TANTANGAN
Tekanan pada institusi penidikan dokter sangat
besar, akibat :
Faktor eksternal :
Globalisasi
Perkembangan IPTEK
Pelayanan kesehatan
Faktor internal :
Sumber daya manusia
Manajemen
finansial
KOMPETENSI
Merupakan seperangkat tindakan cerdas, penuh
tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai
syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat
dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang
pekerjaan tertentu
(SK Mendiknas No. 045/U/2002,Ps.21)
Anestesi infiltrasi
Blok saraf lokal
Jahit luka
Pengambilan benang jahitan
Vena seksi usulan
Clean intermitten chateterization (neurogenic
bladder) usulan
Vena seksi usulan
Kanulasi intraoseus usulan
OSCE
FK UNHAS PERIODE MEI 2014
BEDAH
SUTURING
Jarum :
Ujung jarum (needle point) : cutting, reverse, round
Badan jarum (body) : closed eye (traumatik), french
eye (traumatik), menyatu dengan benang
(atraumatik)
Mata jarum (eye needle) : lengkungan diameter
(2/8, 3/8, 4/8, 5/8), ukuran radius (10mm, 12mm,
15mm, 20mm, 30mm)
SUTURING
Benang : kriteria benang ideal (Moynihan, 1912)
Monofilamen
Dapat digunakan untuk semua prosedur
Mdah digunakan
Reaksi jaringan minimal
Kuat (tidak getas)
Simpul kuat (tidak mudah lepas)
Absorbable
Absorbsi dapat diprediksi
steril
Struktur
Monofilamen : catgut, nilon, dsb
Mltifilamen : silk, vicryl, dsb
Ukuran
USP : diameter 0.0 s/d 10.0 (makin besar nilai
nominalnya makin kecil ukurannya)
BSP : diameter 45 metric, 75 metric, dsb
SUTURING
Instrumen dasar
Instrumen dasar
Pisau : reusable, disposable, gabungan
Instrumen dasar
Terdapat dua macam bilah (mata) pisau, yaitu :
Scalpel
Memotong jaringan dengan perul bilah
Bistouri
Memotong jaringan dengan ujung bilah (mata)
pisau
Instrumen dasar
Cara memasang bilah disposable
Instrumen dasar
Penggunaan pisau
Instrumen dasar
Gunting : untuk diseksi jaringan dan
memotong benang
Instrumen dasar
Penjepit : pinset anatomis (tanpa gigi) dan
pinset chirurgic (bergigi)
Instrumen dasar
Hemostatik (klem/forceps) : lurus dan
melengkung . Ujung polos (kelly dan pen) dan
bergerigi (kocher)
Instrumen dasar
Pemegang jarum (needle holder) : posisi
pronasi, midposition, dan supinasi.
SUTURING
Simpul :
Reef (square) knot : satu tangan, dua tangan,
instrumen
Surgeon knot
Slip knot
Deep trying
Surgeon knot
Prinsipnya adalah reef knot yang diputar dua
kali sebelum ditarik kearah berlawanan.
Slip knot
Indikasi : untuk mengikat struktur dan atau
organ yang letaknya di kedalaman.
Deep tying
SUTURING
Jahitan :
Jahitan interrupted
Jahitan continuous
Jahitan matras vertikal
Jahitan matras horizontal
Jahitan subkutikuler
Jahitan interrupted
Jahitan interrupted
Indikasi : dapat dipakai untuk hampir semua
jenis sayatan (bersifat universal) selama tidak
dijumpai ketegangan tepi-tepi luka (tension).
Jahitan continuous
Jahitan continuous
Indikasi : digunakan pada luka dengan sayatan
linear tanpa ketegangan. Jumlah benang yang
digunakan akan lebih hemat dibandingkan
jahitan intterupted.
Jahitan subkutikuler
Jahitan subkutikuler
Terdapat bebeapa macam cara menyelesaikan
jahitan dengan benang non-absorbable :
Benang disimpul dikedua ujung luka
Menggunakan klip dikedua ujung luka
Kedua benang disimpulkan di atas kassa yang
diletakkan di atas luka (sebagai suatu tie over)
Indikasi : untuk tujuan estetika
SUTURING
Pengangkatan benang
SIRKUMSISI
Sirkumsisi = khitan atau sunat (awam)
Tindakan membuang sebagian prepusium penis
dengan tujuan tertentu.
Tidak ada timing atau patokan pada usia berapa
sebaiknya sirkumsisi dilakukan.
INDIKASI SIRKUMSISI
Agama dan Sosial
Medis :
Fimosis
Parafimosis
Pencegahan tumor, dimana smegma adalah zat
karsinogenik
Kondiloma akuminata
Kelainan-kelainan lain yang terbatas pada
prepusium
KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi mutlak
Hipospadia
Hemofili
Kelainan darah (diskrasia darah)
Kontraindikasi relatif
Hipospadia
keadaan dimana muara uretra (meatus urethrae externus)
terletak pada tempat yang tidak semestinya
ANATOMI PENIS
Gunting tajam-tumpul
Pinset anatomis
Klem lurus
Klem bengkok
Needle holder
Jarum jahit no.13-15
Mangkok ginjal dan mangkok kecil
TEKNIK SIRKUMSISI
Dorsumsisi
TEKNIK DORSUMSISI
Memotong prepusium pada jam 12 sejajar
dengan sumbu panjang penis ke arah proksimal
(dorsal slit)
Kemudian potong melingkar ke kiri dan ke
kanan sepanjang sulkus koronarius glandis
Cara ini dianjurkan lebih etis dibandingkan
cara guillotine
TEKNIK DORSUMSISI
Keuntungan
Kelebihan mukosa kulit dapat diatur
Tidak terdapat insisi mukosa yang berlebihan seperti pada cara
guillotine
Kemungkinan melukai glans penis dan merusak frenulum
prepusium lebih kecil
Perdarahn mudah diatasi, karena insisi dilakukan bertahap
Kerugian
Tekniknya lebih rumit dibandingkan cara guillotine
Bila tidak terbiasa, nsisi tidak rata
Memerlukan waktu relatif lebih lama dibandingkan cara guillotine
TEKNIK GUILLOTINE
Menjepit prepusium secara melintang pada
sumbu panjang penis kemudian memotongnya
Insisi dapat dilakukan di bagian proksimal atau
distal dari klem tersebut
Menggunting mukosa atau kulit yang berlebihan
TEKNIK GUILLOTINE
Keuntungan
Tekniknya relatif lebih sederhana
Hasil insisi lebih rata
Waktu pelaksanaan lebih cepat
Kerugian
Bila operator belum terbiasa, mukosa mukosa dapat berlebihan ,
sehingga memerlukan insisi ulang
Ukuran mukosa kulit tidak dapat dipastikan
Kemungkinan melukai glans penis dan insisi frenulum yang
berlebihan lebih besar dibandingkan dengan teknik dosumsisi
Perdarahannya biasanya lebih banyak
PERAWATAN
Antibiotik
Anlgetik
Boleh diberi anti inflamasi
Roboransia
Perawatan luka (pembalutan) tiap 2-3 hari sekali
Nyeri
Edema
Perdarahan
Hematoma kecil maupun besar
Infeksi
Penyakit peyronie
LAKI LAKI
PEREMPUAN
Coude
Jaques
Folley
Balon gibbon
gibbon
Cara melakukan
Baringkan pasien dengan posisi supine dan nyaman
Preputium (jika ada) disibakkan sepenuhnya dan sekalian
dengan glans dan meatus yang dibuka, dibersihkan
dengan seksama dengan larutan antiseptik.
Lakukan drapping dngan kain steril disekitar penis
Masukan gel, lidokain 1%, dan sedikit providon iodine ke
dalam spuit kemudian campurkan
Semprotkan kedalam urethra dan ditahan agar tetap
berada didalam urethra selama 5 menit dengan
menggunakan penjepit penis yang steril atau dengan jari
Komplikasi
Infeksi
Kateter sesat jalan
Perdarahan
Kateter tersumbat
Robeknya urethra
Perawatan lanjutan :
Toilet kateter
Pemeliharaan sistem pengurasan tertutup
Pemeliharaaan agar aliran keluar cairan kurasan tetap berlangsung
dngan bebas
Pemeriksaan teratur terhadap kateter
Pengambilan spesimen air seni
TERIMA
KAS I H