Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH DOKUMENTASI TIMBANG TERIMA PASIEN DENGAN

METODE SITUATION, BACKGROUND, ASSESSMENT, RECOMENDATION


(SBAR) TERHADAP INSIDEN KESELAMATAN PASIEN DI RUANG
MEDIKAL BEDAH RS. PANTI WALUYO SURAKARTA
Farida Marjani 1) Happy Indri Hapsari 2), Anissa Cindy Nurul Afni, 2)
ABSTRAK
Timbang terima pasien dengan metode SBAR adalah cara yang efektif dalam sasaran
keselamatan pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh timbang terima
pasien dengan metode SBAR terhadap Insiden Keselamatan Pasien di Ruang Medikal Bedah
RS. Panti Waluyo Surakarta.
Desain penelitian ini menggunakan quasy exsperimental dengan Pre dan Post without
control. Tehnik sampling menggunakan Total Sampling dengan jumlah responden sebanyak
60 orang.
Hasil analisa menggunakan Mc Nemar p = 0,016 (p value <0,05 ), menunjukkan adanya
pengaruh antara pemakaian dokumentasi timbang terima pasien dengan metode SBAR
terhadap Insiden Keselamatan Pasien di Ruang Medikal Bedah RS. Panti Waluyo Surakarta.
Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada dampak positif terhadap penggunaan
Dokumentasi SBAR dalam timbang terima pasien, dan ini membuktikan bahwa Dokumentasi
SBAR dalam timbang terima pasien adalah metode yang efektif untuk menurunkan Insiden
Keselamatan Pasien. Penulis berharap Metode Dokumentasi SBAR ini dapat menjadi
prosedur tetap dalam proses timbang terima pasien selanjutnya, sehingga dapat mencegah
terjadinya IKP dan secara langsung meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit.

Kata Kunci : Timbang Terima, Dokumentasi, SBAR, Insiden Keselamatan Pasien

merupakan komponen yang fundamental

PENDAHULUAN
Keselamatan pasien merupakan isu

dalam

perawatan

pasien

global yang paling penting saat ini dimana

(Riesenberg,2010). Alvarado, et al. (2006)

sekarang

tuntutan

mengungkapkan bahwa ketidakakuratan

pasien atas medical error yang terjadi pada

informasi dapat menimbulkan dampak

pasien.

yang serius pada pasien, hampir 70%

Perawat merupakan petugas kesehatan yang

kejadian sentinel yaitu kejadian yang

mempunyai peranan sangat penting dalam

mengakibatkan

proses pengobatan pasien. Rumah sakit

yang serius di rumah sakit disebabkan

perlu meningkatkan mutu pelayanan untuk

karena buruknya komunikasi. Pernyataan

mengembalikan kepercayaan masyarakat

peneliti di atas sejalan dengan pernyataan

diantaranya melalui Program Keselamatan

Angood (2007) yang mengungkapkan

Pasien dimana World Health Organization

bahwa berdasarkan hasil kajian data

(WHO) telah memulainya pada tahun 2004.

terhadap

Di Indonesia Gerakan Keselamatan Pasien

Diharapkan

Rumah

dicanangkan

Cedera (KTC), Kejadian Nyaris Cedera

Menteri Kesehatan Republik Indonesia

(KNC), Kejadian Potensial Cedera (KPC),

pada 21 Agustus 2005. Setiap rumah sakit

dan Kejadian Sentinel di rumah sakit,

membentuk tim keselamatan pasien rumah

masalah yang menjadi penyebab utama

sakit. Gerakan Keselamatan Pasien Rumah

adalah komunikasi.

Sakit

banyak

Sakit

adalah

mencegah

dilaporkan

(GKPRS)

adanya
(KTD),

atau

cedera

Kejadian

Tidak

Kejadian

Tidak

suatu

sistem

yang

Timbang terima pasien adalah salah

terjadinya

cidera

yang

satu bentuk komunikasi perawat dalam

akibat

melaksanakan asuhan keperawatan pada

tindakan

pasien. Timbang terima pasien dirancang

disebabkan
melaksanakan

kesalahan
suatu

(commission) atau tidak mengambil


tindakan

kematian

yang

seharusnya

diambil

(omission).( Kemenkes, 2011 )


Komunikasi

terhadap

sebagai

salah

satu

metode

untuk

memberikan informasi yang relevan pada


tim perawat

setiap

pergantian

shift,

sebagai petunjuk praktik memberikan


berbagai

informasi mengenai perkembangan pasien


antar profesi kesehatan di rumah sakit

informasi
pasien,

mengenai
tujuan

kondisi

pengobatan,

terkini
rencana

perawatan serta menentukan prioritas

penyedia yang lebih besar dan ketidak

pelayanan (Rushton, 2010).

puasan pasien. (Kemenkes, 2011)

Alvarado,

et

al

(2006)

Salah satu metode komunikasi yang

komunikasi

saat ini dipakai adalah komonikasi dengan

informasi yang diberikan oleh

metode SBAR (Situation, Bayground,

perawat dalam pertukaran shift, atau

Assessmen, Recommendation), dimana

proses menyerahkan pasien dari rawat

didalam

jalan ke rawat inap yang lebih dikenal

menyediakan cara yang efektif, efisien dan

dengan

timbang

(handover)

sederhana

sangat

membantu

perawatan

komunikasi.

menginformasikan bahwa
berbagai

pasien.

terima
dalam

Timbang

dilaksanakan

metode

untuk

terima

yang

Beberapa

baik

dapat

dokumentasi

dengan

SBAR

tersebut

menyampaikan

penelitian
timbang

terima

terkait
dengan

kesalahan

metode Situation, Background, Assessmen

kesinambungan

dan Recomendation (SBAR) telah banyak

perawatan pasien. Smith, et al. (2008)

dilakukan oleh Karima Velji, (2010).

mengungkapkan

sakit

Karima melakukan penelitian mengenai

profesi

efektifitas dokumentasi SBAR dalam

karakteristik,

pengaturan rehabilitasi yang hasilnya

komunikasi pada timbang terima (hand/

didapat adalah penggunaan dokumentasi

over) memiliki hubungan yang sangat

SBAR

penting dalam menjamin kesinambungan,

meningkatkan

kualitas

interproffesional

membantu
serta

mengidentifikasi

memfasilitasi

bahwa

merupakan

organisasi

dengan

berbagai

dan

rumah
padat

keselamatan

dalam

memiliki

potensi

untuk

komunikasi

tim

dalam

konteks

rehabilitasi dan merupakan kontribusi

pelayanan kesehatan pada pasien.


Pada saat komunikasi dalam timbang
terima pasien tidak dilakukan dengan

berharga dalam praktek keselamatan.


Di RS. Panti Waluyo didapatkan

benar maka, dapat menimbulkan beberapa

beberapa

masalah, diantaranya keterlambatan dalam

keselamatan pasien dalam bulan Juli s/d

diagnosis

Desember 2014, yang disebabkan oleh

medis

dan

peningkatan

temuan

angka

insiden

juga

karena proses timbang terima pasien yang

konsekuensi lain termasuk biaya yang

tidak sesuai prosedur, diantaranya jadwal

lebih

operasi yang mundur (KTD) 5 kejadian,

kemungkinan

tinggi

efek

samping,

perawatan

kesehatan,

pemberian obat yang tidak sesuai intruksi

membandingkan nilai post test dengan

dokter (KNC) 2 kejadian, pemeriksaan

pre test. (Dharma, 2013).

laboratorium dan pemeriksaan radiologi


yang

tertunda

Meskipun

(KPC)

angka

kejadian.

kejadian

Insiden

keselamatan Pasien kecil, namun dampak


yang diakibatkan di Rumah Sakit Panti
Waluyo Surakarta oleh

Berdasarkan

telaah

pustaka

dan

penyusunan hipotesis, maka variabelvariabel penelitian ini adalah :


a. Variabel

Terikat

(Dependent

Variable)

sangat besar,

Variabel

misalkan jadwal operasi yang mundur bisa

terikat

merupakan

variabel yang menjadi perhatian

mengakibatkan kematian apabila pasien

utama peneliti atau variabel utama

dengan apendik perforasi, atau misal

yang menjadi faktor yang berlaku

pasien dengan salah minum obat yang

dalam investigasi (Sekaran, 2011).

kontra indikasi dengan penyakitnya.

Dalam

penelitian

ini

yang

merupakan varibel terikat adalah


METODOLOGI
Rancangan

yang

penelitian

ini

experimental.

digunakan
adalah

Quasy

dalam
quashi

Experimental

adalah metode penelitian eksperimen


dengan menggunakan kelompok kontrol
namun

tidak

mengontrol

sepenuhnya
variabel

mempengaruhi

luar

untuk
yang

penelitian

(Sugiyono,2008). Pada penelitian ini,


pendekatan
quashi

yang

digunakan

eksperimental

dalam

Insiden Keselamatan Pasien.


b.

Variabel (Independent Variable)


Variabel bebas adalah variabel yang

mempengaruhi variabel terikat, entah


secara

positif

atau

negatif

(Sekaran, 2011). Dalam penelitian


ini yang menjadi variabel bebas adalah
Dokumentasi Timbang Terima Pasien
secara SBAR.
Cara

pengambilan

data

peneliti

dengan

mencari data temuan terkait dengan

menggunakan Pre dan post test without

insiden keselamatan pasien pada pasien

control dimana pada desain ini peneliti

dirawat dengan menggunakan checklist

hanya

pada

monitor pelaksanaan timbang terima

Efektifitas

dengan metode SBAR, pada pasien

dengan

yang dirawat minimal selama 3 hari,

melakukan

kelompok
perlakuan

intervensi

pembanding.
dinilai

dan dipantau untuk setiap pasien yang

bulan yang sudah ditentukan.

masuk rawat inap dalam beberapa

HASIL PENELITIAN
Data meliputi Insiden Keselamatan Pasien sebelum Intervensi dan sesudah Intervensi.

Tabel 1. Gambaran Insiden Keselamatan Pasien sebelum dilakukan intervensi.


f

Terjadi IKP

26,7

Tidak terjadi IKP

22

73,3

Sample ( n )

30

100

Pada tabel 4.1.1 didapatkan dari 30 pasien yang dilakukan timbang terima pasien secara
konvensional, angka temuan terjadi IKP sebanyak 8 pasien (26,7 %) .
Tabel 2. Gambaran Insiden Keselamatan Pasien sesudah dilakukan intervensi.
f

Terjadi IKP

3,3

Tidak terjadi IKP

29

96,7

Hasil penelitian pada tabel 4.1.2 yang berikutnya juga didapatkan pada jumlah pasien yang
sama, 30 orang dengan proses

timbang terima pasien menggunakan metode SBAR

ditemukan terjadi IKP 1 pasien (3,3 %).


Tabel 3. Beda Gambaran Insiden Keselamatan Pasien sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi.
Terjadi IKP

Tidak terjadi IKP

Sebelum
Intervensi

22

Sesudah
Intervensi

29

Nilai P

0,016

Pada tabel 4.2.1 tersebut didapatkan data dari 30 pasien sebelum dilakukan intervensi
ditemukan angka kejadian IKP 8 pasien dan yang tidak terjadi IKP 22 pasien, sedangkan
setelah dilakukan intervensi ditemukan angka kejadian IKP 1 pasien dan yang tidak terjadi
IKP 29 pasien. Hasil uji Mc Nemar didapatkan nilai .probalitas 0,016 (p value < 0,05 ),
artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara dokumentasi timbang terima pasien dengan
metode SBAR dengan Insiden Keselamatan Pasien.
Meskipun angka kejadian IKP

PEMBAHASAN
1.1

Insiden
sebelum

Keselamatan

Pasien

pemakaian

Dokumentasi Timbang Terima


Pasien dengan Metode SBAR
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui

bahwa temuan IKP

kecil,

namun

dampak

yang

diakibatkan oleh hal itu sangat


besar.
Dampak yang dapat terjadi
pada pasien menyebabkan rasa
sakit

dan

bahaya

jika

ada,

sebanyak 8 kejadian (26,7 %)

misalnya

sebelum dilakukan timbang terima

dengan perawatan rumah sakit

pasien dengan metode SBAR .

(Renkola & Hietala, 2014). Selain

infeksi

berhubungan

itu

kemungkinan

dapat

menyebabkan pasien menderita


cacat seumur

hidupnya, bahkan

metode SBAR
Pada hasil penelitian setelah
pemakaian dokumentasi timbang

insiden keselamatan pasien juga

terima

dapat mengakibatkan kematian

didapatkan data IKP sebanyak 1

pasien.

kejadian (3,3 %)

Menurut WHO (2009) yang


merangkum

dampak

terjadinya

insiden

dari

keselamatan

pasien

secara

SBAR

Keselamatan pasien (patient


safety) rumah sakit adalah suatu
sistem

dimana

rumah

sakit

pasien terhadap institusi rumah

membuat asuhan pasien lebih

sakit, sebagai berikut: kerusakan

aman.

properti,

keselamatan

peningkatan

alokasi

Sementara,

insiden

pasien

yang

sumber daya yang diperlukan

selanjutnya

untuk pasien, perhatian media,

adalah

keluhan resmi, reputasi rusak, dan

tidak disengaja dan kondisi yang

konsekuensi

hukum.

mengakibatkan atau berpotensi

Meningkatkan sumber daya yang

mengakibatkan cedera yang dapat

diperlukan untuk merawat pasien

dicegah pada pasien.

yang

meningkat

masuk

ke

perawatan

khusus, perawatan tambahan dan


tes, terganggu alur kerja dan
penundaan untuk pasien lain, staf
tambahan, dan peralatan tambahan
yang

setiap

insiden

kejadian yang

lama

perawatannya akibat terjadinya


insiden,

disebut

dibutuhkan

untuk

pengobatan.

Menurut WHO (2009) faktor


yang

dapat

meningkatkan

keselamatan

pasien

berkaitan

dengan

pengawasan

yang

adalah
proses

baik

atau

kepemimpinan, kerja sama tim


yang

baik,

berpendidikan

tenaga
dan

yang

kompeten,

serta komunikasi yang efektif.


1.2

Insiden

Keselamatan

Pasien

setelah pemakaian Dokumentasi


Timbang Terima Pasien dengan

(WHO 2009.)
Komunikasi
dilakukan

dengan

jika
baik

tidak
akan

menjadi akar penyebab insiden

dokumentasi SBAR ( Renkola &

keselamatan

Hietala, 2014 ).

pasien,

(Dunsford

2009). Misalnya mengakibatkan


memburuknya

kondisi

klinis

pasien atau bahkan kematian.


Namun, selain menjadi ancaman
bagi

keselamatan

pasien,

komunikasi yang efektif

juga

merupakan alat untuk mengurangi


insiden

keselamatan

pasien

(Sandars & Cook, 2009).


Komonikasi

efektif

1.3

Beda IKP sebelum dan sesudah


pemakaian

Dokumentasi

Timbang Terima Pasien dengan


metode SBAR
Hasil penelitian didapatkan
nilai probalitas 0,016 (p value <
0,05 ) hal tersebut menunjukkan
ada hubungan yang signifikan
antara

pengaruh

dokumentasi

dengan

timbang terima pasien dengan

menggunakan checklist/dokumen

metode SBAR terhadap insiden

telah dibuktikan

oleh Dufour,

keselamatan

(2012)

penelitiannya

medikal Bedah RS Panti Waluyo

dalam

tentang keselamatan pasien pada


saat proses pengiriman pasien
dalam

angkatan

udara,

pada

penelitian tersebut menggunakan


daftar periksa tertulis (dokumen)
SBAR,

meningkatkan

komunikasi, dan pada akhirnya,


meningkatkan

keselamatan

pasien.
Komunikasi

membagikan

dengan penelitian yang dilakukan


oleh Raymond & Harrison (2014)
yang meneliti tentang pemakaian
dokumentasi

SBAR,

menyimpulkan adanya perbaikan


dalam

signifikan
komunikasi

dari praktik keperawatan. Salah

SBAR.

satu komunikasi efektif dapat


pada

pemakaian

ruang

Hasil penelitian ini sejalan

pelaporan

keselamatan
dan

di

Surakarta.

informasi adalah bagian penting

dibuktikan

pasien

pasien
setelah

Penelitian

dengan

insiden
yang
pemakain
metode

dalam

menganalisa dokumentasi SBAR


sebagai alat pelaporan petugas

perawat

dalam

meningkatkan

rangka

Komunikasi

keselamatan

SBAR

adalah

kerangka komunikasi yang dapat

pasien, didapatkan hasil bahwa

mempromosikan

dokumentasi SBAR merupakan

pasien selain itu dapat membantu

metode

mengendalikan biaya kesehatan

pelaporan

yang

meningkatkan efektivitas transfer

keselamatan

dan rawat inap.

informasi terutama dalam situasi


akut,

sehingga

keselamatan

meningkatkan

pasien

(Kaisa

KESIMPULAN
Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengetahui pengaruh timbang terima

Renkola & Hietala, 2014)

pasien dengan menggunakan metode


Penelitian yang dilakukan
oleh Andreoli, Fancott et al (2010)
terkait

pemakaian

komunikasi

SBAR terhadap insiden keselamatan


pasien.

SBAR dalam mencegah resiko

Dan hasil penelitian ini menunjukkan

jatuh pada pasien, menunjukkan

bahwa :

hasil bahwa alat SBAR yang


diadaptasi

terbukti

efektif

1 Insiden

Keselamatan

Pasien

digunakan dalam mencegah resiko

sebelum

jatuh pada pasien dalam usaha

terima

peningkatan keselamatan pasien.

dokumentasi SBAR ditemukan

Penelitian

lain

dilakukan

timbang

dengan

metode

sebanyak 8 kejadian dari 30

tentang

pasien atau 26,7 %

komunikasi

SBAR

yang

berpengaruh

terhadap

biaya

2 Insiden

perawatan

dirumah

sakit

setelah

Keselamatan
dilakukan

Pasien
timbang

dilakukan oleh Narayan (2015)

terima pasien dengan metode

menyimpulkan

dokumentasi SBAR menurun

komunikasi
strategi

bahwa

SBAR

berbasis

meningkatkan
interprofessional

metode

merupakan
bukti

untuk

komunikasi
dan

efektif.

menjadi 1 kejadian atau 3,3 %,


3

Terdapat
signifikan

pengaruh

yang

mengenai

dokumentasi timbang terima

pasien dengan metode SBAR


terhadap Insiden Keselamatan
Pasien

2 Bagi Rumah Sakit


Di

masa

depan,

di

ruang

Medikal

mempelajari pengalaman para

BedahbRS.

Panti

Waluyo

petugas

kesehatan

dalam

dengan nilai probalitas 0,016 (p

keperawatan

menggunakan

value < 0,05 )

SBAR sebagai metode timbang


terima pasien dengan checklist

SARAN

akan

memberikan

informasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

yang

berharga,

khususnya

dilakukan maka dapat disimpulkan

dalam

bebrapa saran :

Keselamatan
Sakit,

1 Bagi Tenaga Kesehatan


Penggunaan
SBAR

bertujuan

komunikasi
dalam
pelayanan

dokumentasi
sebagai

antar

perawat

berbagai

situasi

kesehatan

dalam

pengelolaan pasien. Perluasan


penggunaan alat SBAR diluar
pelayanan keperawatan akan
memiliki

potensi

meningkatkan

untuk

komunikasi

tim

upaya

Mutu

Pasien

sehingga

Rumah

harapannya

metode timbang terima pasien


dengan SBAR dapat dijadikan
menjadi prosedur tetap dalam
proses timbang terima pasien,
karena komunikasi merupakan
faktor

utama

mempengaruhi
pasien,

dan

yang

keselamatan
berbagai

jenis

kegagalan dalam komunikasi


berkontribusi di sebagian besar
insiden

keselamatan

pasien.

interprofessional

dalam

pelayanan

secara

Metode timbang terima pasien

memberikan

secara SBAR meningkatkan

kontribusi yang berharga untuk

efektivitas transfer informasi

penelitian

terutama dalam timbang terima

holistik

pasien
dan

dan

keselamatan pasien.

praktek

pasien.

3 Bagi Peneliti berikutnya


Bagi peneliti lain diharapkan
meneliti variabel lain yang
belum
pengaruh
pelaksana

diteliti,
dari

misalnya
segi

timbang

SDM
terima

misalnya, umur, pendidikan,


lama kerja, lingkungan dengan
sampel yang lebih banyak atau
metode

penelitian

yang

berbeda, sehingga penelitian


lain dapat menjelaskan hasil
penelitian yang lebih luas dan
dapat

melengkapi

penelitian saat ini.

hasil

DAFTAR PUSTAKA
Adreoli, A., Fancott, C., Velji, K et al . (2010). Using SBAR to Communicate Falls risk and
manajement

in Inter-profesional Rehabilitation Teams.

Journal Healthcare

Quarterly. Diunduh dari www.longwoods.com


Ballard, K.A. (2003). Patient Safety: A Share Responsibility. Online Journal of Issues in
Nursing. Volume 8 2003 No.3
Cook. R., Woods. D. Operating at the sharp end: the complexity of human error. In: Bogner
M, ed. Human error in medicine. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates,
Inc.; 1994. p. 255-31
Cahyono, J.B. (2008). Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam Praktik Kedokteran.
Yokyakarta: Penerbit Kanisius.
Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media
Dufour, K.M. (2012). Implementations of the SBAR Checklist to Improve Patient Safety in
the United States Air Force Aeromedical Evacuation. Nursing and Health Master
pubications. Di unduh dari: http://corescholar.libraries.wright.edu/nursingmaster
Departemen Kesehatan R.I. (2006). PANDUAN NASIONAL KESELAMATAN PASIEN
RUMAH SAKIT (Patient Safety).
Dewi, M. (2012). Pengaruh pelatihan Timbang terima Pasien terhadap Penerapan
Keselamatan pasien oleh perawat Pelaksana Di RSUD Raden Mattaher jambi. Jurnal
Health & sport.Vol 5(3): 646-655
Narayan, M.C. (2013). Using SBAR Communication in Efforts to Prevent Patient
Rehospitalizations. Diunduh dari www.nursingcenter.com
Guise, J.M., & Lowe, N.K. (2006). Do You speak SBAR ?. Journal of gynecological and
neonatal nurses,35,3,313-314

Joint

Commission

International. (2011). Standar

Akreditasi

Rumah

Sakit,

Enam

Sasaran Keselamatan Pasien. edisi 4.


Raymond, M., & Harrison, M.C. (2014). The structured communication tool SBAR improves
communication in neonatology. South African Medical Journal.vol 104;1-5 diunduh
dari: http://dx.doi.org/10.7196/SAMJ.8684
Renkola, H.K., & Hietala, S. (2014).Bachelors thesis: Tool for Quality Reporting for
Nursing Students. Tidak di publikasikan.Tampere University of Applied Sciences

Anda mungkin juga menyukai