai bentuk oleh otot laring.2Sewaktu udara dilewatkan melalui
pita suara yang kencang, lipatan tersebut bergetar untuk menghasilkan berbagai suara
bicara.2Bibir,lidah dan palatum molle memodifikasi suara menjadi pola suara yang dapat
dikenali. Sewaktu menelan, pita suara melaksanakan fungsi yang tidak berkaitan dengan
bicara; keduanya saling mendekat untuk menutup pintu masuk ke trakea.
Di belakang laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu bronkus kanan
dan kiri, yang masing-masing masuk ke paru kanan dan kiri. Didalam masing-masing
paru itu, bronkus itu terus bercabang-cabang menjadi saluran napas yang semakin sempit,
pendek dan banyak seperti percabangan sebuah pohon.2Cabang-cabang yang lebih kecil
ini dikenal sebagai bronkiolus, diujung bronkiolus terminal berkelompok alveolus,
kantung-kantung udara halus tempat pertukaran gas antara udara dan darah. 2Trakea dan
bronkus besar adalah tabung yang cukup kaku tak berotot yang dikelilingi oleh
serangkaian cincin tulang rawan yang mencegah saluran ini menyempit. Bronkiolus yang
lebih kecil tidak memiliki tulang rawan untuk menjaganya tetap terbuka, dinding saluran
ini mengandung otot polos yang disarafi oleh sistem saraf otonom dan peka terhadap
hormon dan bahan kimia lokal tertentu. 2Faktor-faktor ini mengatur jumlah udara yang
mengalir dari atmosfer ke setiap kelompok alveolus, dengan mengubah derajat kontraksi
otot polos bronkiolus sehingga mengubah kaliber saluran napas terminal.

2.1.2. Alveolus Dikelilingi Kapiler Paru


Alveolus adalah kelompok-kelompok kantong mirip anggur yang berdinding tipis dan
dapat mengembang di ujung cabang saluran napas penghantar. Dinding alveolus terdiri
dari satu lapisan sel alveolus tipe I yang gepeng. 2Dinding anyaman padat kapiler paru
yang mengelilingi setiap alveolus juga memiliki ketebalan hanya satu sel. Ruang
interstisium antara sebuah alveolus dan anyaman kapiler disekitarnya membentuk sawar
yang sangat tipis dengan ketebalan hanya 0,5m yang memisahkan udara di alveolus dari
darah di kapiler paru.2Tipisnya sawar ini mempermudah pertukaran gas. Paru
mengandung sekitar 300juta alveolus, masing-masing bergaris tengah 300m,
sedemikian padatnya anyaman kapiler paru sehingga setiap alveolus dikelilingi oleh
lembaran darah yang hampir kontinyu. Selain berisi sel alveolus tipe I yang tipis, epitel
alveolus juga mengandung sel alveolus tipe II, sel-sel ini mengeluarkan sufaktan paru
yang merupakan suatu kompleks fosfolipoprotein yang mempermudah ekspansi paru.

Selain itu terdapar makrofag alveolus yang berjaga-jaga dalam lumen kantong udara
ini.2Di dinding antara alveolus yang berdekatan terdapat pori Khon yang halus yang
memungkinkan aliran udara antara alveolus-alveolus yang berdekatan, proses ini dikenal
dengan ventilasi kolateral, saluran-saluran ini sangat penting agar udara segar dapat
masuk ke alveolus yang saluran penghantar terminalnya tersumbat akibat penyakit.2
2.2; Makro

Sistem Pernapasan
2.2.1. Saluran Napas Atas
Sistem respirasi yang berperan pada saluran napas atas adalah Hidung, Pharynx dan
Larynx.

(1). Hidung dan Sinus Paranasalis


Udara pernapasan pertama kali masuk melalui hidung, hidung ini berbentuk piramid yang
terletak superior dari palatum durum.3Hidung memiliki nares nasi (lubang hidung) yang
dipisahkan oleh septum nasi. Tulang yang terdapat pada hidung adalah (1) Os Nasal, (2)
Proc.Frontalis Maxillaris dan (3) Nasal Ossis Frontalis. 3Didalam septum nasi ada
Lamina perpendicular os ethmoidal, os fomer dan cartilago septum nasi. Tulang rawan
yang berada pada hidung antara lain (1) Cartilago septi nasi, (2) Cartilago nasi lateralis
dan (3) Cartilago alae nasi major dan minor.3 Otot yang berada pada hidung adalah M.
Depressor Nasi dan M. Nasalis. Batass-batas rongga hidung adalah (1) Bagian atas
berbatasan dengan Os Frontalis, Os Sphenoidalis dan Os Ethmoidalis (2) Bagian bawah
berbatasan dengan Palatum Durum (bagian keras) dan Palatum Molle (bagian lunak) (3)
Bagian Medial berbatasan dengan Septum Nasi dan (4) Bagian Lateralnya berbatasan
dengan Concha Nasalis (Superior, Medial dan Inferior). Concha Nasalis Superior ini
terletak craniodorsal atau posterosuperior dan terdapar recessus spheno-ethmoidalis yang
merupakan muara dari sinus sphenoidalis.3Dibagian inferiornya terdapat Meatus Nasi
Superior. Concha Nasalis Medius, didalamnya terdapat bulla ethmoidalis yang
cenderung dibentuk oleh sel-sel ethmoid yang medius, dibawahnya terdapat hiatus
semilunare yang merupakan muara dari sinus frontalis dan dibagian antero-superior nya
tedapat infundibulum ethmoidalis yang merupakan muara dari ductus nasofrontalis dan
sinus ethmoidalis.3 Concha Nasalis Inferior, disebelah lateral dan caudal nya terdapat
meatus nasi inferior yang didalamnya terdapat muara dari ductus nasolacrimalis, yang
berfungsi untuk mendrainase air mata dari saccus lacrimalis kedalam pars anterior di
meatus nasi inferior.3Perdarahan rongga hidung dilakukan oleh (1) A.Ethmoidalis Ant
dan Post, (2) A. Sphenopalatina Cab. A.Maxillaris Interna, (3) A.Palatina Major dan (4)
A. Labialis Superior. Kelima arteri ini nantinya akan beranastomosis membentuk Plexus
Hiesselbach.3Sedangkan sistem Vena pada rongga hidung ini berawal dari terbentuknya

plexus venosus sub mukosa yang bermuara di V.Sphenopalatina, V.Facialis dan


V.Ethmoidalis Ant. yang berujung di V.Ophtalmica kemudian berlanjut ke sinus
cavernosus dan membentuk plexus cavernosus.3
Sinus Frontalis, terletak didalam os Frontalis, sinus ini bermuara di hiatus semilunare
yang sebelum bermuara akan melalui ductus frontonasalis menuju infundibulum
ethmoidale dan kemudian bermuara ditempatnya. Sinus Ethmoidalis, adalah sinus
paranasalis yang bermuara di Infundibulum Ethmoidale. Sinus ini berjumlah 3buah yaitu
Anterior, Medius dan Posterior. Sinus ethmoidalis yang Anterior disebut juga dengan
Sinus ethmoidalis infudibular yang nantinya akan bermuara ke meatus nasi medius
melalui iinfundibulum ethmoidal, Sinus ethmoidalis yang Medius disebut juga dengan
sinus ethmoidalis bullar karena sinus ini membentuk bullar ethmoidal yang langsung
bermuara ke meatus nasi medius dan Sinus ethmoidalis yang Posterior langsung
bermuara ke Meatus Nasi Inferior.3Sinus Ethmoidalis ini diperdarahi oleh (1)
A.Ethmoidalis Ant dan Post dan (2) A. Sphenopalatina, sinus ini juga dipersarafi oleh (1)
Nn. Ethmoidalis Ant dan Post dan (2) Cabang Orbital Ganglion Pterygopalatinum. 3Sinus
Sphenoidalis terletak didalam Corpus Ossis Sphenoidalis yang bermuara dalam
Recessus Spheno-Ethmoidalis. Sinus Sphhenoidalis ini diperdarahi oleh (1)
A.Ethmoidalis Post dan (2) Cabang Pharyngeal A.Mammaria Interna serta dipersarafi
oleh (1) N.Ethmoidalis Post dan (2) Cabang orbital ganglion pterygopalatinum. Sinus
Maxillaris adalah sinus yang paling besar diantara semua sinus paranasalis yang ada
sehingga sinus ini rentan sekali terkena radang (sinusitis maxillaris), sinus ini diperdarahi
oleh (1) A. Facialis, (2) A.Infraorbitalis, (3) A.Palatina Major dan (4) Aa.Alveolaris Sup.,
Ant dan Post., sinus ini juga dipersarafi oleh (1) N.Infraorbitalis dan (2) Nn.Alveolaris
Superior Ant.,Med.,Post.

(2) Pharynx
Pharynx adalah suatu membran/pipa saluran musculo membranosa dari basis cranii
sampai C6 (tepi bawah cart.cricoidea. Ke Lateral, pharynx berhubungan dengan cavum
tympani. Faring terdiri atas Nasofaring, Orofaring dan Laryngofaring. Otot-otot pada
faring adalah (1) M.Constrictor Pharyngis, (2) M.Stylopharyngeus, (3)
M.Salpingopharyngeus dan (4) M.Palatopharygeus.
Laryngo Pharynx adalah dari epiglottis sampai tepi inferior cartilago cricoidea yang
ke kaudal berhubungan dengan Oesophagus yang nantinya akan berlanjut ke Lambung
(Gaster). Pada ventro caudo lateralnya akan ada Aditus Laryngis (pintu masuk) yang
didalamnya terdapat Recessus Piriformis yang didalam recessus ini terdapat N.Laryngeus
Superior Rms.Internus yang membentuk Plica N.Laryngici.3Pharynx diperdarahi oleh

(1) A.Pharyngea Ascendens, (2) A.Palatina Ascendens, (3) A.Facialis Ramus Tonsilaris,
(4) A.Palatina Major, (5) A.Maxillaris Rms. Canalis Pterygiudea dan (6) A.Lingualis
Rms. Dorsalis Linguae. Pharynx dipersarafi oleh Plexus Pharyngeus yang terbagi
menjadi motorik utama dan sensorik, persarafan motorik dilakukan oleh (1) N. XI Pars
Cranialis, (2) N.IX, (3) N.Laryngeus Sup. Rms. Ext sedangkan sensorik dilakukan oleh
(1) N. IX dan X, (2) N.Maxillaris dan (3) Nn.Palatini Minores.3

(3) Larynx
Larynx berada diantara lidah sampai trachea, tulang rawan larynx terdiri atas (1)
cartilago cricoidea, (2) cartilago thyreoidea, (3) cartilago epiglottis, (4) cartilago
arytaenoidea, (5) cartilago cuneiforme dan (6) cartilago corniculatum. 3Otot-otot yang
berperan dalam Larynx ada yang ekstrinsik dan intrinsik, untuk kelompok otot yang
Ekstrinsik adalah (1) M.Sternothyroideus, (2) M.Thyreohyoideus dan (3) M.Constrictor
Pharyngis Inferior dan kelompok otot yang Intrinsik (1) M.cricothyroideus, (2)
M.Cricoarytenoideus Post, (3) M.Cricoarytenoideus Lateral, (4) M.Arytenoideus
Transversus, (5) M.Arytenoideus Oblique, (7) M.Aryepiglotticus dan (8)
M.Thyreoarytenoideus.3
Larynx diperdarahi oleh (1) cab A.Thyreoidea Sup dan (2) cab. A.Thyreoidea Inf,
larynx dipersarafi oleh cab int dan ext N. Laryngeus Superior dan N.Reccurens serta
saraf simpatis.3

Gambar 1.
Bawah3

Saluran Napas Atas dan

2.2.2. Saluran Napas Bawah


Organ yang berperan sebagai saluran napas bawah adalah Paru-paru. Paru-paru ini
diselubungi oleh suatu pembungkus paru yang disebut dengan Pleura. 3Pleura
pembungkus paru terbagi menjadi Pleura Visceralis dan Pleura Parietalis. Pleura
Parietalis adalah pleura yang melekat pada dinding dada sedangkan pleura visceralis
melekat pada paru. Diantara kedua pleura ini disebut dengan cavum pleura.3Dari cavitas
pleura akan menuju ke recessus pleura yaitu tempat perluasan paru selama inspirasi
dalam, recessus pleura ini antara lain (1) Recessus costomediastinalis yaitu di ventral,
kedua sisi mediastinum dan dinding dada, (2) Recessus Costodiaphragmatica yaitu
recessus yang paling besar pada manusia di lateral, di linea midaxillaris, (3) Recessus
Phrenicomediastinalis yaitu di Caudal, diantara diafragma dan mediastinum dan (4)
Recessus Vertebromediastinalis, di dorsal yang bersebelahan dengan columna
vertebralis.3,4

Gambar 2. Paru, Pulmones dan Rongga Pleura4


Pleura (pembungkus paru) parietalis diperdarahi oleh (1) Aa.Intercostales, (2)
A.Pericardiophrenica

dan

(3)

A.Musculophrenica,

sedangkan

pleura

visceralis

diperdarahi oleh pembuluh-pembuluh bronchialis.3Untuk persarafannya, pelura parietalis

dipersarafi oleh Nn. Intercostales dan N.Phrenicus sedangkan pleura visceralis dipersarafi
oleh saraf-saraf otonom.

Paru (Pulmo)
Manusia memiliki organ paru sebanyak dua buah, yang masing-masing memiliki cirinyacirinya sendiri namun ada beberapa persamaan diantara keduanya.

Gambar 3. Pulmo Dexter dan Pulmo Sinister4


Tabel.1. Ciri-ciri Paru Kanan dan Kiri3
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pulmo Dexter
Memiliki 3buah Lobus
Radixnya berada diatas A.Pulmonalis atau
berada sejajar
Memiliki Apex Pulmonalis
Memiliki Hilus Pulmonalis
Memiliki Fissura Horizontalis dan Fissura
Obliqua
Jejas pada facies mediastinalis:
-

Facies cardiaca
Sulcus A. Subclavia
Sulcus Vena Cava Superior
Sulcus Vena Cava Inferior
Sulcus V.Anonyma
Sulcus V.Azygos
Sulcus Trachea

Pulmo Sinister
Memiliki 2buah Lobus
Radixnya berada dibawah A.Pulmonalis
Memiliki Apex Pulmonalis
Memiliki Hilus Pulmonalis
Hanya memiliki Fissura Horizontalis
Jejas pada facies mediastinalis:
-

Facies Cardiaca
Sulcus A.Subclavia
Sulcus V.Anonyma
Sulcus Trachea
Oesophagus
Sulcus Ao.Thoracalis
Sulcus Arcus Aorta

- Sulcus Oesophagus

- Sulcus A.Carotis Com

Memiliki 10 Bronchus Segmentorum (Lobus Memiliki 10 Bronchus Segmentorum


Superior sebanyak 3 bronchus lobaris, Lobus (Lobus Superior sebanyak 5 bronchus
7.

Medius sebanyak 2 bronchus lobaris dan

lobaris dan Lobus Inferior sebanyak

Lobus Inferior sebanyak 5 bronchus lobaris 5bronchus lobaris basalis)


basalis)
Pada punksi Pleura dilakukan di Midaxillaris (bagian depan dengan menusukkan jarum di
tengah sela iga sedangkan bagian belakang dengan menusukkan jarum di tepi atas iga
tempat jalannya n.intercostalis).3
Pulmo dextra diperdarahi oleh A.Pulmonalis Dextra yang lebih panjang dari yang kiri, sedangkan
pulmo sinister diperdarahi oleh A.Pulmonalis Sinister. Pembuluh balik yang memperdarahi
Pulmo Dexter untuk Lobus Superior dan Medius diperdarahi oleh Vena Pulmonalis Superior
yang kanan, sedangkan Vena yang memperdarahi Pulmo Dexter untuk lobus inferior adalah Vena
Pulmonalis Inferior kanan. Untuk Pulmo Sinister, diperdarahi oleh V.Pulmonalis Superior untuk
lobus superior kiri dan V.Pulmonalis Inferior untuk lobus inferior kiri.3Paru kanan dan kiri
dipersarafi oleh plexus pulmonalis anterior dan posterior yang terbentuk dari cabang-cabang
truncus symphaticus T1-T3 dan parasimpatik N.X.3Getah bening pleura visceralis menuju ke
pembuluh dangkal subpleural, sedangkan getah bening pleura parietalis berakhir dalam 3rute
yaitu (1) Pleuro costalis menuju Nnll.Parassternalis, (2) Pleura diaphragmatica menuju ke
permukaan torakal diaphragma dan (3) Pleura mediatinalis menuju Nnll.Mediatinalis posterior.3
2.3; Mikro

Sistem Pernapasan
(1). Hidung
Vestibulum bagian depan dilapisi epidermis dengan rambut-rambut kasar dan kelenjar
sebasea. Vestibulum bagian belakang ditutupi membran mukosa yang dilapisi epitel
berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.5Sisa rongga hidung kecuali atapnya dilapisi epitel
bertingkat torak bersilia dan bersel goblet.Silia itu memukul ke arah faring, lamina
propria sangat vaskular dan menghangatkan udara yang dihirup, ia mengandun kelenjar
liur campur, diluar lamina propria terdapat tulang rawan hialin atau tulang kompakta,
tempat ia melekat dengan eratnya, kompleks itu membentuk mukoperikondrium atau
mukoperiosteum.5

(2). Epiglottis
Permukaan superior dan sebagian besar permukaan inferiornya ditutupi epitel berlapis
gepeng tanpa lapis tanduk; pada permukaan inferiornya beralih kedalam epitel berlapis
torak dan kemudian epitel bertingkat torak bersilia dan bersel goblet.5Pada epitel berlapis
torak dijumpai kuncup kecap pada aspek lingual, batas epitel-lamina propria adalah
bergelombang sedangkan pada aspek laringeal rata.5

(3). Laring
Seluruhnya dilapisi epitel bertingkat torak bersilia kecuali lipatan vocal, yang ditutupi
epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. 5Tulang rawan dan otot skelet terdapat
dimana-mana pada dindingnya, tulang rawan itu adalah hialin kecuali bagian corniculate,
cunieforme dan proses vocal dari tulang rawan aritenoid yang berjenis elastis. Kelenjar
liur campur terdapat pada dindingnya.5

(4). Trakea dan Paru


Permukaan paru ditutupi jaringan ikat jarang yang sangat elastis yang dilapisi mesotel;
bersama-sama mereka membentuk pleura visceral, dari hilus masuk septa jaringan ikat ke
dalam paru membaginya dalam lobuli. 5Bronki intrapulmonal mempunyai struktur sama
dengan bronki ekstrapulmonal kecuali otot polosnya yang tersebar secara spiral
mengelilingi dindingnya dan tulang rawannya yang tersusun berupa plak yang saling
beranastomosis secara tak teratur.5Unit dasar jaringan paru adalah suatu bronkiolus dan
cabang-cabang berikutnya, duktus alveolaris, sakkus alveolaris dan alveoli. Bronkiolus
adalah bronkus tanoa sel goblet, kelenjar-kelenjar dan tulang rawan. Jadi, dindingnya
terdiri atas epitel selapis kubis atau torak rendah dengan silia diatas suatu lamina propria
yang sangat elastis. Bronkiolus repiratorius adalah bronkiolus yang pada salah satu
sisinya terdapat alveolus berinterval, yang dilapisi epitel; suatu cabang arteri pulmonal
berjalan disebelah lain dari bronkiolus repiratorius. Duktus Alveolaris dapat
diumpamakan suatu lorong yang diapit tiangtiang pada sisinya, tiang-tiang itu mempunyai
struktur yang sama dengan bronkiolus, diantara
tiang-tiang terdapat saccus alveolaris yang tidak
berdinding karena merupakan pusat jalan tempat
bermuara banyak alveoli. Alveol pulmonal
dilapisi sel-sel epitel yang sangat menipis,
diselingi sel-sel kubis, diluar terdapat selapis
tipis jaringan ikat terdiri atas serat-serat retikular dan elastin dan menampung anyaman
kapilar yang luas. Makrofag bebas terdapat pada permukaan epitel, sel-sel epitel kecil
yang tipis itu disebut sel type I dan pertukaran gas terjadi melalui sitoplasmanya dan
membran basal dan melalui lamina basal dan endotel dari kapiler pada dinding
alveol.5Sel epitel kubis dikenal sebagai sel tipe II atau sel septal atau sel alveolar besar,
mereka mengandung badan-badan fosfolipid lamelar dalam sitoplasmanya, ini dilepaskan
pada permukaan epitel sebagai surfaktan yang menurunkan ketegangan agar alveoli tidak
kolaps selama ekspirasi.5

Gambar 4. Epiglottis5
Gambar 5. Laring5

2.4; Biokimia

dan
Fisiologi Pernapasan
2.4.1. Mioglobin dan
Hemoglobin

Protein
Heme
berfungsi
dalam
pengikatan
Oksigen,
pengangkutan oksigen
dan fotosintesis, protein
heme mioglobin dan
hemoglobin mempertahankan pasokan Oksigen yang essensial untuk metabolisme
oksidatif.6,7Mioglobin, suatu protein monomerik otot merah menyimpan oksigen sebagai
cadangan untuk menghadapi kekurangan oksigen. Hemoglobin, suatu protein tetramerik
eritrosit, mengangkut Oksigen ke jaringan dan mengembalikan CO 2 dan proton ke paruparu.7 Gugus prostetik heme mioglobin dan hemoglobin adalah senyawa tetrapirol siklik.
Senyawa tetrapirol terdiri atas empat buah molekul pirol yang dihubungkan dalam
sebuah cincin planar oleh jembatan metilen-. Substituen menentukan apakah tetrapirol
merupakan heme atau senyawa lain yang berhubungan.6Dalam heme terdapat gugus metil
(M), vinil (V), dan propionat (Pr) yang tersusun dalam urutan M,V,M,V,M,Pr,Pr,M. Satu
atom besi fero (Fe2+) berada pada pusat cincin planar ini, protein lain yang memiliki
gugus prostetik tetrapirol mencakup sitokrom (Fe2+ dan Fe3+), enzim katalase serta
tritofan pirolase dan klorofil (Mg2+). Dalam sitokrom, oksidasi dan reduksi atom besi
sangat penting bagi fungsi biologinya. Sebaliknya, oksidasi Fe2+ pada mioglobin atau
hemoglobin menghancurkan aktivitas biologik. Mioglobin jaringan otot merah
menyimpan oksigen yang dalam keadaan kekurangan oksigen (misal setelah kerja
fisik/olahraga berat) akan dilepas sehingga bisa digunakan oleh mitokondria otot untuk
sintesis ATP yang bergantung oksigen.6

2.4.2. Transpor O2 dan CO2


Transpor O2 memiliki cirri-ciri yaitu (1) Bentuk larut sangat sedikit, (2) Terikat secara
kimia dengan Hb , tiap komponen heme mengandung 1atom zat besi Fe, Hb dapat
berubah bentuk menjadi bentuk Oxygenated waktu mengikat oksigen dan membentuk
oksihemoglobin, di kapiler jaringan Hb melepaskan oksigen dan menjadi
deoksihemoglobin.3Transpor CO2 memiliki cirri-ciri yaitu (1) daya larutnya lebih besar
dibandingkan oksigen, (2) Ikatan dengan protein Hb dan protein plasma membentuk
senyawa karbamino hemoglobin, deoksi Hb afinistasnya lebih besar terhadap
karbondioksida dibandingkan dengan oksihemoglobin, (3) Ion HCO3- dieritrosit terjadi
sangat cepat karena adanya enzim karbonikanhidrase, sehingga pada saat ion ini keluar
dari sel, maka akan digantikan oleh ion HCl - untuk mengimbangi pengeluaran ion
bikarbonat tersebut, proses ini disebut Chloride Shift (pergeseran shift).3

2.4.2.1 Difusi Gas


Faktor yang terpenting yang menyebabkan difusi gas adalah perbedaan tekanan
parsial gas antara alveoli dan darah.3Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan proses
difusi adalah (1) perbedaan tekanan parsial gas alveoli dan tekanan gas dalam cairan
darah, (2) luas penampang lintang antar muka gas-cairan, (3) panjang jarak yang harus
ditembus molekul-molekul gas dan (4) daya larut gas. 3Alveoli paru-paru ideal untuk
proses difusi karena (1) gas-gas larut dalam lipid (membran sel), (2) daerah untuk
pertukaran gas sangat luas, (3) jarak yang dilalui gas sangat tipis (alveoli dindingnya
sangat tipis).3Proses difusi bersifat pasif, yaitu oksigen alveoli mendifusi ke darah kapiler
CO2 darah kapiler mendifusi ke alveoli, hal ini terjadi terus menerus sebab alveol selalu
berisi udara 25.000ml pada akhir ekspirasi tenang dan aliran darah di kapiler paru juga
terus menerus, waktu diastole ventrikel dan waktu menahan napas difusi terus
berlangsung.3Ada 3 fase difusi gas antar udara alveoli dan darah kapiler paru, yaitu (1)
Fase gas, luas penampanh total saluran udara dari trakea sampai alveoli makin besar,
aliran udara hanya sampai duktus alveolaris, dalam alveoli gerakan molekul gas dan
pencampuran gas dengan cara difusi, gas dengan BM rendah bergerak lebih cepat
oksigen lebih cepat mendifusi daripada karbondioksida.3, (2) Fase membrane, bila
membrane respirasi tebal, difusi gas sukar, dan (3) Fase cairan, Oksigen mendifusi ke
cairan (plasma) kemudian ke eritrosit dan berikatan dengan Hb, kecepatan difusi
bergantung kepada daya larut dan BM gas, gas CO2 lebih mudah larut dalam air
dibandingkan Oksigen.

2.4.2.2. Mekanisme Pernapasan

Jaringan paru dibungkus oleh pleura, didalamnya terdapat ruang


intrapleura berisi cairan yang berfungsi sebagai pelumas.3Pada kondisi normal,
tekanan intrapleura adalah kurang dari tekanan atmosfer disebut tekanan
subatmosferik (tekanan negative), pada keadaan istirahat (akhir eksppirasi tenang)
jaringan paru dan dinding dada pada kedudukan Resting End Expiratory Level
(REEL) dalam keadaan ini keadaan seimbang dan resultante sifat paru cenderung
kolaps dan dinding dada cenderung mengembang.3Proses inspirasi adalah proses
yang aktif (kontraksi otot-otot inspirasi utama) yaitu m.intercostalis externus dan
diaphragma, pada inspirasi tenang terjadi pembesaran rongga dada kira-kira 75%
oleh diaphragm sedangkan dalam keadaan istirahat diaphragma berbentuk kubah.
Bila terjadi kelumpuhan diaphragm sangat menurunkan kemampuan ventilasi
paru, apabila saat proses inspirasi terjadi dan diaphragm bergerak ke atas, maka
hal ini disebut dengan pernapasan paradoksal, bila terjadi kelumpuhan otot
intercostals, sela iga akan cekung ke dalam ini juga merupakan pernapasan yang
paradoksal.3Proses ekspirasi , ekspirasi tenang merupakan suatu proses yang
pasif, pada keadaan ini otot inspirasi berelaksasi dan jaringan paru kembali
kekedudukan semula ssudah teregang, ini merupakan daya recoil paru. Pada saat
ekspirasi kuat, terjadi kontraksi otot-otot ekspirasi yaitu otot dinding perut dan
otot interkostalis internus. Terdapat tiga tekanan penting dalam proses ventilasi
yaitu sebagai berikut:
a; Tekanan Atmosfer (barometric), adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat
udara di atmosfer pada benda di permukaan bumi. Pada ketinggian permukaan
laut tekanan ini sama dengan 760mmHg, tekanan atmosfer berkurang seiring
dengan penambahan ketinggian diatas permukaan laut karena lapisan-lapisan
udara ddiatas permukaan bumi juga semakin tipis.2,3
b; Tekanan intra-alveolus, yang dikenal juga sebagai tekanan intraparu adalah
tekanan didalam alveolus.2,3karena alveolus berhubungan dengan atmosfer
melalui saluran napas penghantar, udara cepat mengalir menuruni gradient
tekanannya setiap tekanan intra-alveolus berbeda dari tekanan atmosfer
sampai kedua tekanan seimbang (ekuilibrium).2,3
c; Tekanan intrapleura, adalah tekanan didalam kantung pleura, tekanan ini yang
juga dikenal sebagai tekanan intrathoraks adalah tekanan yang ditimbulkan
diluar paru didalam rongga thoraks.2,3Tekanan intrapleura biasanya lebih
rendah
daripada
tekanan
atmosfer.2,3Tekanan
intrapleura
tidak
menyeimbangkan diri dengan tekanan atmosfer atau intra-alveolus karena
tidak ada komunikasi langsung antara rongga pleura dan atmosfer/paru,

karena kantung pleura adalah suatu kantung tertutup tanpa lubang, maka udara
tidak dapat masuk atau keluar meskipun mungkin terdapat gradient tekanan
antara kantung pleura dan daerah sekitar.2,3
Bila tekanan subatmosferik rongga pleura hilang tekanan transmural pada
dinding dada dan jaringan paru hilang akibatnya dinding dada dan jaringan
paru terpisah, hal ini menyebabkan paru kolaps dan dinding dada lebih
mengembang (Barrel Chest).3

2.4.2.3. Pusat Pernapasan


Pusat pengaturan pernapasan volunteer di korteks serebri impulnya disalurkan
melalui traktus corticospinalis ke motor neuron saraf pernapasan. 3Bila hubungan
pusat dengan perifer terputus, pernapasan spontan berhenti tetapi pernapasan yang
disengaja masih dapat dilakukan. Pusat pernapasan otomasi terdiri dari 3bagian
yaitu Pusat Respirasi, Pusat Apneustik dan Pusat Pneumotaksik.3

Tabel 2. Pusat Pernapasan Otomasi3


No
1

Pusat Respirasi
Berada di Formatio

Pusat Apneustik
Pusat Pneumotaksik
Berada di Pons bagian Berada di Pons bagian Atas

Reticularis MO
Menghasilkan

Bawah
Berpengaruh terhadap Impulse dari pusat ini akan

pernapasan spontan

pusat respirasi,

menghambat neuron I

dihambat oleh impulse (rangsang inspirasi dihentikan)


3

aferen melalui N.X


Dua kelompok neuron: Peranan pasti pusat di Pons adalah mengatur
-

DRG terdiri dari

pernapasan jadi lebih halus dan teratur, inspirasi dan

neuron I
VRG terdiri dari

ekspirasi berjalan mulus (smooth).

neuron I dan E yang


tidak aktif

2.4.3. Keseimbangan Asam Basa


2.4.3.1 Buffer

Buffer adalah suatu larutan yang pHnya cenderung tidak berubah walaupun ditambah
asam, basa ataupun diencerkan.3Salah satu larutan buffer yang banyak digunakan adalah
buffer yang terdiri dari campuran asam asetat dengan natrium asetat.
Dalam tubuh manusia, terdapat system dapar yang berperan dalam mempertahankan pH
tubuh, darah orang normal memiliki pH berkisar antara 7,35-7,45, jika mekanisme
pengaturan pH dalam tubuh gagal, akan mengakibatkan pH darah turun dibawah 7.35
ataupun diatas 7.45, dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh permanen bahkan
kematian.3

2.4.3.2 Asidosis/Alkalosis Respiratorik/Metabolik


Jumlah total H2CO3 dalam darah dapat menurun/meningkat oleh pernapasan, ginjal
mengatur kadar HCO3- darah dan ekskresi H+ melalui mekanisme reabsorbi bikarbonat di
tubuli distal.3Asidosis dan alkalosis respiratorik terjadi karena sejak awal terjadi perubahan
[H2CO3], sedangkan asidosis dan alkalosis metabolic terjadi karena sejak awal terjadi
perubahan [HCO3-]. Paru dan ginjal memainkan peran penting dalam mempertahankan pH
darah dalam batas normal, bila ada asidosis/alkalosis respiratorik maka tubuh akan
mengkompensasi melalui ginjal supaya pH darah kembali normal. Bila ada
asidosis/alkalosis metabolic, maka tubuh akan mengkompensasi melalui pernapasan/paru
supaya pH kembali normal melalui Hipoventilasi/Hiperventilasi.3Kompensasi oleh ginjal
adalah mekanisme pengasaman urine: (1) Pembentukkan ammonia dari asam amino
glutamine dengan enzim glutaminase menngikat H+ menjadi NH4+ dan (2) Penyimpanan
kation dalam tubuh melalui pertukaran dengan H+.3

Tabel 3. Asidosis/Alkalosis Respiratorik/Metabolik3


No

Asidosis Repiratorik Asidosis

Keadaan [H2CO3]

Alkalosis

Alkalosis

Metabolik

Respiratorik

Metabolik

Keadaan [HCO3-]

Keadaan [H2CO3]

Keadaan [HCO3-]

meningkat

menurun, sehingga

menurun sehingga

meningkat sehingga

mengakibatkan rasio

rasio menjadi <20

rasio menjadi >20

rasio menjadi >20

menjadi <20
Kompensasi dengan

Kompensasi dengan Kompensasi dengan

Kompensasi dengan

cara meningkatan

menurunkan asam

cara menurunan

cara meningkatkan

reabsorbsi bikarbonat di Karbonat dengan cara reabsorbsi bikarbonat asam Karbonat


ginjal
3

hiperventilasi

di tubuli ginjal

dengan cara

CO2 content nantinya

CO2 content nanti

hipoventilasi
CO2 content nantinya CO2 content akan

akan meningkat

akan menurun karena akan menurun/kurang meningkat sehingga

sehingga urine menjadi hiperventilasi tersebutsehingga urine akan

urine akan alkalis

asam

sehingga urine

menjadi alkalis

kecuali pada keadaan

Dapat terjadi pada:

menjadi asam
Dapat terjadi pada:

Dapat terjadi pada:

hipokalemia.
Dapat terjadi pada:

Setiap gangguan

DM tidak

terkontrol
Ketoasidosis
Payah/gagal

fungsi paru
(pneumonia,
emfisema,

(Hiperventilasi)
Stimulasi pusat

ginjal adalah

paru, asma)
Depresi pusat
pernapasan

Histeris

ginjal (fungsi

bronchitis, edema
-

mengasamkan
-

urine)
Diare Berat

(keracunan morfin)

Stenosis pylorus,

muntah berat
Hiperemesis

pernapasan

gravidarum

(keracunan

(alkalosis

salisilat)
Pendaki gunung,

hipokloremik)
Konsumsi

antasida >>
Sindrome

koma hepaticum

Chusing

2.4.4 Pembahasan Skenario


Lelaki tersebut di scenario diterangkan menunjukkan tanda-tanda pneumothorax, salah
satu tandanya adalah mengalami sesak napas hal ini dapat terjadi ketika kadar deoksiHb
dalam tubuh meningkat sehingga menyebabkan darah menjadi berwarna biru bukan
merah terang (oxy-Hb), biasa dikenal dengan sianosis. Sianosis ini terjadi pada sumbatan
saluran napas, pneumonia dan keracunan sianida.3

2.4.4.1 Hipotesis

Lelaki tersebut menunjukkan tanda pneumothorax yang salah satu gejalanya adalah sesak
napas.

Bab III
Penutup
Kesimpulan
Mekanisme pernapasan terus berlangsung pada seoran manusia, mekanisme ini
melibatkan banyak proses, didalam tubuh manusia terdapat buffer/penyangga untuk
mempertahankan derajat keasaman tubuh agar tidak berubah walaupun ditambah asam,
basa maupun diencerkan. Bila terjadi ketidakseimbangan bisa terjadi asidosis/alkalosis
respiratorik/metabolic, yang bila terjadi juga sudah ada cara tubuh mengkompensasinya.
Hipotesis diterima.

Daftar Pustaka
1; Guyton A.C., Hall J.E., Setiawan I [Editor]. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. [Bab
2;
3;
4;
5;
6;

7;

37: VentilasiParu]. Jakarta:EGC, 1997.h.597.


Sherwood L., Yesdelita N [Editor]. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. [Bab 13:
Sistem Pernapasan] Jakarta:EGC, 2011.h.497-01.
Maria A., Salim D., Husin E., Winata H., Kasim I., Goenawan J. Bahan Kuliah Blok
7 Respiratory. Jakarta: UKRIDA, 2014.h.1-10+16-9.
Sobotta 23ed. Jakarta:EGC, 2011
Craigmyle M.B.L., Tambajong J [Editor]. Atlas Berwarna Histologi Edisi ke-2. [Bab:
Sistem Pernapasan]. Jakarta:EGC, 1987.h.111-15.
Murray, R.K., Granner D.K., Mayes P.A., Rodwell V.W., Hartono A [Alih Bahasa].
Biokimia Harper Ed.25. [Bagian I: Struktur dan Fungsi Protein Serta Enzim
subbagian 7: Protein: Mioglobin dan Hemoglobin]. Jakarta: EGC, 2003.h.59-61.
Murray, R.K., Granner D.K., Mayes P.A., Rodwell V.W., Pendit B.U. [Alih Bahasa].
Biokimia Harper Ed.27. [Bab 6 : Protein: Mioglobin dan Hemoglobin]. Jakarta: EGC,
2009.h.44.

Anda mungkin juga menyukai