Anda di halaman 1dari 102

BASE PRACTICE SURGERY

FOR MEDICAL STUDENT


Djoko Widodo

TANTANGAN
Tekanan pada institusi penidikan dokter sangat
besar, akibat :
Faktor eksternal :
Globalisasi
Perkembangan IPTEK
Pelayanan kesehatan

Faktor internal :
Sumber daya manusia
Manajemen
finansial

DOKTER SEPERTI APA YANG AKAN KITA


HASILKAN ?

KOMPETENSI
Merupakan seperangkat tindakan cerdas, penuh
tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai
syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat
dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang
pekerjaan tertentu
(SK Mendiknas No. 045/U/2002,Ps.21)

IDENTIFIKASI KOMPETENSI LULUSAN


Menurut SK Mendiknas 045/U/2002,
kompetensi inti ditentukan secara nasional oleh
organisasi profesi, perguruan tinggi dan
masyarakat pengguna. Kompetensi inti adalah
kurikulum nasional.

TUNTUTAN KUALITAS LULUSAN


Kompetensi lulusan
Penguasan pengetahuan dan ketrampilan
(knowledge/kognitif and skill/psikomotor)
Sikap (attitude/afektif)

Tingkat kemampuan 4 (does) :


mampu melakukan secara mandiri
Lulusan dokter dapat memperlihatkan
ketrampilannya tersebut dengan menguasai
seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah
cara melakukan, komplikasi, dan pengendalian
komplikasi.
Selain pernah melakukannya di bawah supervisi

Tingkat kemampuan 4 (does) dalam bidang ilmu


bedah sebagai mahasiswa kedokteran, meliputi :

Interpretasi X-ray tengkorak


Interpretasi X-ray tulang belakang
Interpretasi X-ray toraks
Dekompresi jarum
Pemeriksaan colok dubur (digital rectal
examination)
Pemasangan pipa nasogastrik (NGT)
Nasogastric suction

Tingkat kemampuan 4 (does) dalam bidang


ilmu bedah sebagai mahasiswa kedokteran,
meliputi :

Mengganti kantong pada kolostomi


Enema
Anal swap
Pemasangan kateter uretra
Sirkumsisi
Stabilisasi fraktur (tanpa gips)
Anestesi infiltrasi
Blok saraf lokal
Jahit luka
Pengambilan benang jahitan

Tingkat kemampuan 4 (does) dalam bidang


ilmu bedah sebagai mahasiswa kedokteran,
meliputi :
Peresepan nasional, lengkap, dan dapat dibaca
Injeksi (intakutan, intavena, subkutan dan
intramuskular)
Menyiapkan pre-operasi lapangan operasi untuk
bedah minor, asepsis, antisepsis, anestesi lokal
Persiapan untuk melihat atau menjadi asisten di
kamar operasi (cuci tangan, menggunakan baju
operasi, mengguakan sarung tangan steril, dll)

Tingkat kemampuan 4 (does) dalam bidang


ilmu bedah sebagai mahasiswa kedokteran,
meliputi :

Anestesi infiltrasi
Blok saraf lokal
Jahit luka
Pengambilan benang jahitan
Vena seksi usulan
Clean intermitten chateterization (neurogenic
bladder) usulan
Vena seksi usulan
Kanulasi intraoseus usulan

OSCE
FK UNHAS PERIODE MEI 2014
BEDAH

SUTURING
Jarum :
Ujung jarum (needle point) : cutting, reverse, round
Badan jarum (body) : closed eye (traumatik), french
eye (traumatik), menyatu dengan benang
(atraumatik)
Mata jarum (eye needle) : lengkungan diameter
(2/8, 3/8, 4/8, 5/8), ukuran radius (10mm, 12mm,
15mm, 20mm, 30mm)

Gunakan needle holder untuk memegang jarum,


tidak boleh dipegang dengan tangan.

SUTURING
Benang : kriteria benang ideal (Moynihan, 1912)

Monofilamen
Dapat digunakan untuk semua prosedur
Mdah digunakan
Reaksi jaringan minimal
Kuat (tidak getas)
Simpul kuat (tidak mudah lepas)
Absorbable
Absorbsi dapat diprediksi
steril

Prinsipil mengenai benang


Materi
Biologik (organik), misal sutera (mersilk), catgut.
Sintetik : poliglaktin (misal, vicryl), poliglikolat (misal,
dexon) dan nilon (misal, prolene)

Struktur
Monofilamen : catgut, nilon, dsb
Mltifilamen : silk, vicryl, dsb

Ukuran
USP : diameter 0.0 s/d 10.0 (makin besar nilai
nominalnya makin kecil ukurannya)
BSP : diameter 45 metric, 75 metric, dsb

Benang dipegang oleh tangan, jangan gunakan


instrumen untk memegang (menjepit) benang

SUTURING
Instrumen dasar

Pemotong (pisau dan gunting)


Penjepit (pinset)
Hemostatik
Pemegang jarum

Instrumen dasar
Pisau : reusable, disposable, gabungan

Instrumen dasar
Terdapat dua macam bilah (mata) pisau, yaitu :
Scalpel
Memotong jaringan dengan perul bilah

Bistouri
Memotong jaringan dengan ujung bilah (mata)
pisau

Tidak dibenarkan memegang bilah dengan jari

Instrumen dasar
Cara memasang bilah disposable

Instrumen dasar
Penggunaan pisau

Instrumen dasar
Gunting : untuk diseksi jaringan dan
memotong benang

Instrumen dasar
Penjepit : pinset anatomis (tanpa gigi) dan
pinset chirurgic (bergigi)

Instrumen dasar
Hemostatik (klem/forceps) : lurus dan
melengkung . Ujung polos (kelly dan pen) dan
bergerigi (kocher)

Instrumen dasar
Pemegang jarum (needle holder) : posisi
pronasi, midposition, dan supinasi.

SUTURING
Simpul :
Reef (square) knot : satu tangan, dua tangan,
instrumen
Surgeon knot
Slip knot
Deep trying

Reef (square) knot

Reef knot menggunakan instrumen

Surgeon knot
Prinsipnya adalah reef knot yang diputar dua
kali sebelum ditarik kearah berlawanan.

Slip knot
Indikasi : untuk mengikat struktur dan atau
organ yang letaknya di kedalaman.

Deep tying

SUTURING
Jahitan :
Jahitan interrupted
Jahitan continuous
Jahitan matras vertikal
Jahitan matras horizontal
Jahitan subkutikuler

Jahitan interrupted

Jahitan interrupted
Indikasi : dapat dipakai untuk hampir semua
jenis sayatan (bersifat universal) selama tidak
dijumpai ketegangan tepi-tepi luka (tension).

Jahitan continuous

Syarat Jahitan continuous


Dibutuhkan tenaga asisten. Asisten akan
memegang benang dan menjaga ketegangan
sepanjang proses. Asisten berperan membantu
operator, tidak berperan aktif menarik benang.
Prosedur penjahitan merupakan gerakan
forehand yang dilakukan secara
berkesinambungan sejak awal hingga akhir
jahitan. Karenanya, mengambil jarum dengan
posisi midposition (jarum siap pakai).

Jahitan continuous
Indikasi : digunakan pada luka dengan sayatan
linear tanpa ketegangan. Jumlah benang yang
digunakan akan lebih hemat dibandingkan
jahitan intterupted.

Jahitan matras vertikal

Jahitan matras vertikal


Indikasi : menyamakan permukaan luka

Jahitan matras horizontal

Jahitan matras horizontal


Indikasi : digunakan bila dijumpai ketegangan
dan atau dijumpai struktur tertentu (misalnya :
pembuluh darah, saraf) yang akan terjepit
(strangulasi) bila penjahitan menggunakan
simple interrupted

Jahitan subkutikuler

Jahitan subkutikuler
Terdapat bebeapa macam cara menyelesaikan
jahitan dengan benang non-absorbable :
Benang disimpul dikedua ujung luka
Menggunakan klip dikedua ujung luka
Kedua benang disimpulkan di atas kassa yang
diletakkan di atas luka (sebagai suatu tie over)
Indikasi : untuk tujuan estetika

SUTURING
Pengangkatan benang

Prinsip pengangkatan benang


Tidak ada bagian benang yang berada di
permukaan luar masuk ke dalam jaringan saat
benang ditarik.

SIRKUMSISI
Sirkumsisi = khitan atau sunat (awam)
Tindakan membuang sebagian prepusium penis
dengan tujuan tertentu.
Tidak ada timing atau patokan pada usia berapa
sebaiknya sirkumsisi dilakukan.

Penis yang bersih hanya terjamin bila


prepusium terbuka.
Smegma (produk kelenjar minyak/sebum sekitar
mukosa glans penis) yang terbentuk dibawah
prepusium :
bau tidak enak
Iritasi serta infeksi
kedepannya diduga dapat bersifat karsinogenik.

Epitel glans penis yang terbuka (tidak tertutup


prepusium), lambat laun akan berubah dan
kepekaannya berkurang.

INDIKASI SIRKUMSISI
Agama dan Sosial
Medis :

Fimosis
Parafimosis
Pencegahan tumor, dimana smegma adalah zat
karsinogenik
Kondiloma akuminata
Kelainan-kelainan lain yang terbatas pada
prepusium

KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi mutlak
Hipospadia
Hemofili
Kelainan darah (diskrasia darah)

Kontraindikasi relatif

Infeksi lokal pada penis dan sekitarnya


Infeksi umum
Diabetes melitus

Hipospadia
keadaan dimana muara uretra (meatus urethrae externus)
terletak pada tempat yang tidak semestinya

ANATOMI PENIS

Lapisan-lapisan pembungkus penis, mulai dari tunika albugenia, fascia


buck sampai kulit penis. Diantara fascia buck dan tunika albugenia
berjalan nevus dorsalis penis kanan-kiri di sebelah lateral arteri dorsalis
penis kanan-kiri yang penting untuk tidakan pembiusan.

PERSIAPAN alat dan bahan

Gunting tajam-tumpul
Pinset anatomis
Klem lurus
Klem bengkok
Needle holder
Jarum jahit no.13-15
Mangkok ginjal dan mangkok kecil

Sarung tangan steril


Benang catgut 5.0

TEKNIK SIRKUMSISI
Dorsumsisi

TEKNIK DORSUMSISI
Memotong prepusium pada jam 12 sejajar
dengan sumbu panjang penis ke arah proksimal
(dorsal slit)
Kemudian potong melingkar ke kiri dan ke
kanan sepanjang sulkus koronarius glandis
Cara ini dianjurkan lebih etis dibandingkan
cara guillotine

TEKNIK DORSUMSISI
Keuntungan
Kelebihan mukosa kulit dapat diatur
Tidak terdapat insisi mukosa yang berlebihan seperti pada cara
guillotine
Kemungkinan melukai glans penis dan merusak frenulum
prepusium lebih kecil
Perdarahn mudah diatasi, karena insisi dilakukan bertahap
Kerugian
Tekniknya lebih rumit dibandingkan cara guillotine
Bila tidak terbiasa, nsisi tidak rata
Memerlukan waktu relatif lebih lama dibandingkan cara guillotine

TEKNIK GUILLOTINE
Menjepit prepusium secara melintang pada
sumbu panjang penis kemudian memotongnya
Insisi dapat dilakukan di bagian proksimal atau
distal dari klem tersebut
Menggunting mukosa atau kulit yang berlebihan

TEKNIK GUILLOTINE
Keuntungan
Tekniknya relatif lebih sederhana
Hasil insisi lebih rata
Waktu pelaksanaan lebih cepat
Kerugian
Bila operator belum terbiasa, mukosa mukosa dapat berlebihan ,
sehingga memerlukan insisi ulang
Ukuran mukosa kulit tidak dapat dipastikan
Kemungkinan melukai glans penis dan insisi frenulum yang
berlebihan lebih besar dibandingkan dengan teknik dosumsisi
Perdarahannya biasanya lebih banyak

PERAWATAN

Antibiotik
Anlgetik
Boleh diberi anti inflamasi
Roboransia
Perawatan luka (pembalutan) tiap 2-3 hari sekali

KOMPLIKASI dan Cara Mengatasi

Nyeri
Edema
Perdarahan
Hematoma kecil maupun besar
Infeksi
Penyakit peyronie

PEMASANGAN KATETER URINE


Tujuan
Sebagai pemantauan, evaluasi perbandingan
cairan output dari pemberian cairan ataupun
resusitasi cairan (input)
Membantu mengeluarkan ataupun mengalirkan
urin akibat retensio urin oleh karena berbagai hal.

LAKI LAKI

PEREMPUAN

Macam macam kateter

Coude
Jaques
Folley
Balon gibbon
gibbon

Persiapan alat dan bahan


Foley kateter (ukuran tertentu sesuai dengan yg
dibutuhkan)
Kantong urin
Providon iodine
Gel lubrica
Lidokain 1%
Spuit 10cc
Aquadest (hidrosteril)
Sarung angan steril
Kassa steril

Cara melakukan
Baringkan pasien dengan posisi supine dan nyaman
Preputium (jika ada) disibakkan sepenuhnya dan sekalian
dengan glans dan meatus yang dibuka, dibersihkan
dengan seksama dengan larutan antiseptik.
Lakukan drapping dngan kain steril disekitar penis
Masukan gel, lidokain 1%, dan sedikit providon iodine ke
dalam spuit kemudian campurkan
Semprotkan kedalam urethra dan ditahan agar tetap
berada didalam urethra selama 5 menit dengan
menggunakan penjepit penis yang steril atau dengan jari

Kateter dipegang dengan tangan yang mengenakan


sarung tangan atau didorong masuk dengan teknik
tanpa sentuhan, baik dengan menggunakan selubung
polyethylen sebelah dalam yang membungkus kateter
maupun dengan pertolongan sepasang forceps
Penis sebaiknya sedikit ditarik dengan tangan yang
lain guna meluruskan lipatan-lipatan selaput lendir.
Kapanpun hendaknya jangan melakukan pemaksaan

Dorong masuk kateter hingga ke pangkal


Balon pada kateter dikembangkan dengan cara
mengisinya dengan air steril menggunakan spuit
dalam jumlah yang tepat melalui cabang kateter
yang telah disediakan
Sambungkan dengan kantong urin yang telah
disiapkan
Ingatlah untuk mengembalikan preputium ke
muka pada akhir tindakan guna mencegah
terjadinya paraphimosis

Komplikasi

Infeksi
Kateter sesat jalan
Perdarahan
Kateter tersumbat
Robeknya urethra

Perawatan lanjutan :
Toilet kateter
Pemeliharaan sistem pengurasan tertutup
Pemeliharaaan agar aliran keluar cairan kurasan tetap berlangsung
dngan bebas
Pemeriksaan teratur terhadap kateter
Pengambilan spesimen air seni

TERIMA
KAS I H

Anda mungkin juga menyukai